Anda di halaman 1dari 27

BAB I

TUJUAN PERCOBAAN
1.1 Tujuan Umum
Mengetahui tentang aktivitas biokimia dalam darah dan hubungannya dengan penyakit yang
berhubungan gangguan metabolisme yang menyebabkan perubahan kimia darah.

1.2 Tujuan Khusus

1.2.1 Uji Fragilitas Globular Eritrosit

Untuk mengetahui tingkat fragilitas eritrosit

1.2.2 Uji Oksihemogobin dan Deoksihemoglobin


Untuk membuktikan hemoglobin dapat mengikat oksigen membentuk oksihemoglobin
( HbO2 ) dan dapat terurai kembali menjadi O2 dan deoksihemoglobin

1.2.3 Uji untuk Methemoglobin


Untuk memperlihatkan bila besi dalam molekul hemoglobin dioksidasi menjadi Fe3+
maka terbentuk metHb yang tidak bisa mengikat oksigen

1
BAB II
HASIL PRAKTIKUM

2.1 UJI FRAGILITAS GLOBULAR ERITROSIT

Tabung 1 2 3 4 5 6
NaCl 0,2% 0,3% 0,4% 0,5% 0,6% 0,7%
Eritrosit 2 tts 2 tts 2 tts 2 tts 2 tts 2 tts
yang telah
dicuci
dengan
NaCl
Setelah jam periksa tabung mana yang mengalami hemolisis
Hasil ++++++ +++++ ++++ +++ ++ +

2.2 UJI OKSIHEMOGLOBIN DAN DEOKSIHEMOGLOBIN


a. Oksihemoglobin

BAHAN TABUNG
Tabung 1
Darah segar 2mL
Air suling 6mL
Hasil : Merah terang

b. Pembentukan DeoksiHb dan Pembentukkan kembali OksiHb dan DeoksiHb

TABUNG
BAHAN
1 2
Hasil Uji
Diambil 3mL Diambil 3mL
Oksihemoglobin
Penambahan larutan
pereduksi kuat -
(pereaksi stokes 2mL (tidak diberi penambahan Beberapa tetes
+ NH4OH larutan pereduksi kuat)
secukupnya)

2
Warna yang Merah terang Merah kehitaman
terbentuk
KOCOK KUAT-KUAT
Warna yang
Merah terang agak
terbentuk setelah Merah kehitaman dan gelap
kecoklatan
pengocokkan

2.3 UJI UNTUK METHEMOGLOBIN

TABUNG
BAHAN
1 2
Pengenceran darah 1mL darah segar + 4mL air 1mL darah segar + 1mL air
segar sulng suling
Dipanaskan terlebih dahulu, lalu
Penambahan pereaksi ditambahkan 6mL K3Fe(CN)6
Beberapa tetes
K3Fe(CN)6 33%
33%
Pencampuran Kocok kuat-kuat Dibolak-balik perlahan
Penambahan pereaksi
Beberapa tetes -
Stokes
Warna yang
Merah kehitaman/gelap Merah kecoklatan
dihasilkan

3
BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Uji Fragilitas Globular Eritrosit

Fragilitas eritrosit merupakan reaksi membrane eritrosit untuk melawan tekanan osmosis media
di sekelilingnya, untuk mengetahui berapa besar fragilitas atau daya tegang dinding eritrosit
dapat diketahui dengan menaruh eritrosit dalam berbagai larutan (NaCl) dengan tekanan osmosis
yang beragam. Konsentrasi larutan dengan tekanan osmosis tertentu akan memecah eritrosit, ini
lah yang menunjukkan fragilitas eritrosit tersebut.

Hemolisis adalah pecahnya membrane eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium
sekelilingnya (plasma).

Kerusakan membrane eritrosit dapat disebabkan oleh :

- penambahan larutan hipotonis, hipertonis ke dalam darah,


- penurunan tekanan permukaan membrane eritrosit,
- zat/unsure kimia tertentu,
- pemanasan dan pendinginan,

Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl
hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui
membrane yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila
membrane tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel
akan pecah, sehingga hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila
eritrosit berada pada medium yang hipertonis , maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke
medium luar eritrosit (plasma), sehingga eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat
dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma)

Prinsip uji ini adalah semakin hipotonis larutan, maka fragilitas sel darah merah normal semakin
besar dan warna larutan semakin merah. Hal ini disebabkan karena sel mengalami hemolisis dan
begitu juga sebaliknya.

4
3.2 Uji Oksihemoglobin dan Deoksihemoglobin

Hemoglobin merupakan protein yang ditemukan dalam sel-sel darah merah mengandung Fe (zat
besi) berfungsi sebagai transporter utama molekul O2 dalam darah manusia maupun hewan
lainnya. Oksigen dapat disalurkan dari paru-paru kejaringan melalui dua cara yaitu fisik larut
dalam plasma atau secara kimia berikatan dengan hemoglobin sebagai Oksihemoglobin (HbO2)
dan bersifat reversible.

Faktor faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin :

1. Kecukupan besi dalam tubuh


Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin hingga anemia akan gizi besi menyebabkan
terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah.
Besi merupakan mikronutrien essensil memproduksi hemoglobin berfungsi untuk
mengantar oksigen dari paru-paru kejaringan tubuh, untuk diekskresikan kedalam dara
pernafasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistem enzim pernafasan seperti sitokrom
oksidase, katalase dan peroksidase.
2. Metabolisme besi dalam tubuh
Besi terdapat didalam tubuh orang dewasa sehat berjumlah lebih dari 4 gram. Besi berada
didalam sel-sel darah merah atau hemoglobin ( lebih dari 2,5 gram ), myoglobin (150mg),
phorphyrin cytochrome, hati, limfa, sumsum tulang (lebih dari 200-1500mg).

Hemoglobin didalam sel darah merah mengikat oksigen melalui ikatan kimia reaksinya
membentuk ikatan antara hemoglobin dengan oksigen, senyawa ini disebut Oksihemoglobin.

Pada tingkat jaringan, O2 mengalami disosiasi dari hemoglobin kemudian berdifusi kedalam
plasma. Kemudian O2 masuk ke sel-sel jaringan tubuh untuk memenuhi kebutuhan jaringan yang
bersangkutan. Hemoglobin yang melepaskan O2 pada tingkat jaringan disebut hemoglobin
tereduksi (Deoksihemoglobin). Deoksihemoglobin ini berwarna merah hitam dan menyebabkan
warna kebiruan pada daerah vena.

Oksihemoglobin dibentuk selama respirasi fisiologis ketika oksigen mengikat komponen protein
hemoglobin dalam sel darah merah. Proses ini terjadi di dalam kapiler paru-paru. Oksigen
kemudian berjalan melalui aliran darah untuk disalurkan ke dalam sel-sel di mana ia akan
digunakan dalam proses glikolisis dan produksi ATP melalui proses fosforilasi oksidatif.
Oksihemoglobin membuat warna darah lebih terang dari normal karena banyak mengandung
oksigen.Hal ini dapat kita lihat di pembuluh nadi dimana warna darah terlihat lebih terang karena
mengikat oksigen sehingga disebut hemoglobin teroksigenasi.

