Anda di halaman 1dari 38

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK)

Masalah gizi beban ganda yaitu masalah gizi kurang dan gizi lebih di

Indonesia masih merupakan masalah serius yang harus diselesaikan untuk

menciptakan generasi berkualitas. Seribu hari pertama kehidupan merupakan salah

satu gerakan untuk memutus masalah gizi baik dari penyakit menular maupun tidak

menular yang terjadi pada kelompok rawan gizi seperti ibu hamil dan bayi yang

dimulai dari usia pertama kali dalam kandungan sampai berusia dua tahun (Hadiat,

2015).

Masalah gizi yang terjadi pada anak merupakan dampak dari kesalahan dalam

memilih bahan makanan untuk dikonsumsi serta ketidakseimbangan antara asupan

makanan yang dikonsumsi dengan keluaran zat gizi atau dapat dikatakan asupan

melibihi keluaran atau sebaliknya yang dapat menimbulkan dampak yang buruk

berupa penyakit kronis, berat badan tidak ideal, alergi, karies dll (Arisman, 2009).

Oleh karena itu diperlukan gerakan seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK) untuk

mengantisipasi terjadinya masalah gizi ini. Dampak buruk yang ditimbulkan jika

terjadi masalah gizi pada masa 1000 hari pertama kehidupan seperti malnutrisi, akan

sulit untuk diperbaiki dan biasanya akan bersifat permanen dan berjangka panjang

(Achadi, 2014).

13

Universitas Sumatera Utara


14

Seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK) merupakan gerakan yang sejalan

dengan upaya penanganan masalah gizi secara global yang diprakarsai oleh PBB dan

disebut dengan Scalling Up Nutrition (SUN). Kegiatan 1000 HPK ini dibagi menjadi

dua intervensi yaitu intervensi spesifik yang menjadi titik kritis dalam membentuk

SDM berkualitas lebih fokus kepada ibu hamil, bayi kelompok umur 0-6 bulan dan 7-

23 bulan atau sejak anak masih dalam kandungan sampai berusia 2 tahun dan

intervensi sensitif yang sasarannya berada diluar sektor kesehatan yang dapat

mendukung kesehatan seperti penyediaan air bersih dan sanitasi, keluarga berencana,

jaminan kesehatan masyarakat, jaminin persalinan dasar, ketahanan pangan dan gizi,

fortifikasi pangan, pendidikan gizi masyarakat, intervensi untuk remaja putri dan

pengentasan kemiskinan (Direktorat Bina Gizi (2014) dalam Kementerian Sosial RI,

(2015)).

Seribu hari pertama kehidupan sendiri terdiri dari 270 hari selama kehamilan

dan 730 hari kehidupan perrtama sejak bayi lahir yang disebut juga dengan golden

period karena pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan berlangsung dengan

cepat dan apabila tidak dimanfaatkan akan terjadi kerusakan yang bersifat permanen

(Achadi, 2014)

2.1.1 Periode Kehamilan (280 Hari)

Awal kehamilan merupakan titik awal perhatian terhadap anak. Hal yang

harus dipastikan dalam 1000 hari pert ama kehidupan yaitu anak harus mendapatkan

asupan gizi yang optimal agar penurunan status gizi anak dapat dicegah sejak awal

(Priyatna, 2014).

Universitas Sumatera Utara


15

Masa kehamilan yang dapat juga disebut sebagai masa pertumbuhan janin

yang sangat cepat dalam kandungan ibu. Pada kehamilan 8 minggu pertama terbentuk

cikal bakal yang akan menjadi jantung, otak, hati, ginjal, tulang dan yang lainnya

sedangkan pada usia 9 minggu hingga masa kelahiran terjadi pertumbuhan dan

perkembangan lebih lanjut dari organ tubuh hingga siap untuk hidup diluar

kandungan ibu (Achadi, 2014). Bayi dalam kandungan sangat bergantung pada

kesehatan dan nutrisi ibunya yang baik saat periode kehamilan. Kekurangan gizi yang

dialami ibu hamil akan berdampak buruk bagi dirinya dan janin yang dikandungnya

(Chomaria, 2011).

Wanita hamil merupakan salah satu dari kelompok rawan gizi. Tidak hanya

gizi ibu yang harus diperhatikan namun gizi bayi dalam kandungan juga harus

diperhatikan oleh karena itu dianjurkan untuk menambah 300 kkal perhari dari total

kalori yang dikonsumsi oleh ibu sebelum hamil (Arisman,2009). Bila ibu mengalami

kekurangan gizi pada saat hamil, masalah yang dapat terjadi pada janin adalah

prematur, lahir mati, kematian prenatal (kematian pada bayi kurang dari 7 hari), dan

pada ibu dapat terjadi anemia gizi, penurunan daya tahan tubuh, kesulitan dalam

persalinan, dll. Dampak kekurangan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan tidak

hanya terkait dengan pertumbuhan fisik namun juga berpengaruh terhadap

perkembangan mental dan kecerdasan yang terlihat dari ukuran fisik yang tidak

optimal dan kualitas kerja yang tidak mampu bersaing pada usia dewasa (Nurhati,

2009).

Universitas Sumatera Utara


16

Pertumbuhan dan perkembangan janin (280 hari) dalam rahim berlangsung sangat

cepat oleh karena itu nutrisi yang dibutuhkan bayi harus terpenuhi. Ibu hamil

memiliki kebutuhan gizi cenderung lebih besar daripada wanita yang tidak hamil.

Adapun syarat makanan sehat bagi ibu hamil yaitumampu menyediakan energi

(kalori) yang cukup dan menyediakan semua nutrisiyang dibutuhkan untuk kesehatan

ibu dan pertumbuhan janin, dapat menghidarkan pengaruh negatif bagi janin dan

mampu mendukung metabolisme tubuh ibu dalam memelihara berat badan, kadar

gula darah dan tekanan darah ibu (Hidayati, 2014).

Kehamilan biasanya disadari beberapa bulan setelah pembuahan yang artinya

pada awal kehamilan embrio yang dikandung oleh ibu masih dapat terpapar oleh

kebiasaan yang tidak baik oleh ibu seperti minum alkohol, merokok dll. Jadi ada

baiknya jika jauh sebelum kehamilan terjadi calon ibu mempersiapkan diri dengan

memperbaiki status gizi agar tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk serta

meninggalkan kebiasaan buruk yang biasa dilakukan sebelum hamil.

Hal yang sebaiknya dilakukan oleh ibu hamil yaitu memperbaiki pola makan

yang tidak teratur manjadi teratur dan tidak melewatkan sarapan pagi. Makan yang

tidak teratur dapat memperberat kerja insulin sehingga meningkatkan resiko obesitas.

Jika ibu mengalami obesitas dan sudah terlanjur hamil maka tidak diperbolehkan

mengurangi berat badan karena dikhawatirkan akan mempengaruhi perkembangan

janin, namun ibu dapat mengurangi konsumsi lemak/minyak yang berlebihan dan

melakukan olahraga ringan untuk membakar lemak tubuh. Ibu hamil yang gemuk

dapat memicu timbulnya masalah dalam proses dan pasca persalinan. Infeksi setelah

Universitas Sumatera Utara


17

bersalin akibat banyaknya pembuluh darah ibu yang tersumbat sering terjadi, selain

itu lemak yang berlipat pada lapisan kulit merupakan media kondusif bagi

pertumbuhan kuman hingga resiko infeksi semakin meningkat. Resiko lainnya yaitu

penyempitan pada plasenta, lemak dapat menghambat suplai oksigen kepada janin

sehingga dapat menyebabkan kerusakan otak dan ganggguan pada paru-paru janin.

Resiko lainnya yang dapat terjadi ialah obesitas pada bayi (Hidayati, 2014).

Selain mengatur jadwal makan, kualitas keamanan makanan, nutrisi yang

terkandung didalamnya juga harus diperhatikan. Sebaiknya pilih makanan segar dan

mengutamakan mengolah sendiri makanan yang dikonsumsi daripada membeli

jajanan dipasaran yang belum terjamin kebersihan dan kualitas bahannya. Selain itu

imbangi dengan mengkonsumsi buah dan sayur serta perhatikan asupan air agar tidak

terjadi dehidrasi.Perhatikan ibu agar sebelum dan selama hamilmemiliki status gizi

baik dan tidak mengalami kurang energi kronik (KEK). Wanita usia subur yang

berusia 19 tahun besar resikonya terkena KEK dan melahirkan bayi BBLR. Pada

penelitian Nurmadinisia (2012) diketahui sebesar 65% ibu hamil KEK di kota Depok

yang mendapatkan PMT berat badannya bertambah sesuai dengan usia kehamilan

yang dikandungnya.

