TUJUAN PERCOBAAN
1.1 Tujuan Umum
Mengetahui tentang aktivitas biokimia dalam darah dan hubungannya dengan penyakit yang
berhubungan gangguan metabolisme yang menyebabkan perubahan kimia darah.
1
BAB II
HASIL PRAKTIKUM
Tabung 1 2 3 4 5 6
NaCl 0,2% 0,3% 0,4% 0,5% 0,6% 0,7%
Eritrosit 2 tts 2 tts 2 tts 2 tts 2 tts 2 tts
yang telah
dicuci
dengan
NaCl
Setelah jam periksa tabung mana yang mengalami hemolisis
Hasil ++++++ +++++ ++++ +++ ++ +
BAHAN TABUNG
Tabung 1
Darah segar 2mL
Air suling 6mL
Hasil : Merah terang
TABUNG
BAHAN
1 2
Hasil Uji
Diambil 3mL Diambil 3mL
Oksihemoglobin
Penambahan larutan
pereduksi kuat -
(pereaksi stokes 2mL (tidak diberi penambahan Beberapa tetes
+ NH4OH larutan pereduksi kuat)
secukupnya)
2
Warna yang Merah terang Merah kehitaman
terbentuk
KOCOK KUAT-KUAT
Warna yang
Merah terang agak
terbentuk setelah Merah kehitaman dan gelap
kecoklatan
pengocokkan
TABUNG
BAHAN
1 2
Pengenceran darah 1mL darah segar + 4mL air 1mL darah segar + 1mL air
segar sulng suling
Dipanaskan terlebih dahulu, lalu
Penambahan pereaksi ditambahkan 6mL K3Fe(CN)6
Beberapa tetes
K3Fe(CN)6 33%
33%
Pencampuran Kocok kuat-kuat Dibolak-balik perlahan
Penambahan pereaksi
Beberapa tetes -
Stokes
Warna yang
Merah kehitaman/gelap Merah kecoklatan
dihasilkan
3
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Uji Fragilitas Globular Eritrosit
Fragilitas eritrosit merupakan reaksi membrane eritrosit untuk melawan tekanan osmosis media
di sekelilingnya, untuk mengetahui berapa besar fragilitas atau daya tegang dinding eritrosit
dapat diketahui dengan menaruh eritrosit dalam berbagai larutan (NaCl) dengan tekanan osmosis
yang beragam. Konsentrasi larutan dengan tekanan osmosis tertentu akan memecah eritrosit, ini
lah yang menunjukkan fragilitas eritrosit tersebut.
Hemolisis adalah pecahnya membrane eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium
sekelilingnya (plasma).
Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl
hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui
membrane yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila
membrane tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel
akan pecah, sehingga hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila
eritrosit berada pada medium yang hipertonis , maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke
medium luar eritrosit (plasma), sehingga eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat
dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma)
Prinsip uji ini adalah semakin hipotonis larutan, maka fragilitas sel darah merah normal semakin
besar dan warna larutan semakin merah. Hal ini disebabkan karena sel mengalami hemolisis dan
begitu juga sebaliknya.
4
3.2 Uji Oksihemoglobin dan Deoksihemoglobin
Hemoglobin merupakan protein yang ditemukan dalam sel-sel darah merah mengandung Fe (zat
besi) berfungsi sebagai transporter utama molekul O2 dalam darah manusia maupun hewan
lainnya. Oksigen dapat disalurkan dari paru-paru kejaringan melalui dua cara yaitu fisik larut
dalam plasma atau secara kimia berikatan dengan hemoglobin sebagai Oksihemoglobin (HbO2)
dan bersifat reversible.
Hemoglobin didalam sel darah merah mengikat oksigen melalui ikatan kimia reaksinya
membentuk ikatan antara hemoglobin dengan oksigen, senyawa ini disebut Oksihemoglobin.
Pada tingkat jaringan, O2 mengalami disosiasi dari hemoglobin kemudian berdifusi kedalam
plasma. Kemudian O2 masuk ke sel-sel jaringan tubuh untuk memenuhi kebutuhan jaringan yang
bersangkutan. Hemoglobin yang melepaskan O2 pada tingkat jaringan disebut hemoglobin
tereduksi (Deoksihemoglobin). Deoksihemoglobin ini berwarna merah hitam dan menyebabkan
warna kebiruan pada daerah vena.
