Anda di halaman 1dari 17

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KESEHATAN

PWS KIA
Dosen Pengampu : Menik Sri Daryanti, S.ST., M.Kes

Disusun Oleh :
Ike Juniati (1910104168)
Rizka Susilawati (1910104169)
Tri Megawati (1910104170)
Syf Nurhasanah (1910104171)

PRODI STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan msyarakat

yang setinggi tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan

berdasarkan peri kemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta

pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu,

bayi, anak, manusia usia lanjut (manula), dan keluarga miskin.

Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi

(AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan beberapa indicator status

kesehatan masyarakat. Dewasa ini AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi dibandingkan

dengan Negara ASEAN lainnya. Menurut data survey demografi kesehatan Indonesia

(SDKI) 2017, AKI 228 / 100.000 Kelahiran Hidup, AKB 34 / 1000 Kelahiran Hidup, AKN

19 / 1000 Kelahiran Hidup, AKABA 44 / 1000 Kelahiran Hidup.

Dalam upaya penurunan Angka Kemtian Ibu dan Anak Indonesia, sistim pencatatan dan

pelaporan merupakan komponen yang sangat penting. Selain sebagai alat untuk memantau

kesehatan ibu daan bayi, bayi baru lahir, bayi dan balita, juga untuk menilai sejuh mana

keberhasilan program serta sebagai bahan untuk membuat perencanaan di tahun – tahun

berikutnya, dengan melaksanakan berbagai program KIA.

Agar pelaksanaan program KIA, aspek peningkatan mutu pelayanan program KIA tetap

diharapkan menjadi kegiatan prioritas di tingkat kabupaten atau kota. Peningkatan mutu
program KIA juga dinilai dari besarnya ckupan program di masing – masing wilayah kerja.

Untuk itu, besarnya cakupan pelayanan KIA disuatu wilayah kerja perlu dipantau secara

terus menerus, agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai kelompok mana dalam wilayah

kerja tersebut yang paling rawan.

Selain itu untuk membantu mengurangi angka kematian dan kesakitan ibu dan bayi

tersebut serta meningkatkan mutu pelayanan program KIA, Bidan haruslah dapat

membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas program lintas sector dan mitra

lainnya serta dapat bekerjasama dengan masyarakat. Masyarakat dapat dibina dalam proses

tersebut.

B. Tujuan

1. Menyelesaikan tugas asuhan kebidanan komunitas.

2. Untuk menambah wawasan penulis dalam menyusun makalah.

3. Menjadikan referensi pelajaran selanjutnya.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PWS KIA

Dalam kebidanan komunitas, bidan harus dapat bekerja sama dengan mitra dan

masyarakat untuk membantu mengurangi angka kematian dan kesakitan ibu dan bayi.pada

proses ini masyarakat dapat dibina salah satunya dapat dilakuakn dengan pendataan sasaran.
Pendataan sasaran dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri, dengan dipantau tenaga

kesehatan dan diperoleh sejak saat bidan memulai pekerjaan di desa atau di kelurahan. Data

yang ada haruslah data yang baru dan senantiasa diperbaharui apabila terjadi perubahan.

Dalam penerapan PWS-KIA dipakai batasan operasional dan indicator pemantauan seperti

di uraikan berikut ini :

1. Batasan

a. Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga professional untuk ibu

selama masa kehamilannya,yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan

antenatal yang ditetapkan.

b. Penjaringan (deteksi) dini kehamilan berisiko. Kegiatan ini bertujuan menemukan

ibu hamil berisiko,yang dapat oleh kader,dukun bayi dan tenaga kesehatan.

c. Kunjungan ibu hamil yang di maksud di sini adalah kontak ibu hamil dengan tenaga

professional untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang

ditetapkan istilah “kunjungan” disini tidak mengandung arti bahwa ibu hamil yang

berkunjung ke fasilitas pelayanan ,tetapi setiap kontak tenaga kesehatan di

posyandu, pondok bersalin desa, kunjungan rumah dengan ibu hamil untuk

memberikan pelayanan antenatal sesuai standar dapat di anggap sebagai kunjungan

ibu hamil.

d. Kunjungan baru ibu hamil (K1) adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada

masa kehamilan

e. Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang kedua dan

seterusnya untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar selama 1

periode kehamilan berlangsung.


f. K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang ke empat (atau

lebih),untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang di tetapkan

dengan syarat minimal 1 kali kontak pada triwulan 1, minimal 1 kali kontak pada

triwulan 2, minimal 2 kali kontak pada triwulan 3.