Makan dengan porsi kecil tetapi sering dalam memenuhi kebutuhan gizi ibu

hamil jauh lebih baik mengingat ada masa mual muntah pada kehamilan. Makan

makanan beraneka ragam 1 porsi lebih banyak dari sebelum hamil terutama pangan

hewani (Kemenkes RI, 2011). Berikut yang harus dipenuhi oleh ibu hamil selama

kehamilan:

Universitas Sumatera Utara


18

a. Energi

Kebutuhan energi selama hamil cenderung berbeda dari sebelum hamil, oleh

karena itu WHO menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 kkal sehari pada

trimester satu, dan 350 kkal selama trimester dua dan tiga karena Kebutuhan akan

energi pada trimester I sedikit sekali meningkat setelah itu sepanjang trimester dua

dan tiga kebutuhan akan terus meningkat sampai akhir kehamilan. Energi tambahan

selama trimester dua diperlukan untuk pemekaran jarinan ibu yaitu penambahan

volume darah, pertumbuhan uterus dan payudara serta penumpukan lemak sedangkan

pada trimester tiga diperlukan untuk pertumbuhan janin dan plasenta (Arisman,

2009). Sumber energi utama dapat diperoleh dari makanan pokok seperti beras,

sereal, umbi-umbian tepung dan hasil olahannnya

b. Protein

Diperkirakan sebanyak 925 gr protein yang dibutuhkan ibu selama kehamilan.

Dalam satu hari asupan protein dapat mencapai 75-100 gr atau sekitar 12% dari

jumlah total kalori atau sekitar 1,3 gr/kg/hari pada gravida matur, 1,5 gr/kg/hari pada

usia ibu hamil15-18 tahun dan 1,7 gr/kg/hari pada usia ibu hamil dibawah 15 tahun.

Sumber protein sebaiknya 2/3 bagian merupakan dari pangan yang bernilai biologi

tinggi seperti daging yag tidak berlemak, susu, telur dll (Arisman, 2009).

c. Lemak

Lemak yang baik adalah lemak nabati yang berasal dari tumbuhan seperti

santan dan minyak. Lemak berfungsi untuk melarutkan viamin A,D, E, dan K.

Konsumsi lemak sebaiknya 10-25% dari kebutuhan energi (Hidayati, 2014).

Universitas Sumatera Utara


19

d. Asam Folat

Asam folat kebutuhannya meningkat dua kali lipat selama hamil. Kekurangan

asam folat akan mengakibatkan meningkatnya rasa lelah, ganguan tidur serta

meningkatkan kepekaan. Asam folat berfungsi memproduksi sel darah merah dan

mencegah anemia pada ibu hamil dan memegang peranan penting bagi

perkembangan embrio. Asam folat dapat membantu mencegah cacat pada otak dan

tulang belakang dan juga dapat meningkatkan resiko bayi lahir prematur, BBLR serta

gangguan pertumbuhan janin (Hidayati, 2014). Kebutuhan asam folat sebelum dan

selama kehamilan yaitu sekitar 0,4-0,8 mg/ hari yang bisa diperoleh dari makanan

yang berwarna hijau, jeruk, buncis, kacang-kacangan dan gandum. Dalam mengolah

sayuran harus diperhatikan cara memasak yang benar agar kandungan asam folat

tidak rusak karena asam folat tidak stabil pada suhu panas serta dalam menghindari

mengonsumsinya bersamaan denngan penganggu penyerapan asam folat seperti

alkohol, aspirin dll (Arisman, 2009).

e. Vitamin A

Pada ibu hamil disarankan untuk mengonsumsi vitamin A secara seimbang,

tidak berlebih dan tidak kurang terutama diawal-awal kehamilan. Jika ibu hamil

mengonsumsi lebih dari 10.000 IU maka lebih beresiko 2,4 kali terjadinya kelainan

jantung, otak dan sumsum tulang belakang dibandingkan yang mengonsumsi 5.000

IU atau kurang (Hidayati, 2014). Jika konsumsi vitamin A kurang juga beresiko bayi

lahir prematur dan BBLR serta terjadi hambatan pertumbuhan dalam rahim

(Aritonang, 2010). Angka kecukupan vitamin A yang dianjurkan bagi ibu hamil

Universitas Sumatera Utara


20

adalah 800 RE/hari. Vitamin A memiliki peranan penting dalam fungsi tubuh

terutama penglihatan, imunitas serta perkembangan jaringan tubuh. Vitamin A dapat

diperoleh dari buah-buahan dan sayur yang berwarna hijau atau kuning,

mentega,susu, kuning telur dll (Fikawati, 2015).

f. Vitamin C

Ibu hamil disarankan untuk mengonsumsi 85 mg vitamin c perhari yang

berguna sebagai antioksi dan yang melindungi jaringan dari kerusakan serta berfungsi

untuk pembentukan kolagen dan penghantar sinyal di otak bayi dan dapat membantu

penyerapan Fe. Vitamin c dapat diperoleh dari tomat, jeruk, stroberi dll (Hidayati,

2014).

g. Zat Besi

Zat besi berfungsi untuk memproduksi hemoglobin (Hb) yaitu protein di sel

darah merah yang memiliki peran sebagai pembawa oksigen ke jaringan tubuh.

Kebutuhan zat besi dua kali lipat selama hamil yaitu. Sekitar 1000 mg selama hamil

(Aritonang, 2010) yang dapat diperoleh dari daging merah, unggas dll. Kekurangan

zat besi dapat menyebabkan kekurangan Hb dalam darah yang diperlukan untuk

membawa oksigen kepada janin.Pada kenyataannya banyak ibu hamil yang

memperoleh zat besi dalam bentuk tablet tambah darah tidak mengetahui beberapa

aturan dalam mengonsumsinya seperti tidak boleh mengonsumsi tablet zat besi

dengan teh manis, susu dan suplemen kalsium, sebaiknya diminum dengan air putih

saja dan dikonsumsi pada malam hari disertai dengan konsumsi buah yang

Universitas Sumatera Utara


21

mengandung vitamin C agar membantu penyerapan zat besi. Tablet zat besi yang

telah berubah warna sebaiknya tidak dikonsumsi lagi (Hidayati, 2014).

h. Zink

Zink merupakan mikro mineral dan sumber zink yang paling dikenal ialah

ikan dan daging karena zink yang bersumber dari hewan lebih mudah diserap oleh

tubuh dari pada yang bersumber dari nabati. Pada beberapa studi kekurangan zink

dapat menyebabkan proses kelahiran yang lama dan sulit, perdarahan saat

melahirkan, bayi lahir prematur, cacat pada janin dan juga hipertensi. Kebutuhan zink

pada trimester pertama adalah 0,5 mg/hari dan pada terimester kedua dan tiga 1,5

mg/hari (Aritonang, 2010).

i. Kalsium

Menurut Aritonang (2010) Kebutuhan kalsium ibu hamil yang perlu ditambah

ialah sekitar 400 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan janin dan juga ibu untuk

menguatkan tulang dan gigi. Hampir keseluruhan dari tambahan kalsium ini

ditransfer ke tulang bayi. Pada ibu hamil yang diberikan suplemen kalsium (Kalk)

maka sebaiknya tidak mengonsumsinya dengan tablet tambah darah karena dapat

mengurangi penyerapannya.

j. Yodium

Yodium dibutuhkan dalam jumlah sedikit dalam tubuh namun sangat

berpengaruh terhadap kecerdasan anak dan juga keterbelakangan mental serta

mengurangi kemungkinan kematian bayi. Kekurangan yodium dapat menyebabkan

Universitas Sumatera Utara


22

kerusakan otak permenen pada bayi. Pada ibu hamil dianjurkan untuk menambah

kadar yodium 25 µg/hari.

