Oleh:
Daftar Isi.................................................................................................................................................. 2
Pengantar................................................................................................................................................ 3
Pembahasan............................................................................................................................................ 4
Filsafat................................................................................................................................................. 4
Filsafat Konvensional dan Filsafat Modern......................................................................................... 5
Filsafat Ilmu Islami .............................................................................................................................. 6
Hakikat Ilmu dalam islam.................................................................................................................... 7
Perbandingan filsafat modern dan filsafat ilmu ................................................................................. 7
Penutup.................................................................................................................................................10
Hakikat Ilmu ......................................................................................................................................10
Hakikat ilmuwan ...............................................................................................................................10
Kesimpulan........................................................................................................................................11
Referensi ...............................................................................................................................................12
Pengantar
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat seperti sekarang
ini, manusia seperti dihadapkan pada banyak permasalahan baru yang tidak dapat diselesaikan
dengan munggunakan satu dimensi pemikiran. Kasus pembunuhan yang tidak dapat diselesaikan
bahkan dengan teknologi dan ahli yang terbaik, peperangan yang melibatkan banyak pihak tanpa
penyelesaian, penyalahgunaan teknologi kecerdasan buatan yang semakin sulit dilacak, belum lagi
kebijakan-kebijakan penggunaan teknologi pemerintah yang sulit diprediksi risikonya. Keadaan-
keadaan tersebut membuktikan bahwa tindakan saja yang dilandasi oleh suatu niat dan landasan
yang baik dan masuk akal, ternyata tidak dapat menyelesaikan masalah, pada beberapa kasus
bahkan malah dapat memperburuknya.
Dibutuhkan suatu kemampuan atau keterampilan dalam berpikir dan merasakan yang
melibatkan multidimensi, multiperspektif, lepas dari bias, yang bertujuan pada kebaikan yang lebih
besar (greater good). Untuk itu manusia perlu untuk meninjau kembali cara dia berpikir dan merasa,
sebelum dia melanjutkan pada tindakan.
Pembahasan mengenai filsafat laiknya diawali dengan pembahasan tentang hakikat dari ilmu
dan pengetahuan dan tentang ilmuan, sehingga manusia memahami arti sebenarnya dari ilmu dan
pengetahuan sebelum mempergunakannya untuk kehidupannya. Filsafat yang memiliki beragam
aliran pendekatan memiliki tetapi pada makalah ini akan dibahas hakikat ilmu dan ilmuan dari sudut
pandang filsafat modern/konvensional dan dari sudut pandang filsafat ilmu islami.
Pembahasan
Filsafat
Kata filsafat berasal dari kata Yunani filosofia, filo artinya cinta, dan sofia artinya kebijaksanaan
(Wahana, 2016). Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kata filsafat berarti: pengetahuan dan
penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya; teori
yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan; ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika,
dan epistemology; falsafah (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2023).
Secara terminology menurut Immanuel Kant adalah pangkal dari segala pengetahuan yang
mencakup didalamnya empat perosalan, apa yang dapat kita ketahui (dijawab oleh metafisika), apa
yang boleh kita kerjakan (dijawab oleh etika), apa yang dinamakan manusia (dijawab oleh
antropologi), sampai dimana harpan kita (dijawab oleh agama) (Suaedi, 2016).
Filsafat memiliki ciri menyeluruh, mendasar, dan spekulatif (Suaedi, 2016). Menyeluruh artinya tidak
membatasi pada suatu sudut pandang atau suatu ilmu tertentu. Menyeluruh artinya tidak hanya
membatasi pembahasan pada kulit-kulitnya tetapi sampai bagian dasarnya. Spekulatif artinya hasil
suatu pemikiran dijadikan dasar bagi pemikiran selanjutnya.
