PWS KIA
Dosen Pengampu : Menik Sri Daryanti, S.ST., M.Kes
Disusun Oleh :
Ike Juniati (1910104168)
Rizka Susilawati (1910104169)
Tri Megawati (1910104170)
Syf Nurhasanah (1910104171)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan msyarakat
berdasarkan peri kemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta
pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu,
Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi
(AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan beberapa indicator status
kesehatan masyarakat. Dewasa ini AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi dibandingkan
dengan Negara ASEAN lainnya. Menurut data survey demografi kesehatan Indonesia
(SDKI) 2017, AKI 228 / 100.000 Kelahiran Hidup, AKB 34 / 1000 Kelahiran Hidup, AKN
Dalam upaya penurunan Angka Kemtian Ibu dan Anak Indonesia, sistim pencatatan dan
pelaporan merupakan komponen yang sangat penting. Selain sebagai alat untuk memantau
kesehatan ibu daan bayi, bayi baru lahir, bayi dan balita, juga untuk menilai sejuh mana
keberhasilan program serta sebagai bahan untuk membuat perencanaan di tahun – tahun
Agar pelaksanaan program KIA, aspek peningkatan mutu pelayanan program KIA tetap
diharapkan menjadi kegiatan prioritas di tingkat kabupaten atau kota. Peningkatan mutu
program KIA juga dinilai dari besarnya ckupan program di masing – masing wilayah kerja.
Untuk itu, besarnya cakupan pelayanan KIA disuatu wilayah kerja perlu dipantau secara
terus menerus, agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai kelompok mana dalam wilayah
Selain itu untuk membantu mengurangi angka kematian dan kesakitan ibu dan bayi
tersebut serta meningkatkan mutu pelayanan program KIA, Bidan haruslah dapat
membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas program lintas sector dan mitra
lainnya serta dapat bekerjasama dengan masyarakat. Masyarakat dapat dibina dalam proses
tersebut.
B. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. PWS KIA
Dalam kebidanan komunitas, bidan harus dapat bekerja sama dengan mitra dan
masyarakat untuk membantu mengurangi angka kematian dan kesakitan ibu dan bayi.pada
proses ini masyarakat dapat dibina salah satunya dapat dilakuakn dengan pendataan sasaran.
Pendataan sasaran dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri, dengan dipantau tenaga
kesehatan dan diperoleh sejak saat bidan memulai pekerjaan di desa atau di kelurahan. Data
yang ada haruslah data yang baru dan senantiasa diperbaharui apabila terjadi perubahan.
Dalam penerapan PWS-KIA dipakai batasan operasional dan indicator pemantauan seperti
1. Batasan
a. Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga professional untuk ibu
ibu hamil berisiko,yang dapat oleh kader,dukun bayi dan tenaga kesehatan.
c. Kunjungan ibu hamil yang di maksud di sini adalah kontak ibu hamil dengan tenaga
ditetapkan istilah “kunjungan” disini tidak mengandung arti bahwa ibu hamil yang
posyandu, pondok bersalin desa, kunjungan rumah dengan ibu hamil untuk
ibu hamil.
d. Kunjungan baru ibu hamil (K1) adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada
masa kehamilan
e. Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang kedua dan
dengan syarat minimal 1 kali kontak pada triwulan 1, minimal 1 kali kontak pada
g. Kunjungan neonatal (KN) adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan miniml
dua kali untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal ,baik
kunjungan rumah) dengan ketentuan kunjungan pertama kali pada hari pertama
sampai hari ketujuh ( sejak 6 jam setelah lahir), kunjungan kedua kali pada hari
kedelapan sampai dengan hari ke dua puluh delapan, pertolongan persalinan oleh
h. Cakupan akses adalah persentase ibu hamil di suatu wilayah,dalam kurun waktu
sedikit satu kali selama kehamilan. Cara menghitung nya adalah sebagai berikut
(jumlah kunjungan baru ibu hamil di bagi dengan jumlah sasaran ibu hamil yang
ada di suatu wilyah kerja dalam kurun waktu satu tahun) dikalikan 100%.
