Anda di halaman 1dari 15

KONSEP UMUM PANCASILA

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan

Dosen Pembimbing :

Muh. Syauqin Muttaqin, ME

Disusun Oleh :

Faruq Izah Al Afghani (G92219093)

Ditya Yunita (G92219088)

Sabrina Anggraeni (G72219070)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DANBISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan karunia-Nya, sehingga
kami bisa menyusun makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan segala


nikmat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata
kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan dengan judul Konsep Umum Pancasila

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada dosen Pancasila dan Kewarganegaraan kami yang telah membimbing dalam
menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Sidoarjo, 31 Agustus 2019

Penulis
PENDAHULUAN
A. Later Belakang

Pancasila dapat diartikan sebagai lima dasar yang dijadikan pedoman


serta pandangan hidup bangsa Indonesia. Pancasila sebagai dasar Negara
mempunyai arti sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan pemerintahan.
Tanpa adanya dasar Negara yang kuat meka suatu Negara tidak dapat
mengetahui dengan jelas kemana arah dan tujuan Negara. Pancasila juga
merupakan sumber dari segala sumber hokum yan ada di Indonesia. Semua
peraturan perundang-undangan yang berlaku harus sesuai dengan pancasila.

Sebagai dasar Negara, pancasila lahir berdasar nilai-nilai budaya yang


terkandung sejak zaman nenek moyang kita dahulu. Nilai-nilai tersebut lahir
dan melekat secara tidak sengaja pada nenek moyang kita.

Pancasila terdiri dari dua kata, yakni Panca dan Sila yang diambil dar
bahasa Sansekerta. Panca yang berarti lima, yang merupakan usulan dari
Presiden Soekarno. Dan Sila berarti dasar yang diusulkan oleh seorang ahli
bahasa.

Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha


Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan social bagi seluruh rakya
Indonesia yang tercantum pada paragraph ke-4 Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asal mula sila Pancasila dan bagaimana perubahannya?
2. Mengapa para pendiri bangsa mmebuat dasar Negara yang berasal dari
kebudayaan Indonesia sendiri?
3. Mengapa para pendiri bangsa ingin Pancasila menjadi pandangan hidup
bangsanya?
C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah terbentuknya Pancasila
2. Mengetahui konsep umum Pancasila
3. Memiliki sikap sadar diri sebagai warga negara melalui pemahaman
konsep Pamcasila dan Kewaerganegaraan.
PEMBAHASAN
A. Asal-Usul Sila Pancasila dan Perubahannya

Pancasila digunakan oleh Bung Karno sejak sidang BPUPKI pada


tanggal 1 Juni 1945 untuk memberi nama pada lima prinsip dasar Negara.
Pancasila dirumuskan berbeda-beda oleh beberapa tokoh pada masa itu, dan
mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Kelahirannya berawal dari
berbag1ai perkembangan dan perdebatan dari waktu ke waktu dan dari
berbagai kajian, pembahasan, perumusan hingga pengesahan yang melibatkan
berbagai bentuk kelembagaan, yakni Badan Penyidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Panitia Kecil Sembilan dan Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

a. Sidang Pertama BPUPKI (29 Mei – 1 Juni 1945)


Dalam sidang BPUPKI pertama ini beberapa tokoh berpidato secara
berurutan selama empat hari. Sesuai urutan hari, tokoh yang berpidato
antara lain : (1) pada 29 Mei. Mr. Moh. Yamin, (2) 31 Mei, Prof
Soepomo, (3) pada 1 Juni, Ir. Soekarno. Pada persidangan BPUPKI
membahas rumusan dasar Negara untuk Indonesia merdeka. Pada
persidangan ini terdapat berbagai pendapat mengenai dasar Negara yang
dipakai di Indonesia.
b. Mr. Mohammad Yamin (29 Mei 1945)
Sebagai orang pertama yang berpidato dalam sidang, Mohammad
Yamin mengususlkan usulan (lisan) rumusan dasar Negara Indonesia
sebagai berikut : (1) Peri Kebangsaan, (2) Peri Kemanusiaan, (3) Peri
Ketuhanan, (4) Peri Kerakyatan , dan (5) Kesejahteraan Rakyat. Selain
usulan tersebut, Mohamamd Yamin kemudian mengusulkan usulan

