3. Sosialisasi kelas ibu hamil pada Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dan Stakeholder
Sosialisasi kelas ibu hamil pada tokoh agama, tokoh masyarakat dan stakeholder sebelum
kelas ibu hamil dilaksanakan sangat penting. Melalui kegiatan sosialisasi ini diharapkan semua
unsur masyarakat dapat memberikan respon dan dukungan sehingga kelas ibu hamil dapat
dikembangkan dan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Tahap Pelaksanaan :
1). PMT diberikan dalam waktu 90 hari, dan didistribusikan kepada sasaran dalam 6 tahap
yang dilakukan setiap 15 hari sekali
2). Ibu hamil sasaran yang hadir pada hari pertama distribusi PMT, diberi perlakukan
sebagai berikut :
Ibu hamil berat badan, tinggi badan, LILA (ibu hamil) dan cek hemoglobin (Hb)
di laboratorium
Ibu hamil mengambil PMT di ruangan yang telah disediakan
Upaya kesehatan anak dilakukan sejak janin dalam kandungan sampai berusia 18 tahun. Upaya
kesehatan anak melalui pelayanan :
a). Kesehatan janin dalam kandungan
b). Kesehatan bayi baru lahir
c). Kesehatan bayi, anak balita, dan prasekolah
d). Peningkatan kesehatan anak
a. Pengertian
Posyandu (pos pelayanan terpadu) adalah kegiatan yang dilakukan oleh dari dan untuk
masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pada
umumnya serta Kesehatan ibu dan anak pada khususnya.
b. Tujuan
1. Menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR
3. Mempercepat penerimaan norma keluarga kecil sehat dan sejahtera
4. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan
dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang kemampuan hidup sehat
5. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam usaha
meningkatkan cakupan penduduk dan geografis
6. Peningkatan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi
untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat
c. Kegiatan Posyandu
Beberapa kegiatan di posyandu diantaranya terdiri dari lima kegiatan Posyandu antara
lain :
2. Keluarga Berencana
a. Pelayanan keluarga berencana kepada pasangan usia subur dengan perhatian
khusus kepada mereka yang dalam keadaan bahaya karena melahirkan anak
berkali-kali dan golongan ibu berisiko tinggi
b. Cara-cara pengunaan pil, kondom dan sebagainya.
3. Imunisasi
Imunisasi tetanus toksoid 2 kali pada ibu hamil dan BCG, DPT 3x, polio 3x, dan
campak 1x pada bayi.
4. Peningkatan Gizi
a. Memberikan Pendidikan gizi kepada masyarakat
b. Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori cukup
kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun dan kepada ibu yang menyusui
c. Memberikan kapsul vitamin A kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun
5. Penanggunalangan diare
d. Sasaran Posyandu
3. Penyelenggaraan Posyandu
a. Pelakasanaan kegiatan, adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader
Kesehatan setempat dibawah bimbingan Puskesmas
b. Pengelola posyandu, adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari
kader PPK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan yang ada di
wilayah tersebut.
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) adalah kegiatan pemberian makanan kepada balita
dalam bentuk kudapan yang aman dan bermutu beserta kegiatan pendukung lainnya dengan
memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan. Serta mengandung nilai gizi yang sesuai
dengan kebutuhan sasaran.
PMT ada dua macam yaitu Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pemulihan dan Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) penyuluhan. Memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memenuhi
kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan oleh balita.
PMT pemulihan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita sekaligus sebagai
pembelajaran bagi ibu dari balita sasaran. PMT pemulihan diberikan dalam bentuk makanan atau
baahan makanan local. Hanya dikonsumsi oleh balita gizi buruk dan sebagai tambahan makanan
sehari-hari bukan sebagai makanan pengganti makanan utama.
Makanan tambahan pemulihan diutamkan berbasis bahan makanan local. Jika bahan lokal
terbatas dapat digunakan makanan pabrikan yang tersedia di wilayah setempat dengan
memperhatikan kemasan, label dan masa kadaluarsa untuk keamanan pangan. Diutamakan
berupa sumber protein hewani dan nabati serta sumber vitamin dan mineral terutama berasal dari
sayur dan buah. PMT pemulihan ini diberikan sekali dalam satu hari selama 90 hari berturut-
turut atau 3 bulan.