Pentingnya filsafat adalah untuk merangsang pemikiran kritis, merangsang refleksi etis, dan
mempertanyakan asumsi dasar tentang kehidupan dan kenyataan. Filosof mempertanyakan,
merumuskan argumen, dan mencari pemahaman yang lebih dalam tentang isu-isu seperti tujuan
hidup, etika, hak dan kewajiban, eksistensi Tuhan, kebebasan, alam semesta, dan sebagainya.
Filsafat juga membantu dalam memahami dan menganalisis gagasan-gagasan dalam berbagai
disiplin ilmu lainnya seperti ilmu pengetahuan, matematika, linguistik, seni, dan bahkan dalam
konteks kehidupan sehari-hari. Ini adalah bentuk pemikiran abstrak yang mencari pemahaman
mendalam dan seringkali menghasilkan wawasan dan pemikiran yang mendalam tentang isu-isu
kompleks. Filsafat memainkan peran penting dalam pengembangan pemikiran manusia dan dalam
membantu kita menggali pertanyaan-pertanyaan yang mendasar tentang eksistensi dan
pengetahuan.
Dalam bidang filsafat, terdapat berbagai subdisiplin yang membahas beragam aspek kehidupan dan
pengetahuan manusia. Salah satunya adalah metafisika, yang mencurahkan perhatian pada hakikat
eksistensi, realitas, dan fenomena alam semesta. Metafisika memungkinkan kita untuk menjelajahi
pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai apa yang benar-benar ada di dunia ini, serta asal-
usulnya. Selanjutnya, epistemologi adalah subdisiplin yang memusatkan perhatian pada teori
pengetahuan, pembenaran, dan cara kita memperoleh pengetahuan. Dengan demikian,
epistemologi membantu kita memahami proses intelektual dan cara kita memahami dunia di sekitar
kita.
Etika, di sisi lain, merupakan cabang filsafat yang mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan
tentang nilai, moralitas, dan tindakan yang benar atau salah. Etika membantu kita memahami aspek-
aspek moral dalam kehidupan kita, serta membimbing kita dalam membuat keputusan etis.
Sementara itu, estetika adalah subdisiplin yang berfokus pada pemahaman seni, keindahan, dan
konsep keindahan. Estetika membantu kita menggali makna di balik karya seni dan keindahan dalam
berbagai konteks budaya.
Filsafat politik adalah subdisiplin yang mempertimbangkan struktur pemerintahan, konsep keadilan,
hak asasi manusia, dan politik. Ini adalah bidang di mana pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana
masyarakat diatur, serta apa yang membuat pemerintahan yang adil dan berkelanjutan, menjadi
pusat perhatian. Sementara itu, filsafat agama mempertimbangkan pertanyaan tentang keyakinan
agama, eksistensi Tuhan, dan keimanan. Filsafat agama membantu kita menjelajahi hubungan
antara agama, spiritualitas, dan filsafat.
Filsafat hukum, pada gilirannya, memeriksa konsep hukum dan keadilan dalam masyarakat. Ini
melibatkan pemahaman lebih dalam tentang bagaimana hukum berfungsi, bagaimana keadilan
dijaga, dan bagaimana hukum memengaruhi kehidupan sehari-hari. Terakhir, filsafat sosial adalah
subdisiplin yang mempertimbangkan hubungan sosial dan tindakan kolektif. Ini membantu kita
memahami dinamika sosial, struktur sosial, dan bagaimana individu berinteraksi dalam masyarakat.
Dengan begitu, melalui berbagai subdisiplin dalam filsafat ini, manusia dapat menjelajahi beragam
aspek eksistensi, moralitas, seni, politik, agama, hukum, dan masyarakat, memperdalam
pemahaman kita tentang dunia yang kompleks ini. Setiap subdisiplin memiliki peran khususnya
dalam membantu kita memahami dan merenungkan aspek-aspek penting dalam hidup dan budaya
manusia.