1
Kunawi basyir dkk, Pancasila dan kewarganegaraan (Surabaya:IAIN Sunan Ampel Surabaya
2013),hlm.11
2
Ibid., hlm 12
tertulis mengenai dasar Negara kebangsaan dengan rumusan sebagai
berikut : (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, (2) Rasa Kemanusiaan yang adil
dan beradab, (3) Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab, (4)
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan (5) Keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia. Pada akhir pidatonya, Mr. Mohammad Yamin menyerahkan
naskah sebagai lampiran yaitu suatu rancangan usulan sementara berisi
rumusan UUD RI.
c. Prof. Dr. Soepomo (31 Mei 1945)
Dalam rangka Prof. Dr. Soepomo, yan sumbernya dikutip dari buku
karangan Mohammad Yamin “Naskah Persiapan UUD RI”, beliau
mengusulkan usulan rumusan lima besar dasar Negara sabagai berikut :
(1) Persatuan, (2) Kekeluargaan, (3) Keseimbangan lahir batin, (4)
Musyawarah, dan (5) Keadilan rakyat.
d. Ir. Soekarno (1 juni 1945)
Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno menyampaikan pidato tanpa
teks, Ir. Soekarno mengusulkan gagasan dasar Negara. Gagasan dasar
Negara yang dikemukakan adalah sebagai berikut : (1) Kebangsaan
Indonesia, (2) Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan, (3) Mufakat atau
demokrasi, (4) Kesejahteraan Sosial, dan (5) Ketuhanan yang
berkebudayaan. Lima prinsip sebagai dasar Negara tersebut kemudian
oleh Soekarno disarikan menjadi Tri Sila yang meliputi : (1) sosio
nasionalisme, (2) Sosio demokrasi, dan (3) Ketuhanan. Soekarno juga
mengusulkan bahwa “Tri Sila” tersebut juga dapat disarikan menjadi
“Eka Sila” yang intinya adalah “gotong royong”

Sidang BPUPKI yang dilaksanakan pada kurun waktu 29 Mei 1945


2
hingga 1 Juni 1945 belum menetapkan ketiga usulan rumusan dasar
23
Ibid., hlm. 15.
4
Ibid., hlm 16.
Negara tersebut menjadi sebuah dasar dalam Negara Indonesia. Pada saat
itu pula dibentuk panitia yang beranggotakan delapan orang yang
kemudian dikenal dengan istilah “Panitia Delapan” untuk menyusun dan
mengelompokkan semua usulan tertulis. Setelah Panitia Delapan tersebut
asionalis menghendaki bahwa Negara tidak berdasar hukum salah satu
agama tertentu. Untuk mengatasi masalah ini, maka dibentuk lagi suatu
paniti akecil yang berjumlah Sembilan orang yang dikenal sebagai
“Panitia Sembilan” yang anggotanya juga berasal dari golongan
nasionalis.

Panitia Sembilan bersidang pada 22 Juni 1945 berhasil merumuskan


naskah Rancangan Pembukan UUD yang kemudian dikenal dengan
Piagam Jakarta yang berisi sebagai berikut : (1) Ketuhanan dengan
kewajiban syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya, (2) Kemanusiaan
yang adil dan beradab, (3) Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
dan (5) keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pada saat sidang kedua BPUPKI yang diselenggarakan pada 10 juli


1945, Ir. Soekarno diminta untuk menjelaskan ntentang kesepakatan pada
22 Juni 1945 (Piagam Jakarta). Oleh karena sudah mencapai kesepakatan
dan Panitia Sembilan semua menerima dengan bulat, baik yang islam
maupu kelompok nasionalis, maka pembicaraan dianggap sudah selesai.

Sebelum perumusan Pancasila menjadi dasar Negara, pada tanggal 18


Agustus 1945 pukul 11.30, PPKI mengadakan Sidang Pleno dengan acara
pokok membahas Rancangan Hukum Dasar untuk ditetapkan menjadi
Undang – Undang Dasar. Namun sebelum malaksanakan rapat tersebut,
Drs. Moh Hatta selaku wakil ketua PPKI mengajak Ki Bagus

5
Ibid., Hlm 17.
Hadikusumo, K.H. Mohammad Hasjim, Mr. Kasman Singodimejo, dan
Mr. Teuku Mohammad Hasan untuk mengadakan rapat pendahuluan
guna membicarakan masalah yang sangat penting. Rapat tersebut
membicarakan masalah yang sangat penting yang berlangsung secara
singkat dalam waktu 15 menit sudah menghasilkan satu mufakat di antara
kelima tokoh tersebut, yaitu bagian kelima dan baris ke delapan yang
berbunyi “Ketuhanna, dengan menjalankan Syari’at islam bagi pemeluk-
pemeluknya” dihilangkan dan diganti dengan “Ketuhanan Yang Maha
Esa”.

