Anda di halaman 1dari 16

WUS, ASFR & TFR

Oleh :

Hotmauli Simanjuntak, Amd.Keb.


PENGERTIAN WUS

Yang dimaksud dengan Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang keadaan organ
reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 15-49 tahun (WHO dan Depkes RI).

Pada Wanita Usia Subur ini berlangsung lebih cepat dari pada pria.

 Puncak kesuburan ada pada rentang usia 20-29 tahun. Pada usia ini wanita memiliki
kesempatan 95% untuk hamil.
 Pada usia 30-an persentasenya menurun hingga 90%.
 Sedangkan memasuki usia 40, kesempatan hamil berkurang hingga menjadi 40%.
 Setelah usia 40 wanita hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk hamil.

Masalah kesuburan alat reproduksi merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui.
Dimana dalam masa wanita subur ini harus menjaga dan merawat personal hygiene yaitu
pemeliharaan keadaan alat kelaminnya dengan rajin membersihkannya, oleh karena itu WUS
dianjurkan untuk merawat diri.
Bagaimana cara menghitung angka kelahiran atau fertilitas ?

Fertilitas adalah gambaran mengenai jumlah kelahiran hidup di suatu wilayah pada periode
masa tertentu. Istilah angka kelahiran juga dikenal dengan sebutan natalitas.

Pada umumnya, angka kelahiran atau fertilitas dapat digolongkan menjadi 2 macam, yakni:

1) Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate = CBR)

Angka kelahiran kasar adalah angka yang menunjukkan tentang banyaknya bayi lahir
hidup dari setiap seribu penduduk dalam periode satu tahun. Untuk menghitung angka
kelahiran kasar dapat menggunakan persamaan berikut ini:

Rumus Angka Kelahiran Kasar Keterangan:

CBR = Angka kelahiran kasar.


B = Jumlah kelahiran selama 1 tahun.
P = Jumlah penduduk.
Contoh:

Desa Wirobajan, Yogjakarta pada tahun 2013 berpenduduk 3.000 jiwa. Jumlah kelahiran pada
tahun yang sama adalah 27 bayi. Berapakah angka kelahiran kasarnya?

Jawab:

CBR = (27/3.000) x 1000 = 9 jiwa

Jadi angka kelahiran kasar desa Wirobrajan Yogyakarta pada tahun 2013 dari setiap 1000 warga
melahirkan 9 bayi.
2) Angka Kelahiran Menurut Kelompok Usia (Age Specific Fertility Rate = ASFR)

Angka kelahiran menurut kelompok usia adalah angka yang menunjukkan banyaknya
bayi lahir hidup dari setiap seribu penduduk wanita (perkelompok umur pada usia
reproduksi) dalam periode 1 tahun. Adapun untuk menentukan angka kelahiran menurut
kelompok umur tertentu digunakan persamaan di bawah ini.

Rumus Angka Kelahiran menurut umurKeterangan:

ASFRx = Angka kelahiran menurut kelompok umur x tahun.


Bx = Jumlah kelahiran dari wanita kelompok umur x tahun selama setahun.
Px = Jumlah penduduk wanita kelompok umur x tahun.
Contoh:

Penduduk wanita kelompok umur 25–30 tahun di Desa Ngrukem pada tahun 2013 berjumlah 600
jiwa. Jumlah kelahiran dari wanita kelompok tersebut 120 bayi. Berapa angka kelahiran dari
wanita kelompok umur tersebut?

Jawab:

ASFRx = (120/600) x 1000 = 20 jiwa

Jadi angka kelahiran dari wanita yang berumur 25 hingga 30 tahun di desa Ngrukem per 1000
wanita pada tahun 2013 sebanyak 20 jiwa.
PENGERTIAN ASFR

Age Specific Fertility Rate (ASFR) adalah Banyaknya kelahiran per 1000 wanita pada kelompok
usia tertentu antara 15-49 tahun. ASFR merupakan indikator kelahiran yang memperhitungkan
perbedaan fertilitas dari wanita usia subur menurut umurnya.
PENGERTIAN TFR

Angka Kelahiran Total atau Total Fertility Rate yang sering disingkat TFR adalah jumlah rata-rata
anak yang dilahirkan oleh seorang wanita selama masa usia suburnya (antara umur 15-49
tahun).

Angka TFR menurun dari 4,7 anak per wanita usia subur tahun 1950 menjadi 2,5 tahun 2019 (30
Oktober 2019).

 BKKBN: 4,8 Juta Bayi Lahir Tiap Tahun

 BKKBN: 4,8 Juta Bayi Lahir Tiap Tahun


Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Indonesia masih tergolong tinggi. Hingga akhir 2018, LPP
Indonesia berada di posisi 1,39%, yang berarti setiap tahun ada 4,2 juta sampai hampir 4,8 juta
bayi baru lahir di Indonesia.

Angka ini turun dari 2010 sebesar 1,49%, tetapi penurunannya sangat lamban. Tahun depan,
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) menargetkan, LPP turun di bawah 1,2%.

Masih tingginya angka LPP Indonesia tak lepas dari capaian program-program pengendalian
penduduk, yang sebagiannya merupakan tanggung jawab BKKBN. Hingga 2018 sejumlah
indikator pengendalian penduduk gagal tercapai.

Sekretaris Utama (Sestama) BKKBN, Nofrijal mengatakan, baru dua dari enam indikator program
kependudukan dan KB yang tercapai hingga akhir 2018.

Indikator tersebut adalah angka kelahiran total atau Total Fertility Rate (TFR) yang turun dari 2,6
menjadi 2,38. Artinya satu wanita usia subur di Indonesia berpotensi memiliki anak lebih dari
dua.

Pemerintah menargetkan TFR turun sampai 2,1 di tahun 2025, yang menandakan penduduk
sudah tumbuh seimbang.
Satu indikator lain yang juga tercapai adalah angka kelahiran menurut umur atau Age Specific
Fertility Rate (ASFR) pada perempuan muda 15-19 tahun. ASFR di Indonesia masih terbilang
tinggi dibanding negara lain di ASEAN, meskipun telah menurun dari 46 menjadi 36 per 1000
kelahiran.

Angka ASFR telah melampaui target BKKBN tahun ini, yakni 40 per 1000 kelahiran. Namun,
angka 36 ini tetaplah memprihatinkan. Mereka penyumbang tingginya angka balita stunting,
kematian ibu dan bayi di Indonesia.

Di sisi lain, BKKBN harus bekerja ekstra keras untuk mencapai empat indikator lain yang belum
berhasil dicapai dikarenakan sejumlah kendala.
I. Pertama

penggunaan alat kontrasepsi atau Contraceptive Prevalensi Rate (CPR) masih rendah. Saat ini,
jumlah peserta KB aktif baru 57,2% padahal targetnya 61,2%.

“BKKBN hanya mampu meningkatkan rata-rata setiap tahun 1% dari yang seharusnya 4%.
Kendalanya, beberapa daerah belum digarap karena sulit dijangkau,” kata Nofrijal di sela-
sela kegiatan sosialisasi dan konsultasi pelaksanaan DAK program KB 2019 untuk wilayah
regional III yang berlangsung selama tiga hari di Denpasar, Bali.
II. Kedua

Kebutuhan KB yang tidak terlayani (unmet need) baru berhasil diturunkan menjadi 12,4%
dari target seharusnya sebesar 10,14%. Kendalanya, penyebaran kontrasepsi tidak merata
sampai ke fasilitas kesehatan.

Selain itu, terdapat masa transisi pelayanan KB dari yang sebelum dengan sesudah dibiayai
oleh BPJS Kesehatan.

BKKBN segera melakukan pembenahan, terutama sinkronisasi data berapa peserta KB yang
dibiayai BPJS Kesehatan.
III. Ketiga

Angka putus pakai (drop out) kontrasepsi masih tinggi. Meskipun mengalami penurunan
sampai 25%, angka ini belum memuaskan dari angka idealnya yang berada di bawah 20%.
IV. Keempat

Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) belum sesuai harapan. Tingginya
angka putus pakai disebabkan oleh angka ini.

Angka penggunaan MKJP memang meningkat sebesar 23,1% dari target 22,3%. Akan tetapi,
kemudahan mengakses jenis kontrasepsi jangka pendek seperti pil dan suntikan
menyebabkan angka putus pakai tetap tinggi.
“Kita butuh tenaga yang harus terlatih terutama yang tinggal di daerah pelosok. Selain itu,
pilihan MKJP ini lebih banyak ke implan. Sementara pengadaan implan di 2018 ada sedikit
masalah. Tidak semua provinsi bisa menyediakannya,” kata Nofrijal.

Anda mungkin juga menyukai