Deoksihemoglobin atau hemoglobin tereduksi adalah bentuk hemoglobin yang tidak lagi
mengikat oksigen. Deoksihemoglobin itu dapat kita lihat pada pembuluh vena dimana darahnya
terlihat lebih gelap karena melepaskan oksigen.

Pada percobaan prosedur pertama, oksihemoglobin terbentuk dari pengikatan oksigen dalam 6
mL air suling yang yang ditambahkan ke dalam 2 mL darah segar. Warna darah yang mulanya
merah pekat berubah menjadi merah terang hal ini disebabkan karena hemoglobin mengikat

5
oksigen dengan bantuan ion Fe2+ yang terdapat dalam hemoglobin.

Hb + 4 O2 Hb (O2)4

(Hemoglobin) (Oksigen) (oksihemoglobin)

Gambar 3.1 Reaksi Oksihemoglobin

Pada prosedur selanjutnya dibuat larutan stokes yang merupakan campuran pereaksi stokes
dengan larutan NH4OH. Fungsi penambahan larutan NH4OH untuk mencegah pengendapan
karena sifat basa yang dimilikinya mampu mencegah protonasi oleh asam sehingga tidak
terbentuk endapan pada pembuatan pereaksi stokes. Pereaksi stokes dapat dibuat dari 20 gram
fero sulfat dan 30 gram asam tartrat dalam aquadest, lalu diencerkan hingga 1000mL. NH4OH
dapat dibuat dengan melarutkan NH4OH 10 gram dalam 100mL aquadest. Larutan stokes dibuat
dari 5 mL pereaksi stokes dan beberapa NH4OH.

Larutan stokes yang terbentuk kemudian ditambahkan ke dalam tabung oksihemoglobin yang
sudah dibagi dua sebelumnya beberapa tetes. Pereaksi stokes berfungsi sebagai pereduksi kuat.
Sedangkan tabung oksihemoglobin yang pertama sebagai control. Tabung oksihemoglobin yang
sudah ditambahkan larutan stokes langsung dikocok kuat-kuat dan amati perubahan warna yang
terjadi.

Pada awalnya, penambahan larutan stokes menyebabkan darah (oksiHb) berubah menjadi
Merah kecoklatan. Hal ini dikarenakan Fe2+ tereduksi melepaskan O2, dalam hal ini disebut
reaksi pembentukan deoksihemoglobin. Setelah dikocok kuat-kuat warna larutan menjadi lebih
pekat, yakni merah kecoklatan dan timbul buih. Hal ini disebabkan O2 dalam oksiHb tereduksi
keluar karena longgarnya ikatan koordinasi O2 dengan atom besi dalam hemoglobin, ditambah
dengan adanya tekanan CO2 yang besar dari pengocokan kuat-kuat sehingga terbentuklah
deoksihemoglobin.
Hb (O2)4 Hb + 4 O2

Gambar 3.2 Reaksi Deoksihemoglobin

6
3.3 Uji Untuk Methemoglobin

Methemoglobin (MetHb) merupakan hasil suatu oksidasi hemoglobin yang tidak mempunyai
kemampuan lagi untuk mengangkut oksigen. Pembentukan MetHb dipengaruhi oleh beberapa
zat misalnya:

- Amin aromatic
- Senyawa nitro aromatic
- Klorat dan senyawa nitrit

Menurut Mansyur (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya MetHb antara lain
adalah:

1. Kurangnya enzim glukosa 6-fosfat dehidrogenase


2. Adanya keracunan zat kimia seperti nitrit tubuh yang terikat pada Hb
3. Adanya kenaikan gula darah
4. Adanya radikal bebas dan tidak ada enzim atau koenzim.

Menurut Lee (2005) faktor yang mempengaruhi kadar methemoglobin antara lain:

- Usia,
- Jenis kelamin,
- Penyakit kronis yang diderita, yaitu seperti gagal ginjal, penyakit bawaan seperti jantung
dan rheumoboid.

Menurut Prasetyastuti (2009) radikal bebas secara terus menerus diproduksi dalam eritrosit
akibat tingginya tekanan O2 dan besi heme. Secara spontan hemoglobin akan menghasilkan
superoksida (O2-). Proses reduksi tersebut diikuti proses oksidasi hemoglobin menjadi
methemoglobin, reaksinya adalah sebagai berikut:

HbFe2+ HbFe3+O2-

Methemoglobin dibagi menjadi dua mekanisme penting, yaitu:

- Pertama, mekanisme protektif terhadap agen pengoksidasi yaitu heksose monophosphat


dalam eritrosit. Melalui jalur ini, agen pengoksidasi direduksi oleh glutation terlebih
dahulu menjadi bentuk methemoglobin.
- Mekanisme kedua yang lebih penting terhadap pembentukan methemoglobin yaitu
dengan menggunakan dua sistem enzim yaitu diaphorase I dan diaphorase II. Dua sistem
enzim ini memerlukan nicotinamide adenine dinucleotide (NADH) dan nicotinamide
adenine dinucleotide phosphat (NADPH), secara berturut-turut untuk mereduksi

7
methemoglobin menjadi ferro. Diaphorase I, secara kuantitatif hanya memberikan
persentase kecil dari kapasitas reduksi sel darah merah. Diaphorase II dapat diaktifkan
dengan kofaktor eksogen (misalnya, methylen blue) sampai 5 kali aktivitas kadar normal.

Pada percobaan ini dilakukan penambahan air suling dengan tujuan agar darah dapat mengikat
atom O2 pada air suling sehingga dapat terbentuk oksihemoglobin. Selanjutnya ditambahkan
pereaksi K3Fe(CN)6 33% dengan tujuan untuk mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+. Pereaksi
K3Fe(CN)6 33% terdiri dari campuran 33 gram K3Fe(CN)6 dalam 100mL aquadest. Penambahan
K3Fe(CN)6 33% disertai dengan pengocokan yang kuat agar keseluruhan larutan dapat tercampur
dengan K3Fe(CN)6 33% sehingga Hb dapat teroksidasi secara menyeluruh. Hal ini yang
menyebabkan timbulnya gelembung udara dan warna darah menjadi merah kecoklatan.

Perubahan warna ini diakibatkan terjadinya reaksi oksidasi dari ion Fe2+ pada darah menjadi
Fe3+. Sedangkan gelembung udara yang dihasilkan merupakan oksigen yang tidak dapat
berikatan dengan darah yang mengalami methemoglobin.

Setelah itu, ditambahkan pereaksi stokes yang terdiri dari FeSO, Asam Tartart, dan Aquadest.
Pereaksi stokes berfungsi untuk mereduksi Methemoglobin. Warna darah yang sudah ditambah
pereaksi stokes tidak dapat kembali seperti warna darah sebelum diberi K3Fe(CN)6 33%.Saat
ditambah pereaksi stokes, warna darah menjadi merah gelap dengan jumlah gelembung udara
yang banyak dan sama seperti sebelum ditambahkan pereaksi stokes.Hal ini menandakan tidak
terjadinya reaksi antara darah dengan pereaksi stokes.