g. Kunjungan neonatal (KN) adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan miniml

dua kali untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal ,baik

di dalam maupun di luar gedung puskesmas (termasuk bidan di desa,polindes dan

kunjungan rumah) dengan ketentuan kunjungan pertama kali pada hari pertama

sampai hari ketujuh ( sejak 6 jam setelah lahir), kunjungan kedua kali pada hari

kedelapan sampai dengan hari ke dua puluh delapan, pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan bukan merupakan kunjungan neonatal.

h. Cakupan akses adalah persentase ibu hamil di suatu wilayah,dalam kurun waktu

tertentu, yang pernah mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling

sedikit satu kali selama kehamilan. Cara menghitung nya adalah sebagai berikut

(jumlah kunjungan baru ibu hamil di bagi dengan jumlah sasaran ibu hamil yang

ada di suatu wilyah kerja dalam kurun waktu satu tahun) dikalikan 100%.

i. Cakupan ibu hamil (cakupan K4) adalah persentase ibu hamil di suatu wilayah,

dalam kurun waktu tertentu, yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar

paling sedikit 4 kali, dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada

triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua, dan dua kali pada triwilan

ketiga.cara menghitung nya adlah sebagai berikut (jumlah ibu hamil yang

menerima k4 di bagi juumlah sasaran ibu hamil dalam kurun waktu satu tahun) di

kalikan 100 %.
j. Sasaran ibu hamil adalah jumlah semua ibu hamil di suatu wilayah dalam kurun

waktu satu tahun. Angka ini dapat di peroleh dengan bebagai cara yaitu:

1) Angka sebenarnya,yang di peroleh berdasarkan cacah jiwa

2) Angka perkiraan yaitu memakai rumus :

a) Angka kelahiran kasar (CBR X 1,1X Jumlah penduduk setempat; dengan

pengambilan angka CBR dari provinsi ,atau bila ada dari kabupaten

setempat.

b) 3% X jumlah penduduk setempat.

k. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah persentase ibu

bersalin di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu, yang di tolong persalinan nya

oleh tenaga kesehatan. Cara menghitungnya adalah sebagai berikut :

1) Jumlah persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatan ( tidak tergantung pada

tempt pelayanan ) di bagi dengan jumlah seluruh persalinan yang ada di suatu

wlilayah dalam kurun waktu satu tahun ) di kali kan 100 %.

2) Jumlah seluruh persalinan di suatu wilayah dalam kurun waktu satu tahun dapat

di hitung dengan rumus sebagai berikut :

a) Angka kelahiran kasar ( CBR ) X 1,05 X jumlah penduduk setempat ;

dengan CBR mengambil dari angka provinsi atau bila ada dari angka

kabupaten setempat.

b) 2,8% X Jumlah penduduk setempat.

l. Cakupan penyaringan ibu hamil berisiko oleh masyarakat adalah persentasi ibu

hamil berisiko yang di temukan oleh kader dan dukun bayi, yang kemudian di rujuk
ke puskesmas atau tenaga kesehatan,dalam kurun waktu tertentu. Cara menghitung

nya adalah sebagai berikut :

1) (jumlah ibu hamil berisiko yang di rujuk oleh dukun bayi dan kader di bagi

dengan jumlah sasaran ibu hamil yang ada di suatu wilayah dalam kurun waktu

satu tahun ) di kali kan 100 %.

2) Di perkirakan persentase ibu hamil berisiko mencapai 15 sampai 20 % dari

seluruh ibu hamil.

m. cakupan penyaringan ibu berisiko oleh tenaga kesehatan adalah persentase ibu

hamil beresiko yang di temukan baik oleh tenaga kesehatan, maupun oleh kader

atau dukun bayi yang telah dipastikan oleh tenaga kesehatan, yang kemudian di

tindak lanjuti(dipantau secara intensif dan ditangani sesuai kewenangan atau

dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi) dalam kurun waktu tertentu.cara

menghitungnya sebagai berikut: (jumlah ibu hamil beresiko yang ditemukan oleh

tenaga kesehatan dan atau dirujuk oleh dukun bayi dan kader dibagi dengan jumlah

sasaran ibu hamil yang ada disuatu wilayah dalam kurun waktu satu tahun) dikali

100%.

n. Ibu hamil beresiko adalah ibu hamil yang mempunyai factor resiko dan resiko

tinggi.

o. Cakupan kunjungan neonatal (KN) adalah persentase neonatal (bayi umur kurang

dari satu bulan) yang memperoleh pelayanan kesehatan minimal dua kali dari

tenaga kesehatan satu kali pada hari pertama sampai dengan hari ketujuh dan satu

kali pada hari ke delapan sampai dengan hari ke dua puluh delapan. Cara

menghitungnya adalah sebagai berikut: (Jumlah kunjungan neonatal yang


mendapatkan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehata minimal 2 kali dibagi

denagn jumlah seluruh sasaran bayi yang ada disuatu wilayah dalam kurun waktu

satu tahun ) dikali 100%.