Makanan tambahan pemulihan dapat berupa pabrikan dan lokal. PMT pemulihan pabrikan
merupakan yaitu makanan pendamping ASI dalam bentuk biscuit yang mengandung 10 vitamin
dan 7 mineral. Biskuit hanya untuk anak usia 12-24 bulan, dengan nilai gizi: energi total 180
kkal, lemak 6 gram, protein 3 gr. Jumlah persajinya mengandung 29 gr karbohidrat total, 2 gr
serat pangan, 8 gr gula dan 120 mg natrium.
Sedangkan PMT pemulihan berbasis bahan makanan lokal ada dua jenis yaitu berupa
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk bayi dan anak usia 6 bulan-23 bulan) dan
makanan tambahan untuk pemulihan anak balita 24-59 bulan berupa makanan keluarga.
PMT penyuluhan adalah makanan tambahan yang diberikan kepada balita yang disediakan
oleh kader posyandu. Tujuan PMT Penyuluhan adalah sebagai sasaran penyuluhan kepada orang
tua balita tentang makanan kudapan (snack) yang baik diberikan untuk balita, sebagai sarana
untuk membantu mencukupi kebutan gizi balita, dan sebagai sarana untuk menggerakkan peran
serta masyarakat dalam mendukung kesinambungan penyelenggaran posyandu.
Pengertian TFC (Therapeutic Feeding Centre) atau PPG (Pusat Pemulihan Gizi) adalah pusat
pemulihan gizi buruk dengan perawatan serta pemberian makanan anak serta intensif dan
adekuat sesuai usia dan kondisinya, dengan melibatkan peran serta orang tua (ibu) agar dapat
mandiri ketika kembali ke rumah.
TFC merupakan tempat pemberian makanan tambahan disertai dengan terapi diet dan medis
pada anak yang menderita gizi buruk (sangat kurus) yang bertujuan menurunkan angka kematian
balita. Perawatan di TFC dilakukan meliputi 3 aspek, yaitu aspek : medis, nutrisi, dan
keperawatan.
A. Tujuan TFC
1. Umum
Meningkatkan status gizi dalam rangka perbaikan gizi masyarakat
2. Khusus
B. Penyelenggaran TFC
a. Sasaran
1. Balita kurus dan balita sangat kurus dilakukan penapisan dari pemantauan
pertumbuhan balita di semua Posyandu
2. Balita yang hasil penimbangannya pada Kartu Menuju Sehat (KMS) berada di
bawah garis merah (BMG) atau selama 2 kali berturut-turut berat badannya tidak
naik, yang dikenal dengan istilah “21”
3. Balita BGM dan 2 T dilakukan penapisan dengan menilai berat badan dibanding
Panjang badan atau tinggi badannya. Jika balita tersebut termasuk kategori balita
kurus maupun balita sangat kurus, maka balita tersebut perlu mendapat
penanganan (intervensi) di TFC
3. Iodisasi garam, merupakan kegiatan fortifikasi garam dengan Kalium Iodat (KOI3).
Tujuan kegiatan ini agar semua garam yodium yang dikonsumsi masyarakat mengandung
yodium minimal 30 ppm. Target program ini 90% masyarakat mengkonsumsi garam
beryodium yang cukup (30 ppm)
Sedangkan strategi jangka pendek sebagai upaya penanggulangan GAKY yaitu dengan
melakukan kegiatan distribusi kapsul minyak beryodium. Program yang sudah mulai
dilaksanakan sejak tahun 1992 ini dilakukan untuk mempercepat perbaikan status yodium
masyarakat bagi daerah endemic sedang dan berat pada kelompok rawan. Kapsul minyak
beryodium 200 mg diberikan pada Wanita Usia Subur (WUS) sebanyak 2 kapsul/tahun,
sedangkan untuk ibu hamil dan ibu menyusui dan anak SD 1-6 sebanyak 1 kapsul/tahun.
Indicator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS KIA meliputi indicator yang
dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program KIA,
Sasaran yang digunakan dalam PWS KIA berdasarkan kurun waktu 1 tahun dengan prinsip
konsep wilayah (misalnya : untuk provinsi memakasi sasaran provinsi, untuk kabupaten
memakai sasaran kabupaten).
Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga
Kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator akses ini
digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program
dalam menggerakkan masyarakat. Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah
Jumlah ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga
Adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar,
paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1 kali pada trimester
ke-2 dan 2 kali pada trimester ke-3 disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indicator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi
standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat
perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, di samping menggambarkan kemampuan manajemen
ataupun kelangsungan program KIA. Rumus yang dipergunakan adalah :
Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga Kesehatan yang
memiliki kompetensi kebidanan, di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu.
Dengan indicator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga
Kesehatan dan ini menggambarkan kemampuan manajemen program KIA dalam pertolongan
persalinan sesuai standar. Rumus yang digunakan sebagai berikut :
Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca bersalin
sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam -3 hari, 8 –14 hari dan 36 -42
hari setelah bersalin di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan nifas secara lengkap (memenuhi standar
pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan jangkauan dan kualitas
pelayanan kesehatan ibu nifas, di samping menggambarkan kemampuan manajemen ataupun
kelangsungan program KIA.Rumus yangdigunakan adalah sebagai berikut :
Jumlah sasaran ibu nifas sama dengan jumlah sasaran ibu bersalin.
Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6 -48 jam setelah
lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui
akses/jangkauan pelayanan keschatan neonatal. Rumus yang dipergunakan adalah sebagai
berikut :
Adalah cakupan neonatus yang mendapat pelayanan sesuai standar sedikitnya tiga kali yaitu
satu kali pada 6-48 jam, sekali pada hari ke-3 hari ke-7 dan pada hari ke-8-28 setelah kelahiran di
suatu wilayah kerja dalam jangka waktu tertentu. periode waktu. Indikator ini dapat menentukan
efektivitas dan kualitas pelayanan kesehatan neonatus. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:
jumlah neonatus yang telah mendapat 3 kali
pelayanan kunjungan neonatus standar di suatu
wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu target
x 100
jumlah bayi di suatu wilayah dalam 1 tahun
Adalah cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau komplikasi yang ditemukan oleh kader atau
dukun bayi atau masyarakat dan dirujuk ke tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada waktu
tertentu. Masyarakat di sini, bisa keluarga atau ibu hamil, bersalin, nifas itu sendiri.
Indikator ini menggambarkan peran serta dan keterlibatan masyarakat dalam mendukung upaya
peningkatan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas. Rumus yang digunakan :
Adalah cakupan ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja untuk jangka waktu
tertentu yang ditangani secara definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada
tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Penanganan definitif adalah penanganan/pemberian
tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan.
Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan secara professional kepada ibu hamil bersalin dan nifas dengan
komplikasi.Rumus yang dipergunakan :
Adalah cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani secara definitif oleh tenaga
kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu. Penanganan definitif adalah pemberian tindakan akhir pada setiap kasus
komplikasi neonatus yang pelaporannya dihitung 1 kali pada masa neonatal. Kasus komplikasi
yang ditangani adalah seluruh kasus yang ditangani tanpa melihat hasilnya hidup atau mati.
Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan kesehatan dalam menangani kasus-
kasus kegawatdaruratan neonatal, yang kemudian ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangannya,
atau dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi. Rumus yang dipergunakan adalah
sebagai berikut :
Adalah cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4 kali yaitu 1 kali pada
umur 29 hari --2 bulan, 1 kali pada umur 3-5 bulan, dan satu kali pada umur 6-8 bulan dan 1 kali
pada umur 9-11 bulan sesuai standardi suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas, continuum of care dan kualitas pelayanan
kesehatan bayi. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
jumlah bayi yang telah mendapat 4 kali
pelayanan kesehatan menurut standar suatu
wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu
x 100
jumlah bayi di suatu wilayah dalam 1 tahun
Adalah cakupan balita (12-59 bulan) yang mendapatkan pelayanan sesuai standar, antara lain
pemantauan tumbuh kembang minimal 8 kali dalam setahun, pemantauan perkembangan
minimal 2 kali dalam setahun, pemberian vitamin A 2 kali setahun. Rumus yang digunakan
adalah :
11. Cakupan pelayanan kesehatan untuk orang sakit balita yang dilayani MTBS
Adalah cakupan balita (usia 12 -59 bulan) yang berobat di Puskesmas dan mendapatkan standar
pelayanan kesehatan (MTBS) di suatu wilayah kerja dalam jangka waktu tertentu. Rumus yang
digunakan adalah :
Jumlah balita sakit didapat dari kunjungan balita sakit yang datang ke puskesmas (registrasi
rawat jalan di Puskesmas). Jumlah balita sakit yang mendapat pelayanan standar diperoleh dari
format pencatatan dan pelaporan MTBS
Adalah cakupan dari peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif menggunakan alat dan
obat kontrasepsi (alokon) dibandingkan dengan jumlah pasangan usia subur di suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru dan lama
yang masih aktif memakai alokon terus-menerus hingga saat ini untuk menunda, menjarangkan
kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan. Rumus yang dipergunakan:
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota
keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.