Reaksi Darah yang ditambahkan dengan K3Fe(CN)6 33% :

Hb(Fe2+) + K3Fe (CN)6 Hb(Fe3+) + K4Fe (CN)6

Hb (Fe3+) + pereaksi stokes

Pada tabung II, dilakukan pemanasan yang bertujuan untuk mempercepat pelepasan O2 sehingga
diperoleh Hb yang berwarna merah gelap. Selanjutnya darah yang telah dipanaskan ditambahkan
6 mL K3Fe(CN)6 33% sehingga warna menjadi merah kecoklatan. Penambahan K3Fe(CN)6 33%,
berfungsi sebagai pengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ . Peristiwa oksidasi ini menyebabkan
terjadinya perubahan warna menjadi merah kecoklatan. Setelah itu, dilakukan pengocokkan
secara perlahan/dibalik-balikkan secara perlahan, dan terbentuk gelembung udara yang lebih
sedikit, hal ini karena darah telah dipanaskan menyebabkan O2 yang terikat pada darah banyak
yang dilepaskan sehingga dengan oksidasi menggunakan K3Fe(CN)6, O2 yang terlepas hanya
sedikit. O2 yang terlihat sudah tidak dapat berikatan dengan Hb karena Fe2+ pada Hb berubah
menjadi Fe3+

8
BAB IV
KESIMPULAN

1. Semakin hipertonis larutan, maka fragilitas sel darah merah semakin kecil dan
semakin hipotonis larutan, maka semakin besar fragilitas sel dara merahnya.
2. Hemoglobin dalam darah mengandung ion Fe2+ dalam keadaan tereduksi sehingga
pada penambahan air menyebabkan O2 terikat ke dalam Hb membentu
oksihemoglobin.
3. Oksihemoglobin dapat tereduksi oleh larutan stokes menjadi deoksihemoglobin dan
O2.
4. Ion besi (Fe2+) dalam molekul hemoglobin dapat dioksidasi menjadi fe3+ membentuk
methemoglobin.
5. Methemoglobin tidak dapat mengikat oksigen (O2).

9
KASUS

1. Seorang wanita gemuk berusia 50 tahun datang kesuatu klinik kesehatan , dengan
keluhan haus yang berlebihan , banyak minum dan sering buang air kecil ,
sebelumnya tidak pernah ada keluhan medis dan sudah lama tidak ke dokter . Hasil
pengamatan fisik , umumnya normal dan dokter mengatakan wanita tersebut tidak
dalam kondisi sakit akut . Urinalisi menunjukan glukosa meningkat dan kadar
glukosa serum sewaktu adalah 320 mh/dL. Menurut saudara :

a. Penyakit apakah yang dialami oleh wanita tersebut ?


b. System organ apakah yang terlibat dalam penyakit tersebut ?
c. Apakah dasar biokimia dari penyakit tersebut ?

PEMBAHASAN
a. Menurut kelompok kami Wanita tersebut menderita penyakit diabetes mellitus tipe 2,
hal ini terlihat dari gejala yang dialami seperti :

- Rasa haus yang berlebihan


- Banyak minum dan sering buang air kecil

Sedangkan gejala diabetes mellitus antara lain :

- Poliuria (banyak berkemih)


- Polidispia (rasa haus sehingga jadi banyak minum air)
- Polifagia (banyak makan karena perasaan lapar terus - menerus)
- Pada penderita obesitas maka gangguan DM dapat dipastikan apabila terdapat
hiperglikemia dan glikosuria secara laboratories.

Ciri- ciri diabetes mellitus tipe 2 adalah :

- Menyerang usia 35 tahun ke atas atau disebut adult onset


- Diabetes tipe 2 lebih banyak menyerang orang-orang bertubuh besar yang
dikategorikan kelebihan berat badan (overweight) maupun obesitas.
- Disebabkan oleh resistensi insulin dalam arti insulinnya cukup tetapi tidak bekerja
dengan baik dalam mengontrol kadar gula darah
- Menyerang orang-orang dengan pola makan tidak sehat dan jarang berolahraga

10
Seseorang didiagnosis menderita DM jika ia mengalami satu atau lebih criteria di
bawah ini :

- Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma sewaktu 200 mg/dL
- Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma puasa 126 mg/dL
- Kadar gula plasma 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) 200mg/dL
- Pemeriksaan HbA1C 6,5%
- Kadar serum sewaktu normal 65-110 mg/ dL

Dalam kasus ini, kadar glukosa serum sewaktu pada uji urinalisis wanita tersebut
320mg/dL. Kadar glukosa serum sudah melebihi batas normal yaitu <200 mg/dL.

Kesimpulan kami menurut data yang kami dapatkan dari studi kasus kali ini, kami
dapat menyimpulkan bahwa wanita gemuk yang berusia 50 tahun ini mengalami
penyakit Diabetes Mellitus tipe 2.

b. System organ yang terlibat dalam penyakit ini adalam system endocrine. Insulin
merupakan hormone yang menurunkan glukosa darah, dibentuk oleh sel-sel beta
pulau Lengerhans pancreas.

Hormon yang meningkatkan kadar glukosa darah, anatara lain :

1. Glucagon yang disekresi oleh sel-sel alfa pulau Lengerhans


2. Epinefrin yang disekresi oleh medulla adrenal dan jaringan kromatin lain
3. Glukokortikoid yang disekresi oleh korteks adrenal
4. Growth hormone yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior

Glucagon, epinefrin, glukokortikoid dan growth hormone, membentuk suatu pelawan


mekanisme regulator yang mencegah timbulnya hipoglikemia akibat pengaruh
insulin.

c. Dasar biokimia penyakit


DM tipe II ini merupakan penyakit sindrom metabolic yang diakibatkan
hiperglikemia sekunder kronis. Penyebab hiperglikemia sekunder kronis tersebut
adalah resistensi jaringan terhadap insulin atau disertai dengan defisiensi insulin
relative. Pada penderita DM Tipe II, jumlah insulin endogen dalam sirkulasi tubuh
mampu mencegah terjadinya ketoasidosis, namun tidak cukup untuk menekan
hiperglikemia yang diakibatkan oleh menurunnya sensitivitas jaringan terhadap
insulin. DM Tipe II merupakan sindrom penyakit yang disebabkan oleh baik
penurunan sensitivitas jaringan ( resistensi jaringan terhadap insulin ) atau hilangnya
sel pancreas-. Kedua hal tersebut dapat disebabkan oleh factor genetic atau factor
lingkungan seperti obesitas.

11
Pada DM tipe II, penderita mengalami ekses sekresi insulin dan status nutrisi
umumnya obesitas. Hiperinsulinemia dan resistensi insulin disini kemungkinan
disebabkan oleh penurunan reseptor insulin, reduksi ikatan insulin dan defek
kepekaan signal postreseptor. Berhubung responsivitas jaringan perifer seperti liver
dan otot terhadap insulin menurun, maka tubuh penderita mensekresi insulin lebih
banyak sebagai kompensasi terhadap penurunan aktivitas insulin dan peningkatan
kadar glukosa plasma. Gangguan sekresi insulin dan peningkatan kadar glucagon
menyebabkan peningkatan output glukosa hepatic, dengan demikian kadar glukosa
puasa akan meningkat.