Di sisi lain, filsafat modern, yang dimulai pada abad ke-17 dan berlanjut hingga akhir abad ke-18 atau
awal abad ke-19, menunjukkan perubahan signifikan dalam pendekatan filosofis. Filsuf-filsuf dalam
periode ini menekankan penggunaan rasionalitas, penalaran, dan metode ilmiah sebagai sarana
utama untuk memahami dunia. Ada pergeseran yang jelas dari otoritas agama ke otoritas penalaran
manusia, dengan fokus pada epistemologi, yaitu teori pengetahuan, serta metodologi ilmiah. Filsafat
modern juga menyoroti pemikiran politik yang berpusat pada hak asasi manusia dan kebebasan
individu, dengan tokoh seperti René Descartes, Immanuel Kant, John Locke, David Hume, dan Jean-
Jacques Rousseau sebagai pemikir utama dalam periode ini.
Filsafat modern sering dikaitkan dengan Periode Pencerahan, di mana pemikiran ilmiah dan
rasionalitas dihargai lebih dari mitos dan keyakinan tradisional. Ini adalah periode di mana pemikiran
kritis, perubahan paradigma, dan perkembangan ilmu pengetahuan modern mendominasi. Filsafat
modern telah memiliki dampak besar dalam pembentukan dunia modern, hak asasi manusia, dan
dasar-dasar pemikiran ilmiah dan politik yang masih relevan hingga saat ini. Dengan fokus pada
rasionalitas dan metode ilmiah, filsafat modern telah membentuk dasar pemikiran ilmiah yang kita
kenal saat ini, sementara juga memberikan dasar bagi konsep hak asasi manusia dan kebebasan
individu dalam konteks sosial dan politik. Sebagai kontrast, filsafat konvensional lebih berkaitan
dengan tradisi agama dan mitos sebagai dasar pemikiran filosofis, dengan pertanyaan metafisika dan
etika menjadi fokus utama dalam menjelajahi alam semesta dan nilai-nilai moral. Meskipun berbeda
dalam pendekatan, kedua periode ini memainkan peran penting dalam perkembangan sejarah
filsafat yang panjang dan beragam.
Epistemologi Islam: Ini adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan sumber-sumber pengetahuan
dalam Islam, seperti wahyu (Al-Quran) dan akal (pemikiran rasional). Pertanyaan-pertanyaan
tentang bagaimana pengetahuan diperoleh, apa yang dapat diketahui, dan apa yang merupakan
pengetahuan yang sah adalah fokus utama epistemologi Islam.
Ilmu dan Agama: Bagaimana ilmu pengetahuan dan agama Islam berinteraksi adalah pertanyaan
penting dalam filsafat ilmu Islam. Bagaimana ilmu pengetahuan dapat mendukung atau
bertentangan dengan ajaran agama dan etika Islam adalah isu yang sering diperdebatkan.
Metodologi Ilmiah: Filsafat ilmu Islam juga mempertimbangkan metodologi ilmiah dan prinsip-
prinsip penelitian dalam kerangka nilai-nilai Islam. Bagaimana cara mengembangkan penelitian
ilmiah yang sesuai dengan pandangan agama adalah perhatian utama.
Etika Ilmiah: Pertanyaan etis yang berkaitan dengan penelitian dan praktik ilmiah dalam konteks
Islam juga menjadi perhatian dalam filsafat ilmu Islam. Ini termasuk etika penggunaan teknologi dan
bagaimana penelitian harus memberikan manfaat bagi masyarakat.
Tradisi Filosofis Islam: Filsafat ilmu Islam seringkali terkait dengan tradisi filosofis Islam yang kaya,
yang mencakup pemikiran para filosof seperti Al-Farabi, Avicenna (Ibnu Sina), Al-Ghazali, dan Ibnu
Rusyd, yang telah memberikan kontribusi signifikan dalam filsafat ilmu Islam.