Oksihemoglobin dibentuk selama respirasi fisiologis ketika oksigen mengikat komponen protein
hemoglobin dalam sel darah merah. Proses ini terjadi di dalam kapiler paru-paru. Oksigen
kemudian berjalan melalui aliran darah untuk disalurkan ke dalam sel-sel di mana ia akan
digunakan dalam proses glikolisis dan produksi ATP melalui proses fosforilasi oksidatif.
Oksihemoglobin membuat warna darah lebih terang dari normal karena banyak mengandung
oksigen.Hal ini dapat kita lihat di pembuluh nadi dimana warna darah terlihat lebih terang karena
mengikat oksigen sehingga disebut hemoglobin teroksigenasi.
Deoksihemoglobin atau hemoglobin tereduksi adalah bentuk hemoglobin yang tidak lagi
mengikat oksigen. Deoksihemoglobin itu dapat kita lihat pada pembuluh vena dimana darahnya
terlihat lebih gelap karena melepaskan oksigen.
Pada percobaan prosedur pertama, oksihemoglobin terbentuk dari pengikatan oksigen dalam 6
mL air suling yang yang ditambahkan ke dalam 2 mL darah segar. Warna darah yang mulanya
merah pekat berubah menjadi merah terang hal ini disebabkan karena hemoglobin mengikat
5
oksigen dengan bantuan ion Fe2+ yang terdapat dalam hemoglobin.
Hb + 4 O2 Hb (O2)4
Pada prosedur selanjutnya dibuat larutan stokes yang merupakan campuran pereaksi stokes
dengan larutan NH4OH. Fungsi penambahan larutan NH4OH untuk mencegah pengendapan
karena sifat basa yang dimilikinya mampu mencegah protonasi oleh asam sehingga tidak
terbentuk endapan pada pembuatan pereaksi stokes. Pereaksi stokes dapat dibuat dari 20 gram
fero sulfat dan 30 gram asam tartrat dalam aquadest, lalu diencerkan hingga 1000mL. NH4OH
dapat dibuat dengan melarutkan NH4OH 10 gram dalam 100mL aquadest. Larutan stokes dibuat
dari 5 mL pereaksi stokes dan beberapa NH4OH.
Larutan stokes yang terbentuk kemudian ditambahkan ke dalam tabung oksihemoglobin yang
sudah dibagi dua sebelumnya beberapa tetes. Pereaksi stokes berfungsi sebagai pereduksi kuat.
Sedangkan tabung oksihemoglobin yang pertama sebagai control. Tabung oksihemoglobin yang
sudah ditambahkan larutan stokes langsung dikocok kuat-kuat dan amati perubahan warna yang
terjadi.
Pada awalnya, penambahan larutan stokes menyebabkan darah (oksiHb) berubah menjadi
Merah kecoklatan. Hal ini dikarenakan Fe2+ tereduksi melepaskan O2, dalam hal ini disebut
reaksi pembentukan deoksihemoglobin. Setelah dikocok kuat-kuat warna larutan menjadi lebih
pekat, yakni merah kecoklatan dan timbul buih. Hal ini disebabkan O2 dalam oksiHb tereduksi
keluar karena longgarnya ikatan koordinasi O2 dengan atom besi dalam hemoglobin, ditambah
dengan adanya tekanan CO2 yang besar dari pengocokan kuat-kuat sehingga terbentuklah
deoksihemoglobin.
Hb (O2)4 Hb + 4 O2
6
3.3 Uji Untuk Methemoglobin
Methemoglobin (MetHb) merupakan hasil suatu oksidasi hemoglobin yang tidak mempunyai
kemampuan lagi untuk mengangkut oksigen. Pembentukan MetHb dipengaruhi oleh beberapa
zat misalnya:
- Amin aromatic
- Senyawa nitro aromatic
- Klorat dan senyawa nitrit
Menurut Mansyur (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya MetHb antara lain
adalah:
Menurut Lee (2005) faktor yang mempengaruhi kadar methemoglobin antara lain:
- Usia,
- Jenis kelamin,
- Penyakit kronis yang diderita, yaitu seperti gagal ginjal, penyakit bawaan seperti jantung
dan rheumoboid.