Resistensi insulin pada jaringan adipose menyebabkan peningkatan liposis sehingga


akan terjadi peningkatan asam lemak bebas. Kadar asam lemak bebas yang tinggi
akan menstimulir konversi asam amino menjadi glukosa di hepar, sehingga kadar
glukosa darah meningkat.
Pada orang yang normal, sekitar separuh dari glukosa yang dimakan diubah menjadi
energy lewat glikolisis dan saparuh lagi disimpan sebagai lemak atau glikogen.
Glikolisis akan menurun dalam keadaan tanpa insulin dan proses glikogenesis
ataupun lipogenesis akan terhalang.

Hormone insulin meningkatkan glikolisis sel-sel hati dengan cara meningkatkan


aktivitas enzim-enzim yang berperan. Termasuk glukokinase, fosfofruktokinase dan
piruvat kinase. Bertambahnya glikolisis akan meningkatkan penggunaan glukosa dan
dengan demikian secara tidak langsung menurunkan pelepasan glukosa ke plasma
darah. Insulin juga menurunkan aktivitas glukosa-6-fosfatase yaitu enzim yang
ditemukan di hati dan berfungsi mengubah glukosa menjadi glukosa 6-fosfat.

Kerja insulin dilaksanakan dengan mengaktifkan protein kinase, memnghambat


protein kinase lain atau merangsang aktivitas fosfoprotein fosfatase. Defosforilasi
meningkatkan aktivitas sejumlah enzim penting. Modifikasi kovalen ini
memungkinkan terjadinya perubahan yang hamper seketika pada aktivitas enzim
tersebut.

Dalam menghambat atau merangsang kerja suatu enzim, insulin memainkan peran
ganda. Selain menghambat secara langsung, insulin juga mengurangi terbentuknya
camp yang memiliki sifat antagonis terhadap insulin. Insulin merangsang
terbentuknya fosfodiesterase-cAMP. Dengan demikian insulin mengurangi kadar
cAMP dalam darah.

12
Penderita dengan kadar gula yang sangat tinggi maka gula tersebut akan dikeluarkan
melalui urine. Gula disaring oleh glomerolus ginjal secara terus menerus, tetapi
kemudian akan dikembalikan ke dalam system aliran darah melalui system
reabsorpsi tubulus ginjal. Kapasitas ginjal mereabsorpsi glukosa terbatas pada laju
350mg/menit. Ketika kadar glukosa amat tinggi, filtrate glomerolus mengandung
glukosa di atas batas ambang untuk direabsorpsi. Akibatnya kelebihan glukosa
tersebut dikeluarkan melalui urine. Gejala ini disebut glikosuria, yang merupakan
indikasi lain dari penyakit diabetes mellitus. Glikosuria ini mengakibatkan
kehilangan kalori yang sangat besar.

Kadar glukosa yang amat tinggi pada aliran darah maupun pada ginjal, mengubah
tekanan osmotic tubuh. Secara otomatis, tubuh akan mengadakan osmosis untuk
menyeimbangkan tekanan osmotic. Ginjal akan menerima lebih banyak air, sehingga
penderita akan sering buang air kecil. Konsekuensi lain dari hal ini adalah, tubuh
kekurangan air. Penderita mengalami dehidrasi ( hiperosmolaritas ) bertambahnya
rasa haus dan gejala banyak minum ( polidipsia )

2. Pemeriksaan kadar kolesterol darah seseorang penderita berumur 55 tahun dilakukan


di suatu klinik . Analisis berdasarkan reaksi berikut :

Cholesterol esters + H2O cholesterol + fatty acids


Kolesterol asterase
Cholesterol + O2 cholest-4-ene-3-one + H2O2
Kolesterol oksidase
H2O2 + Phenol + 4-aminoantipyrine quinoneimine chromogen
Peroksidase
max = 510 mm

Table 29. Hasil Pemeriksaan Kolesterol Ke dua

Tabung A 510 ( x ) A510 ( s )


1 0,825 0,195
2 0,890 0,214
3 0,876 0,202

Table 30. Hasil Pemeriksaan Kolesterol Pertama

13
Tabung A510 ( x ) A510 ( s )
1 0,600 0,301
2 0,580 0,214
3 0,760 0,202

( )
Cholesterol konsentrasi ( mg/100 mL ) = ( ) Cs

Keterangan :
X : sampel
S : kolesterol standard
Cs : konsentrasi kolesterol standard ( 100 mg/100 mL )

Table 31. Kadar Rata-Rata Kolesterol Berdasarkan Umur


Umur Kolesterol total (mg/100mL serum)
0-19 120-230
20-29 120-240
30-39 140-270
40-49 150-310
50-59 160-330

Menurut saudara :

a. Apakah penderita tersebut mengalami hypercholesterolemia ? jelaskan perubahan


kadar kolesterol antara 2 pemeriksaan tersebut !
b. Jelaskan korelasi kadar kolesterol dengan heart disease !
c. Apakah ada hubungan antara hypercholesterolemia dengan penyakit batu empedu
? jelaskan alasannya !
d. Apakah dasar biokimia dari pertanyaan c ?

PEMBAHASAN
a. Ya,

Table 1 (terbaru)
0,825
1. 100 = 423,076 100ml
0,195

0,890
2. X 100 = 415,887 100ml
0,214

14
0,876
3. X 100 = 433, 663 100ml
0,202

423,076+415,887+433,663
Rata-rata : = 424,208
3 100

Table 2 (sebelum)
0,600
1. X 100 = 199,385 100ml
0,301

0,580
2. X 100 = 271, 028 100ml
0,214

0,760
3. X 100 = 376,237 ml
0,202 100

199,385+271,028+376,237
Rata-rata : = 282,2
3 100

Kadar kolesterol normal :

Umur : 50-59 tahun

Total kolesterol : 160-330 mg/100 ml

a. Berdasarkan pemeriksaan sebelumnya, rata-rata konsentrasi kolesterol 282,2


mg/100ml, yang berarti masih dalam batas normal. Akan tetapi pada pemeriksaan
terbaru, rata-rata konsentrasi kolesterol 424,208 mg/100ml yang berarti melebihi
batas normal kadar kolesterol menunjukkan bahwa penderita mengalami
hypercholesterolemia, karena kadar kolesterolnya melebihi kadar kolesterol normal.
Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut dapat dinyatakan bahwa kadar kolesterol
dalam darah penderita mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.

b. Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah (hypercholesterolemia) mempunyai peranan


dalam proses aterosklerosis yang selanjutnya akan menyebabkan kelainan
kardiovaskular. LDL dikenal sebagai kolesterol yang merugikan, karena setelah
beredar dalam tubuh mengangkut 60-80 % kolesterol yang diperlukan oleh tubuh,
LDL akan diserap sel-sel tubuh sebagai bahan pembuat hormone dan sel-sel tubuh.
Karena tidak semua LDL digunakan, maka sisanya terbuang dan tetap mengalir
dalam darah, yang karena sifat kerapatan / densitasnya rendah, menyebabkannya
menumpuk dan menempel di dinding pembuluh darah, dan menjadikan pembuluh
15
darah tersebut menyempit, sehingga mengurangi volume darah yang mengalir
membawa nutrisi maupun oxygen keseluruh tubuh.