Filsafat ilmu Islam berusaha memahami dan merumuskan hubungan antara pengetahuan, agama,
dan etika dalam budaya dan tradisi Islam. Ini juga berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan
tentang hakikat eksistensi, moralitas, dan tujuan hidup dalam konteks Islam. Selain itu, filsafat ilmu
Islam memiliki peran dalam pengembangan pemikiran ilmiah dalam dunia Muslim dan
penggabungan nilai-nilai Islam dalam praktik ilmiah dan teknologi.
Hakikat Ilmu dalam islam
Definisi ilmu menurut beberapa tokoh islam, “ilmu adalah segala hal yang menyangkut hakikat yang
tidak berubah”, “representasi mental atau konsepsi suatu hal yang diketahui”, atau dapat
disimpulkan sebagai “ilmu adalah sejumlah makna, keyakinan, informasi, fakta, pemahaman, dan
gambaran di bidang yang berbeda” (Humas, 2022).
1. Al Quran: sebagai sumber tertinggi/utama ilmu Islam, yaitu wahyu yang diturunkan kepada
Muhammad saw.
2. Hadits: sebagai penjelas dari Al Quran, menjadi sumber kedua dari ilmu Islam.
3. Akal dan Hati: akal memiliki pengertian daya pikir, daya melakukan sesuatu, sedangkan hati
adalah tempat segala perasaan.
4. Indra: sebagai sumber pengalaman.
Menurut filsafat islami puncak ilmu adalah ma’rifatullah atau pengetahuan tentang Allah (Anhar,
2022) .
Fokusnya pada pengukuran, Oleh karena itu, aspek spiritual dan etika
observasi, dan eksperimen untuk menjadi bagian penting dalam
mencapai pengetahuan yang dapat pendekatan ilmiah Islam.
diuji dan diverifikasi secara objektif.
Konsep ilmu pengetahuan dipisahkan dari Dalam tradisi filsafat Islam, terdapat
Keilmuan dan agama. upaya untuk menyatukan keilmuan
Agama dengan nilai-nilai agama.
Keilmuan dianggap sebagai bidang
yang bersifat sekuler dan bebas dari Ilmuwan Islam berusaha memadukan
pertimbangan agama. pengetahuan ilmiah dengan prinsip-
prinsip Islam.
Ini adalah hasil dari pemisahan
antara Gereja dan ilmu Mereka percaya bahwa ilmu dan agama
pengetahuan yang berkembang bisa bersatu dan saling melengkapi
selama Renaisans dan Abad dalam pencarian kebenaran.
Pencerahan di Eropa.
Perbandingan Filsafat Modern Filsafat Islam
Pendekatan memiliki pendekatan yang sangat Filsafat Islam dapat mendorong
Multidisipliner terpisah antara berbagai disiplin pendekatan yang lebih multidisipliner
ilmu. dalam mencari pengetahuan.
Fokus pada lebih berfokus pada pengembangan maksud hidup dihubungkan dengan
Makna dan pengetahuan dan kemajuan pencarian makna yang lebih dalam dan
Tujuan Hidup teknologi sebagai cara untuk hubungan dengan Allah.
meningkatkan kualitas hidup dan
Ilmuwan dalam konteks ini berusaha
kesejahteraan manusia di dunia ini.
untuk mencari makna dalam
Maksud hidup dalam pandangan ini pengetahuan mereka, dan tujuan hidup
dapat berkaitan dengan pencapaian dapat terkait dengan mendekatkan diri
sosial, ekonomi, dan ilmiah. kepada Allah dan menjalani hidup yang
beretika.