Menurut Prasetyastuti (2009) radikal bebas secara terus menerus diproduksi dalam eritrosit
akibat tingginya tekanan O2 dan besi heme. Secara spontan hemoglobin akan menghasilkan
superoksida (O2-). Proses reduksi tersebut diikuti proses oksidasi hemoglobin menjadi
methemoglobin, reaksinya adalah sebagai berikut:
HbFe2+ HbFe3+O2-
7
methemoglobin menjadi ferro. Diaphorase I, secara kuantitatif hanya memberikan
persentase kecil dari kapasitas reduksi sel darah merah. Diaphorase II dapat diaktifkan
dengan kofaktor eksogen (misalnya, methylen blue) sampai 5 kali aktivitas kadar normal.
Pada percobaan ini dilakukan penambahan air suling dengan tujuan agar darah dapat mengikat
atom O2 pada air suling sehingga dapat terbentuk oksihemoglobin. Selanjutnya ditambahkan
pereaksi K3Fe(CN)6 33% dengan tujuan untuk mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+. Pereaksi
K3Fe(CN)6 33% terdiri dari campuran 33 gram K3Fe(CN)6 dalam 100mL aquadest. Penambahan
K3Fe(CN)6 33% disertai dengan pengocokan yang kuat agar keseluruhan larutan dapat tercampur
dengan K3Fe(CN)6 33% sehingga Hb dapat teroksidasi secara menyeluruh. Hal ini yang
menyebabkan timbulnya gelembung udara dan warna darah menjadi merah kecoklatan.
Perubahan warna ini diakibatkan terjadinya reaksi oksidasi dari ion Fe2+ pada darah menjadi
Fe3+. Sedangkan gelembung udara yang dihasilkan merupakan oksigen yang tidak dapat
berikatan dengan darah yang mengalami methemoglobin.
Setelah itu, ditambahkan pereaksi stokes yang terdiri dari FeSO, Asam Tartart, dan Aquadest.
Pereaksi stokes berfungsi untuk mereduksi Methemoglobin. Warna darah yang sudah ditambah
pereaksi stokes tidak dapat kembali seperti warna darah sebelum diberi K3Fe(CN)6 33%.Saat
ditambah pereaksi stokes, warna darah menjadi merah gelap dengan jumlah gelembung udara
yang banyak dan sama seperti sebelum ditambahkan pereaksi stokes.Hal ini menandakan tidak
terjadinya reaksi antara darah dengan pereaksi stokes.
Pada tabung II, dilakukan pemanasan yang bertujuan untuk mempercepat pelepasan O2 sehingga
diperoleh Hb yang berwarna merah gelap. Selanjutnya darah yang telah dipanaskan ditambahkan
6 mL K3Fe(CN)6 33% sehingga warna menjadi merah kecoklatan. Penambahan K3Fe(CN)6 33%,
berfungsi sebagai pengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ . Peristiwa oksidasi ini menyebabkan
terjadinya perubahan warna menjadi merah kecoklatan. Setelah itu, dilakukan pengocokkan
secara perlahan/dibalik-balikkan secara perlahan, dan terbentuk gelembung udara yang lebih
sedikit, hal ini karena darah telah dipanaskan menyebabkan O2 yang terikat pada darah banyak
yang dilepaskan sehingga dengan oksidasi menggunakan K3Fe(CN)6, O2 yang terlepas hanya
sedikit. O2 yang terlihat sudah tidak dapat berikatan dengan Hb karena Fe2+ pada Hb berubah
menjadi Fe3+
8
BAB IV
KESIMPULAN
1. Semakin hipertonis larutan, maka fragilitas sel darah merah semakin kecil dan
semakin hipotonis larutan, maka semakin besar fragilitas sel dara merahnya.
2. Hemoglobin dalam darah mengandung ion Fe2+ dalam keadaan tereduksi sehingga
pada penambahan air menyebabkan O2 terikat ke dalam Hb membentu
oksihemoglobin.