Table Komposisi Lipoprotein


No . Lipoprotein Trigliserida Kolesterol Fosfolipida Protein
(%) (%) (%) (%)
1. Kilomikron 80-90 2-7 3-6 1-2
2. VLDL 55-65 10-15 15-20 5-10
3. LDL 10 45 22 25
4. HDL 5 20 30 45-50

Berdasarkan table diatas, LDL merupakan penyumbang kadar kolesterol yang paling
tinggi. Kolesterol merupakan komponen membrane srtuktural sel dan komponen sel
otak maupun saraf. Kolesterol sebenarnya merupakan substansi lemak hasil
metabolism yang banyak ditemukan dalam struktur tubuh manusia maupun hewan.
Kolesterol merupakan suatu komponen membrane yang tidak dapat larut dalam air.
Oleh karena itu, agar bisa diangkut kolesterol harus bergabung dengan molekul
lemak dan protein, sehingga gabungan ini dinamakan lipoprotein, yang
kepadatannya berbeda-beda sesuai komposisi dan kekompakan kandungannya yang
terdiri dari kolesterol, trigliserida dan protein, sehingga dikenal adanya lipoprotein
berkerapatan sangat rendah (VLDL/verylow density lipoprotein ), lipoprotein
berkerapatan rendah (LDL/ low density lipoprotein), dan lipoprotein berkerapatan
tinggi (HDL/high density lipoprotein ).

Jika darah mengandung kolesterol secara berlebihan, mungkin kolesterol ini


mengendap dalam arteri, hal ini berlaku terutama bagi arteri yang memasok darah
kedalam jantung (arteri koroner). Ini berarti satu bagian otot jantung akan mati
secara perlahan dan bagian yang terpengaruh akan diperbaiki dengan terbentuknya
jaringan parut. Berlawanan dengan otot jantung, jaringan parut tidak bisa
berkontraksi sehingga daya pompa jantung akan menurun. Pembentukan jaringan
parut yang besar pada arteri koroner dapat berakibat fatal.

Sklerosis pada arteri koroner secara khas muncul dalam 3 cara :

- Serangan jantung, menyebabkan penghentian total pasokan oksigen dan


menyebabkan kerusakan pada otot jantung.
- Angina pectoris, yang menimbulkan rasa nyeri pada jantung dalam waktu yang
singkat atau lebih lama.
- Gangguan jantung yang tiba-tiba sebagai akibat penurunan pasokan darah. Hal ini
secara serius dapat menggangu irama denyut jantung (aritmia) dan bisa
menimbulkan kematian mendadak

16
Jika otot yang lebih dalam pada dinding arteri koroner terkena, dan ini sering terjadi
di dekat daerah yang terkena aterosklerosis yang hanya dengan sedikit penyempitan
saja sudah cukup untuk menghambat aliran darah. Hal ini dapat mengakibatkan
berkurangnya aliran darah yang menuju otot jantung selama sesaat dan
menyebabkan rasa sakit pada jantung (angina pectoris / kekejangan jantung) yang
mungkin akan berlangsung beberapa waktu lamanya ataupun terjadi dengan cepat.

c. Ya , ada. Karena kolesterol menghasilkan metabolit berupa garam empedu. Dimana


cairan empedu mengandung sejumlah besar kolesterol yang biasanya tetap berbentuk
cairan. Jika cairan empedu menjadi jenuh dengan kolesterol, maka kolesterol akan
membentuk endapan di luar empedu. Dalam jumlah yang normal, kolesterol akan
dipecah dalam empedu dengan bantuan senyawa/enzim kolesterol oksidase menjadi
cholest-4-ene-3-one + H2O, namun pada kondisi hypercholesterolemia, jumlah
kolesterol yang akan dipecah lebih banyak daripada enzim pemecahnya, sehingga
kelebihan kolesterol tersebut akan mengendap, lalu biasanya terjadi penebalan
dinding empedu. Selanjutnya akan terjadi perubahan kimiawi pada empedu yang
disebut batu empedu. Komponen utama dari batu empedu adalah kolesterol,
sebagian kecil lainnya terbentuk dari garam kalsium.

d. Dasar biokimia yang terlibat yaitu Biosintesis Kolesterol

Kolesterol merupakan sterol utama dalam jaringan manusia yang mempunyai


formula C27H45OH, dan dapat dinyatakan sebagai 3 hidroksi-5,6 kolesten karena
hanya mempunyai satu gugus hidroksil pada atom C3 dan ikatan rangkap pada C5
dan C6 serta percabangan pada C10, C13, dan C17. Kolesterol disintesis dari asetil
Ko-A yang dapat berasal dari perombakan karbohidrat, asam amino, dan lemak. Hati
merupakan tempat utama sintesis kolesterol di samping usus dan kelenjar-kelenjar
yang memproduksi hormone steroid seperti korteks adrenal, testis dan ovarium.
Semua reaksi sintesis berlangsung dalam kompartemen sitoplasma sel.
(Montgomery. 1983)

Tidak ada regulasi feed back biosintesis kolesterol dalam usus kecil tetapi dalam hati
(dalam mikrosom) ada tingkat pembatasan enzim untuk biosintesis kolesterol,
reduktase hidroksi metalglutaril CoA (reduktase HMGCoA) secara langsung
dihambat oleh kolesterol makanan yang masuk kedalam sisa kilomikron atau LDL.
Akibatnya, kalau kolesterol terkonsumsi dan kurang terserap, maka lebih banyak
yang disintesis oleh hati dan sebaliknya. Hasilnya akan terjadi sedikit penurunan
konsentrasi total kolesterol plasma biasanya sekitar 10% - 15%. Kolesterol yang
terdegradasi dan hilang setiap hari dari tubuh pada prinsipnya terjadi melalui
empedu. Kolesterol itu sendiri merupakan komponen utama cairan empedu. Sekitar

17
50 mg asam empedu dibentuk dari kolesterol, yang hilang setiap hari tanpa
dikembalikan, walaupun jumlah tersebut tergantung pada kadar serat makanan. (M.C
Linder, 2006)

Sintesis asam empedu primer dari kolesterol dimulai dengan reaksi hidroksilasi
yang dikatalisis oleh enizm 7-hidroksilase yang diaktifkan oleh vitamin C dan
membutuhkan oksigen, NADPH serta sitokrom P-450. Koleterol bebas akan diubah
menjadi 7-hidroksikolesterol. Selanjutnya ikatan rangkapnya mengalami reduksi
dan terjadi hidroksilasi tambahan, sehingga dihasilkan 2 asam empedu yang berbeda,
yaitu asam kenodeoksikolat, yang memiliki gugus A-hidroksi pada posisi 3,7 dan 12.
Asam kolat merupakan jenis asam empedu yang terbanyak di dalam tubuh (Marks.
1996). Getah empedu tersebut mengandung kalium dan natrium dalam jumlah yang
cukup banyak dan mempunyai pH alkalis, sehingga dapat disebut sebagai garam
empedu (Mayes. 1995). Garam empedu yang diproduksi disimpan di dalam kantung
empedu dan dilepaskan ke dalam usus pada saat makan. Senyawa tersebut berfungsi
sebagai emulsifier untuk membantu pencernaan lemak makanan (Almatsier,2002)

Menurut Stryer (2000), mekanisme sintesis kolesterol dimulai dari :

Asetat (C2) Mevalonat (C30) Isopentenil pirofosfat (C5)


Skualen (C30) Kolesterol (C27).