Pengukuran status gizi ibu hamil sering dilihat dari ukuran lingkar lengan atas

(LiLA). Ibu hamil diharapkan memiliki ukuran LiLA minimal 23,5 cm karena ibu

hamil yang memiliki LiLA < 23,5 cm beresiko menderita kekurangan energi kronik

(KEK) dan dikhawatirkan akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah

(BBLR) atau <2500 gram yang nantinya juga akan berkaitan dengan gangguan

pertumbuhan anak dan beresiko menderita gizi kurang bahkan dapat menyebabkan

kematian. Ibu yang memiliki LiLA< 23,5 cm beresiko 2 kali lebih besar melahirkan

bayi BBLR daripada ibu yang memiliki ukuran LiLA normal, oleh karena itu perlu

memperbaiki status gizi calon ibu dan dimulai dari remaja. Pada penelitian Ferial

(2009) mengenai hubungan antara status gizi ibu berdasarkan ukuran lingkar lengan

atas dengan berat badan lahir di RSUD Daya Kota Makassar diketahui sebanyak 44

ibu hamil yang memilki ukuran LiLa <23,5 cm dan 34 ibu diantaranya melahirkan

bayi BBLR (<2500 gram).

Masalah lainnya yang kerap terjadi saat hamil yaitu anemia yang disebabkan

oleh kadar Hemoglobin dalam darah yang rendah. Anemia dapat dicegah dengan

mengonsumsi makanan yang tinggi protein dan zat besi maupun pemberian

suplemen. Hasil penelitian Purbadewi dan Ulvie (2007) mengenai hubungan tingkat

pengetahuan anemia dengan kejadian anemia pada ibu hamil diketahui sebagian besar

ibu hamil di Puskesmas Moyudan berumur 20-35 tahun dan berpendidikan SMA/

sederajat, sebanyak 64,3% mengalami anemia selain itu juga diketahui adanya

Universitas Sumatera Utara


23

hubungan pengetahuan ibu dengan terjadinya anemia pada ibu hamil. Ibu yang hamil

dianjurkan untuk meminum tablet tambah darah secara teratur minimal 90 tablet

selama kehamilan (Kemenkes RI, 2011).

Vaksinasi sebelum hamil seperti imunisasi tetanus toxoid (TT) sangat

diperlukan oleh calon ibu karena dapat meindungi ibu dan bayi dari penyakit tetanus

yang disebabkan oleh infeksi colostridium tetani. Infeksi ini dapat terjadi dari bekas

perlukaan yang didapat selama proses persalinan apalagi jika persalinan tidak

ditolong oleh tenaga medis. Perlukaan yang tidak mendapatkan perawatan yang baik

dapat menyebabkan bakteri colostridium tetani berkembang biak dengan baik dan

menyerang sistem syaraf pusat. Pada bayi bakteri tetanus dapat masuk melalui tali

pusat yang dipotong secara tidak steril. Imunisasi diberikan sebanyak 5 kali yaitu

pertama sebelum menikah atau sebelum hamil dan untuk selanjutnya disesuaikan

dengan kondisi ibu (Hidayati, 2014). Kurangnya informasi dari bidan tentang manfaat

imunisasi TT dan ketakutan ibu untuk diimunisasi merupakan faktor penyebab tidak

lengkapnya imunisasi TT pada ibu hamil (Nora, 2011)

Ibu yang berada pada masa kehamilan dianjurkan untuk memeriksakan

kehamilannya minimal 4 kali selama hamil (Kemenkes RI, 2011). Saat memasuki

kehamilan trimester tiga, sebaiknya ibu dan suaminya sudah mendapatkan informasi

tentang menyusui seperti manfaat, posisi dan teknik menyusui yang tepat, cara

menangani masalah-masalah yang muncul saat menyusui seperti lecet pada puting,

ASI tidak keluar dan yang lainnya (Hidayati, 2014).

Universitas Sumatera Utara


24

Pada penelitian Fauziah (2009) diketahui bahwa ibu yang memperoleh

konseling mengenai ASI dan kolostrum selama kehamilan dan persalinan memiliki

waktu menyusui bayi pertama kali lebih cepat daripada ibu yang tidak mendapatkan

konseling selama masa kehamilan dan persalinan. Hal yang sebaiknya dihindari saat

hamil yaitu:

1. Berhenti merokok dan hindari asap rokok

Bahaya rokok tidak hanya bagi ibu perokok saja namun juga bagi janin yang

dikandungnya. Ibu perokok dan ayah perokok merupakan penyebab utama dari semua

jenis cacat lahir. Asap tembakau yang mengandung karbon monoksida dan nikotin,

mengganggu dan menurunkan kadar oksigen yang dikirim ke sel-sel janin dapat

menyebabkan gangguan perkembangan sel sehingga menimbulkan kecacatan pada

janin. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan (2010) ditemukan sebanyak

75% ibu hamil yang merupakan perokok pasif berat melahirkan bayi BBLR

sedangkan ibu yang tidak terpapar asap rokok 100% melahirkan bayi dengan berat

badan yang normal,

2. Mengonsumsi alkohol

Ketika seorang ibu hamil mengonsumsi alkohol, maka alkohol dalam darah

akan melewati plasenta ke bayi yang dikandung oleh ibu. Alkohol terkenal

mengandung zat teratogenik (zat yang menyebabkan kecacatan pada janin). Paparan

alkohol pra lahir diduga menjadi sebab dari keterbelakangan mental. Menurut

penelitian yang dipublikasikan oleh pediatrics, penggunaan alkohol pada wanita 18-

Universitas Sumatera Utara


25

44 tahun merupakan penyebab cacat lahir dan cacat perkembangan di Amerika

Serikat(Hidayati, 2014).

2.1.2 Periode 0-6 Bulan (180 hari)

Periodeini adalah periode pemberian ASI eksklusif pada bayi yang harus

memperhatikan beberapa hal sepertibayi harus mendapatkan inisiasi menyusu dini

(IMD) segera setelah lahir setidaknya selama satu jam pertama setelah lahir atau

hingga proses menyusu pertama selesai (Roesli dalam Fikawati (2015).Air Susu Ibu

(ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi karena semua nutrisi yang

diperlukan bayi ada di ASI. Oleh karena itu dalam Warta Gizi dan KIA (2013) WHO

telah merekomendasikan pemberian ASI selama 6 bulan sedangkan pemerintah telah

merangkumkannya dalam peraturan tentang ASI eksklusif yang dapat dillihat pada

Undang-undangnomor 13 tahun 2003 pasal 83 tentang ketenagakerjaan, Undang-

undang nomor 36 tahun 2009 pasal 128 tentang kesehatan dan Peraturan

Pemerintahnomor 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI.

Kelahiran bayi sebaiknya ditolong oleh petugas kesehatan. Pada awal

kelahiran bayi, segera lakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dimana bayi diletakkan di

atas dada atau perut ibu dan membiarkan bayi untuk mencari puting ibunya sendiri

dan biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu. Sebaiknya ibu dan bayi tetap

dirawat bersama (rawat gabung) agar dapat menyusui bayi sesuai dengan

kebutuhannya. IMD sendiri memiliki banyak manfaat diantaranya yaitu bayi

memperoleh kolostrum yang sangat baik untuk daya tahan tubuh bayi, adanya skin to

skin antara tubuh bayi dan ibu membuat suhu tubuh bayi tetap dalam keadaan normal

Universitas Sumatera Utara


26

sehingga bayi merasa lebih nyaman selain itu bayi yang sebelumnya dilakukan IMD

besar kemungkinan berlanjut kepada pemberian ASI eksklusif yang sangat baik bagi

perkembangan fungsi usus, terhindar dari alergi serta tidak menggangu pertumbuhan

bayi. IMD juga sangat membantu mengurangi rasa stres pada ibu dan meningkatkan

ikatan ibu dan anak. Rangsangan yang diberikan oleh bayi ketika menyusu dapat

mempercepat keluarnya ASI (Fikawati, 2015).

Setelah dilakukan IMD maka sebaiknya ibu melanjutkan pemberian ASI saja

kepada bayi selama 6 bulan kerena didalam ASI telah terkandung semua zat gizi yang

dibutuhkan oleh bayi dan tidak perlu penambahan makanan lainnya. Lebih dari 200

unsur pokok yang terkandung di dalam ASI diantaranya protein, lemak, karbohidrat,

vitamin, mineral, hormon, faktor pertumbuhan, enzim, zat kekebalan dan sel darah

putih. Seluruh zat tersebut ada secara proporsional dan seimbang satu dengan yang

lainnya (Roesli, 2000). Menurut Purwanti (2004) semakin sering ibu menyusui maka

semakin banyak ASI yang dikeluarkan dengan kata lain membuat semakin banyak

ASI yang diproduksi oleh ibu untuk memenuhi kebutuhan bayi.