3. Oksihemoglobin dapat tereduksi oleh larutan stokes menjadi deoksihemoglobin dan
O2.
4. Ion besi (Fe2+) dalam molekul hemoglobin dapat dioksidasi menjadi fe3+ membentuk
methemoglobin.
5. Methemoglobin tidak dapat mengikat oksigen (O2).
9
KASUS
1. Seorang wanita gemuk berusia 50 tahun datang kesuatu klinik kesehatan , dengan
keluhan haus yang berlebihan , banyak minum dan sering buang air kecil ,
sebelumnya tidak pernah ada keluhan medis dan sudah lama tidak ke dokter . Hasil
pengamatan fisik , umumnya normal dan dokter mengatakan wanita tersebut tidak
dalam kondisi sakit akut . Urinalisi menunjukan glukosa meningkat dan kadar
glukosa serum sewaktu adalah 320 mh/dL. Menurut saudara :
PEMBAHASAN
a. Menurut kelompok kami Wanita tersebut menderita penyakit diabetes mellitus tipe 2,
hal ini terlihat dari gejala yang dialami seperti :
10
Seseorang didiagnosis menderita DM jika ia mengalami satu atau lebih criteria di
bawah ini :
- Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma sewaktu 200 mg/dL
- Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma puasa 126 mg/dL
- Kadar gula plasma 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) 200mg/dL
- Pemeriksaan HbA1C 6,5%
- Kadar serum sewaktu normal 65-110 mg/ dL
Dalam kasus ini, kadar glukosa serum sewaktu pada uji urinalisis wanita tersebut
320mg/dL. Kadar glukosa serum sudah melebihi batas normal yaitu <200 mg/dL.
Kesimpulan kami menurut data yang kami dapatkan dari studi kasus kali ini, kami
dapat menyimpulkan bahwa wanita gemuk yang berusia 50 tahun ini mengalami
penyakit Diabetes Mellitus tipe 2.
b. System organ yang terlibat dalam penyakit ini adalam system endocrine. Insulin
merupakan hormone yang menurunkan glukosa darah, dibentuk oleh sel-sel beta
pulau Lengerhans pancreas.
11
Pada DM tipe II, penderita mengalami ekses sekresi insulin dan status nutrisi
umumnya obesitas. Hiperinsulinemia dan resistensi insulin disini kemungkinan
disebabkan oleh penurunan reseptor insulin, reduksi ikatan insulin dan defek
kepekaan signal postreseptor. Berhubung responsivitas jaringan perifer seperti liver
dan otot terhadap insulin menurun, maka tubuh penderita mensekresi insulin lebih
banyak sebagai kompensasi terhadap penurunan aktivitas insulin dan peningkatan
kadar glukosa plasma. Gangguan sekresi insulin dan peningkatan kadar glucagon
menyebabkan peningkatan output glukosa hepatic, dengan demikian kadar glukosa
puasa akan meningkat.
Dalam menghambat atau merangsang kerja suatu enzim, insulin memainkan peran
ganda. Selain menghambat secara langsung, insulin juga mengurangi terbentuknya
camp yang memiliki sifat antagonis terhadap insulin. Insulin merangsang
terbentuknya fosfodiesterase-cAMP. Dengan demikian insulin mengurangi kadar
cAMP dalam darah.
12
Penderita dengan kadar gula yang sangat tinggi maka gula tersebut akan dikeluarkan
melalui urine. Gula disaring oleh glomerolus ginjal secara terus menerus, tetapi
kemudian akan dikembalikan ke dalam system aliran darah melalui system
reabsorpsi tubulus ginjal. Kapasitas ginjal mereabsorpsi glukosa terbatas pada laju
350mg/menit. Ketika kadar glukosa amat tinggi, filtrate glomerolus mengandung
glukosa di atas batas ambang untuk direabsorpsi. Akibatnya kelebihan glukosa
tersebut dikeluarkan melalui urine. Gejala ini disebut glikosuria, yang merupakan
indikasi lain dari penyakit diabetes mellitus. Glikosuria ini mengakibatkan
kehilangan kalori yang sangat besar.