Sintesis mevalonat merupakan langkah kunci dalam pengaturan sintesis kolesterol.


Enzim 3-hidroksi-3-metil-glutaril CoA sebagai control penting di dalam biosintesis
kolesterol. Sintesis kolesterol terdiri atas tiga tingkat yaitu :

1. Pembentukan senyawa intermediate mevalonat

Diawali dengan reaksi penggabungan 2 molekul asetil-SKoA. Selanjutnya,


asetoasetil-SKoA bereaksi dengan 1 molekul asetil-SKoA lagi membentuk
senyawa -OH, -CH3-SKoA (HMG-SKoA). Reaksi ini dikatalis oleh enzim
HMG-SKoA sintesis. Akhirnya HMG-SKoA direduksi oleh NADPH + H+, yang
dikatalis oleh enzim HMG-SKoA reduktase dan terbentuklah mavelonat.

2 mol asetil-KoA berkondensasi asetoasetil-KoA kondensasi


dengan asetil-KoA ke 3 membentuk -OH--metilglutaril-KoA (HMG-
KoA) dengan enzim HMG-KoA sintase reduksi menjadi mevalonat,
enzim HMG-KoA reduktase (enzim regulator)

18
2. Pembentukan kolesterol (sterol)

Perubahan mevalonat menjadi senyawa sterol pertama berupa lenostreol,


berlangsung melalui pembentukan dua senyawa intermediate, berturut-turut
berupa senyawa unit isoprenoid dan skualen.

3. Pembentukan kolesterol dari skualin


Pada tahap terakhir proses biosintesis kolesterol, skualin bereaksi dengan oksigen
menghasilkan skualin-2,3-epoksida. Reaksi ini dikatalis oleh skualin
monooksigenase. Selanjutnya skualin-2,3-epoksida mengalami proses suklisasi,
yang dikatalis oleh enzim skualin epoksida lanosterol-siklase, menghasilkan
lenosterol. Perubahan linosterol menjadi kolesterol berlangsung dengan pelepasan
tiga gugus metal (dua atom karbon nomor empat dan satu dari atom karbon nomor
14), reduksi ikatan rangkap dari rantai samping kolesterol, dan perpindahan ikatan
rangkap dari posisi-8,9 ke posisi-5,6 dalam cincin B. Perubahan linosterol dapat
berlangsung melalui salah satu dari dua jalur reaksi, yaitu melalui pembentukan
desmoserol atau melalui 7-dehidroksikolesterol. Seluruh reaksi skualen menjadi
kolesterol berlangsung dalam reticulum endoplasma.

Semua kolesterol dari makanan digabungkan ke dalam misel-misel yang dibentuk


dari unsure-unsur amfipatik yang ada dalam empedu. Misel ini mengadung asam
empedu terkonyugasi dan fosfolipid disamping kolesterol. Emulsifikasi
diperlukan karena kelarutan kolesterol rendah dalam medium berair di rongga
usus. Tiap kolesterol yang diesterkan dihidrolisis di dalam rongga usus oleh
enzim yang disekresikan oleh pancreas, yaitu esterase kolesterol. Hidrolisis ester
kolesterol oleh esterase kolesterol terjadi pada atau di dalam misel. Kolesterol
diabsorpsi dengan difusi dari misel ke dalam sel mukosa kemudian diubah
menjadi ester kolesterol.

Absorpsi kolesterol kebanyakan terjadi dalam jejunum. Selanjutnya ester


kolesterol bergabung dengan kolesterol yang tidak diesterkan ke dalam partikel-
partikel lipid protein besar yang lepas ke dalam limfe (kilomikron). Esterase
kolesterol adalah enzim dari pancreas dan bersama-sama dengan garam empedu
mengkatalisis pembentukan ester kolesterol, sedangkan usus halus mengeluarkan
enzim lestinase yang bertindak merombak lesitin menjadi gliserol, asam lemak,
asam fosfat, dan kolin, sementara beberapa sisa lemak dikeluarkan ke dalam usus
besar dan dibuang melalui fases.

Mekanisme pengaturan biosintesis kolesterol dapat dijelaskan sebagai berikut :

19
Dalam keadaan tertentu LDL (low density lipoprotein) yang dibawa aliran darah
dari hati berinteraksi dengan sel sasarannya melalui reseptor lipoprotein yang
terdapat dalam membrane sel. Dalam sel, LDL mengalami perombakan
menghasilkan kolesterol bebas, lipid, dan komponen apoprotein. Sebagian dari
kolesterol diangkut ke dalam membrane untuk bergabung dengan lapis ganda
fosfolipid membentuk komponen penting dalam struktur membrane. Sebagian
lainnya dipakai sebagai prekusor untuk biosintesis hormone steroid, asam
empedu, dan senyawa steroid lainnya.

Bila kondisi tertentu jumlah kolesterol melebihi keadaan normal, berbagai proses
akan diaktifkan untuk mengimbangi kelebihan kolesterol yang meliputi :

1. Kegiatan HMG-CoA reduktase mikrosom dan HMG-CoA sintase sitosol


dihambat secara terkoordinasi atau secara sendiri-sendiri, bergantung pada
persediaan asam lemak bebas di dalam sel
2. Laju metabolisme kolesterol akan naik karena adanya rangsangan terhadap
kegiatan enzim 7-hidroksilase
3. Asil CoA-kolesterol asiltransferase dirangsang sehingga kolesterol yang
berlebih diubah oleh asam lemak bebas menjadi senyawa esternya, yang
kemudian disimpan dalam sitoplasma.
4. Biosintesis reseptor lipoprotein ditahan, jadi produksi molekul reseptor
berkurang sehingga pengambilan LDL oleh sel menjadi berkurang.
5. Makin banyak kolesterol diangkut ke dalam membrane, menyebabkan
naiknya keteraliran derajat keteraturan lapis lipid berganda dari membrane
akan bertambah besar sehingga kelulusan membrane naik dan proses
pemaksukan lipoprotein (LDL) naik.
6. Proses pengeluaran kolesterol melalui pengikatannya dengan VLDL (very low
density lipoprotein) dari sel hati atau dengan HDL (high density lipoprotein)
dari sel tepi naik.

Sebaliknya, bila jumlah kolesterol lebih sedikit daripada yang diperlukan dalam
keadaan normal. Kolesterogenesis akan dirangsang, katabolisme kolesterol serta
proses pengangkutan ke luarnya akan berkurang, dan proses pengambilan dari
luar akan meningkat.

