Anda di halaman 1dari 11

PEMANTAUAN WILAYAH

SETEMPAT (PWS-KIA)
 Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan
kesehatan dasar yang berfungsi membina peran
serta masyarakat sebagai pusat pembangunan
kesehatan masyarakat.Manajemen yang baik
merupakan factor yang sangat menentukan dalam
mewujudkan fungsi puskesmas.Fungsi manajemen
tersebut, terutama dalam hal monitoring
(pemantauan) dan evaluasi (penilaian)

 keberhasilanprogram puskesmas. Salah satu upaya


monitoring dan valuasi adalah dengan
menggunakan pemantauan wilayah Setempat
Pengertian Pemantauan Wilayah
Setempat –KIA(PSW-KIA)

Pemantauan wilayah setempat –KIA adalah


suatu alat manajemen program KIA untuk
memantau cakupan pelayanan KIA di suatu
wilayah (Puskesmas/kecamatan) secara terus
menerus sehingga dapat dilakukan tindak
lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa
dengan cakupan pelayanan KIA yang masih
rendah.
TUJUAN PWS – KIA
 TUJUAN UMUM
1) Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di
wilayah kerja puskesmas melalui pemantauan cakupan
pelayanan KIA di setiap secara terus menerus.
2) Meningkatkan pemantauan cakupan dan pelayanan untuk
setiap wilayah kerja secara terus menerus dalam rangka
meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan
TUJUAN KHUSUS

Memantau cakupan pelayanan KIA yang dipilih sebagai indicator,secara teratur


(bulanan) dan terus menerus untuk setiap desa
1)Menilai kesenjangan antara target yang di tetapkan dan pencapaian untuk setiap
desa
2) Menentukan urutan desa/wilayah prioritas yang akan ditangani secara intensif
berdasarkan besarnya kesenjangan antara target dan pencapaiannya
3)Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber yang tersedia dan yang
dapat digali.
4) Membangkitkan peran penolong setempat dalam menggerakkan sasaran dan
mobilisasi sumberdaya
5)Memperoleh gambaran tentang masalah – masalah yang menghambat pelaporan dari
kabupaten/kota.
6)Memantau cakupan KIA yang dipilih sebagai indicator, secara terus menerus
(bulanan) untuk setiap wilayah.
7. Menilai kesenjangan antara target yang ditetapkan dan penca[aian sebenarnya
untuk setiap kabupaten/kota.
PRINSIP PENGELOLAAN PROGRAM KIA
 Pengelolaan program KIA pada prinsipnya bertujuan memantapkan dan
meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efesien,
pemantapan pelayanan KIA diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut.
 1. Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu
yang baik serta jangkauan setinggi –tingginya.
 2. Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada
peningkatan pertolongan oleh tenaga professional secara bertahap
 3. Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, oleh tenaga kesehatan
maupun di masyarkat oleh kader dan dukun bayi, serta penanganann dan
pengamatan secara terus menerus
 4. Peningkatan pelayanan neonatal (bayi kurang 1 bulan) dengan mutu yang
baik dan jangkauan setinggi – tingginya.
PELAYANAN ANTENATAL

 Pelayanan antenatal adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu sesamasa


kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal seperti yang
ditetapkan dalam buku Pedoman Pelayanan Antenatal bagi petugas
Puskesmas. Dalam penerapan secara operasional dikenal dengan standar 7T,
seperti yang telah di bahas pada bab sebelumnya.
Frekuensi pelayanan antenatal selama kehamilan minimal empat kali, dengan
ketentuan sebagai berikut,
1)Minimal 1 kali pada trimester pertama
2) Minimal 1 kali pada trimester kedua
3) Minimal 2 kali pada trimester
Standar frekuensi pelayanan antenatal ditentukan untuk menjamin mutu
pelayanan. Khusus dalam memberi kesempatan yang cukup dalam menangani
kasus resiko tinggi yang ditemukan pada ibu hamil
PERTOLONGAN PERSALIANAN
 Dalam program KIA tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada
masyarakat digolongkan menjadi :
1) Tenaga professional, meliputi dokter sepesialis kebidanan, dokter umum,
bidan, pembantu bidan, dan perawat.
2) Dukun bayi terlatih, meliputi dukun bayi yang telah mendapatkan pelatihan
dari tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus
3) Dukun bayi tidak terlatih, meliputi dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh
tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan
lulus.
DETEKSI DINI IBU HAMIL RESIKO TINGGI
Untuk menurunkan angka kematian ibu
secara bermakna, kegiatan deteksi dini
ibu hamil berisiko perlu digalakkan
kembali baik di fasilitas pelayanan KIA
maupun dimasyarakat . Deteksi dini ibu
hamil beresiko perlu difokuskan pada
keadaan yang menyebabkan ibu bersalin
di rumah dengan yang ditolong oleh dukun
bayi terutama dukun bayi yang tidak terlatih.
PELAYANAN KESEHATAN NEONATAL
Mengingat angka kematian bayi terjadi pada masa neonates,
upaya yang dilakukan untuk mencegah kematian neonatal
diutamakan pada pemeliharaan kehamilan sebaik mungkin,
pertolongan persalinan 3 bersih (bersih tangan penolong, bersih
alat pemotong tali pusat, dan bersih alas tempat tidur ibu ) dan
perawatan talipusat dengan memperhatikan sterilisasi. Upaya
lain yang dilakukan adalah deteksi dini neonatal resiko tinggi,
sehingga dapat diberikan pelayanan sedini mngkin.
Resiko tinggi neonatal, di antaranya adalah BBLR, bayi
dengan tetanus neonatorum, asfiksia, icterus neonatorum,
sepsis, bayi baru lahir dengan berat kuarang dari 400 gram, bayi
preterm, bayi lahir dengan cacat bawaan sedang, dan bayi baru
lahir dengan persalinan tindakan.
BATASAN PWS-KIA
 PELAYANAN ANTENATAL
Penjaringan deteksi dini kehamilan resiko tinggi bertujuan untuk menemukan ibu
hamil beresiko. Penjaringan ini dapat dilakukan oleh kader, dukun bayi, dan
tenaga kesehatan.
a. Kunjungan ibu hamil, yaitu kontak ibu hamil dengan tenaga professional untuk
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar selama satu periode
kehamilan berlangsung
 Kunjungan baru ibu hamil (K1)
Kunjungan ibu hamil dengan tenaga kesehatan sejak

Anda mungkin juga menyukai