1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
2. Memberi bayi ASI Eksklusif.
3. Menimbang balita setiap bulan.
4. Menggunakan air bersih.
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat.
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu.
8. Makan buah dan sayur setiap hari.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
10. Tidak merokok di dalam rumah.
1. Pengertian
• Panas mendadak berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari tanpa sebab yangjelas uji
• Tanda-tanda perdarahan (sekurang-kurangnya Torniquetpositif)
• Disertai/tanpa pembesaran hati(hepatomegali)
• Trombositopenia (Trombosit≤ 100.000/μl)
• Peningkatan hematokrit >20%
DBD disekitar tempat tinggal penderita termasuk tempat- tempat umum dalam
radius sekurang- kurangnya 100m.
Kriteria klinis:
• Pembesaranhati
• Syok
Kriteria laboratorium:
• Hematokrit naik>20%
Atau:
Penderita yang menunjukkan hasil positif pada pemeriksaan HI test atau hasil
positif pada pemeriksaan antibodi dengue Rapid Diagnostic Test (RDT)/ ELISA
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik meliputi observasi tanda-tanda vital, observasi kulit dan konjungtiva,
penekanan ulu hati untuk mengetahui nyeri ulu hati akibat adanya perdarahan lambung,
perabaan hati.
• UjiTorniquet
2) Memberi pengobatansimptomatis
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik meliputi observasi tanda-tanda vital, observasi kulit dan konjungtiva,
penekanan ulu hati untuk mengetahui nyeri uluhati akibat adanya perdarahan lambung,
perabaanhati.
• UjiTorniquet
2. DefinisiOperasional
Persentase penderita DBD yang ditangani sesuai standar di satu wilayah dalam waktu 1
(satu) tahun dibandingkan dengan jumlah penderita DBD yang ditemukan/dilaporkan dalam
kurun waktu satu tahun yang sama.
U
UKS
S
Trias UKS adalah tiga program pokok dalam pembinaan dan pengembangan UKS, yaitu
melalui pendidikan keschatan, pelayanan keschatan, dan pembinaan lingkungan sehat.
Sedangkan dalam wujudkan Trias UKS perlu melakukan 7K (kesehatan, kebersihan, keindahan,
kenyamanan, ketertiban, keamanan, dan kerindangan).
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah upaya membina dan mengembangkan kebiasaan
hidup sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan
di sekolah, perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka pembinaan dan
pemeliharaan kesehatan di lingkungan sekolah. Usaha Keschatan Sekolah merupakan bagian dari
usaha kesehatan pokok yang menjadi beban tugas puskesmas yang ditujukan kepada sekolah-
sekolah dengan anak beserta lingkungan hidupnya, dalam rangka mencapai keadaan kesehatan
anak sebaik-baiknya dan sekaligus meningkatkan prestasi belajar anak sekolah setinggi-
tingginya.
1. Pengertian P4K
2. Tujuan P4K
Tujuan umum
Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan keschatan bagi ibu hamil dan bayi baru lahir
melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang
aman dan persiapan menghadapi komplikasi dan tanda bahaya kebidanan bagi ibu sehingga
bersalin dengan aman dan melahirkan bayi yang sehat.
Tujuan khusus
2) Memfokuskan pola motivasi kepada keluarga saat ANC dan adanya rencana persalinan
yang disepakati antara ibu hamil, suami, keluarga dengan bidan.
4) Adanya kesiapan menghadapi komplikasi yang disepakati ibu hamil, suami, dan
keluarga dengan bidan.