Selanjutnya dengan berbagai pertimbangan yang mencakupi,


keragaman suku budaya, agama, budaya yang terdapat di Indonesia,
dikeluarkan Peraturan Presiden atau PP No. 12 Tahun 1968 tertanggal 13
April 1968 mengenai rumusan Dasar Negara dalam Negara Indonesia,
dikemukakan Rumusan Pancasila yang benar dan sah adalah rumusan
yang tercantum di dalam pembukaan UUD 1945 yang disahkan oleh
PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dengan rumusan sebagai berikut : (1)
Ketuhanan Yang Maha Esa,(2) Kemanusiaan yang adil dan beradab, (3)
Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan (5) Keadilan
social bagi seluruh rakyat Indonesia.

B. Para Pendiri Bangsa Membuat Dasar Negara dari Kebudayaan Indonesia


Setiap bangsa memiliki identitas dan pandangan hidup yang berbeda
dengan yang lainnya, diambil dari nilai yang tumbuh di bangsa itu sendiri.
3
Sama dengan Pancasila yang merupakan identitas dan fondasi bangsa
Indonesia. Pancasila sendiri digali dari tradisi dan budaya yang tumbuh dan
berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia itu sendiri sejak pertama ada
sampai saat ini berkembang. Dan Pancasila sebagai wujud kesepakatan
36
Darista, “Sejarah Perumusan Pancasila dalam Hubungannya dengan Proklamasi” Hlm. 10
nasional merupakan hasil eksplorasi dari nilai yang bersmber dari adat istiadat
, budaya ,kebragaman, pemikiran,pandangan hidup dan itu semua sudah
meliputi kemajemukan dalam suku agaa ,ras, dan antar golongan (SARA).
Sebagai pandangan hidup Pancasila tidak bisa dilepaskan dari kehidupan
bangsa yang bersangkutan. Karena hal tersebut untuk menunjukkan idetitas /
jati diri bangsa tersebut.

4
Untuk mewujudkan masyarakat makmur dan adil masyarkat Indonesia terus
mewarisi dan mengembangkan nilai luhur yang bersumber daru ragiolitas. Dan
juga pada saat Soekarno menyebutkan dan merumuskan Pancasila ada berbagai
nilai luhur yang sudah ada dan hidup di masyrakat nusantara serta diperkaya
dengan pemikiran dunia yang modern. Berkat penggalian tersebut terbentuklah
Pancasila yang relevan dan coock bagi bangsa imdonesia.

Namun sejatinya prinsip Pancasila tidak sepenuhnya berasal dari warisan


nusantara, tetapi juga ada tambahan dari budaya global agar dapat beradaptasi
dengan dunia luar tidak hanya untuk masyarakat Indonesia saja , sehingga muncul
suatu rumusan yang sangat cerdas dan visioner. Dan dari perpaduan tersebut
terciptalah dasar negara sekaligus pandangan hidup yang sangat cocok untuk
masyarakat Indonesia dari kini hingga sekarang.5

47
Kunawi basyir dkk, Pancasila dan kewarganegaraan (Surabaya:IAIN Sunan Ampel Surabaya
2013),hal.162
58
“Menjaga Eksistensi Pancasila dan Penerapannya bagi masyrakat di era globalisasi”,Jurnal Pancasila
dan Kewarganegaraan, vol.1,no.2 Januari 2017 hal.52
C. Pancasila menjadi Pandangan Hidup Masyarakat
Ir.Soekarno dalam pidatonya saat mengemukakan rancangan dasar
negara mengusulkan agar Pancasila dijadikan sebagai dasar falsafah negara
dan pandangan hidup bangsa Indonesia (philosophische grondslag) atau
pandangan dunia yang setingkat dengan aliran-aliran besar dunia sebagai
weltanschauung, dan di atas dasar itulah didirikan negara Indonesia.Lalu
dalam pidatonya Ir. Soekarno juga membandingkan dasar filsafat negara
“Pancasila” dengan ideologi-ideologi besar dunia yang lain, seperti: ideologi
Liberalisme, Komunisme, Kosmopolitisme, San Min Chui, Chauvinisme dan
lain-lainnya.6
Dalam dinamika peradaban modern, semua bangsa bergerak
mengenakan tatanan kehidupan nasionalnya dengan sistem kenegaraan yang
dipengaruhi,dijiwai,dan digerakkan oleh sistem filsafat dan ideologi seperti
komunisme,liberalisme,kapitalisme,nazisme dan lain sebagainya.7 Oleh
karena itu pada saat indonesia akan merdeka,para pendiri bangsa (The
Founding Fathers) berusaha menemukan jawaban dari pertanyaan “atas dasar
apakah negara ini akan di dirikan” jawaban pertanyaan tersebut yang akan
menjadi dasar negara yang kelak akan digunakan untuk menggerakkan tatanan
kehidupan bangsa indonesia.Dan kemudian mereka membuat dasar negara
yang sesuai dengan nilai nilai budaya luhur bangsa indonesia sendiri.
Para pendiri bangsa ini (The founding fathers) selain menggali dan
menemukan nilai-nilai budaya luhur yang ditanamkan di dalam nilai
pancasila,juga berusaha mengembangkan rasa senasib sepenanggungan yang
dinilai sebagai kelemahan bangsa indonesia pada saat itu dalam menghadapi
penjajah kolonial.Bahwa,bangsa indonesia masih kurang akan rasa senasib