Semua proses tersebut diatas berlangsung secara sendiri-sendiri atau


terkoordinasi, melalui mekanisme berikut :

20
1. Jumlah kolesterol yang rendah akan merangsang kolesterogenesis dengan
mekanisme meniadakan penekanan sintesis enzim HMG-CoA reduktase dan
HMG-CoA sintase.
2. Hasil reaksi katabolisme kolesterol, 7-hidroksikolesterol, dan asam empedu
akan menghambat enzim kolesterol 7-hidroksilase melalui mekanisme
penghambat balikan, menurunkan laju reaksi perubahan kolesterol menjadi
7-hidroksikolesterol.
3. Reaksi pembentukan ester kolesterol dengan asiltransferase akan berjalan ke
kiri sehingga lebih banyak kolesterol terbentuk daripada persediaannya

3. Seorang anak berusia 10 tahun ke IRD , karena mual muntah dan sakit perut selama 2
hari . Tes laboratorium, kadar trigliserida, amylase dan lipase serumnya tinggi.
Sedangkan aktivitas lipoprotein lipasenya turun. Riwayat keluarga, dari keluarga
ibunya ada beberapa yang menderita sakit jantung sejak dini.

Menurut saudara :

a. Apakah dugaan penyakit dialami anak tersebut ? jelaskan alasan berdasarkan data
yang ada.
b. Apakah kelainan biokimia yang mendasari ?
c. Apakah peran lipoproteinlipase ?
d. Apakah yang menyebabkan hypertigliseridemia ?

PEMBAHASAN
a. Berdasarkan dari data yang ada, dugaan penyakit anak tersebut adalah pancreatitis
akut. Hal ini berdasarkan hasil test laboratorium yang berupa kenaikan kadar
trigliserida, amylase, dan lipase serumnya tinggi.

Gejala-Gejala Pankreatitis Akut :


Pancreatitis akut umumnya mulai dengan sakit pada perut bagian atas yang dapat
berlangsung beberapa hari. Sakitnya kemungkinan berat dan mungkin menjadi konstan
hanya pada perut atau mungkin mencapai belakang dan area-area lainnya.

Gejala lain yang dapat termasuk antara lain :


- Perut yang membengkak dan perih
- Mual
- Muntah
- Demam
- Denyut nadi yang cepat

21
Tes-tes terhadap serum lipase dan amylase merupakan tes yang paling spesifik untuk
pancreatitis akut, karena enzim-enzim ini dilepaskan saat sel-sel duktus pankreatik
dihancurkan. Dimana, diketahui bahwa beberapa pasien yang mengidap penyakit
pancreatitis mempunyai konsentrasi trigliserid tinggi antara 6 sampai 72mmol/L (500-
6000 mg/dl) dalam serumnya.

Pemeriksaan Laboratorium digunakan untuk mengetahui :

Kadar amylase, Rata-rata 2 jam setelah timbulnya gejala pancreatitis, terjadi kenaikan
kadar serum amylase. Kadar ini tetap tinggi selama 24-48 jam, sedangkan kadarnya
dalam urine tetap tinggi sampai 72jam. Kenaikan kadar serum amylase bila lebih dari 10
hari harus dipertimbangkan adanya komplikasi atau nekrosis pancreas. Bila kadar
amylase dalam serum seseorang sebesar 5 kali normalnya, dapat dipastikan orang
tersebut menderita pancreatitis akut. Pengukuran serum amylase akan lebih spesifik
apabila terdapat kenaikan isienzim (iso amylase ) atau bila amylase urin juga diukur.
Pengukuran amylase serum sangat bermanfaat pada diagnosis pancreatitis akut.

Kadar lipase, Kadar lipase dalam serum juga meninggi, kenaikan kadar lipase ini paralel
dengan kenaikan serum amylase.

Kadar kalsium, Timbulnya hipokalsemia pada hari kedua atau lebih menunjukkan
adanya nekrosis pancreas. Apabila kadar kalsium lebih rendah dari 7,0 mg, berarti
prognosisnya jelek. Dengan timbulnya hipokalsemia akan timbul tanda-tanda tetani.
Tidak adanya kalsium dalam urin dapat dipakai sebagai diagnosis dini pancreatitis akut.

Kadar gula darah. Kadar gula darah meninggi pada 15-25% penderita. Hal ini
disebabkan karena terdapat kenaikan sekresi glukogon.

b. Kelainan biokimia yang mendasari adalah

Dalam keadaan normal pancreas terlindung dari efek enzimatik enzim digestifnya sendiri.
Enzim pancreas (enzim proteolitik : tripsin, kimotripsin, karboksipeptidase, elastase dan
fosfolipase A ) disintesis sebagai zimogen inaktif dan diaktivasi dengan pemecahan rantai
peptic secara enzimatik.

Sedangkan enzim pancreas lainnya (amylase dan lipase) disintesis dan bentuk inaktif dan
disimpan dalam butir zimogen sehingga terisolasi oleh membrane fosfolipid dalam sel
asini.

22
Aktivitas enzim dicegah oleh inhibitor dalam jaringan pancreas, cairan pancreas dan
serum. Dalam proses aktivasi enzim, tripsin memegang peranan penting yang
mengaktivasi yang terlihat pada proses autodigesti. Hanya lipase yang tidak tergantung
tripsin. Aktivasi zimogen secara normal dimulai oleh enterokinase di duodenum. Adanya
aktivasi dini enzim dalam pancreas menyebabkan autodigesti pancreas. Duktus
pankreatikus dan duktus koledukus bermuara ke tempat yang sama yaitu ampula vateri,
menyumbat aliran getah empedu dari duktus koledukus ke dalam duktus pankreatikus,
dan dengan demikian akan mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin. Tripsin memegang
peranan penting timbulnya pancreatitis akut. Dengan terjadinya refleks enzim terutama
tripsin ke dalam duktus pankreatikus, maka akan terjadi edema pada pancreas. Tripsin
tidak merusak jaringan, tetapi mengaktivasi dua macam enzim lain yaitu fosfolipase A
dan B, yang pada waktu sekresi empedu akan mengubah lesitin menjadi lisolesitin.
Lisolesitin akan merusak lapisan membrane fosfolipid. Tripsin juga mengaktivasi
elestase. Elestase menyebabkan gangguan vaskularisasi yang hebat sehingga timbul
pendarahan hebat pada pancreas. Tripsin terdapat didalam duodenum dalam bentuk tidak
aktif yaitu tripsinogen dan baru aktif setelah kontak dengan enterokinase.

c. Peran lipoprotein lipase adalah sebagai enzim yang berfungsi memecah trigliserida darah
menjadi asam lemak dan gliserol. Dimana trigliserida ini harus dipecah karena trigliserida
yang mengandung asam lemak sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk proses metabolism
tubuh dan memberikan energy pada tubuh sebagai energy simpanan. Meningkatkan
katabolisme kilomikron dan very low density.

d. Yang menyebabkan hypertrigliserida antara lain :

- Factor gaya hidup


- Kelebihan berat badan atau obesitas
- Terlalu banyak mengonsumsi alcohol
- Kurang beraktivitas atau olahraga
- Gangguan familial (diwariskan)
- Diabetes tipe II atau sindrom metabolic
- Kehamilan
- Estrogen (pil KB, terapi hormon)
- Isotretinoin untuk jerawat
- Kortikosteroid untuk kondisi seperti asma dan radang sendi
- Protease inhibitor untuk HIV
- Penekanan kekebalan (seperti sirolimus), dan
- Beberapa antipsikotik (obat kesehatan mental)

23
4. Hasil pemeriksaan laboratorium pasien DM tipe 1 yang tidak terkontrol menunjukkan
hiperglikemia ( 634 mg / dL ) dan hypergliseridemia ( 498mg/dL)

a. Apakah kelainan biokimia yang mendasari ?


b. Mengapa penderita DM bisa mengalami hypergliseridemia ?