5) Adanya dukungan secara luas dari tokoh-tokoh masyarakat baik formal maupun non
formal, kader, dan dukun bayi.
6) Memantau kemitraan antara bidan, dukun bayi, dan kader.
7) Adanya rencana alat kontrasepsi setelah melahirkan yang disepakati antara ibu hamil,
suami, dan keluarga, dengan bidan atau tenaga kesehatan.
3. Manfaat P4K
4. Sasaran P4K
Program P4K memiliki sasaran yaitu penanggungjawab dan pengelola program KIA
provinsi dan kabupaten atau kota, bidan koordinator, kepala Puskesmas, dokter, perawat, bidan,
kader, forum peduli KIA seperti forum P4K serta pokja posyandu. Indikator keberhasilan P4K
ada 7 yaitu :
e. Persentase ibu hamil, bersalin dan nifas berstiker yang mengalami komplikasi
tertangani.
Posbindu merupakan salah satu Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang berorientasi
kepada upaya promotif dan preventif dalam pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM)
dengan melibatkan masyarakat, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan serta
penilaian. Masyarakat dilibatkan sebagai agen perubah sekaligus sumber daya yang
menggerakkan Posbindu sebagai Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM), yang
diselenggarakan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat.
1. Sasaran Adalah seluruh warga negara yang berusia 15 tahun yang ada di wilayah Posbindu.
2. Waktu
a. Frekuensi Pelaksanaan Posbindu dilaksanakan paling kurang satu kali per bulan,
3. Pengelola Posbindu
a. Masyarakat.
b. Lembaga kemasyarakatan.
c. Organisasi kemasyarakatan.
c. Terlatih bersertifikat paling kurang mendapat surat keterangan sudah dilatih dari
Puskesmas pembinanya.
a. sarung tangan.
c. kapas alkohol.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2016 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Rumah Sakit
Menimbang :
a bahwa Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit masih belum memenuhi kebutuhan hukum di masyarakat
sehingga perlu dilakukan perubahan;
Pasal 1: Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 1223) diubah sebagai berikut:
2) Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang digunakan sebagai pedoman bagi
tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.
3) Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
4) Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam
bentuk kertas maupun elektronik untuk menyediakan dan memberikan obat bagi pasien sesuai
peraturan yang berlaku.
5) Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika
6) Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau sistem sistem fisiologis atau keadaan patologi dalam penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.
7) alat kesehatan adalah instrument, aparatus, dan/atau implan yang tidak mengandung obat
yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan menyembuhkan penyakit,
merawat orang sakit, kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki
fungsi.
8) Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan sekali
pakai (single use) yang daftar peraturan peraturan perundang-undangan. 9) Instalasi Farmasi
adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan
kefarmasian di Rumah Sakit.
10) Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dantelah mengucapkan
sumpah jabatan apoteker.
11) Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani
Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi,
dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
12) Direktur Jenderal adalah direktur jenderal pada Kementerian Kesehatan yang bertanggung
jawab di bidang kefarmasian dan alat kesehatan.
13) Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan yang selanjutnya disingkat Kepala BPOM
adalah Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang memiliki tugas untuk melaksanakan
tugas di bidang pengawasan obat dan makanan.
14) Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
Permenkes No. 43 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
Menetapkan : Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan.
Pasal 1: Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, yang selanjutnya disingkat SPM
Bidang Kesehatan merupakan acuan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam penyediaan
pelayanan kesehatan yang berhak memperoleh setiap warga secara minimal.
Pasal 2:
e. setiap anak pada usia pendidikan dasar mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar,
f. Setiap warga negara Indonesia usia 15 s.d. 59 tahun mendapatkan layar kesehatan sesuai
standar,
g. Setiap warga negara Indonesia usia 60 tahun ke atas skrining kesehatan sesuai standar
j.Setiap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar,
k. Setiap orang dengan TB mendapatkan pelayanan TB sesuai standar, dan 1) Setiap orang
berisikoterinfeksi HIV (ibu hamil, pasien TB, pasien IMS, waria/transgender, pengguna napza,
dan warga binaan lembaga pemasyarakatan) mendapatkan pemeriksaan HIV sesuai standar
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Petunjuk Pelaksanaan SPM Bidang Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 3:
Pasal 4: Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, SPM Bidang Kesehatan yang telah
digunakan sebagai dasar penetapan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten/Kota
Tahun 2016 akan berlaku sampai dengan berakhirnya RKPD tersebut.
Pasal 5: Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan Agar setiap orang
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Permenkes No. 44 tahun 2016 tentang Pedoman Masyarakat Puskesmas merupakan Jawaban
bagi Puskesmas dalam Sistem Manajemen Puskesmas yang terpadu dan Berkeseimbangan.
Belaku sejak 1 September 2016 tentang:
a. Puskesmas dalam:
1) menyusun rencana 5 (lima) tahun yang kemudian dirinci kedalam rencana tahunan
Pasal 2:
a. sebuah perencanaan
b. penggerakkan dan pelaksanaan;
c. pengawasan, pengendalian, dan penilaian kinerja; dan
Pasal 4:
1) Pembinaan dan pengawasan dalam pelaksanaan Peraturan Menteri ini dilaksanakan oleh
Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai
tugas dan fungsi masing-masing
2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan kinerja Puskesmas yang berkualitas secara optimal.
Adapun pengertian atau definisi operasional dari masing-masing indikator tersebut di atas
adalah sebagai berikut:
1. Keluarga mengikuti program KB adalah jika keluarga merupakan pasangan usia pinggiran
kota, suami atau isteri atau keduanya, terdaftar secara resmi sebagai peserta akseptor KB dan
atau menggunakan alat kontrasepsi.
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan adalah jika di keluarga terdapat ibu pasca
bersalin (usia bayi 0-11 bulan) dan persalinan ibu tersebut, dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik, bidan praktek swasta)
3. Bayi mendapat teknik dasar lengkap adalah jika di keluarga terdapat bayi (unia 12-23 bulan),
bayi tersebut telah berhasil menguasai HBO, BCG, DPT-HB1, DPT-HB2, DPT-HB3, Poliol,
Polio2, Polio3, Polio4, campak
4. Bayi mendapat ASI eksklusif adalah jika di keluarga terdapat bayi usia 7-23 bulan dan bayi
tersebut selama 6 bulan (usia 0-6 bulan) hanya diberi ASI saja (ASI eksklusif)
5 Balita mendapatkan pematauan pertumbuhan adalah jika di keluargaterdapat balita (usia 2-59
Bulan 29 hari) dan bulan yang laluditimbang berat badan di Posyandu atau fasilitas kesehatan
lainnyadan dicatat pada KMS/buku KIA
7. penderita paru mendapatkan pengobatan sesuai standar adalah jika di keluarga terdapat
anggota 215 tahun yang menderita batuk dan keluarga sudah 2 minggu-turut sembuh atau
didiagnosis sebagai penderita tuberkulosis (TB) paru dan penderita tersebut berobat
sesuai dengan petunjuk dokter/petugas kesehatan
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur adalah jika dalam keluarga terdapat
anggota keluarga pada 215 tahun yang didiagnosis sebagai penderita tekanan darah tinggi
(hipertensi) dan berobat secara teratur sesuai dengan petunjuk atau petugas kesehatan.
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan adalah jika di
keluarga terdapat anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa dan penderita tersebut tidak
ditelantarkan dan atau dipasung serta mempercepat penyembuhannya.
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok adalah jika adaseorang pun dari anggota keluarga
tersebut yang sering atau kadang-kadang merokok atau produk lain dari tembakau. Termasuk di
sini adalah jika anggota keluarga tidak pernah atau sudah berhenti dari kebiasaan merokok atau
produk lain dari tembakau
10. Keluarga sudah menjadi anggota JKN adalah jika seluruh anggota keluarga memiliki kartu
keanggotaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan/atau kartu kepesertaan
asuransi kesehatan lainnya. 11. Keluarga memiliki akses sarana air bersih adalah jika keluarga
memiliki akses dan penggunaan air leding PDAM atau sumurpompa, atau sumur gali, atau mata
air terlindung untuk keperluan sehari-hari.
12 Keluarga memiliki akses atau menggunakan jamban sehatadalah jika keluarga tersebut
memiliki akses dan menggunakan sarana untuk buang air besar berupa kloset leher angsa atau
kloset plengsengan.
DAFTAR PUSTAKA