69
Ida Bagus Brata,Ida Bagus Nyoman Wartha, “Lahirnya Pancasila Sebagai Pemersatu
Indonesia” ,Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 7, Nomor 1, Januari 2017. Hal 10
710
Dani Pinasang, “Falsafah Pancasila sebagai Norma Dasar (Grundorm) Dalam Rangka
Pengembangan Sistem Hukum Nasional” , Vol.XX,No.3,April-Juni 2012 . Hal 7.
sepenanggungan terhadap bangsa ini,sehingga mudah terpecah karena
kurangnya kesadaran terhadap jati diri bangsanya sendiri.8
a. Filsafat Pancasila
Filsafat merupakan ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat segala
sesuatu untuk memperoleh kebenaran, atau secara singkat dinyatakan sebagai
ilmu pengetahuan tentang hakekat. Maknanya, dengan mencari atau
menyakan apa hakekat, sari, esensi atau inti segala sesuatu, maka jawaban
yang didapatkan berupa kebenaran yang hakiki 9
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia mengandung
makna bahwa setiap aspek kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan dan
kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan yaitu nilai pancasila itu sendiri.Dan sebagai falsafah
bangsa memiliki kedudukan sebagai norma dasar (grundnorm) yang berarti
menjadikan pancasila sebagai sumber hukum paling mendasar.10 Sehingga
segala bentuk pengembangan hukum harus berdasarkan nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila.
Pancasila sebagai staatsfundamental-norm pertamakali disampaikan
oleh Prof.Notonegoro.Ketika pancasila disepakati sebagai sumber hukum
maka tentunya akan menciptakan asumsi bahwa pancasila sumber hukum
yang sempurna yang mampu menjangkau berbagai aspek.Hal tersebut
mengartikan bahwa kualitas produk hukum kita ditentukan dari seberapa jauh
bangsa indonesia mampu memaknai dan memahami sumber dasarnya itu
sendiri.11

811
Ambiro Puji Asmaroini, “Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan”, Vol. 1, No. 2, Januari 2017. Hal 2
912
Irwan Nugroho, “Nilai-Nilai pancasila sebagai Falsafah Hidup Bangsa Untuk Peningkatan Kualitas
Sumber Daya Manusia dan Pembangunan Lingkungan Hidup” ,Jurnal Konstitusi,Vol.3,No.2,November
2002. Hal 4
1013
Dani Pinasang, “Falsafah Pancasila sebagai Norma Dasar (Grundorm) Dalam Rangka
Pengembangan Sistem Hukum Nasional” , Vol.XX,No.3,April-Juni 2012 . Hal 10.
1113
Ibid,Hal 1.
b. Globalisasi
Globalisasi merupakan gejala mengglobalnya sosio-cultural antar
bangsa sehingga kultur antar bangsa di dunia seolah-olah melebur menjadi
kultur dunia (global). Akibatnya hubungan antar bangsa semakin dekat. 12
Setiap perubahan yang terjadi di dunia pasti memiliki dampak positif dan
dampak negatif. Dampak positifnya, globalisasi memudahkan kehidupan
sehari-hari karena adanya teknologi,meningkatkan semangat
kompetisi,kemudahan mendapatkan informasi dari segala penjuru dunia,dan
kemudahan mobilitas sosial. Namun disamping itu,globalisasi tentunya
memiliki dampak negatif yang berkaitan dengan jati diri bangsa
indonesia.Adanya globalisasi berdampak kepada gaya hidup masyarakat yang
berubah,pergeseran nilai-nilai budaya ke budaya asing,serta masuknya budaya
yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur bangsa indonesia.

c. Fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup dan jati diri bangsa

Selain sebagai dasar negara dan sumber hukum di negara


indonesia,fungsi lain pancasila yaitu sebagai pandangan hidup. Pancasila
sebagai pandangan hidup berarti nilai-nilai Pancasila sebagai arahan dalam
kehidupan sehari-hari. Semua segmen dan aktivitas masyarakat maupun
penyelenggara negara harus sesuai dengan nilai-nilai dasar Pancasila. Dengan
demikian ruang lingkup Pancasila sebagai pandangan hidup lebih luas
dibandingkan dengan fungsinya sebagai dasar Negara. Namun dari segi sanksi
sebagai pandangan hidup tidak jelas dan tegas, baik bentuk maupun jangka
waktunya.