Kadar glukosa yang amat tinggi pada aliran darah maupun pada ginjal, mengubah
tekanan osmotic tubuh. Secara otomatis, tubuh akan mengadakan osmosis untuk
menyeimbangkan tekanan osmotic. Ginjal akan menerima lebih banyak air, sehingga
penderita akan sering buang air kecil. Konsekuensi lain dari hal ini adalah, tubuh
kekurangan air. Penderita mengalami dehidrasi ( hiperosmolaritas ) bertambahnya
rasa haus dan gejala banyak minum ( polidipsia )
13
Tabung A510 ( x ) A510 ( s )
1 0,600 0,301
2 0,580 0,214
3 0,760 0,202
( )
Cholesterol konsentrasi ( mg/100 mL ) = ( ) Cs
Keterangan :
X : sampel
S : kolesterol standard
Cs : konsentrasi kolesterol standard ( 100 mg/100 mL )
Menurut saudara :
PEMBAHASAN
a. Ya,
Table 1 (terbaru)
0,825
1. 100 = 423,076 100ml
0,195
0,890
2. X 100 = 415,887 100ml
0,214
14
0,876
3. X 100 = 433, 663 100ml
0,202
423,076+415,887+433,663
Rata-rata : = 424,208
3 100
Table 2 (sebelum)
0,600
1. X 100 = 199,385 100ml
0,301
0,580
2. X 100 = 271, 028 100ml
0,214
0,760
3. X 100 = 376,237 ml
0,202 100
199,385+271,028+376,237
Rata-rata : = 282,2
3 100
Berdasarkan table diatas, LDL merupakan penyumbang kadar kolesterol yang paling
tinggi. Kolesterol merupakan komponen membrane srtuktural sel dan komponen sel
otak maupun saraf. Kolesterol sebenarnya merupakan substansi lemak hasil
metabolism yang banyak ditemukan dalam struktur tubuh manusia maupun hewan.
Kolesterol merupakan suatu komponen membrane yang tidak dapat larut dalam air.
Oleh karena itu, agar bisa diangkut kolesterol harus bergabung dengan molekul
lemak dan protein, sehingga gabungan ini dinamakan lipoprotein, yang
kepadatannya berbeda-beda sesuai komposisi dan kekompakan kandungannya yang
terdiri dari kolesterol, trigliserida dan protein, sehingga dikenal adanya lipoprotein
berkerapatan sangat rendah (VLDL/verylow density lipoprotein ), lipoprotein
berkerapatan rendah (LDL/ low density lipoprotein), dan lipoprotein berkerapatan
tinggi (HDL/high density lipoprotein ).
16
Jika otot yang lebih dalam pada dinding arteri koroner terkena, dan ini sering terjadi
di dekat daerah yang terkena aterosklerosis yang hanya dengan sedikit penyempitan
saja sudah cukup untuk menghambat aliran darah. Hal ini dapat mengakibatkan
berkurangnya aliran darah yang menuju otot jantung selama sesaat dan
menyebabkan rasa sakit pada jantung (angina pectoris / kekejangan jantung) yang
mungkin akan berlangsung beberapa waktu lamanya ataupun terjadi dengan cepat.
Tidak ada regulasi feed back biosintesis kolesterol dalam usus kecil tetapi dalam hati
(dalam mikrosom) ada tingkat pembatasan enzim untuk biosintesis kolesterol,
reduktase hidroksi metalglutaril CoA (reduktase HMGCoA) secara langsung
dihambat oleh kolesterol makanan yang masuk kedalam sisa kilomikron atau LDL.
Akibatnya, kalau kolesterol terkonsumsi dan kurang terserap, maka lebih banyak
yang disintesis oleh hati dan sebaliknya. Hasilnya akan terjadi sedikit penurunan
konsentrasi total kolesterol plasma biasanya sekitar 10% - 15%. Kolesterol yang
terdegradasi dan hilang setiap hari dari tubuh pada prinsipnya terjadi melalui
empedu. Kolesterol itu sendiri merupakan komponen utama cairan empedu. Sekitar
17
50 mg asam empedu dibentuk dari kolesterol, yang hilang setiap hari tanpa
dikembalikan, walaupun jumlah tersebut tergantung pada kadar serat makanan. (M.C
Linder, 2006)
Sintesis asam empedu primer dari kolesterol dimulai dengan reaksi hidroksilasi
yang dikatalisis oleh enizm 7-hidroksilase yang diaktifkan oleh vitamin C dan
membutuhkan oksigen, NADPH serta sitokrom P-450. Koleterol bebas akan diubah
menjadi 7-hidroksikolesterol. Selanjutnya ikatan rangkapnya mengalami reduksi
dan terjadi hidroksilasi tambahan, sehingga dihasilkan 2 asam empedu yang berbeda,
yaitu asam kenodeoksikolat, yang memiliki gugus A-hidroksi pada posisi 3,7 dan 12.
