Anda di halaman 1dari 44

Pemantauan Wilayah Setempat

Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA)

By. Serilaila,MPH
Latar belakang
• AKI, AKB, AKABA masih cukup tinggi
dan penurunan lambat ><negara
lain??!

Monitor
 Alat  PWS KIA
 Mulai diperkenalkan tahun 1985
Pengertian PWS KIA
Alat manajemen untuk melakukan pemantauan
program KIA di suatu wilayah kerja secara terus
menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang
cepat dan tepat.

Program KIA meliputi pelayanan ibu hamil, ibu


bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi
kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi
baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita.
Tujuan
Tujuan umum :
• Terpantaunya cakupan dan mutu pelayanan KIA secara terus-
menerus di setiap wilayah kerja.

Tujuan Khusus :
1. Memantau pelayanan KIA secara Individu melalui Kohort
2. Memantau kemajuan pelayanan KIA dan cakupan indikator KIA
secara teratur (bulanan) dan terus menerus.
3. Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar pelayanan
KIA.
4. Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator KIA terhadap
target yang ditetapkan.
Lanjutan tujuan
5. Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas
yang akan ditangani secara intensif berdasarkan
besarnya kesenjangan.
6. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan
sumber daya yang tersedia dan yang potensial
untuk digunakan.
7. Meningkatkan peran lintas sektor setempat dalam
penggerakan sasaran dan mobilisasi sumber daya.
8. Meningkatkan peran serta dan kesadaran
masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan KIA
Indikator pemantauan
1. Akses pelayanan antenatal (cakupan K1)
2. Cakupan pelayanan ibu hamil (cakupan K4)
3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn)
4. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan
(KF3
5. Cakupan pelayanan neonatus pertama (KN 1)
6. Cakupan pelayanan neonatus Lengkap (KN
Lengkap).
7. Deteksi faktor risiko dan komplikasi oleh
Masyarakat
lanjutan
8. Cakupan Penanganan komplikasi Obstetri (PK)
9. Neonatus dengan komplikasi yang ditangani
10. Cakupan kunjungan bayi (29 hari – 11 bulan)
11. Cakupan pelayanan anak balita (12 – 59 bulan).
12. Cakupan Pelayanan kesehatan anak balita sakit
yang dilayani dengan MTBS
13. Cakupan Peserta KB aktif (Contraceptive
Prevalence Rate)
Indikator pemantauan
1. Akses pelayanan antenatal (cakupan K1)
• Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali
mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga
kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
• Tujuan: mengetahui jangkauan pelayanan antenatal
serta kemampuan program dalam menggerakkan
masyarakat.
RUMUS YANG DIPAKAI UNTUK
PERHITUNGANNYA :
Jumlah ibu hamil yang pertama kali
mendapat pelayanan antenatal oleh
tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu
x 100%

Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah kerja


dalam 1 tahun
Sasaran ibu hamil 1 tahun
• Proyeksi  dinkes setempat
• Rumus:
1,10 X angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah
penduduk
• CBR kota/kabupaten tahun terakhir  BPS
Contoh:
• untuk menghitung perkiraan jumlah ibu hamil
di desa/kelurahan X di kabupaten Y yang
mempunyai penduduk sebanyak 2 .000 jiwa
dan angka CBR terakhir kabupaten Y
27,0/1.000 penduduk, maka :
• Jumlah ibu hamil = 1,10 X 0,027 x 2.000 = 59,4.
• Jadi sasaran ibu hamil di desa/kelurahan X
adalah 59 orang.
2. Cakupan pelayanan ibu hamil (cakupan K4)
• Adalah cakupan ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal sesuai
dengan standar, minimal empat kali: 1 kali
trimester 1 ; 1 kali Trimester 2 dan 2 kali
trimester ke-3
• Tujuan: menggambarkan tingkat perlindungan
ibu hamil di suatu wilayah & menggambarkan
kemampuan manajemen ataupun
kelangsungan program KIA.
Rumus :
• Jumlah ibu hamil yang mendapatkan
pelayanan antenatal minimal 4 kali sesuai
standar oleh tenaga kesehatan disuatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
X 100%
• Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah
dalam 1 tahun
3. Cakupan persalinan oleh tenaga
kesehatan (Pn)
• Adalah cakupan ibu bersalin yang
mendapat pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan
• Tujuan: Diketahui proporsi persalinan
yang ditangani oleh tenaga kesehatan
dan menggambarkan kemampuan
manajemen program KIA dalam
pertolongan persalinan sesuai
standar.
Rumus:
• Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan kompeten disuatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu
X100%
• Jumlah sasaran ibu bersalin disuatu wilayah
kerja dalam 1 tahun
• Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun :
1,05 X angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah
penduduk
• Contoh : untuk menghitung perkiraan jumlah ibu
bersalin di desa/kelurahan X di kabupaten Y yang
mempunyai penduduk sebanyak 2.000 penduduk
dan angka CBR terakhir kabupaten Y 27,0/1.000
penduduk maka :
• Jumlah ibu bersalin = 1,05 X 0,027 x 2.000 = 56,7.
• Jadi sasaran ibu bersalin di desa/kelurahan X
adalah 56 orang.
4. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan
(KF3)
• Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6
jam sampai dengan 42 hari pasca bersalin sesuai
standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6
jam – 3 hari, 8 – 14 hari dan 36 – 42 hari setelah
bersalin di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
• Diketahui cakupan pelayanan nifas secara lengkap
(memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu
yang ditetapkan) menggambarkan jangkauan dan
kualitas pelayanan kesehatan ibu nifas, di samping
menggambarkan kemampuan manajemen ataupun
kelangsungan program KIA.
Rumus:
• Jumlah ibu nifas yang telah memperoleh 3 kali
pelayanan nifas sesuai standar oleh tenaga
kesehatan kompeten disuatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu
X100%
• Jumlah sasaran ibu nifas disuatu wilayah kerja
dalam 1 tahun
• Jumlah sasaran ibu nifas sama dengan jumlah
sasaran ibu bersalin.
5. Cakupan pelayanan neonatus pertama (KN 1)
• Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan
pelayanan sesuai standar pada 6 – 48 jam setelah
lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
• Dengan indikator ini dapat diketahui
akses/jangkauan pelayanan kesehatan neonatal
Rumus:
• Jumlah neonatus yang mendapatkan
pelayanan sesuai standar pada 6 – 48 jam
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu
X100%
• Jumlah sasaran bayi disuatu wilayah kerja
dalam 1 tahun
Jumlah sasaran bayi dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
• Jumlah sasaran bayi =
Crude Birth Rate x jumlah penduduk
• Contoh : untuk menghitung jumlah perkiraan
bayi di suatu desa Z di Kota Y Propinsi X yang
mempunyai penduduk sebanyak 1.500 jiwa
dan angka CBR terakhir Kota Y 24,8/1.000
penduduk, maka :
• Jumlah bayi = 0,0248 x 1500 = 37,2.
• Jadi sasaran bayi di desa Z adalah 37 bayi.
6. Cakupan pelayanan neonatus Lengkap (KN
Lengkap).
• Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan
pelayanan sesuai standar sedikitnya tiga kali
yaitu 1 kali pada 6 – 48 jam, 1 kali pada hari ke
3 – hari ke 7 dan 1 kali pada hari ke 8 – hari ke
28 setelah lahir disuatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.
• Diketahui efektifitas dan kualitas pelayanan
kesehatan neonatal
Rumus:
• Jumlah neonatus yang telah memperoleh 3
kali pelayanan kunjungan neonatal sesuai
standar disuatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu
X100%
• Jumlah sasaran bayi disuatu wilayah kerja
dalam 1 tahun
7. Deteksi faktor risiko dan komplikasi oleh
Masyarakat
• Adalah cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau
komplikasi  yang ditemukan oleh kader atau dukun
bayi atau masyarakat  serta dirujuk ke tenaga
kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Masyarakat disini, bisa keluarga ataupun
ibu hamil, bersalin, nifas itu sendiri.
• Indikator ini menggambarkan peran serta dan
keterlibatan masyarakat dalam mendukung upaya
peningkatan kesehatan ibu hamil, bersalin dan
nifas.
Rumus:
• Jumlah komplikasi kebidanan yang
mendapatkan penanganan definitif di suatu
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu
X100%
• 20% x jumlah sasaran ibu hamil di suatu
wilayah dalam 1 tahun
8. Cakupan Penanganan komplikasi Obstetri (PK)
• Adalah cakupan Ibu dengan komplikasi kebidanan di
suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang
ditangani secara definitif sesuai dengan standar oleh
tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan
dasar dan rujukan.
• Penanganan definitif adalah penanganan/pemberian
tindakan terakhir untuk menyelesaikan
permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan.
• Tujuan: mengukur kemampuan manajemen program
KIA  pelayanan  professional kepada ibu hamil
bersalin dan nifas dengan komplikasi.
Rumus:
• Jumlah komplikasi kebidanan yang
mendapatkan penanganan definitif di suatu
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu
X100%
• 20% x jumlah sasaran ibu hamil di suatu
wilayah dalam 1 tahun
9. Neonatus dengan komplikasi yang ditangani
• Adalah cakupan neonatus dengan komplikasi
yang ditangani secara definitif
• Pelaporannya dihitung 1 kali  Kasus
komplikasi neonatal yang ditangani, tanpa
melihat hasilnya hidup atau mati.
• Tujuan: menunjukkan kemampuan sarana
pelayanan kesehatan dalam menangani kasus
– kasus kegawatdaruratan neonatal dan
ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangannya,
atau dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yang
lebih tinggi.
Rumus:
• Jumlah komplikasi neonatus yang
mendapatkan penanganan definitif di suatu
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu
X100%
• 15% x jumlah sasaran bayi di suatu wilayah
dalam 1 tahun
10. Cakupan kunjungan bayi (29 hari – 11 bulan)
• Adalah cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan
paripurna minimal 4 kali umur:
– 29 hari – 2 bulan,
– 3 – 5 bulan,
– 6 – 8 bulan
– 9 – 11 bulan
• Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas,
continuum of care dan kualitas pelayanan
kesehatan bayi.
Rumus:
• Jumlah bayi yang telah memperoleh 4 kali
pelayanan kesehatan sesuai standar di suatu
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu
X100%
• Jumlah sasaran bayi di suatu wilayah dalam 1
tahun
11. Cakupan pelayanan anak balita (12 – 59
bulan).
• Adalah cakupan anak balita (12 – 59 bulan)
yang memperoleh pelayanan sesuai standar,
meliputi pemantauan pertumbuhan minimal
8x setahun, pemantauan perkembangan
minimal 2 x setahun, pemberian vitamin A 2 x
setahun
Rumus:
• Jumlah anak balita yg memperoleh pelayanan
sesuai standar disuatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu
X100%
• Jumlah seluruh anak balita di suatu wilayah
dalam 1 tahun
12. Cakupan Pelayanan kesehatan anak balita
sakit yang dilayani dengan MTBS