Pancasila juga mempunyai fungsi sebagai jati diri bangsa selain


sebagai pandangan hidup. Para pendiri bangsa ini membuat dasar negara

1215
Ambiro Puji Asmaroini, “Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan”, Vol. 1, No. 2, Januari 2017. Hal
7.
berdasarkan budaya dan nilai-nilai yang dimiliki,dihayati,dan diyakini oleh
bangsa indonesia sendiri,agar pancasila sebagai dasar negara memberikan
makna hidup kepada bangsa indonesia.Bangsa Indonesia menciptakan tata
nilai yang mendukung tata kehidupan sosial dan tata kehidupan kerokhanian
bangsa yang bercorak, watak, dan ciri bangsa Indonesia, yang berbeda dengan
bangsa lain. Pancasila secara material berasal dari nilai-nilai bangsa indonesia
tersebut atau jati diri bangsa Indonesia yang membedakan dengan bangsa
lainnya.
KESIMPULAN

Sebagai warga Negara Indonesia kita harus patuh akan Pancasila sebagai
dasar Negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Semua segmen dan aktivitas
kegiatan maupun penyelenggaraan Negara harus sesuai dengan pancasila. Pancasila
mempunyai fungsi sebagai jati diri bangsa. Pancasila dibuat berdasarkan kebudayaan
dan nilai-nilai yang dimiliki, dihayati dan diyakini oleh bangsa Indonesia sendiri agar
pancasila sebagai dasar Negara memberikan makna hidup kepada bangsa Indonesia.
Perlu diketahui Pancasila sendiri dibentuk dari tradisi dan budaya yang tumbuh dan
berkembang sejak zaman dahulu sebelum Indonesia merdeka hingga saat ini. Banyak
nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila pancasila yang intinya adalah gotong
royong membangun Indonesia bersama-sama, tanpa ada perselisihan semua dilakukan
dengan musyawarah untuk mencapai kesepakatan. Hal ini dilakukan masyarakat
Indonesia sejak lama sebelum merdeka, bahkan jauh sebelum itu sehingga menjadi
kebiasaan masyarakat Indonesia hingga saat ini. Nilai-nilai pancasila sudah tidak
asing lagi bagi masyarakat Indonesia karena sudah menjadi bagian dari kehidupan
dan tidak lah susah untuk menerapkan di kehidupan sehari-hari. Pancasila yang
berasal dari nilai-nilai bangsa Indonesia tersebut sudah menjadi jati diri bangsa
Indonesia dan inilah yang membedakan dengan bangsa yang lain.

SARAN

Kita sebagai warga Indonesia wajib hafal Pancasila dan harus


mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena dengan menghafal dan
mengamalkannya kita bisa menjalani hidup dengan aman dan tentram sesuai dengan
Pancasila sebagai pedoman hidup dan ideologi bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Kunawi basyir dkk, Pancasila dan kewarganegaraan (Surabaya:IAIN Sunan Ampel
Surabaya 2013)

Darista, “Sejarah Perumusan Pancasila dalam Hubungannya dengan Proklamasi”

“Menjaga Eksistensi Pancasila dan Penerapannya bagi masyrakat di era


globalisasi”,Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan

Ida Bagus Brata,Ida Bagus Nyoman Wartha, “Lahirnya Pancasila Sebagai


Pemersatu Indonesia” ,Jurnal Santiaji Pendidikan

Dani Pinasang, “Falsafah Pancasila sebagai Norma Dasar (Grundorm) Dalam


Rangka Pengembangan Sistem Hukum Nasional”

Ambiro Puji Asmaroini, “Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan” , Vol. 1, No. 2,


Januari 2017

Irwan Nugroho, “Nilai-Nilai pancasila sebagai Falsafah Hidup Bangsa Untuk


Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pembangunan Lingkungan Hidup”
,Jurnal Konstitusi,Vol.3,No.2,November 2002.

Dani Pinasang, “Falsafah Pancasila sebagai Norma Dasar (Grundorm) Dalam


Rangka Pengembangan Sistem Hukum Nasional” , Vol.XX,No.3,April-Juni 2012

Anda mungkin juga menyukai