Asam kolat merupakan jenis asam empedu yang terbanyak di dalam tubuh (Marks.
1996). Getah empedu tersebut mengandung kalium dan natrium dalam jumlah yang
cukup banyak dan mempunyai pH alkalis, sehingga dapat disebut sebagai garam
empedu (Mayes. 1995). Garam empedu yang diproduksi disimpan di dalam kantung
empedu dan dilepaskan ke dalam usus pada saat makan. Senyawa tersebut berfungsi
sebagai emulsifier untuk membantu pencernaan lemak makanan (Almatsier,2002)
18
2. Pembentukan kolesterol (sterol)
19
Dalam keadaan tertentu LDL (low density lipoprotein) yang dibawa aliran darah
dari hati berinteraksi dengan sel sasarannya melalui reseptor lipoprotein yang
terdapat dalam membrane sel. Dalam sel, LDL mengalami perombakan
menghasilkan kolesterol bebas, lipid, dan komponen apoprotein. Sebagian dari
kolesterol diangkut ke dalam membrane untuk bergabung dengan lapis ganda
fosfolipid membentuk komponen penting dalam struktur membrane. Sebagian
lainnya dipakai sebagai prekusor untuk biosintesis hormone steroid, asam
empedu, dan senyawa steroid lainnya.
Bila kondisi tertentu jumlah kolesterol melebihi keadaan normal, berbagai proses
akan diaktifkan untuk mengimbangi kelebihan kolesterol yang meliputi :
Sebaliknya, bila jumlah kolesterol lebih sedikit daripada yang diperlukan dalam
keadaan normal. Kolesterogenesis akan dirangsang, katabolisme kolesterol serta
proses pengangkutan ke luarnya akan berkurang, dan proses pengambilan dari
luar akan meningkat.
20
1. Jumlah kolesterol yang rendah akan merangsang kolesterogenesis dengan
mekanisme meniadakan penekanan sintesis enzim HMG-CoA reduktase dan
HMG-CoA sintase.
2. Hasil reaksi katabolisme kolesterol, 7-hidroksikolesterol, dan asam empedu
akan menghambat enzim kolesterol 7-hidroksilase melalui mekanisme
penghambat balikan, menurunkan laju reaksi perubahan kolesterol menjadi
7-hidroksikolesterol.
3. Reaksi pembentukan ester kolesterol dengan asiltransferase akan berjalan ke
kiri sehingga lebih banyak kolesterol terbentuk daripada persediaannya
3. Seorang anak berusia 10 tahun ke IRD , karena mual muntah dan sakit perut selama 2
hari . Tes laboratorium, kadar trigliserida, amylase dan lipase serumnya tinggi.
Sedangkan aktivitas lipoprotein lipasenya turun. Riwayat keluarga, dari keluarga
ibunya ada beberapa yang menderita sakit jantung sejak dini.
Menurut saudara :
a. Apakah dugaan penyakit dialami anak tersebut ? jelaskan alasan berdasarkan data
yang ada.
b. Apakah kelainan biokimia yang mendasari ?
c. Apakah peran lipoproteinlipase ?
d. Apakah yang menyebabkan hypertigliseridemia ?
PEMBAHASAN
a. Berdasarkan dari data yang ada, dugaan penyakit anak tersebut adalah pancreatitis
akut. Hal ini berdasarkan hasil test laboratorium yang berupa kenaikan kadar
trigliserida, amylase, dan lipase serumnya tinggi.