WHO (2003) dalam Khasanah, (2011) merekomendasikan memberikan ASI

(<1 jam) dan secara eksklusif selama 6 bulan dan setelah 6 bulan ASI tetap diberikan

sampai usia 24 bulan disertai dengan pemberian MP-ASI yang bergizi lengkap, cukup

dan seimbang, aman serta diberikan tepat waktu dan dengan cara yang benar. ASI

merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses

menyusui bayi dan merupakan makanan yang telah disiapkan untuk calon bayi pada

Universitas Sumatera Utara


27

periode kehamilan dimana hormon tertentu merangsang payudara untuk

memperbanyak saluran dan kelenjar air susu.

Sukses atau tidaknya proses menyusui telah dimulai sejak periode kehamilan

ibu yaitu pada pemeriksaan kehamilan dimana petugas kesehatan memberikan

penyuluhan mengenai perawatan payudara dan penyuluhan mengenai laktasi

termasuk menganjurkan ibu untuk menyusui bayi 30 menit pertama setelah lahir

(Soetjiningsih, 1997).

Kurangnya pengetahuan ibu dalam pemberian ASI eksklusif dikarenakan

kurangnya penyampaian informasi atau pengetahuan tentang ASI eksklusif itu sendiri

kepada ibu (Roesli, 2000). Semakin baik pengetahuan ibu tentang manfaat pemberian

ASI eksklusif maka semakin besar peluang ibu untuk memberikan ASI eksklusif

kepada bayinya. Hal ini sejalan dengan penelitian Yolanda (2014) yang menyatakan

ada hubungan bermakna antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.

Hasil penelitian Suyanto (2010) diketahui ada pengaruh penyuluhan terhadap

peningkatan pengetahuan dan sikap ibu tentang makanan dan gizi seimbang,

sedangkan hasil penelitian Nurazizah (2011) diketahui ada pengaruh penyuluhan

melalui media KIE terhadap peningkatan pengetahuan ibu hamil mengenai IMD dan

ASI eksklusif.

Bayi dan anak-anak yang berada dalam tahap pertumbuhan membutuhkan

asupan protein yang lebih banyak perkilogram berat badannya daripada orang dewasa

dan protein yang dibutuhkan ini dapat diperoleh bayi usia 0-6 bulan dari pemberian

ASI eksklusif. Terdapat 3 jenis ASI yaitu kolostrum yang biasanya keluar pada hari

Universitas Sumatera Utara


28

pertama sampai hari ketiga atau hari kelima kelahiran bayi. Kolostrum ini berwarna

kuning keemasan yang disebabkan tingginya protein dan zat kekebalan tubuh serta sel

darah putih yang terkandung didalamnya. Jumlah kolostrum yang diproduksi oleh ibu

biasanya sekitar 7,4 sendok teh dan ini sesuai dengan kebutuhan perut bayi yang baru

lahir. ASI transisi pada hari ke 3-5 sampai hari ke 8-11. Pada tahap ini ASI yang

dikeluarkan volumenya sudah makin banyak namun komposisi proteinnya semakin

kurang, dan yang terakhir yaitu ASI matur sejak hari 8- 11 hingga seterusnya. Untuk

keberhasilan menyusui, dukungan terhadap ibu dan pemantauan pertumbuhan bayi

secara rutin sangat berpengaruh (Hidayati, 2014).

ASI Memiliki manfaat yang luar biasa baik bagi ibu maupun bayi diantaranya

ialah (Fikawati, 2015):

- Tidak akan menimbulkan alergi

- Meningkatkan daya tahan tubuh bayi

- Meningkatkan kecerdasan

- Mengurangi resiko terkena karies dentis

- Biaya lebih murah dibandingkan dengan pemberian susu formula

- Melindungi kesehatan ibu karena menyusui dapat mengurangi resiko

perdarahan setelah melahirkan yang disebabkan oleh peningkatan hormon

oksitosin yang berguna untuk involusi uterus.

Universitas Sumatera Utara


29

- Membantu menunda kehamilan jika menyusui dilakukan secara rutin

dikarenakan hormon yang mempertahankan laktasi dapat menekan hormon

untuk ovulasi dan merupakan efek psikologis yang baik antara ibu dan bayi.

Selain ASI yang diberikan untuk bayi, perlu juga diperhatikan gizi ibu

menyusui yang baik akan berpengaruh terhadap kualitas ASI yang diberikan pada

bayi untuk mendukung gerakan 1000 HPK. Hasil penelitian Setiyani (2013)

mengenai hubungan kejadian anemia pada ibu menyusui dengan status gizi bayi usia

0-6 bulan diketahui sebanyak 60,78% ibu menyusui mengalami anemia dan dari ibu

yang mengalami anemia tersebut 3,23% memiliki bayi dengan kategori gizi kurang.

Prentice dalam Fikawati (2015) mengemukakan bahwa status gizi ibu

menyusui yang baik berkolerasi dengan kuantitas ASI. Hidayati (2014)

mengungkapkan ibu menyusui perlu diperhatikan kebutuhan air, kalori, protein serta

mineralnya. Seorang ibu menyusui dianjurkan untuk minum 8-12 gelas, selain itu

kalori yang dibutuhkan juga bertambah. Seorang ibu menyusui memerlukan asupan

rata-rata sehari sebanyak 2.700 kkal. Kebutuhan tambahan asupan kalori sebanyak

500 kkal perhari. Apabila asupan kurang dari yang direkomendasikan sementara

kebutuhan gizinya semakin meningkat, maka akan berdampak pada penurunan berat

badan post partum. Begitu juga dengan protein, pada lima bulan pertama diperlukan

penambahan protein sekitr 16 gram sehari, enam bulan kedua penambahan sekitar 12

gr sehari dan tahun kedua sekitar 11 gram sehari. Mineral yang perlu ditambah ketika

menyusui ialah zat besi dan juga kalsium, kekurangan kalsium dalam produksi ASI

akan mengakibatkan pengambilan kalsium dari cadangan ibu termasuk dari tulang.

Universitas Sumatera Utara


30

Pada saat usia bayi 0-6 bulan, ibu dapat melakukan pemantauan pertumbuhan

dan perkembangan secara rutin, melakukan imunisasi dasar dan mencegah bayi jatuh

sakit serta menanganinya dengan cepat jika bayi sakit (Kemensos RI, 2015).

2.1.3. Periode 6-24 Bulan (540 hari)

Pada periode ini dimulai pemberian makanan pada bayi selain ASI yang

dilanjutkan sampai anak berusia dua tahun. Pada periode ini sistem pencernaan sudah

relatif sempurna. Pemberian MP-ASI pada periode ini harus dilakukan secara

bertahap, sedikit demi sedikit dan terus bertambah seiring pertambahan usia bayi.

Begitupula dengan konsistensi makanan bayi yang harus dimulai dengan makanan

encer hingga makanan keluarga (Arisman, 2004).

Tabel 2.1 MP-ASI yang Dibutuhkan oleh Bayi Berdasarkan Usia

Usia Energi Tekstur Frekuensi Jumlah makanan


(Bulan) dari MP- yang biasanya diasup
ASI/hari bayi/ waktu makan
(kalori)
6-8 200 Mulai dengan bubur yang 2-3 kali/hari 2-3 sendok makan,
bulan kental dan makanan yang tambahkan hingga 125
dihaluskan, lanjutkan ml atau ½ dari gelas
dengan makanan keluarga belimbing
yang dihaluskan

9-11 300 Makanan yang dicincang 3-4 kali/hari 125 ml atau ½ dari
atau dihaluskan sehingga Snack 1-2 kali, atau gelas belimbing
bayi dapat mengambilnya tergantung pada nafsu
makan bayi

11-23 550 Makanan keluarga 3-4 kali/hari 150-250 ml atau ¾


Snack 1-2 kali atau hingga 1 gelas
tergantung pada nafsu belimbing penuh
makan bayi
Sumber. WHO 2009

Hasil Penelitian Tarigan (2003) menunjukkan prevalensi status gizi kurang

yang diukur berdasarkan BB/U pada anak usia 18-36 bulan meningkat saat terjadi

Universitas Sumatera Utara


31

krisis dimana kemungkinan pemberian makanan tambahan belum baik dan salah satu

faktor resikonya ialah pendidikan orang tua yang berkaitan dengan gizi masih kurang.

Masa pemberian pendamping ASI (MP-ASI) yang diperkenalkan haruslah secara

bertahap dari makanan cair, saring lembek, hingga padat. MP-ASI sendiri sebaiknya

dibuat oleh ibu dirumah agar lebih bervariasai, lebih bergizi serta lebih ekonomis.