2. Indikator pemantauan.

Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS-KIA meliputi

indicator yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam progam KIA.

Ditetapkan 6 indikator dalam PWS-KIA, yaitu:

a. Akses pelayanan antenatal (cakupan K1). Indikator akses ini digunakan untuk

mengetahui jangkauan pelayanan serrta kemampuan dalam progam menggerakkan

kesehatan. Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah:

1) Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dengan rumus: CBR Propinsi X 1,1X

Jumlah penduduk setempat.

2) Bila Propinsi tidak mempunyi dat CBR, dapat digunakan angka nasional,

sehingga rumus perhitungannya sebagai berikut: 3 % x Jumlah Penduduk

Setempat.

b. Cakupan ibu hamil (cakupan K4). Dengan indictor ini dpat diketahui cakupan

pelayanan antental secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati

waktu yang ditetapkan) , yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di

suatu wilayah, disamping menggambarkan kemampuan manajemen ataupun

kelangsungan program KIA.

c. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan. Dengan indikator ini dpat diperkirkan

proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan, dan ini menggambarkan

kemampuan manajemen program KIA dalam pertolongan secara professional.


Jumlah seluruh sasaran persalinan dalam satu tahun diperkirakan melalui

perhitungan: CBR Propinsi x 1,05 x Jumlah Penduduk Setempat. Bila propinsi tidak

mempunyai data CBR, dapat digunakan angka nasional, sehingga rumusnya

sebagai berikut: 2,8 % x Jumlah Penduduk Setempat.

d. Penyaringan (deteksi) ibu hamil beresiko oleh masyarakat. Dengan indikator ini

dapat diukur tingkat kemampuan dan peran serta masyarakat dalam melakukan

deteksi ibu hamil beresiko di suatu wilayah.

e. Penyaringan (deteksi) ibu hamil beresiko oleh tenaga kesehatan. Dengan indikator

ini dapat diperkirakan besarnya masalah yang dihadapi oleh program KIA dan harus

ditindak lanjuti dengan interfensi secara intensif.

f. Cakupan pelayanan neonatal(KN) oleh tenaga kesehatan. Dengan indikator ini dpat

diketahui jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatn neonatal. Kunjungan minimal

2 (dua) kali dengan ketentuan: Kunjungan pertama kali pada hari pertama sampai

dengan hari ke tujuh. Kunjungan kedua kali pada hari ke delapan sampai dengan

hari ke duapuluh delapan. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehtan bukan

merupakan kunjungan neonatal. Jumlah sasaran bayi diperkirakan melalui

perhitungan: CBR Propinsi x jumlah penduduk. Bila propinsi tidak mempunyai data

CBR , dapat digunakan angka nasional dengan perhitungan: 2,7 % x jumlah

penduduk.

Keenam indicator pemantauan program KIA tersebut merupakan indicator yang

digunakan oleh para pengelola program KIA, sehingga disesuaikan dengan kebutuhan

program. Karena itu, keenam indicator itu disebut sebagai indicator pemantauan teknis.

Dalam upaya melibatkan lintas sector terkait, khususnya para pamong setempat, dipilih dua
indicator yang mudah dipahami, yaitu: Cakupan K1, yang menggambarkan pemerataan

pelayanan KIA, Cakupan K4 ( cakupan ibu hamil ) , yang menggambarkan efektifitas

pelayanan KIA.

Kedua indikator yang merupakan bagian dari keenam indicator pemantauan teknis ini

disebut indicator pemantauan non teknis. Penyajian kedua indicator tersebut kepad lintas

sector ditujukan untuk alat motifasi dan komunikasi dalam menyampaikan kemajuan

maupun permasalahan operasional program KIA, sehingga para pamong wilayah dapat

memahami progam KIA dan memberikan bantuan sesuai kebutuhan. Indikator pemantauan

non-teknis ini dapat dalam berbagai pertemuan lintas sektoral disemua tingkat administrasi

pemerintah, Kedua indicator non teknis tersebut diatas secara berkala disajikan setiap bulan,

menurut desa, untuk menunjukkan desa yang telah maju dan yang masih tertinggal.