21
Tes-tes terhadap serum lipase dan amylase merupakan tes yang paling spesifik untuk
pancreatitis akut, karena enzim-enzim ini dilepaskan saat sel-sel duktus pankreatik
dihancurkan. Dimana, diketahui bahwa beberapa pasien yang mengidap penyakit
pancreatitis mempunyai konsentrasi trigliserid tinggi antara 6 sampai 72mmol/L (500-
6000 mg/dl) dalam serumnya.
Kadar amylase, Rata-rata 2 jam setelah timbulnya gejala pancreatitis, terjadi kenaikan
kadar serum amylase. Kadar ini tetap tinggi selama 24-48 jam, sedangkan kadarnya
dalam urine tetap tinggi sampai 72jam. Kenaikan kadar serum amylase bila lebih dari 10
hari harus dipertimbangkan adanya komplikasi atau nekrosis pancreas. Bila kadar
amylase dalam serum seseorang sebesar 5 kali normalnya, dapat dipastikan orang
tersebut menderita pancreatitis akut. Pengukuran serum amylase akan lebih spesifik
apabila terdapat kenaikan isienzim (iso amylase ) atau bila amylase urin juga diukur.
Pengukuran amylase serum sangat bermanfaat pada diagnosis pancreatitis akut.
Kadar lipase, Kadar lipase dalam serum juga meninggi, kenaikan kadar lipase ini paralel
dengan kenaikan serum amylase.
Kadar kalsium, Timbulnya hipokalsemia pada hari kedua atau lebih menunjukkan
adanya nekrosis pancreas. Apabila kadar kalsium lebih rendah dari 7,0 mg, berarti
prognosisnya jelek. Dengan timbulnya hipokalsemia akan timbul tanda-tanda tetani.
Tidak adanya kalsium dalam urin dapat dipakai sebagai diagnosis dini pancreatitis akut.
Kadar gula darah. Kadar gula darah meninggi pada 15-25% penderita. Hal ini
disebabkan karena terdapat kenaikan sekresi glukogon.
Dalam keadaan normal pancreas terlindung dari efek enzimatik enzim digestifnya sendiri.
Enzim pancreas (enzim proteolitik : tripsin, kimotripsin, karboksipeptidase, elastase dan
fosfolipase A ) disintesis sebagai zimogen inaktif dan diaktivasi dengan pemecahan rantai
peptic secara enzimatik.
Sedangkan enzim pancreas lainnya (amylase dan lipase) disintesis dan bentuk inaktif dan
disimpan dalam butir zimogen sehingga terisolasi oleh membrane fosfolipid dalam sel
asini.
22
Aktivitas enzim dicegah oleh inhibitor dalam jaringan pancreas, cairan pancreas dan
serum. Dalam proses aktivasi enzim, tripsin memegang peranan penting yang
mengaktivasi yang terlihat pada proses autodigesti. Hanya lipase yang tidak tergantung
tripsin. Aktivasi zimogen secara normal dimulai oleh enterokinase di duodenum. Adanya
aktivasi dini enzim dalam pancreas menyebabkan autodigesti pancreas. Duktus
pankreatikus dan duktus koledukus bermuara ke tempat yang sama yaitu ampula vateri,
menyumbat aliran getah empedu dari duktus koledukus ke dalam duktus pankreatikus,
dan dengan demikian akan mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin. Tripsin memegang
peranan penting timbulnya pancreatitis akut. Dengan terjadinya refleks enzim terutama
tripsin ke dalam duktus pankreatikus, maka akan terjadi edema pada pancreas. Tripsin
tidak merusak jaringan, tetapi mengaktivasi dua macam enzim lain yaitu fosfolipase A
dan B, yang pada waktu sekresi empedu akan mengubah lesitin menjadi lisolesitin.
Lisolesitin akan merusak lapisan membrane fosfolipid. Tripsin juga mengaktivasi
elestase. Elestase menyebabkan gangguan vaskularisasi yang hebat sehingga timbul
pendarahan hebat pada pancreas. Tripsin terdapat didalam duodenum dalam bentuk tidak
aktif yaitu tripsinogen dan baru aktif setelah kontak dengan enterokinase.
c. Peran lipoprotein lipase adalah sebagai enzim yang berfungsi memecah trigliserida darah
menjadi asam lemak dan gliserol. Dimana trigliserida ini harus dipecah karena trigliserida
yang mengandung asam lemak sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk proses metabolism
tubuh dan memberikan energy pada tubuh sebagai energy simpanan. Meningkatkan
katabolisme kilomikron dan very low density.