i. Cakupan ibu hamil (cakupan K4) adalah persentase ibu hamil di suatu wilayah,
dalam kurun waktu tertentu, yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar
paling sedikit 4 kali, dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada
triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua, dan dua kali pada triwilan
ketiga.cara menghitung nya adlah sebagai berikut (jumlah ibu hamil yang
menerima k4 di bagi juumlah sasaran ibu hamil dalam kurun waktu satu tahun) di
kalikan 100 %.
j. Sasaran ibu hamil adalah jumlah semua ibu hamil di suatu wilayah dalam kurun
waktu satu tahun. Angka ini dapat di peroleh dengan bebagai cara yaitu:
pengambilan angka CBR dari provinsi ,atau bila ada dari kabupaten
setempat.
bersalin di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu, yang di tolong persalinan nya
1) Jumlah persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatan ( tidak tergantung pada
tempt pelayanan ) di bagi dengan jumlah seluruh persalinan yang ada di suatu
2) Jumlah seluruh persalinan di suatu wilayah dalam kurun waktu satu tahun dapat
dengan CBR mengambil dari angka provinsi atau bila ada dari angka
kabupaten setempat.
l. Cakupan penyaringan ibu hamil berisiko oleh masyarakat adalah persentasi ibu
hamil berisiko yang di temukan oleh kader dan dukun bayi, yang kemudian di rujuk
ke puskesmas atau tenaga kesehatan,dalam kurun waktu tertentu. Cara menghitung
1) (jumlah ibu hamil berisiko yang di rujuk oleh dukun bayi dan kader di bagi
dengan jumlah sasaran ibu hamil yang ada di suatu wilayah dalam kurun waktu
m. cakupan penyaringan ibu berisiko oleh tenaga kesehatan adalah persentase ibu
hamil beresiko yang di temukan baik oleh tenaga kesehatan, maupun oleh kader
atau dukun bayi yang telah dipastikan oleh tenaga kesehatan, yang kemudian di
dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi) dalam kurun waktu tertentu.cara
menghitungnya sebagai berikut: (jumlah ibu hamil beresiko yang ditemukan oleh
tenaga kesehatan dan atau dirujuk oleh dukun bayi dan kader dibagi dengan jumlah
sasaran ibu hamil yang ada disuatu wilayah dalam kurun waktu satu tahun) dikali
100%.
n. Ibu hamil beresiko adalah ibu hamil yang mempunyai factor resiko dan resiko
tinggi.
o. Cakupan kunjungan neonatal (KN) adalah persentase neonatal (bayi umur kurang
dari satu bulan) yang memperoleh pelayanan kesehatan minimal dua kali dari
tenaga kesehatan satu kali pada hari pertama sampai dengan hari ketujuh dan satu
kali pada hari ke delapan sampai dengan hari ke dua puluh delapan. Cara
denagn jumlah seluruh sasaran bayi yang ada disuatu wilayah dalam kurun waktu
2. Indikator pemantauan.
indicator yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam progam KIA.
a. Akses pelayanan antenatal (cakupan K1). Indikator akses ini digunakan untuk
1) Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dengan rumus: CBR Propinsi X 1,1X
2) Bila Propinsi tidak mempunyi dat CBR, dapat digunakan angka nasional,
Setempat.
b. Cakupan ibu hamil (cakupan K4). Dengan indictor ini dpat diketahui cakupan
c. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan. Dengan indikator ini dpat diperkirkan
proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan, dan ini menggambarkan
perhitungan: CBR Propinsi x 1,05 x Jumlah Penduduk Setempat. Bila propinsi tidak
d. Penyaringan (deteksi) ibu hamil beresiko oleh masyarakat. Dengan indikator ini
dapat diukur tingkat kemampuan dan peran serta masyarakat dalam melakukan
e. Penyaringan (deteksi) ibu hamil beresiko oleh tenaga kesehatan. Dengan indikator
ini dapat diperkirakan besarnya masalah yang dihadapi oleh program KIA dan harus
f. Cakupan pelayanan neonatal(KN) oleh tenaga kesehatan. Dengan indikator ini dpat
2 (dua) kali dengan ketentuan: Kunjungan pertama kali pada hari pertama sampai
dengan hari ke tujuh. Kunjungan kedua kali pada hari ke delapan sampai dengan
perhitungan: CBR Propinsi x jumlah penduduk. Bila propinsi tidak mempunyai data
penduduk.
digunakan oleh para pengelola program KIA, sehingga disesuaikan dengan kebutuhan
program. Karena itu, keenam indicator itu disebut sebagai indicator pemantauan teknis.