Penutup
Hakikat Ilmu
Dalam sudut pandang filsafat modern, ilmu sangat terfokus pada metode ilmiah dan pemahaman
positivistik tentang pengetahuan. Filsuf modern cenderung mengakui hanya apa yang dapat
diobservasi dan diukur secara empiris sebagai ilmu yang sah. Namun, pandangan ini tidak mencakup
semua dimensi ilmu. Di sisi lain, filsafat Islam menyajikan perspektif yang lebih luas tentang hakikat
ilmu. Filsafat Islam menekankan bahwa ilmu tidak hanya dapat diperoleh melalui metode ilmiah,
tetapi juga melalui wahyu dan pemahaman spiritual. Dalam pandangan ini, pengetahuan bukan
hanya tentang fakta-fakta dunia fisik, tetapi juga tentang hubungan antara manusia, alam, dan
Tuhan.
Ketika dua perspektif ini digabungkan, kita dapat mencapai pemahaman yang lebih komprehensif
tentang hakikat ilmu. Ini berarti bahwa ilmu tidak hanya melibatkan aspek-aspek empiris, tetapi juga
aspek-aspek spiritual dan etis. Filsafat Islam, dalam tradisinya, menganggap ilmu sebagai upaya
untuk mengenal Allah dan ciptaannya. Ini berarti bahwa ilmu sejati harus diiringi oleh kesadaran etis
yang kuat, tanggung jawab, dan tujuan spiritual. Dengan demikian, dalam perspektif ini, ilmu tidak
hanya menjadi sarana untuk memahami dunia alam, tetapi juga menjadi sarana untuk mendekatkan
diri kepada Tuhan.
Dalam hal ini, filsafat modern dapat memberikan kontribusi dengan menawarkan pendekatan
metodologis yang kuat dalam memahami dan menjelaskan dunia alam. Metode ilmiah yang ketat
dan penggunaan pemikiran kritis adalah alat yang sangat berharga dalam mengembangkan
pemahaman kita tentang alam semesta. Namun, harus diingat bahwa metode ilmiah ini hanya
sebagian dari gambaran yang lebih besar tentang ilmu. Dengan mengintegrasikan pandangan filsafat
modern dan filsafat Islam, kita dapat memandang ilmu sebagai upaya holistik yang tidak hanya
mengejar pengetahuan empiris, tetapi juga mencari makna dan tujuan yang lebih dalam dalam
pencarian pengetahuan.
Hakikat ilmuwan
Hakikat ilmuwan dalam sudut pandang filsafat modern dan Filsafat Islam memiliki perbedaan yang
menarik. Dalam perspektif filsafat modern, ilmuwan dipandang sebagai peneliti yang independen
dan objektif, yang dengan tekun berusaha mengungkap kebenaran alam semesta. Mereka didorong
oleh semangat penjelajahan intelektual, dengan fokus utama pada aspek-aspek objektif dan faktual
dalam penelitian mereka. Namun, dalam Filsafat Islam, pandangan ini diberi dimensi tambahan yang
sangat berarti. Filsafat Islam menekankan bahwa ilmuwan seharusnya tidak hanya memiliki
pengetahuan, tetapi juga kesadaran moral dan etika yang kuat dalam setiap aspek penelitian
mereka.
Dalam perspektif ini, ilmuwan, yang sering kali disebut sebagai ulama dalam tradisi Islam, memiliki
tanggung jawab etis yang tinggi terhadap masyarakat dan alam semesta. Mereka diharapkan untuk
menjaga integritas moral dalam semua tahapan penelitian mereka. Oleh karena itu, perbedaan
utama antara kedua pandangan ini adalah bahwa Filsafat Islam menekankan aspek moral yang
mendalam, yang kadang-kadang dapat terabaikan dalam filsafat modern yang lebih sekular.
Namun, penting untuk diingat bahwa keduanya dapat melengkapi satu sama lain. Ilmuwan modern
dapat memperoleh wawasan berharga dari perspektif etika Islam, dengan mempertimbangkan
dampak sosial dan moral dari penelitian mereka. Dengan demikian, konsep moral dalam ilmuwan
dalam Filsafat Islam dapat menjadi panduan berharga bagi ilmuwan modern, membantu mereka
mengintegrasikan nilai-nilai etis dalam penelitian mereka. Dalam tradisi Islam, ilmuwan dianggap
sebagai pencari kebijaksanaan dan pengetahuan, mirip dengan peran filsuf dalam filsafat Barat.