23
4. Hasil pemeriksaan laboratorium pasien DM tipe 1 yang tidak terkontrol menunjukkan
hiperglikemia ( 634 mg / dL ) dan hypergliseridemia ( 498mg/dL)
PEMBAHASAN
a. Diabetes mellitus, atau yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis,
adalahpenyakit kronik yang disebabkan oleh:
Ketidakmampuan organ pankreas untuk memproduksi hormon insulin dalam jumlah yang
cukup
Tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang telah dihasilkan oleh pankreas secara
efektif, atau gabungan dari kedua hal tersebut.
Pada penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol, akan terjadi peningkatan kadar
glukosa (gula) darah yang disebut hiperglikemia. Hiperglikemia yang berlangsung dalam
waktu lama akan menyebabkan kerusakan serius pada sistem tubuh kita, terutama pada
saraf dan pembuluh darah. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengontrol kadar
glukosa dalam darah pasien diabetes mellitus.
b. Pada penyakit DM, terjadi kerusakan sel beta pancreas, hal ini menyebabkan defisiensi
insulin akan menghambat lipoprotein lipase sehingga meningkatnya trigliserida dan
kolesterol. Meningkatnya trigliserida akan menyebabkan terjadinya hypertrigliseridemia,
dimana tingginya kadar trigliserida di dalam darah.
24
DAFTAR PUSTAKA
Ariens, E.J, E. Mutschler, A. M. Simonis. 1994. Toksikologi Umum Pengantar. Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.
Bavelander, G dan Judith A.R.. 1988. Dasar- Dasar Histologi. Jakarta : Erlangga.
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah Vol. 3. Jakarta: EGC
Fessenden,R.J dan J.S Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2. Erlangga : Jakarta.
Ganong, W.F. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Guyton, A.C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Lauralee , Sherwood. 1996. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, edisi VIII. Buku Kedokteran
EGC :Jakarta.
Maulana, M. 2008. Mengenal Diabetes Mellitus : Panduan Praktis Mengenal Penyakit Kencing
Manis. Jogjakarta : Katahati.
Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I edisi III. Jakarta : FKUI
Montgomery R, Dryer RL, Conway TW, Spector AA. 1983. Biokimia: Suatu Pendekatan
Berorientasi Kasus-Kasus Jilid 1. Diterjemahkan Ismadi M. Yogyakarta : Penerbit Gajah Mada
University Press.
Mahley, R.W. dan Bersot, T.D. 2007. Terapi Obat Untuk Hiperkolesterolemia dan Dislipidemia.
Dalam: Harman, J.G., dan Limbird, L.E. (editor). Goodman & Gilmans Dasar Farmakologi
Terapi . Volume 1. Edisi 10. Jakarta :EGC. Halaman : 956.
Marks Dawn B, Marks Allan D, Smith Colleen M. 2002. Biokimia kedokteran dasar : Sebuah
pendekatan klinis, Edisi 1. Jakarta: EGC.
Murray, Robert K, dkk. 2009. Biokimia harper ed 27. Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Purnamasari, D. 2009. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus. Jakarta : Interna Publishing
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.
25
Pearce, Evelyn. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT. Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta
Stryer, Lubert. 2000. Biokimia. Edisi IV, Volume 2. Jakarta:EGC.
Tucker, S.M. 1998. Standar Asuhan Keperawatan Pasien, Proses Keperawatan, Diagnosis dan
Evaluasi edisi V. Jakarta : EGC
26
LAMPIRAN
UJI OKSIHEMOGLOBIN DAN DEOKSIHEMOGLOBIN
UJI METHEMOGLOBIN
Tabung I
Tabung II
- Tabung 1 (setelah penambahan pereaksi stokes) : Setelah ditambah
pereaksi stokes dan dilakukan pengocokkan kuat, terbentuk gelembung
udara dengan jumlah yang banyak dan tetap. Warnanya menjadi lebih
gelap.
27