PEMBAHASAN
a. Diabetes mellitus, atau yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis,
adalahpenyakit kronik yang disebabkan oleh:
Ketidakmampuan organ pankreas untuk memproduksi hormon insulin dalam jumlah yang
cukup
Tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang telah dihasilkan oleh pankreas secara
efektif, atau gabungan dari kedua hal tersebut.

Pada penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol, akan terjadi peningkatan kadar
glukosa (gula) darah yang disebut hiperglikemia. Hiperglikemia yang berlangsung dalam
waktu lama akan menyebabkan kerusakan serius pada sistem tubuh kita, terutama pada
saraf dan pembuluh darah. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengontrol kadar
glukosa dalam darah pasien diabetes mellitus.

Diabetes mellitus dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:


Diabetes melitus tipe 1, yakni diabetes mellitus yang disebabkan oleh kurangnya
produksi insulin oleh pankreas.
Diabetes melitus tipe 2, yang disebabkan oleh resistensi insulin, sehingga penggunaan
insulin oleh tubuh menjadi tidak efektif.
Diabetes gestasional, adalah hiperglikemia yang pertama kali ditemukan saat kehamilan.

b. Pada penyakit DM, terjadi kerusakan sel beta pancreas, hal ini menyebabkan defisiensi
insulin akan menghambat lipoprotein lipase sehingga meningkatnya trigliserida dan
kolesterol. Meningkatnya trigliserida akan menyebabkan terjadinya hypertrigliseridemia,
dimana tingginya kadar trigliserida di dalam darah.

24
DAFTAR PUSTAKA

Ariens, E.J, E. Mutschler, A. M. Simonis. 1994. Toksikologi Umum Pengantar. Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.

Bavelander, G dan Judith A.R.. 1988. Dasar- Dasar Histologi. Jakarta : Erlangga.

Djokomoeljanto. 1997. Kaki Diabetik Patogenesis. Semarang : Badan Penerbit Universitas


Diponegoro.

Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah Vol. 3. Jakarta: EGC

Fessenden,R.J dan J.S Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2. Erlangga : Jakarta.

Ganong, W.F. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Guyton, A.C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Linder, MC. 2006. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Jakarta: UI-Press.

Lauralee , Sherwood. 1996. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, edisi VIII. Buku Kedokteran
EGC :Jakarta.

Maulana, M. 2008. Mengenal Diabetes Mellitus : Panduan Praktis Mengenal Penyakit Kencing
Manis. Jogjakarta : Katahati.

Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I edisi III. Jakarta : FKUI

Montgomery R, Dryer RL, Conway TW, Spector AA. 1983. Biokimia: Suatu Pendekatan
Berorientasi Kasus-Kasus Jilid 1. Diterjemahkan Ismadi M. Yogyakarta : Penerbit Gajah Mada
University Press.

Mahley, R.W. dan Bersot, T.D. 2007. Terapi Obat Untuk Hiperkolesterolemia dan Dislipidemia.
Dalam: Harman, J.G., dan Limbird, L.E. (editor). Goodman & Gilmans Dasar Farmakologi
Terapi . Volume 1. Edisi 10. Jakarta :EGC. Halaman : 956.

Marks Dawn B, Marks Allan D, Smith Colleen M. 2002. Biokimia kedokteran dasar : Sebuah
pendekatan klinis, Edisi 1. Jakarta: EGC.

Murray, Robert K, dkk. 2009. Biokimia harper ed 27. Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Purnamasari, D. 2009. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus. Jakarta : Interna Publishing
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.

25
Pearce, Evelyn. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT. Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta
Stryer, Lubert. 2000. Biokimia. Edisi IV, Volume 2. Jakarta:EGC.

Schumm, D.E. 1993. Intisari Biokimia. Binarupa Aksara : Jakarta.

Sadikin, Muhammad. 2001. Biokimia Darah.Widya Medika : Jakarta.

Tucker, S.M. 1998. Standar Asuhan Keperawatan Pasien, Proses Keperawatan, Diagnosis dan
Evaluasi edisi V. Jakarta : EGC

26
LAMPIRAN
UJI OKSIHEMOGLOBIN DAN DEOKSIHEMOGLOBIN

UJI METHEMOGLOBIN

- Tabung 1 (sebelum penambahan pereaksi stokes) : Darah segar


Tabung I
sebanyak 1mL yang sudah diencerkan dengan 4mL air suling,
Tabung II ditambahkan beberapa tetes pereaksi K3Fe(CN)6 33%.

- Tabung 2 (sebelum penambahan pereaksi stokes) : Darah segar


sebanyak 1mL yang sudah diencerkan dengan 1mL air suling.
Kemudian, dipanaskan dipenangas air dan ditambahkan 6mL pereaksi
K3Fe(CN)6 33%.

Tabung I
Tabung II
- Tabung 1 (setelah penambahan pereaksi stokes) : Setelah ditambah
pereaksi stokes dan dilakukan pengocokkan kuat, terbentuk gelembung
udara dengan jumlah yang banyak dan tetap. Warnanya menjadi lebih
gelap.

- Tabung 2 (setelah penambahan pereaksi stokes) : Tidak ditambah pereaksi


stokes seperti tabung pertama. Dicampur dengan membalik-balikkan
tabung tersebut sehingga terbentuk gelembung udara dengan jumlah yang
lebih sedikit. Warnanya tetap merah kecoklatan.

27

Anda mungkin juga menyukai

  • Forensik
    Forensik
    Dokumen11 halaman
    Forensik
    Indah Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat
  • Tri Hita Karana
    Tri Hita Karana
    Dokumen7 halaman
    Tri Hita Karana
    Indah Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat
  • Anes
    Anes
    Dokumen38 halaman
    Anes
    Indah Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat
  • Fisiologi Ginjal
    Fisiologi Ginjal
    Dokumen48 halaman
    Fisiologi Ginjal
    Indah Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat
  • Kuliah Bedah Plastik
    Kuliah Bedah Plastik
    Dokumen35 halaman
    Kuliah Bedah Plastik
    Indah Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat
  • Anestesi Lokal
    Anestesi Lokal
    Dokumen26 halaman
    Anestesi Lokal
    nurjana
    Belum ada peringkat
  • Obsgyn
    Obsgyn
    Dokumen23 halaman
    Obsgyn
    Indah Wahyuningtyas
    Belum ada peringkat