Menurut WHO (2009) pemberian MP-ASI memiliki arti bahwa ASI saja tidak lagi

mencukupi kebutuhan bayi.

Menurut Fikawati (2015) beberapa hal yang sebaiknya dilakukan dalam

proses pemberian MP-ASI yaitu tetap memberikan ASI secara on demand (sesuai

kebutuhan bayi), melakukan responsive feeding dan psycososial care, memperhatikan

kondisi nyaman bayi saat memberikan MP-ASI, memperhatikan kebersihan makanan,

konsistensi MP-ASI, jenis dan bahan makanan sesuai kebutuhan serta kemampuan

adaptasi sesuai dengan usia bayi, Meningkatkan frekuensi makan seiring

bertambahnya usia bayi, Memberikan MP-ASI fortifiksi atau suplementasi vitamin

jika terjadi kesenjangan akan kebutuhan zat gizi seperti halnya vitamin A, B dan zat

besi serta meningkatkan konsumsi cairan dan frekuensi menyusui saat bayi sakit.

Menurut Kemensos RI (2015) pada bayi usia 6 bulan sampai 2 tahun hal yang

harus dilakukan ialah pemberian MP-ASI namun pemberian ASI tetap harus

diberikan, berikan kapsul vitamin A, melengkapi imunisasi dasar pada bayi dan

memantau pertumbuhan dan perkembangan serta mencegah dan menangani anak

sakit segera mungkin.

Universitas Sumatera Utara


32

2.2 Booklet

Booklet merupakan salah satu bentuk media yang berdasarkan stimulasi indera

termasuk dalam alat bantu indera visual dan merupakan alat peraga sederhana

berdasarkan pembuatan dan penggunaannya sedangkan berdasarkan fungsinya

sebagai penyalur informasi kesehatan. Media disebut juga sesuatu yang bersifat

menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan serta kemauan sehingga

terjadi proses belajar pada diri seseorang (Notoatmojo, 2012).

Supariasa (2012) menyatakan bahwa syarat yang harus diperhatikan dalam

memilih salah satu media yaitu media harus menarik baik dari segi desain, tata letak,

warna maupun isi pesan yang disesuaikan dengan sasaran dan tidak menimbulkan

multi intrepetasi dan multi persepsi. Dalam program komunikasi, informasi dan

edukasi media cetak lebih efekttif untuk menyampaikan informasi pendidikan gizi.

Booklet adalah buku berukuran kecil yang tidak lebih dari 30 halaman bolak

balik dan berukuran setengah quarto yang struktur didalamnya seperti buku yang

memilki pendahuluan, isi dan penutup (Balitbang Pertanian Jambi, 2016). Booklet

umumnya digunakan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang isu-isu

kesehatan karena booklet memberikan informasi dengan spesifik dan banyak

digunakan sebagai media alternatif untuk dipelajari pada setiap saat bila seseorang

menghendakinya dan untuk mencapai tujuan yang diinginkan tersebut perlu

dilakukan suatu proses pendidikan kesehatan dengan menggunakan media karena

keberhasilan proses pendidikan kesehatan yang dilakukan tergantung pada beberapa

Universitas Sumatera Utara


33

faktor diantaranya kurikulum, bahan ajar, termasuk sarana dan prasarana

(Mudjiono,1989)

Menurut Kemm dan Close dalam Aini (2010) booklet memiliki beberapa

kelebihan yaitu dapat dipelajari setiap saat dan memuat informasi yang relatif lebih

banyak dibandingkan poster. Menurut Ewles dalam Aini (2010), keunggulan dari

media booklet ialah:

- Pengguna dapat menyesuaikan diri belajar mandiri

- Pengguna dapat melihat isinya pada saat santai

- Informasi dapat dibagi dengan keluarga dan teman

- Mudah dibuat, diperbaiki serta disesuaikan

- Mengurangi kebutuhan mencatat

- Dapat dibuat secara sederhana dengan biaya yang relatif murah

- Awet dan daya tampung lebih luas

- Dapat diarahkan pada segmen tertentu.

Berdasarkan hasil penelitian Widajanti dkk (2000) terjadi peningkatan

pengetahuan sikap anak SD tentang GAKI setelah dilakukan intervensi pendidikan

dengan komik ayo berantas GAKI, sedangkan dari hasi penelitian Zulaekah (2011)

setelah intervensi pendidikan gizi dengan media booklet, terjadi peningkatan

pengetahuan gizi anak SD sebesar 17,44 point.

Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Aini (2010) mengenai pengaruh

pendidikan kesehatan reproduksi remaja melalui media booklet terhadap perubahan

pengetahuan dan sikap santri tentang kesehatan reproduksi di Pesantren Darul

Universitas Sumatera Utara


34

Hikmah dan Ta’dib Al Syakirin di kota Medan diperoleh hasil terjadinya peningkatan

pengetahuan responden yang sebelum intervensi menggunakan media booklet hanya

sebesar 23,7% yang berada pada kategori pengetahuan baik menjadi 92,1% setelah

diberikan intervensi melalui medi booklet. Hal ini tersebut dapat terjadi karena media

yang digunakan dalam proses pendidikan lengkap dan menarik sehingga responden

mudah untuk memahami isi materi yang ada. Sedangkan penelitian yang dilakukan

oleh Perangin-angin, (2013) mengenai efektivitas promosi kesehatan dengan media

video dan booklet terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang inisiasi menyusu

dini (IMD) dan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat,

diperoleh hasil rata-rata pengetahuan responden mengenai ASI eksklusif sebelum

dilakukan promosi dengan media booklet hanya 26,7% yang berada pada kategori

pengetahuan baik meningkat menjadi 100% setelah dilakukan promosi denggan

media booklet begitu juga dengan sikap responden terjadi peningkatan dari 63,3%

pada kategori sikap baik menjadi 100%.

Penelitian Kartini, dkk (2001) menunjukkan ada kecendrungan peningkatan

pengetahuan, sikap dan praktek pada anak sekolah yang mendapat model komunikasi,

informasi dan edukasi dengan pemberian buku tentang anemia.Berdasarkan hasil-

hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa metode penyampaian pesan dengan

media booklet efektif untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek. Hal ini

karena booklet memiliki kelebihan lainnya yaitu dapat dibawa kemana-mana dan

dapat dibaca kapan saja, mempermudah pemahaman serta meningkatkan gairah untuk

belajar lebih banyak dan tidak memerlukan listrik.

Universitas Sumatera Utara


35

2.3 Pengetahuan & Sikap Gizi

Pengetahuan dan sikap merupakan komponen dari perilaku selain tindakan,

dengan kata lain tindakan seseorang terhadap sesuatu dipengaruhi oleh seberapa besar

pengetahuan serta perasaan dan penerimaannya terhadap sesuatu hal (Mubarak,

2011).

2.3.1 Pengetahuan Gizi

Pengetahuan berasal dari hasil penginderaan manusia atau dapat dikatakan

pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera seperti

mata, hidung, telinga dan sebagainya sampai akhirnya menghasilkan pengetahuan

yang sangat dipengaruhhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Penegetahuan seseorang terhadap pengetahuan dapat dibagi menjadi 6 tingkat

pengetahuan (Notoatmojo, 2007) yaitu:

1. Tahu (Know) yang dapat diartikan sebagai memanggil kembali memori yang

telah ada sebelumnyasetelah mengamati sesuatu atau sesuatu yang telah

dipelajari sebelumnya.

2. Paham dapat diartikan seseorang harus mampu menginterpretasikan secara

benar objek yang diketahuinya.

3. Aplikasi diartikan bila seseorang telah memahami dan dapat mengaplikasikan

apa yang diperoleh pada situasi yang lain atau pada situasi yang sebenarnya.

4. Analisis yaitu mampu menjabarkan dan/atau memisahkan kemudian mencari

hubungan antara komponen yang terdapat dalam suatu masalah.

Universitas Sumatera Utara


36

5. Sintesis yaitu mampumenghubungkan yang telah ada dan menciptakan

formulasi baru

6. Evaluasi yaitu kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap

suatu objek.

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan formal. Seseorang yang

memiliki pendidikan yang tinggi diharapkan juga memiliki pengetahuan yang luas

namun seseorang yang tidak berpendidikan tinggi bukan berarti tidak memiliki

pengetahuan yang baik karena pengetahuan juga dapat diperoleh dari pendidikan non

formal (Wawan, 2010).