Dalam upaya melibatkan lintas sector terkait, khususnya para pamong setempat, dipilih dua
indicator yang mudah dipahami, yaitu: Cakupan K1, yang menggambarkan pemerataan
pelayanan KIA.
Kedua indikator yang merupakan bagian dari keenam indicator pemantauan teknis ini
disebut indicator pemantauan non teknis. Penyajian kedua indicator tersebut kepad lintas
sector ditujukan untuk alat motifasi dan komunikasi dalam menyampaikan kemajuan
maupun permasalahan operasional program KIA, sehingga para pamong wilayah dapat
memahami progam KIA dan memberikan bantuan sesuai kebutuhan. Indikator pemantauan
non-teknis ini dapat dalam berbagai pertemuan lintas sektoral disemua tingkat administrasi
pemerintah, Kedua indicator non teknis tersebut diatas secara berkala disajikan setiap bulan,
menurut desa, untuk menunjukkan desa yang telah maju dan yang masih tertinggal.
Pemantauan secara lintas sector ini diharapkan dapat diikuti tindak lanjut yang jelas dari para
pamong wilayah, dalam hal peningkatan penggerakan masyarakat serta penggalian sumber
B. Pencatatan Data
1. Data Sasaran
dibantu para kader dan dukun bersalin/bayi,membuat peta wilayah kerjanya yang
mencakup denah jalan,rumah serta setiap waktu memperbaiki peta tersebut dengan data
baru tentang adanya ibu yang hamil,neonatus dan anak balita. Data sasaran diperoleh
bidan di desa/kelurahan dari para kader dan dukun bayi yang melakukan pendataan ibu
dibenarkan buku KIA dan bagi ibu hamil dipasang stiker P4K didepan rumahnya.selain
itu data sasaran juga dapat diperoleh dengan mengumpulkan data sasaran yang berasal
dari lintas program dan fasilitas pelayanan lain yang ada di wilayah kerjanya.
2. Data Pelayanan.
tersebut diperlukan untuk memantau secara intensif dan terus manerus kondisi dan
permasalahan yang dutemukan pada para ibu,bayi dan anak di desa/kelurahan tersebut,
antara lain:
a. Nama dan alamat ibu yang tidak datang memeriksakan dirinya pada jadwal yang
seharusnya.
Selain hal tersebut bidan di desa juga mengumpulkan data pelayanan yang berasal
dari lintas program dan fasilatas pelayanan lain yang ada di wilayah kerjanya.
C. Pengolahan Data
Setiap bulan bidan di desa engolag data yang tercantum dalam buku kohort dan dan
menerima laporan bulanan tewrsebut dari semua bidan dan mengolahnya menjadi
laporan dan informasi kemajuan pelayanan KIA bulanan yang disebut PWS
grafik PWS KIA yang harus dibuat oleh tiap bidan koordinator. Langkah-langkah data
adalah:
1. Pembersihan data melihat kelengkapan dan kebenaran pengisian formulir yang
tersedia.
Contoh:
1. Pembersihan data :melakukan koreksi terhadap laporan yang masuk dari bidan di
Hasil pengolahan data dapat disajikan dalam bentuk : narasi, tabulasi, grafik dan peta:
kerja,misalnya dalam laporan PWS KIA yang diserahkan kepada instansi terkait.
Target
Des – 100% 100%
Nov – 91,3%
Okt – 83%
Sep – 74,7%
Agus – 66,4%
Juli – 58,1%
Juni – 49,8%
Mei – 41,5%
Apr – 33,2%
Mar – 24,9%
Feb – 16,6%
Jan – 8,3%
% Kumulatif 100 94,82 90,2 89,13 93,5
% Bulan Ini 9,93 10,34 8,3 7,6 9
% Bulan Lalu 8 10,34 8,3 4,9 7,8
Trend
Nama Desa SG GH MG GS PKM
GRAFIK K4