Selain itu, mereka juga diberi tanggung jawab untuk menyebarkan pengetahuan dan memimpin
masyarakat menuju kebaikan, menghubungkan ilmu dan moralitas dengan baik.
Dengan demikian, harmoni antara pendekatan ilmuwan dalam perspektif filsafat modern dan
Filsafat Islam menciptakan peluang bagi ilmuwan modern untuk menggunakan pengetahuannya
untuk kebaikan masyarakat. Mereka dapat mengintegrasikan nilai-nilai moral dan etika dalam
penelitian mereka, sejalan dengan prinsip-prinsip yang ditekankan dalam Filsafat Islam. Dengan cara
ini, kedua pandangan ini dapat saling melengkapi dan menciptakan ilmuwan yang tidak hanya
mengungkapkan kebenaran ilmiah, tetapi juga berperan dalam meningkatkan kehidupan masyarakat
dengan nilai-nilai moral dan etika yang kuat.
Kesimpulan
Meskipun terdapat perbedaan mendasar dalam pendekatan antara filsafat modern dan filsafat Islam
terhadap ilmu dan ilmuwan, perlu disadari bahwa ada potensi besar untuk menjalin dialog yang
konstruktif antara dua tradisi berharga ini. Terbentuknya hubungan dialog dan integrasi pemikiran di
antara keduanya dapat menghasilkan pemahaman yang lebih dalam tentang hakikat ilmu dan peran
ilmuwan dalam masyarakat yang begitu kompleks dan beragam seperti saat ini.
Pentingnya mengintegrasikan filsafat modern dan filsafat Islam dalam pemahaman tentang hakikat
ilmu dan peran ilmuwan menjadi jelas ketika kita melihat permasalahan yang dihadapi oleh
masyarakat kontemporer. Dalam era yang terus berkembang ini, hanya dengan memahami dan
menghargai keduanya kita bisa mencapai pemahaman yang lebih komprehensif dan seimbang
tentang peran ilmu dan ilmuwan dalam masyarakat. Integrasi ini menghadirkan kesempatan untuk
memadukan aspek-aspek yang kuat dari kedua tradisi dan menghasilkan solusi yang lebih baik untuk
berbagai tantangan yang dihadapi oleh umat manusia saat ini.
Kolaborasi yang konstruktif antara filsafat modern dan filsafat Islam memunculkan harapan untuk
menciptakan pemahaman yang lebih mendalam tentang nilai-nilai ilmu pengetahuan dan
pengabdian ilmuwan dalam lingkungan multikultural dan multikonfesional yang semakin
terinterkoneksi. Keduanya mampu saling melengkapi, menciptakan kerangka kerja yang lebih kokoh
untuk menjawab berbagai pertanyaan filosofis dan etis yang muncul dalam dunia ilmu pengetahuan.
Sehingga, melalui kolaborasi ini, kita dapat mengejar solusi yang lebih baik dan lebih holistik
terhadap tantangan yang dihadapi oleh manusia dalam era modern ini, sambil mempertahankan
keberagaman intelektual dan budaya yang sangat penting bagi perkembangan masyarakat global
saat ini.
Referensi
Anhar. (2022). HAKIKAT ILMU: PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM. Retrieved Oktober 18,
2023, from https://anhar.dosen.iain-padangsidimpuan.ac.id/2022/10/hakikat-ilmu-
perspektif-filsafat.html
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, K. P. (2023). Retrieved from Kamus Besar Bahasa
Indonesia: https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/filsafat
Humas. (2022). Hakikat Ilmu dalam Filsafat Pendidikan Islam. Retrieved Oktober 18, 2023, from
https://an-nur.ac.id/hakikat-ilmu-dalam-filsafat-pendidikan-islam/