Menurut Notoatmojo dalam Ikada (2010) Pengetahuan gizi merupakan

pengetahuan tentang peran makanan dan zat gizi, sumber zat gizi pada makanan,

makanan yang aman dimakan dan cara mengolah makanan yang baik serta bagaimana

cara hidup sehat. Pengetahuan gizi memiliki tujuan mendorong terjadinya perubahan

perilaku gizi yang positif dan bersifat terus menerus.Semakin tinggi pengetahuan gizi

seseorang maka ia akan semakin memperhitungkan jenis dan kualitas makanan yang

dipilih untuk dikonsumsi (Sediaoetoma, 2000). Sedangkan menurut Suhardjo (2000)

pengetahuan gizi memegang peranan penting dalam penggunaan dan pemilihan bahan

makanan yang baik sehingga dapat mencapai keadaan gizi yang seimbang.

2.3.2 Sikap Gizi

Sikap merupakan suatu kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek

yang melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan lain-lain atau dapat juga dikatakan

merupakan kesiapaan atau kesediaan untuk bertindak. Sikap belum merupakan suatu

Universitas Sumatera Utara


37

tindakan namun merupakan pridesposisi terjadinya tindakan. Sikap masih merupakan

reaksi tertutup terhadap suatu objek maupun stimulus yang diberikan (Notoatmojo,

2007).

Adapun komponen sikap menurut ALLPort (1954)dalam Notoatmojo (2005)

yang dapat membentuk suatu sikap yang utuh yaitu kepercayaan atau keyakinan, ide

dan konsep terhadap objek, penilaian terhadap objek, kecendrungan untuk melakukan

tindakan, menerima stimulus yang diberikan, memberikan jawaban atau tanggapan

dari pertanyaan atau objek, memberikan nilai yang positif terhadap objek atau

stimulus dan bertanggung jawab terhadap apa yang diyakini. Menurut Azwar (2005),

pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh budaya,

media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosional sangat

mempengaruhi sikap seseorang.

Adapun menurut Haryanto (2002) sikap gizi adalah penilaian atau pendapat

seseorang cara memelihara dan berperilaku hidup sehat dan sikap ini diperoleh dari

pengalaman sendiri maupun orang lain yang paling dekat dengannya. Untuk

mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan, diperlukan faktor pendukung

diantaranya fasilitas yang memadai dan dukungan dari berbagai pihak disekitar orang

tersebut baik dari pihak keluarga dan pihak lainnya seperti dukungan dari petugas

kesehatan.

Menurut Khomsandkk (2009), pengetahuan merupakan syarat yang penting

untuk mencapai sikap dan perilaku gizi yang baik. Salah satu yang dapat dilakukan

untuk meningkatkan perilaku ialah dengan memberikan pendidikan gizi guna

Universitas Sumatera Utara


38

meningkatkan pengetahuan, sikap dan diharapkan menjadi tindakan gizi ke arah yang

lebih baik.

2.4 Pendidikan Gizi

Pendidikan gizi adalah bagian dari pendidikan kesehatan yang dikenal sebagai

upaya perbaikan gizi atau suatu usaha untuk meningkatkan status gizi masyarakat

khususnya golongan rawan seperti ibu hamil, ibu menyusui dan bayi dan balita.

Pendidikan gizi juga bertujuan untuk perubahan perilaku masyarakat ke arah yang

lebih baik sesuai dena prinsip-prinsip ilmu gizi yaitu perubahan pengetahuan, sikap

serta tindakan yang berkaitan dengan gizi. Pendidikan gizi adalah suatu upaya untuk

mengadakan perubahan pengetahuan, sikap maupun keterampilan atau praktek dalam

hal konsumsi makanan. Pendidikan gizi sangat penting karena meskipun daya beli

masyarakat tinggi dan pangan tersedia namun apabila pengetahuan gizi masyarakat

kurang baik maka masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi (Suhardjo,

1996).

Menurut Johnson dan Johnson (1985) dalam Emilia (2009) pendidikan gizi

mempunyai tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek

adalah (1). Mendapatkan pengetahuan tentang makanan yang menyediakan zat gizi

esensial bagi tubuh dan mengetahui keguaan zat gizi bagi tubuh, (2). Membangun

kerangka konseptual tentang prisip gizi, penjabarannya dan aplikasi dari prinsip

tersebut, (3). Membangun sikap positif terhadap kebiasaan, mengembangkan motivasi

menggunakan pengetahuan gizi untuk promosi kesehatan dan kesejahteraan,

Universitas Sumatera Utara


39

merespon makanan bergizi dengan sikap yang baik, (4). Mengonsumsi makanan

bergizi, termasuk menggunakan pengetahuan gizi dalam memilih makanan.

Tujuan jangka panjang pendidikan gizi adalah, (1). Menggunakan kerangka

konseptual gizi untuk mengatur perubahan suplai makanan dan dapat membedakan

beberapa anjuran diet, (2). Mencari dan mau menerima pengetahuan tentang gizi, (3).

Seleksi dengan baik dan mengkonsumsi makanan yan bergizi dari hari kehari

sepanjang hidup untuk memelihara kesehatan, kesejahteraan dan produktivitas.

2.4.1 Pendidikan Gizi 1000 HPK di Sekolah

Menurut Notoatmojo (2005) sekolah merupakan salah komunitas yang

interaksi diantara anggota komunitasnya hanya 6-8 jam, walaupun begitu penyuluhan

tetap perlu dilakukan. Promosi yang berkaitan dengan kesehatan baik itu dari pihak

sekolah sendiri atau dari kemitraan seperti dengan petugas kesehatan untuk

membantu meningkatkan wawasan anggota komunitas sekolah. Sekolah merupakan

salah satu lembaga pendidikan yang mana peserta didik datang untuk belajar sehingga

mampu meningkatkan kualitas peserta didik itu sendiri. Pendidikan gizi yang

dilakukan disekolah merupakan pendidikan gizi komunitas dan salah satu langkah

strategis untuk meningkatkan status kesehatan dan menyukseskan gerakan 1000 HPK

karena sekolah merupakan salah satu lembaga yang didirikan dengan tujuan

meningkatkan sumberdaya manusia secara fisik mental dan spiritual. Pemberian

pendidikan pada siswi disekolah mampu dijadikan investasi agar gerakan 1000 HPK

dapat berjalan dengan baik.

Universitas Sumatera Utara


40

Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Khoirani (2012) menunjukkan adanya

pengaruh media permaianan terhadap peningkiatan pengetahuan siswa tentang gizi

seimbang menjadi 100% dari yang sebelumnya 80,77%, sedangkan menurut

penelitian yang dilakukan oleh Koka (2014) mengenai pengaruh pendidikan gizi yang

dilakukan dengan metode ceramah dan diskusi menunjukkan adanya peningkatan

pengetahuan dan sikap siswa menjadi lebih baik mengenai 1000 HPK dimana

pengetahuan siswa pada kategori baik sebelum diberikan pendidikan hanya sebesar

3,9% meningkat menjadi 64,7% setelah dilakukan pendidikan gizi 1000 HPK, begitu

juga dengan sikap siswa yang meningkat secara nyata sesudah diberikan pendidikan

gizi 1000 HPK.

Penelitian yang dilakukan oleh Demitri (2015) diketahui bahwa ada pengaruh

pendidikan gizi melalui game puzzle terhadap peningkatan pengetahuan anak sekolah

dasar tentang pola makan seimbang. Hasil penelitian Gunawan (2014) yang bertujuan

untuk mengkaji pengetahuan daan sikap mahasiswa IPB tentang 1000 hari pertama

kehidupan terkait masa postnatal dengan membandingkan mahasiswi jurusan ilmu

gizi semester delapan dan mahasiswi tingkat persiapan bersama (TPB), diperoleh

hasil tingkat pengetahuan mengenai 1000 HPK terkait masa postnatal mahasiswi ilmu

gizi semeser delapan secara signifikan lebih tinggi (83,7%) dibandingkan dengan

mahasiswi tingkat persiapan bersama (52,8%) sedangkan untuk sikap keduanya

tergolong dalam kategori sedang.

Mahdali, dkk (2013) dalam penelitiannya mengenai efek edukasi gizi terhadap

pengetahuan, sikap serta perubahan perilaku remaja obesitas di kota Gorontalo tahun

Universitas Sumatera Utara


41

2013 diketahui hasilnya adalah adanya pengaruh edukasi gizi terhadap pengetahuan

dan sikap remaja obesitas. Sedangkan dalam penelitian oleh Nuryanto, dkk (2014)

mengungkapkan adanya perbedaan median persen sikap gizi anak SD antara sebelum

dan sesudah Pendidikan gizi dimana sebelum pendidikan gizi median sikap sebesar

70,3% naik menjadi 75% setelah diberikan pendidikan gizi. Begitu juga dengan

penelitian yang dilakukan oleh Sartika (2009) di kota Depok mengungkapkan bahwa

ada pengaruh pendidikan gizi terhadap pengetahuan dan perilaku konsumsi serat pada

Siswa SD/MI.