• Adalah cakupan anak balita (umur 12 – 59


bulan) yang berobat ke Puskesmas dan
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar (MTBS) di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.
Rumus:
• Jumlah anak balita yg memperoleh pelayanan
sesuai standar disuatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu
X100%
• Jumlah seluruh anak balita di suatu wilayah
dalam 1 tahun
13. Cakupan Peserta KB aktif (Contraceptive
Prevalence Rate)
• Adalah cakupan dari peserta KB yang baru dan
lama yang masih aktif menggunakan alat dan obat
kontrasepsi (alokon) dibandingkan dengan jumlah
pasangan usia subur di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.
• Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru
dan lama yang masih aktif memakai alokon terus-
menerus hingga saat ini untuk menunda,
menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri
kesuburan.
Rumus:
Jumlah peserta KB aktif di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu
100%

Jumlah seluruh PUS di suatu wilayah kerja


dalam 1 tahun
CARA MEMBUAT GRAFIK PWS KIA
1. Menentukan target rata-rata per bulan untuk
menggambarkan skala pada garis vertikal
(sumbu Y), caranya target 1 tahun/12 (bulan)
2. Hitung dan jumlahkan hasil cakupan dari
januari s/d mei (sesuai laporan) perdesa,
dimasukan kedalam lajur % kumulatif secara
berurutan sesuai peringkat (tertinggi sebelah
kiri)
lanjutan
3. Masukkan hasil cakupan bulan ini (%)
4. Masukkan hasil cakupan bulan yang lalu (%)
5. Tentukan Trend: bila meningkat (↑); menurun (↓)
dan tetap (↔)
6. Nama desa ditulis pada lajur desa, menyesuaikan
lajur kumulatif
7. Tentukan rangking

•Lakukan analisis
•Lakukan tindak lanjut
RENCANA TINDAK LANJUT
• Bagi desa yang berstatus baik atau cukup, pola
penyelenggaraan pelayanan KIA perlu dilanjutkan,
dengan beberapa penyesuaian tertentu sesuai
kebutuhan
• Desa berstatus kurang, yang terutama berstatus
jelek perlu diprioritaskan untuk pembinaan
selanjutnya. Perlu dilakukan analisis lebih dalam
serta dicari penyebab rendahnya cakupan, sehingga
dapat diupayakan cara penanganan masalah secara
spesifik
Lanjutan
• Intervensi kegiatan yang bersifat teknis
(termasuk logistik) harus dibicarakan dalam
minilokakarya puskesmas dan rapat dinas
kesehatan kabupaten
• Intervensi kegiatan non teknis (motivasi,
penggerakan sasaran, mobilisasi sumberdaya)
harus dibicarakan pada rapat koordinasi
kecamatan
INILAH GENERASI HARAPAN
BANGSA

SEKIAN
ATAS PERHATIANNYA
TERIMA KASIH
WASSALAM

Anda mungkin juga menyukai