Pemantauan secara lintas sector ini diharapkan dapat diikuti tindak lanjut yang jelas dari para

pamong wilayah, dalam hal peningkatan penggerakan masyarakat serta penggalian sumber

daya setempat yang diperlukan.

B. Pencatatan Data

1. Data Sasaran

Data sasaran diperoleh sejak saat bidan memulai pekerjaan di desa/kelurahan

dibantu para kader dan dukun bersalin/bayi,membuat peta wilayah kerjanya yang

mencakup denah jalan,rumah serta setiap waktu memperbaiki peta tersebut dengan data

baru tentang adanya ibu yang hamil,neonatus dan anak balita. Data sasaran diperoleh

bidan di desa/kelurahan dari para kader dan dukun bayi yang melakukan pendataan ibu

hamil,bersalin,nifas,bayi baru lahir,bayi dan anak balita dimana sasaran tersebut

dibenarkan buku KIA dan bagi ibu hamil dipasang stiker P4K didepan rumahnya.selain
itu data sasaran juga dapat diperoleh dengan mengumpulkan data sasaran yang berasal

dari lintas program dan fasilitas pelayanan lain yang ada di wilayah kerjanya.

2. Data Pelayanan.

Bidan di desa/kelurahan mencatat semua detail pelayanan KIA didalam kartu

ibu,kogort ibu,kartu bayi,kohort bayi,kohort anak balita,kohort KB,dan buku

KIA.pencatatan harus dilakukan segera setelah bidan melakukan pelayanan.pencatatan

tersebut diperlukan untuk memantau secara intensif dan terus manerus kondisi dan

permasalahan yang dutemukan pada para ibu,bayi dan anak di desa/kelurahan tersebut,

antara lain:

a. Nama dan alamat ibu yang tidak datang memeriksakan dirinya pada jadwal yang

seharusnya.

b. Imunisasi yang belum diterima para bayi.

c. Penimbangan anak dll.

Selain hal tersebut bidan di desa juga mengumpulkan data pelayanan yang berasal

dari lintas program dan fasilatas pelayanan lain yang ada di wilayah kerjanya.

C. Pengolahan Data

Setiap bulan bidan di desa engolag data yang tercantum dalam buku kohort dan dan

dijadikan sebagai bahan laporan bulanan KIA.bidan koordinator di puskesmas

menerima laporan bulanan tewrsebut dari semua bidan dan mengolahnya menjadi

laporan dan informasi kemajuan pelayanan KIA bulanan yang disebut PWS

KIA.informasi perdesa/kelurahandan perkecamatan tersebut di sajikan dalam bentuk

grafik PWS KIA yang harus dibuat oleh tiap bidan koordinator. Langkah-langkah data

adalah:
1. Pembersihan data melihat kelengkapan dan kebenaran pengisian formulir yang

tersedia.

2. Validasi melihat kebenaran dan ketepatan data.

3. Pengelompokkan sesuai dengan kebutuhan data yang harus di laporkan.

Contoh:

1. Pembersihan data :melakukan koreksi terhadap laporan yang masuk dari bidan di

desa/kelurahan mengenai duplikasi nama,doplikasi alamat,catatan ibu langsung di

K4 tanpa melewati K1.

2. Validasi :mencocokkan apabila ternyata K4 dan K1 lebih besar dari ibu

hamil,jumlah ibu bersalin lebih besar dari ibu hamil.

3. Pengelompokan :mengelompokan ibu hamil anemi berdasarkan desa/kelurahan

untuk persiapan intervensi,ibu hamil dengan KEK untuk persiapan intervensi.

Hasil pengolahan data dapat disajikan dalam bentuk : narasi, tabulasi, grafik dan peta:

a. Narasi dipergunakan untuk menyusun laporan atau profil suatu wilayah

kerja,misalnya dalam laporan PWS KIA yang diserahkan kepada instansi terkait.

b. Tabulasi dipergunakan untuk menjelaskan narasi dalam bentuk lampiran.

c. Grafik digunakan utuk presentasi dalam membandingkan keadaan antar

waktu,tempat dan pelayanan.

d. Peta dipergunakan untuk menggambarkan kejadin berdasarkan gambaran geografi.


PENCAPAIAN K1

Desa Gading Sari (GS) Desa Sri Gading (SG)

1. K1 Komulatif x 100% 1. K1 Komulatif x 100%


Jumlah ibu hamil Jumlah ibu hamil

164x 100% = 89,13% 161 x 100% = 100%


184 161

2. K1 Bulan ini x 100% 2. K1 Bulan ini x 100%


Jumlah ibu hamil Jumlah ibu hamil

14x 100% = 7,6 % 16 x 100% = 9,93%


184 161

3. K1 Bulan lalu x 100% 3. K1 Bulan lalu x 100%


Jumlah ibu hamil Jumlah ibu hamil

9x 100% = 4,89% 13 x 100% = 8,07%


184 161

Desa Gading Harjo (GH) Desa Murti Gading (GM)

1. K1 Komulatif x 100% 1. K1 Komulatif x 100%


Jumlah ibu hamil Jumlah ibu hamil

55x 100% = 94,8% 130 x 100% = 90,2%


58 144

2. K1 Bulan ini x 100% 2. K1 Bulan ini x 100%


Jumlah ibu hamil Jumlah ibu hamil

6 x 100% = 10,3 12x 100% = 8,3%


58 144

3. K1 Bulan lalu x 100% 3. K1 Bulan lalu x 100%


Jumlah ibu hamil Jumlah ibu hamil

6 x 100% = 10,3% 12 x 100% = 8,3%


58 144
PENCAPAIAN K4

Desa Gading Sari (GS) Desa Sri Gading (SG)

1. K4 komulatif x 100 1. K4 Komulatif x 100%


Sasaran ibu hamil Jumlah ibu hamil

190 x 100% = 103,26% 159 x 100% = 98,75 %


184 161

2. K4 Bulan ini x 100% 2. K4 Bulan ini x 100%


Jumlah ibu hamil Jumlah ibu hamil

9 x 100% = 4,89 % 14 x 100% = 8,69 %


184 161

3. K4 Bulan lalu x 100% 3. K4 Bulan lalu x 100%


Jumlah ibu hamil Jumlah ibu hamil

8 x 100% = 4,34 % 10 x 100% = 6,21%


184 161

Desa Gading Harjo (GH) Desa Murti Gading (MG)

1. K4 komulatif x 100% 1. K4 Komulatif x 100%


Sasaran ibu hamil Jumlah ibu hamil

55 x 100% = 94,82% 169 x 100% = 117, 36%


58 144

2. K4 Bulan ini x 100% 2. K4 Bulan ini x 100%


Jumlah ibu hamil Jumlah ibu hamil

4 x 100% = 6,89 % 10 x 100% = 6,99%


58 144

3. K4 Bulan lalu x 100% 3. K4 Bulan lalu x 100%


Jumlah ibu hamil Jumlah ibu hamil

10 x 100% = 17,24 % 7 x 100% = 5,55 %


58 144
GRAFIK KI

Target
Des – 100% 100%
Nov – 91,3%
Okt – 83%
Sep – 74,7%
Agus – 66,4%
Juli – 58,1%
Juni – 49,8%
Mei – 41,5%
Apr – 33,2%
Mar – 24,9%
Feb – 16,6%
Jan – 8,3%
% Kumulatif 100 94,82 90,2 89,13 93,5
% Bulan Ini 9,93 10,34 8,3 7,6 9
% Bulan Lalu 8 10,34 8,3 4,9 7,8
Trend
Nama Desa SG GH MG GS PKM

GRAFIK K4

Des – 100% Target


Nov – 91,3% 95%
Okt – 83%
Sep – 74,7%
Agus – 66,4%
Juli – 58,1%
Juni – 49,8%
Mei – 41,5%
Apr – 33,2%
Mar – 24,9%
Feb – 16,6%
Jan – 8,3%
% Kumulatif 117,36 100,26 98,75 94,82 102,7
% Bulan Ini 6,99 4,89 8,69 6,89 6,86
% Bulan Lalu 5,55 4,34 6,21 17,24 8,33
Trend
Nama Desa MG GS SG GH PKM
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendataan sasaran dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri, dengan adanya pantauan
dari tenaga kesehatan setempat di wilayah kerja komunitas. Data sasaran yang diperoleh
antara lain data jumlah ibu hamil, jumlah bayi dan balita, jumlah PUS, jumlah ibu nifas,
jumlah usia lanjut dan lain-lain. Data yang ada haruslah data yang baru dan senanntiasa
diperbaharui apabila terjadi perubahan.
B. Saran
Untuk meningkatkan kesempurnaan makalah ini, penulis menyadari bahwa materi
makalah ini masih kurang, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembimbing
dan pembaca makalah.
DAFTAR PUSTAKA

Meilani, niken,dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta. : Fitramaya

Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Pedoman


pemantuan wilayah setempat.1998

Kementrian Kesehatan RI. Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Pedoman


pemantuan wilayah setempat. 2010

Anda mungkin juga menyukai