2.5 Remaja

Menurut WHO, Remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19

sedangkan menurut PERMENKES RI no 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk

dalam rentang usia 10-18 tahun. BKKBN mengatakan remaja adalah penduduk usia

10-24 tahun dan belum menikah (Kemenkes RI, 2015).

Masa remaja adalah masa yang penuh dengan kebingungan karena banyak

perubahan yang terjadi terutama perubahan fisik yang sangat menonjol seperi

tumbuhnya payudara pada remaja putri, pertama kali mengalami menarche dan

perubahan-perubahan lainnya. Masa ini juga disebut masa transisi oleh BANK Dunia

dimana 5 hal (youth five life transition) yang diantarannya ialah mempraktekkan

hidup sehat ( Pactice healty life) yang merupakan kata kunci terhadap 4 hal lainnya

yaitu melanjutkan sekolah, mencari pekerjaan, memulai kehidupan berkeluarga (form

families) dan menjadi anggota masyarakat (Arisman, 2009).

Universitas Sumatera Utara


42

Remaja merupakan kelompok usia yang berada pada fase pertumbuhan yang

pesat sehingga membutuhkan zat-zat gizi yang seimbang untuk mengikuti

pertumbuhan dan segala aktivitas remaja yang cenderung padat (Sediaoetama, 2000).

Menurut Monks dalam Lutfiah (2013) remaja dibagi menjadi 3 fase yaitu:

1. Remaja awal (12-14 tahun): pada masa ini remaja cenderung menyukai

dirinya dan teman-teman yang memiliki sikap yang sama dengannya.

2. Remaja pertengahan (15-17 tahun): pada masa ini remaja menemukan jati

dirinya dan mulai timbul kesadaran akan kepribadian dan badaniah sendiri.

3. Remaja akhir (18-21): pada masa ini remaja memahami arah dan tujuan

hidupnya.

Pola asuh orang tua memilki peranan penting dalam kehidupan remaja dimana

orang tua merupakan dasar pertama bagi pembentukan pribadi seorang anak. Seorang

anak mengenal dunia disekitarnya dan pola pergaulan yang ada dilingkungannya

tidak terlepas dari peran orang tua.

Pada penelitian Purwaningsih (2014) diketahui bahwa ada hubungan pola

asuh orang tua dengan kejadian pernikahan usia dini di desa Jambu Kidul, Klaten.

Penelitian Slater dkk tahun 2012 dalam Mahdali (2013) tentang efek edukasi gizi

berupa penyuluhan dan pembagian majalah terhadap remaja di Brazil selama 6 bulan

secara signifikan mampu meningkatkan kebiasaan sarapan dan konsumsi buah dan

sayur. Ketidakmampuan mempraktekkan hidup sehat sering mempengaruhi masalah

kesehatan yang terjadi pada masa remaja yang tidak terlepas dari masalah malnutrisi.

Seorang remaja yang pernah mengalami malnutrisi pada masa kecilnya akan

Universitas Sumatera Utara


43

mengalami gangguan pertumbuhan termasuk perkembangan mental dan psikososial

yang pada akhirnya akan membentuk tenaga kerja yang tidak produktif. Remaja putri

yang mengalami gangguan pertumbuhan akan beresiko melahirkan bayi dengan berat

lahir rendah.

2.5.1 Gizi RemajaPutri

Dedes dkk dalam Agria (2012) menyatakan mengantisipasi ketidakmampuan

dalam dunia kerja serta sebagai persiapan untuk menghasilkan generasi yang

berkualitas maka perlu diperhatikan gizi remaja khususnya remaja putri. Pada masa

ini terjadi peningkatan massa tulang, otot, tulang lemak dan berat badan disamping

terjadinya perubahan biokimia hormonal.

Masalah seperti merokok, minum alkohol serta hubungan seksual pada usia

diniakan memperburuk kondisi kesehatan dan sangat berkaitan dengan gizi remaja.

Masalah-masalah gizi seperti kurangnya kalori dan protein, obesitas kurangnya zat

besi, kalsium dan lainnya sering terjadi pada remaja.Secara garis besar sekitar 44%

remaja putri di 10 negara berkembang di Asia termasuk Indonesia menderita anemia

kekurangan besi sementara pada ibu hamil sekitar 55% (Arisman, 2004).

Kegemaran remaja dalam mengonsumsi makanan olahan atau makanan cepat

saji dapat menyebabkan kurang beraneka ragam makanan yang dikonsumsi sehingga

ada zat-zat gizi tertentu yang tidak terpenuhi. Selain itu tingginya kandungan gula,

garam dan lemak pada makanan olahan yang dikonsumsi dalam jangka panjang akan

berdampak tidak baik bagi kesehatan. Kebiasaan makan yang tidak baik seperti tidak

sarapan pagi terbiasa makan makanan junk food akan berdampak pada fase

Universitas Sumatera Utara


44

berikutnya yaitu fase dewasa seperti kekurangan besi yang dapat menimbulkan

anemia dan keletihan sehingga tidak mampu bersaing dalam pekerjaan dan tidak

mampu melahirkan generasi yang sehat dan cerdas. Kebutuhan besi pada remaja

putrilebih banyak dari pada remaja putra yang digunakan untuk mengganti zat besi

yang hilang saat mengalami menstruasi (Arisman, 2009).

Masalah ketidakseimbangan gizi lainnya seperti gizi lebih pada remaja akan

cenderung berlanjut hingga usia dewasa dan lansia. Hal ini tidak baik karena dapat

meningkatkan resiko diabetes melitus, hipertensi dan penyakit degenaratif lainnya.

Menurut Freitag (2010) sekitar 30% atau lebih kudapan yang tinggi lemak, gula dan

natrium berkontribusi terhadap total kalori remaja dapat menimbulkan kegemukan

dan tidak jarang kegemukan ini akan berlangsung hingga dewasa dan dapat memicu

terjadinya penyakit kardiovaskuler. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Aritonang (2016) yang berjudul The Relationship of Food Consumption and

Nutritional Status on Employee of Health Polytechnic Directorate Health Ministry

Medan dimana hasil penelitian menunjkkan bahwa asupan lemak berlebih didominasi

oleh karyawan yang juga memiliki status gizi berlebih namun mereka kurang dalam

mengonsumsi serat seperti buah dan sayur.

Masalah lainnya yang berkaitan dengan status gizi remaja putri ialah sangat

memperhatikan penampilan sehingga tidak jarang remaja melakukan diet yang tidak

sehat dan secara berlebihan sehingga dapat terjadi anoreksia nervosa ataupun bulimia

nervosa yang merupakan malnutrisi berat. Kebutuhan akan zat gizi untuk menentukan

status gizi remaja harus dinilai secara perorangan dengan penilaian secara klinis,

Universitas Sumatera Utara


45

biokimiawi, maupun antropometris. Melalui perhitungan secara fisiologis,kebutuhan

energi remaja putri memuncak pada usia 12 tahun (2550 kkal) dan kemudian

menurun menjadi 2200 kkal pada usia 18 tahun. Kebutuhan zat gizi remaja yang

berguna untuk memaksimalkan pertumbuhannya (Proverawati, 2010) ialah:

a. Energi : Remaja yang aktif memerlukan asupan energi yang lebih besar.

Widyakarya nasional pangan dan gizi (WKNPG VI, 1998) menganjurkan

angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja putri antara 2000-2200

kkal.

b. Protein : AKG protein remaja putri dan dewasa muda adalah 48-62 gr per hari.

c. Kalsium : AKG untuk remaja putri dan dewasa muda adalah 600-700 mg per

hari.

d. Besi : AKG besi untuk remaja putri dan dewasa muda 19-26 mg per hari

e. Seng (Zinc) : AKG zinc adalah 15 mg per hari untuk remaja putri dan dewasa

muda

f. Vitamin: Vitamin yang berperan dalam metabolisme karbohidrat menjadi

energi seperti B1, B2, dan Niacin. Untuk sintesa DNA dan RNA diperlukan

vitamin B6, B12, asam folat. Untuk pertumbuhan tulang diperlukan vitamin D

sedangkan vitamin A,C dan E berfungsi untuk pembentukan tulang remaja

dan penggantian sel.

Beberapa anjuran untuk menciptakan pola makan yang baik bagi remaja putri

yaitu mendorong remaja untuk menikmati makanannya dengan menciptakan suasana

makan yang menyenangkan dengan keluarga setidaknya sekali dalam sehari,

Universitas Sumatera Utara


46

menyesuaikan jadwal makan dengan jadwal kegiatan remaja dan menyiapkan

makanan sesuai dengan kebutuhan zat gizi remaja yang dapat dimulai dari pemilihan

jenis makanan, memberikan penjelasan mengenai manfaat makanan yang dimakan,

menyiapkan cemilan yang bergizi serta melatih tanggung jawab remaja dalam

perencanaan, pembelanjaan, masak termasuk penanaman bila perlu (Arisman, 2004).

Pada tahun 1991 UNFPA dalam Arisman (2004) menyebutkan bahwa

persentasi remaja yang menikah pada usia 15-19 tahun sebesar 18,3%. Terjadinya

ketidaksiapan mental dari remaja putri yang hamil seringkali menyebabkan tindakan

menggugurkan janin atau aborsi yang sangat berbahaya jika dijalani. Penggunaan

obat-obatan untuk menggugurkan kandungan sering digunakan. Menurut Dianawati

(2006) tindakan aborsi yang tidak amaan sering dilakukan oleh remaja dapaat

menyebabkan infeksi yang disertai dengan perdarahan dan kematian selain itutrauma

dan perasaan bersalah akan terus menghantui remaja seumur hidupnya.

Beberapa bayi tetap lahir meskipun telah diberikan obat aborsi. Bagi bayi-bayi

yang lahir besar resiko terjadi kecacatan baik dari fisik maupun mentalnya yang

berakibat tidak produktif setelah dewasa. Selain itu kurangnya pengetahuan ibu-ibu

remaja selama kehamilan akan sangat berpengaruh bagi kesehatan janin yang

dikandungnya. Remaja putri yang sedang mengandung dan tetap meminum alkohol

maupun merokok akan berdampak negatif seperti terjadinya defisiensi vitamin B1,

B12 dan asam folat yang seharusnya kebutuhan akan vitamin ini meningkat selama

hamil (Hidayati, 2014)

Universitas Sumatera Utara


47

Kehamilan pada usia remaja harus diperhatikan kebutuhan zat gizinya.

Kebutuhan zat gizi itu sendiri dipersiapkan bukan ketika mengandung namun ketika

calon ibu siap untuk mengandung sehingga ketika hamil kebutuhan nutrisi untuk

calon ibu dan bayi sudah terpenuhi secara optimal. Menurut beberapa penelitian yang

dilakukan di Inggris, Kanada dan Australia menunjukkan semakin banyaknya remaja

aktif secara seksual dan melakukan hubungan selayaknya suami istri dan hal ini akan

meningkatkan kehamilan diusia dini (Arisman, 2009). Kehamilan pada usia dini

apabila tidak didukung dengan pengetahuan mengenai bagaimana agar status gizi ibu

dan bayi terpenuhi maka akan berpengaruh terhadap status gizi ibu dan anak yang

tidak baik.

Pada penilitian pola asuh dengan kejadian stunting anak usia 6-23 bulan

diwilayah pesisir Kecamatan Tallo, Makassar yang dilakukan oleh Renyoet dkk

(2013) diperoleh Hasil sebanyak 54% anak stunting yang erat hubungannya dengan

dukungan untuk ibu yang kurang dalam praktek pemberian makanan pada anak. Pada

data primer yang diperoleh dari penelitian Renyoet ini, jumlah ibu paling banyak

berada pada kategoriumur 16-25 tahun yaitu sebanyak 52%. Pada studi yang

dilakukan di New York menunjukkan hasil pada ibu yang melahirkan pada usia <15

tahun terjadi kekurangan 200-400 gr berat lahir bayi dibandingkan dengan ibu yang

berusia 19-30 tahun (Haiek and Lederman, 1987 dalam Aritonang (2010)).

Melihat banyaknya masalah yang terjadi pada kehamilan diusia muda, maka

remaja putri diharapkan memiliki indeks masa tubuh (IMT) atau disebut juga dengan

Universitas Sumatera Utara


48

body mass index (BMI) yang normal dengan cara mengukur berat badan berdasarkan

tinggi badan (Aritonang, 2010). Adapun rumus yang dapat digunakan ialah:

IMT = Berat Badan (kg)


(Tinggi Badan (m))²

Keterangan: IMT < 19,8 = Status gizi kurang

IMT 19,8-26 = Status gizi normal

IMT >26-29 = status gizi lebih

Anjuran pertambahan berat badan total selama hamil tergantung dengan body

mass index (BMI). Jika BMI <19,8 maka penambahan berat badannya 12,5-18 kg,

jika BMI 19,8-26 maka penambahan berat badannya 11,5-16 kg dan untuk BMI >26-

29 maka penambahan berat badan idealnya ialah 7-11,5 Kg (Arisman,2009).

Pendidikan gizi sangat penting dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan

remaja yang diharapkan mempu memberikan respon positif sehingga mampu dan

mau melakukan apa yang diharapkan. Pengetahuan terhadap tumbuh kembang balita

sangat diperlukkan bagi seorang calon ibu dan mempersiapkan remaja sebagai calon

ibu yang terdidik dapat memberikan dampak yang positif bagi anak (Nedra dkk,

2006).

2.6 Landasan Teori

Kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti perilaku, lingkungan,

pelayanan kesehatan dan genetik.Upaya perbaikan gizi pada 1000 hari pertama

kehidupan yang bertujuan untuk mencapai pertumbuhan anak yang optimal dapat

dilakukan dengan intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif yang melibatkan

Universitas Sumatera Utara


49

berbagai sektor terkait termasuk sektor pendidikan (Dirjen Bina Gizi dan KIA dalam

Kemensos, 2015). Pelaksanaan gerakan nasional percepatan perbaiakan gizi yaitu

pada 1000 hari pertama kehidupan dapat dilakukan oleh akademisi (PP no 42 tahun

2013).

Pendidikan kesehatan sebagai upaya untuk meningkatkan perilaku kesehatan

merupakan upaya preventif untuk meningkatkan derajat kesehatan. Pendidikan

diharapkan mampu merubah perilaku ke arah yang lebih baik (Notoatmojo, 2005).

Menurut Machfod, dkk (2005) Pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan

yang bertujuan untuk mengubah individu, kelompok dan masyarakat menuju hal-hal

yang positif secara terencana melalui proses belajar.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan dan merupakan salah satu cara yang

efektif dalam pengembangan perilaku kesehatan (Notoatmojo, 2007). Pendidikan

kesehatan terutama pendidikan gizi disekolah merupakan aspek penting dalam

meningkatkan pengetahuan khususnya remaja sebagai langkah awal mempersiapkan

ibu hamil yang sehat, mampu melahirkan dan memberikan nutrisi terbaik selama

1000 hari pertama kehidupan.

Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar oleh karena itu dibutuhkan stimulus, organisme dan juga respon.

Skinner dalam Notoatmojo menyatakan perilaku merupakan respon atau reaksi

seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar oleh karena itu dibutuhkan

stimulus, organisme dan juga respon. Perilaku yang dilakukan oleh seseorang tidak

terlepas dari pengetahuan terhadap sesuatu, serta bagaimana perasaan serta

Universitas Sumatera Utara


50

penerimaannya terhadap sesuatu dan seberapa besar kemampuan dalam

melaksanakan sesuatu.

Booklet adalah salah satu dari tulisan di media cetak statis yang

mengutamakan pesan visual yang terdiri dari gambar dan kata seperti halnya poster,

leaflet, brosur, majalah, surat kabar, stiker dan pamplet. Fungsi utama booklet sebagai

media cetak yaitu memberi informasi dan sekaligus menghibur yang membacanya

dengan gambar yang ada. Booklet merupakan salah satu media untuk menyampaikan

pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar

(Suhardjo, 2003)

2.7 Kerangka Konsep Penelitian

Pengetahuan

Pendidikan gizi 1000 hari pertama

kehidupan dengan media Booklet


Sikap

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian ini menggambarkan pengaruh pendidikan gizi

tentang 1000 hari pertama kehidupan menggunakan media booklet terhadap

pengetahuan dan sikap siswi SMK.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai