Anda di halaman 1dari 5

Batasan Dan Indikator Pemantauan

1. Batasan
a. Pelayanan antenatal Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
untuk ibu selama masa kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan
antenatal yang ditetapkan.
b. Penjaringan/deteksi dini kehamilan beresiko Kegiatan ini bertujuan menemukn bumil
bresiko/komplikasi oleh kader, dukun bayi dan tenaga kesehatan.
c. Kunjungan ibu hamil Yang dimaksud kunjungan ibu hamil disini adalah kontak ibu hamil
dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standart yang
ditetapkan. Istilah kunjungan disini tidak mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke
fasilitas pelayanan, tetapi tidak kontak tenaga kesehatan (di posyandu, pondok bersalin desa,
kunjungan rumah) dengan ibu hamil untuk dapat memberikan pelayanan antenatal sesuai standar
dapat dianggap sebagai kunjungan ibu hamil.
d. Kunjungan baru ibu hamil (K1) Adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa
kehamilan. e. Kunjungan ibu hamil K4 Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
keempat atau lebih untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan
dengan syarat :
1) Minimal 1 kali pada triwulan pertama.
2) Minimal 2 kali pada triwulan kedua.
3) Minimal 5 kali pada triwulan ketiga.
f. Kunjungan Neonatal (KN) Adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal 2 kali
untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal baik di dalam maupun di luar
gedung puskesmas (termasuk bidan didesa, polindes dan kunjungan rumah) dengan ketentuan :
1) Kunjungan pertama kali pada hari pertama sampai hari ketujuh (sejak 6 jam sampai
setelah lahir 7 hari)
2) Kunjungan ke dua kali pada hari ke delapan sampai hari ke duapuluh delapan (8-28 hari)
3) Pertolongan pertama oleh tenaga kesehatan bukan merupakan kunjungan neonatal.
g. Kunjungan ibu nifas (KF) Adalah kontak ibu nifas dengan tenaga kesehatan minimal 3 kali
untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan ibu nifas, baik didalam maupun diluar
gedung puskesmas termasuk bidan didesa, polindes dan kunjungan rumah) dengan ketentuan :
1) Kunjungan pertama kali pada hari pertama sampai hari ketujuh (1-7 hari)
2) Kunjungan ke dua kali pada hari ke delapan sampai hari ke duapuluh delapan (8-28 hari).
3) Kunjungan ketiga kali pada hari keduapuluh sembilan sampai dengan hari ke empatpuluh
dua (29-42hari)
h. Sasaran ibu hamil Sasaran ibu hamil adalah jumlah semua ibu hamil disuatu wilayah dalam
kurun waktu 1 tahun.
i. Ibu hamil beresiko Adalah ibu hamil yang mempunyai faktor resiko dan resiko tinggi.
2. Indikator Pemantauan
Indikator pemantauan terdiri dari 2 kelompok yaitu indikator pemantauan tehnis dan non
tekhnis.
a. Indikator Pemantauan Teknis
1) Akses Pelayanan Antenatal (Cakupan KI)
a) Cakupan K1 adalah persentase ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan oleh
tenaga kesehatan.
b) Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta
kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat.
c) Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui :
- Cacah jiwa dilakukan pendataan menyeluruh di lapangan (apabila memungkinkan).
- Proyeksi dihitung berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil dengan menggunakan rumus
1,10 X angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk.
- Angka kelahiran kasar (CBR) yang digunakan adalah angka terakhir kabupaten/kota
yang diperoleh dari kantor perwakilan Badan Pusat Statistik di kabupaten/kota.
2) Cakupan Ibu Hamil (Cakupan K4)
a) Cakupan ibu hamil K4 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan
antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali disuatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
b) Ibu hamil K4 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal
sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi pemberian pelayanan yang
dianjurkan adalah minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua, dan
dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan.
c) Kunjungan ibu hamil sesuai standar Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan
pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang
ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, di samping
menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA.
3) Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (Pn) yang memiliki kompetensi kebidanan.
a) Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (Pn) yang memiliki kompetensi kebidanan
adalah ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
b) Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan dimulai dari kala I sampai
dengan kala IV persalinan.
c) Tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan adalah tenaga kesehatan yang
memiliki kemampuan klinis kebidanan sesuai dengan standar.
d) Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh
tenaga kesehatan, dan ini menggambarkan kemampuan manajemen program KIA dalam
pertolongan persalinan sesuai standar.
4) Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan
a. Cakupan pelayanan nifas adalah pelayanan kepada ibu dan neonatal pada masa 6 jam
sampai dengan 42 hari pasca persalinan sesuai standar.
b. Nifas adalah periode mulai 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan.
c. Pelayanan nifas sesuai standar adalah pelayanan kepada ibu nifas sedikitnya 3 kali,
pada 6 jam pasca persalinan sampai dengan 3 hari, pada minggu kedua, pada minggu ke empat
termasuk pemberian vitamin A 2 kali serta persiapan dan pemasangan KB pasca persalinan.
d. Jumlah seluruh ibu nifas dihitung melalui estimasi dengan rumus : 1,05 x CBR x
jumlah penduduk. Angka CBR dan jumlah penduduk kab/kota didapat dari BPS masing masing
kab/kota/propinsi pada kurun waktu tertentu. 1,05 adalah konstanta untuk menghitung ibu nifas.
e. Dengan indikator ini dapat diketahui jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu
nifas.
5) Penjaringan (deteksi) ibu hamil oleh masyarakat. Dengan indikator ini dapat diukur tingkat
kemampuan dan peran serta masyarakat dalam melakukan deteksi ibu hamil beresiko di suatu
wilayah.
6) Cakupan pelayanan Neonatal (KN 1) oleh tenaga kesehatan
a) Dengan indikator ini dapat diketahui akses/ jangkauan dan kualitas pelayanan
kesehatan neonatal.
b) Jumlah sasaran bayi dalam 1 tahun dihitung berdasarkan jumlah perkiraan (angka
proyeksi) bayi dalam suatu wilayah tertentu.
7) Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan Dengan indikator ini dapat diketahui
jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu nifas.
8) Penanganan komplikasi obstetri Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan
kesehatan menangani kasus kasus kegawatdaruratan obstetri pada ibu bersalin, yang kemudian
ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangannya, atau dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yang
lebih tinggi.
9) Penanganan komplikasi neonatal Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan
kesehatan menangani kasus kasus kegawatdaruratan neonatal, yang kemudian ditindaklanjuti
sesuai dengan kewenangannya, atau dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
Indikator pemantauan program KIA tersebut merupakan indikator yang digunakan para program
pengelola KIA dan disesuaikan dengan kebutuhan program. Oleh karena itu indikator tersebut
disebut dengan pemantauan tekhnis.

b. Indikator pemantauan Non Teknis


Dalam upaya melibatkan lintas sektor terkait, khususnya para aparat setempat,
dipergunakan indikator indikator yang terpilih yaitu
1) Cakupan K1, yang menggambarkan keterjangkauan pelayanan KIA.
2) CakupanK4, yang menggambarkan kualitas pelayanan KIA.
3) Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN/ pernakes), yang menggambarkan
tingkat keamanan persalinan
4) Cakupan penanganan komplikasi kebidanan.
5) Cakupan kunjungan nifas.
6) Cakupan pelayanan KB aktif.
7) Cakupan kunjungan neonatus.
8) Cakupan kunjungan bayi.
Penyajian indikator indikator tersebut kepada lintas sektor ditujukan sebagai alat
motivasi, informasi dan komunikasi dalam menyampaikan kemajuan maupun permasalahan
operasional program KIA, sehingga para aparat dapat memahami program KIA dan memberikan
bantuan sesuai kebutuhan.
Indikator pemantauan ini dapat dipergunakan dalam berbagai pertemuan lintas sektor di
semua tingkat administrasi pemerintah secara berkala dan disajikan setiap bulan, untuk melihat
kemajuan suatu wilayah. Bagi wilayah yang cakupannya masih rendah diharapkan lintas sektor
dapat menindak lanjuti sesuai kebutuhan dengan menggerakkan masyarakat dan menggali
sumber daya setempat yang diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai