Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS KIA meliputi indikator yang
dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program KIA.
Sasaran yang digunakan dalam PWS KIA berdasarkan kurun waktu 1 tahun dengan prinsip
konsep wilayah (misalnya: Untuk provinsi memakai sasaran provinsi, untuk kabupaten
memakai sasaran kabupaten).
Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga
kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta
kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat.
Jumlah ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan oleh Nakes
______________________________________________________
Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun
Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui Proyeksi, dihitung
berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil dengan menggunakan rumus :
Angka kelahiran kasar (CBR) yang digunakan adalah angka terakhir CBR kabupaten/kota
yang diperoleh dari kantor perwakilan Badan Pusat Statistik (BPS) di kabupaten/kota. Bila
angka CBR kabupaten/kota tidak ada maka dapat digunakan angka terakhir CBR propinsi.
CBR propinsi dapat diperoleh juga dari buku Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan
Kesehatan 2007 – 2011 (Pusat Data Kesehatan Depkes RI, tahun 2007).
Adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar,
paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1 kali pada
trimester ke-2 dan 2 kali pada trimester ke-3 disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi
standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat
perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, di samping menggambarkan kemampuan
manajemen ataupun kelangsungan program KIA.
Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali sesuai
standar
________________________________________________________________
Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi kebidanan, di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga
kesehatan dan ini menggambarkan kemampuan manajemen program KIA dalam pertolongan
persalinan sesuai standar.
Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun dihitung dengan menggunakan rumus :
Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca bersalin
sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam – 3 hari, 8 – 14 hari dan 36
– 42 hari setelah bersalin di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan nifas secara lengkap (memenuhi
standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan jangkauan
dan kualitas pelayanan kesehatan ibu nifas, di samping menggambarkan kemampuan
manajemen ataupun kelangsungan program KIA.
Jumlah ibu nifas yang telah memperoleh 3 kali pelayanan nifas sesuai standar oleh
tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
__________________________________________________
Jumlah sasaran ibu nifas sama dengan jumlah sasaran ibu bersalin.
Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6 - 48 jam
setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Jumlah sasaran bayi bisa didapatkan dari perhitungan berdasarkan jumlah perkiraan (angka
proyeksi) bayi dalam satu wilayah tertentu dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Contoh : untuk menghitung jumlah perkiraan bayi di suatu desa Z di Kota Y Propinsi X yang
mempunyai penduduk sebanyak 1.500 jiwa dan angka CBR terakhir Kota Y 24,8/1.000
penduduk, maka :
Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas dan kualitas pelayanan kesehatan neonatal.
Adalah cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau komplikasi yang ditemukan oleh kader
atau dukun bayi atau masyarakat serta dirujuk ke tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu. Masyarakat disini, bisa keluarga ataupun ibu hamil, bersalin, nifas
itu sendiri.
Indikator ini menggambarkan peran serta dan keterlibatan masyarakat dalam mendukung
upaya peningkatan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas.
Jumlah ibu hamil yang berisiko yang ditemukan kader atau dukun bayi atau masyarakat
di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Adalah cakupan Ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu yang ditangani secara definitif sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan
kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Penanganan definitif adalah
penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus
komplikasi kebidanan.
Adalah cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani secara definitif oleh tenaga
kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu. Penanganan definitif adalah pemberian tindakan akhir pada setiap
kasus komplikasi neonatus yang pelaporannya dihitung 1 kali pada masa neonatal. Kasus
komplikasi yang ditangani adalah seluruh kasus yang ditangani tanpa melihat hasilnya hidup
atau mati.
Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan kesehatan dalam menangani kasus
– kasus kegawatdaruratan neonatal, yang kemudian ditindaklanjuti sesuai dengan
kewenangannya, atau dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
Adalah cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4 kali yaitu 1 kali pada
umur 29 hari – 2 bulan, 1 kali pada umur 3 – 5 bulan, dan satu kali pada umur 6 – 8 bulan dan
1 kali pada umur 9 – 11 bulan sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas, continuum of care dan kualitas pelayanan
kesehatan bayi.
Jumlah bayi yang telah memperoleh 4 kali pelayanan kesehatan sesuai standar
di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
Adalah cakupan anak balita (12 – 59 bulan) yang memperoleh pelayanan sesuai standar,
meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8x setahun, pemantauan perkembangan minimal
2 x setahun, pemberian vitamin A 2 x setahun
Jumlah anak balita yg memperoleh pelayanan sesuai standar disuatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu
Jumlah seluruh anak balita disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun
12. Cakupan Pelayanan kesehatan anak balita sakit yang dilayani dengan MTBS
Adalah cakupan anak balita (umur 12 – 59 bulan) yang berobat ke Puskesmas dan
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar (MTBS) di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
Jumlah anak balita sakit diperoleh dari kunjungan balita sakit yang datang ke puskesmas
(register rawat jalan di Puskesmas). Jumlah anak balita sakit yang mendapat pelayanan
standar diperoleh dari format pencatatan dan pelaporan MTBS
Adalah cakupan dari peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif menggunakan alat dan
obat kontrasepsi (alokon) dibandingkan dengan jumlah pasangan usia subur di suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu.
Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru dan lama yang masih aktif memakai
alokon terus-menerus hingga saat ini untuk menunda, menjarangkan kehamilan atau yang
mengakhiri kesuburan.
Jumlah peserta KB aktif di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah seluruh PUS di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
http://www.sumbarsehat.com/2011/09/indikator-kia.html
PWS-KIA
PWS-KIA
Pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak (PSW-KIA) adalah alat
manajemen program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA disuatu wilayah kerja
secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak-lanjut yang cepat dan tepat terhadap
wilayah kerja yang cakupan pelayanan KIA-nya masih rendah.
Penyajian PWA-KIA juga dapat dipakai sebagai alat motivasi dan komunikasi kepada
sektor terkait, khususnya aparat setempat yang berperan dalam pendapatan dan penggerakan
sasaran agar mendapat pelayanan KIA. Maupun dalam membantu memecahkan masalah non-
teknis rujukan kasus risiko tinggi.
Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,
ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan
komplikasi, bayi, dan balita. Kegiatan PWS KIA terdiri dari pengumpulan, pengolahan,
analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan
pihak/instansi terkait dan tindak lanjut.
Definisi dan kegiatan PWS tersebut sama dengan definisi Surveilens. Menurut WHO,
Surveilens adalah suatu kegiatan sistematis berkesinambungan, mulai dari kegiatan
mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data yang untuk selanjutnya dijadikan
landasan yang esensial dalam membuat rencana, implementasi dan evaluasi suatu kebijakan
kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, pelaksanaan surveilens dalam kesehatan ibu dan anak
adalah dengan melaksanakan PWS KIA.
Tujuan umum PWA-KIA
Meningkatnya pemantauan cakupan dan pelayanan untuk setiap wilayah kerja secara
terus menerus dalm rangka meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan.
Tujuan khusus PWS-KIA
1. Memantau cakupan pelayanan KIA yang dipilih sebgai indikator, secara teratur (bulanan)
dan terus-menerus untuk tiap wilayah.
2. Menilai kesenjangan antara target yang ditetapkan dan pencapaian sebenarnya untuk tiap
wilayahnya.
3. Menentukan urutan wilayah peroritas yang akan ditangani secara intensif berdasarkan
besarnya kesenjangan antara target dan pencapaian.
4. Merencanakan tindak-lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia dan yang dapat
digali.
5. Membangkitkan peran aparat setempat dalam perggerakan sasaran dan mobilisasi sumber
daya.
A. Pelayanan Antenatal
Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai
dengan standar pelayanan antenatal seperti yang ditetapkan dalam buku pedoman pelayanan
antenatal bagi petugas puskesmas. Walaupun pelayanan antenatal selengkapnya
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
untuk selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal
yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai
standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan
laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang
ditemukan dalam pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri atas:
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut lengkap apabila
dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan pula bahwa
frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan
waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut :
- Minimal 1 kali pada triwulan pertama.
- Minimal 1 kali pada triwulan kedua.
- Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan
kepada ibu hamil, berupa detek dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi.
Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada Ibu
hamil adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat.
B. Pertolongan persalinan
Dalam program KIA dikenal beberapa jenis tenaga yang memberikan pertolongan
persalinan kepada masyarakat. Jenis tenaga tersebut adalah : dokter spesialis kebidanan,
dokter umum, bidan, perawatan bidan.
Selain itu masih ada penolong persalinan yang berasal dari anggota kelurga dalam
masyarakat terpencil, seperti yang banyak ditemukan propinsi papua. Namun, penolong
persalinan seperti ini umumnya tidak tercatat dan sulit untuk diindetifikasi.
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Pencegahan infeksi
2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
3. Manajemen aktif kala III
4. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
5. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
6. Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.
Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan pertolongan persalinan
adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter dan bidan.
C. Deteksi dini ibu hamil berisiko
Untuk menurunkan anngka kematian ibu secara bermakna, kegiatan deteksi dini dan
penanganan ibu hamil berisiko/ komplikasi kebidanan perlu lebih ditingkatkan baik di
fasilitas pelayanan KIA maupun di masyarakat. Dalam rangka itulah deteksi ibu hamil
berisiko/ komplikasi kebidanan perlu di fokuskan pada keadaan yang menyebabkan kematian
ibu bersalin dirumah dengan pertolongan oleh dukun bayi.
Faktor risiko pada ibu hamil diantaranya adalah :
Semakin banyak ditemukan faktor pada seorang ibu hamil, maka semakin tinggi
risiko kehamilannya. Risiko tinggi/ komplikasi kebidanan pada kehamilan merupakan
keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan
kematian ibu maupun bayi. Risiko tinggi/ komplikasi kebidanan pada kehamilan meliputi:
1. Hb kurang dari 8 gr %
2. Tekanan darah tinggi (sistol > 140 mmHg. Diastole > 90 mmHg)
3. Oedema yang nyata
4. Eklampsia
5. Perdarahan per vaginam
6. Ketuban pecah dini
7. Letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu
8. Letak sungsang pada primigravida
9. Infeksi berat/ sepsis
10. Persalinan prematur
11. Kehamilan ganda
12. Janin yang besar
13. Penyakit kronis pada ibu : jantung, paru, ginjal dll
14. Riwayat obstetri buruk, riwayat bedah sesar dan komplikasi kehamilan.
1. Pelayanan obstetri :
1. Pelayanan neonatus :
Hipotermi
Hipoglikemia
Ikterus
Masalah pemberian minum
BAB III
Batasan Dan Indikator Pemantauan
A.batasan
1.Pelayanan antenatal
Adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa
kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan.
Standar operasional yang ditetapkan untuk pelayanan minimal antenatal adalah “5T”
2.penjaringan (deteksi) dini kehamilan berisiko
Kegiatan ini bertujuan menemukan ibu hamil berisiko / komplikasi, yang dapat
dilakukan oleh kader, dukun bayi dan tenaga kesehatan.
3.kunjungan ibu hamil
Ynag dimaksud kunjungan ibu hamil disini adalah kontak ibu hamil dengan tenagan
kesehatanuntuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan. Istilah yang
digunakan “kunjungan “ ynag mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung kefasilitas
(di posyandu, pondok bersalin desa, kunjungan rumah).
4.kunjungan baru ibu hamil(K1)
Adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan
5.K4
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat (atau lebih). Untuk
mendapatkan pelayanna antenatalsesuai standar yang ditetapkan dengan
- Minimal satu kali kontak pada triwulan I
- Minimal satu kali kontak pada triwulan II
- Minimal satu kali kontak pada triwulan III
6.kujungan neonatal (KN)
Adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal 2 kali untuk mendapatkan
pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal,baik didalam maupun diluar gedung
puskesmas.
HARI 1 S/d HARI 7 HARI 8 S/d HARI 28 KETERANGAN
X X Sebagai kunjungan
neonatal
- Xx Bukan kunjungan neonatal
Xx - Bukan kunjungan neonatal
xx Xx Sebagai kunjungan
neonatal
a. Kunjungan pertama kali pada hari pertama sampai pada hari ke tujuh (sejak 6
jam setelah lahir 7 hari)
b. Kunjungan kedua kali pada hari ke delapan sampai dengan hari kedua puluh
delapan (8-298)
c. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan bukan merupakan kunjungan
neontatal.
B. INDIKATOR PEMANTAUAN
Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS KIA meliputi indikator
yang
dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program KIA, seperti yang
diuraikan dalam BAB II.
Sasaran yang digunakan dalam PWS KIA berdasarkan kurun waktu 1 tahun dengan
prinsip konsep wilayah (misalnya: Untuk provinsi memakai sasaran provinsi, untuk
kabupaten memakai sasaran kabupaten).
I. indikator pemantauan teknis
1. Akses pelayanan antenatal (cakupan K1)
Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh
tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta
kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat.
Jumlah kunjungan baru (K1) ibu hamil
X 100
jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun
Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui Proyeksi, dihitung
berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil dengan menggunakan rumus :
1,10 X angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk
Angka kelahiran kasar (CBR) yang digunakan adalah angka terakhir CBR kabupaten/kota
yang diperoleh dari kantor perwakilan Badan Pusat Statistik (BPS) di kabupaten/kota. Bila
angka CBR kabupaten/kota tidak ada maka dapat digunakan angka terakhir CBR propinsi.
CBR propinsi dapat diperoleh juga dari buku Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan
Kesehatan 2007 – 2011 (Pusat Data Kesehatan Depkes RI, tahun 2007).
Contoh : untuk menghitung perkiraan jumlah ibu hamil di desa/kelurahan X di kabupaten Y
yang mempunyai penduduk sebanyak 2 .000 jiwa dan angka CBR terakhir kabupaten Y
27,0/1.000 penduduk, maka :
Jumlah ibu hamil = 1,10 X 0,027 x 2.000 = 59,4.
Jadi sasaran ibu hamil di desa/kelurahan X adalah 59 orang.
2.Cakupan pelayanan ibu hamil (cakupan K4)
Adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan
standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1 kali
pada trimester ke-2 dan 2 kali pada trimester ke-3 disuatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap
(memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan
tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, di samping menggambarkan kemampuan
manajemen ataupun kelangsungan program KIA.
Rumus yang dipergunakan adalah :
Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali sesuai standar
X 100
oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah dalam 1 tahun
3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn)
Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu
tertentu.
Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga
kesehatan dan ini menggambarkan kemampuan manajemen program KIA dalam pertolongan
persalinan sesuai standar.
Rumus yang digunakan sebagai berikut :
Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten disuatu wilayah
X 100
kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah sasaran ibu bersalin disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun
Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun dihitung dengan menggunakan rumus :
1,05 X angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk
Contoh : untuk menghitung perkiraan jumlah ibu bersalin di desa/kelurahan X di kabupaten
Y yang mempunyai penduduk sebanyak 2.000 penduduk dan angka CBR terakhir kabupaten
Y 27,0/1.000 penduduk maka :
Jumlah ibu bersalin = 1,05 X 0,027 x 2.000 = 56,7.
4. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KF3)
Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca bersalin
sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam – 3 hari, 8 – 14 hari dan 36
– 42 hari setelah bersalin di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan nifas secara lengkap (memenuhi
standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan jangkauan
dan kualitas pelayanan kesehatan ibu nifas, di samping menggambarkan kemampuan
manajemen ataupun kelangsungan program KIA.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Jumlah ibu nifas yang telah memperoleh 3 kali pelayanan nifas sesuai standar oleh
X 100
tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah sasaran ibu nifas di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
Jumlah sasaran ibu nifas sama dengan jumlah sasaran ibu bersalin.
5. Cakupan pelayanan neonatus pertama (KN 1)
Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6 – 48 jam
setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui akses/jangkauan pelayanan kesehatan neonatal.
Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6 – 48 jam
X 100
setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
Jumlah sasaran bayi bisa didapatkan dari perhitungan berdasarkan jumlah perkiraan (angka
proyeksi) bayi dalam satu wilayah tertentu dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Jumlah sasaran bayi = Crude Birth Rate x jumlah penduduk
Contoh : untuk menghitung jumlah perkiraan bayi di suatu desa Z di Kota Y Propinsi X yang
mempunyai penduduk sebanyak 1.500 jiwa dan angka CBR terakhir Kota Y 24,8/1.000
penduduk, maka :
Jumlah bayi = 0,0248 x 1500 = 37,2.
Jadi sasaran bayi di desa Z adalah 37 bayi.
6. Cakupan pelayanan neonatus Lengkap (KN Lengkap).
Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar sedikitnya tiga kali
yaitu 1 kali pada 6 – 48 jam, 1 kali pada hari ke 3 – hari ke 7 dan 1 kali pada hari ke 8 – hari
ke 28 setelah lahir disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas dan kualitas pelayanan kesehatan neonatal.
Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
Jumlah neonatus yang telah memperoleh 3 kali pelayanan kunjungan neonatal
X 100
sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
7. Deteksi faktor risiko dan komplikasi oleh Masyarakat
Adalah cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau komplikasi yang ditemukan oleh kader
atau dukun bayi atau masyarakat serta dirujuk ke tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu. Masyarakat disini, bisa keluarga ataupun ibu hamil, bersalin, nifas
itu sendiri.
Indikator ini menggambarkan peran serta dan keterlibatan masyarakat dalam mendukung
upaya peningkatan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas.
Rumus yang dipergunakan :
Jumlah ibu hamil yang berisiko yang ditemukan kader atau dukun bayi atau masyarakat
X 100
di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
20% x jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah dalam 1 tahun
8. Cakupan Penanganan komplikasi Obstetri (PK)
Adalah cakupan Ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu yang ditangani secara definitif sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan
kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Penanganan definitif adalah
penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus
komplikasi kebidanan.
Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan secara professional kepada ibu hamil bersalin dan nifas dengan
komplikasi.
Rumus yang dipergunakan :
Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapatkan penanganan definitif di suatu
X 100
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
20% x jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
9. Neonatus dengan komplikasi yang ditangani
Adalah cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani secara definitif oleh
tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu. Penanganan definitif adalah pemberian tindakan akhir pada setiap
kasus komplikasi neonatus yang pelaporannya dihitung 1 kali pada masa neonatal. Kasus
komplikasi yang ditangani adalah seluruh kasus yang ditangani tanpa melihat hasilnya hidup
atau mati.
Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan kesehatan dalam menangani
kasus – kasus kegawatdaruratan neonatal, yang kemudian ditindaklanjuti sesuai dengan
kewenangannya, atau dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
Jumlah neonatus dengan komplikasi yang mendapat penanganan definitif di suatu
X 100
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
15 % x jumlah sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
http://fridayanimartsitumorang.blogspot.com/2013/04/pws-kia.html
Indicator name Maternal mortality ratio (per 100 000 live births)
Data Type
Ratio
Representation
Topic Mortality
Maternal death
Preferred data Civil registration with complete coverage and medical certification of cause
sources of death
Household surveys
Other possible data
Population census
sources
Sample or sentinel registration systems
Special studies
Currently, only about one third of all countries/territories have reliable data available, and do
not need additional estimations. For about half of the countries included in the estimation
process, country-reported estimates of maternal mortality are adjusted for the purposes of
comparability of the methodologies. For the remainder of countries/territories—those with no
appropriate maternal mortality data --a statistical model is employed to predict maternal
mortality levels. However, the calculated point estimates with this methodology might not
represent the true levels of maternal mortality. It is advised to consider the estimates together
with the reported uncertainty margins where the true levels are regarded to lie.
Method of
Regional and global aggregates are based on weighted averages using
estimation of global the total number of live births as the weight. Aggregates are presented
and regional only if available data cover at least 50% of total live births in the
aggregates regional or global grouping.
Expected frequency
Every 3-5 years
of data dissemination
The maternal mortality ratio should not be confused with the maternal
mortality rate (whose denominator is the number of women of
reproductive age), which reflects not only the risk of maternal death
per pregnancy or birth but also the level of fertility in the population.
The maternal mortality ratio (whose denominator is the number of live
births) indicates the risk once a woman becomes pregnant, thus does
not take fertility levels in a population into consideration.
HD
Data Type
Count
Representation
Topic Mortality
Number of deaths during the first 28 completed days of life in a given year
or other period.
Definition
Neonatal deaths (deaths among live births during the first 28 completed
days of life) may be subdivided into early neonatal deaths, occurring during
the first 7 days of life, and late neonatal deaths, occurring after the 7th day
but before the 28th completed day of life.
Preferred data
Civil registration with complete coverage
sources
Method of
measurement
Data from household surveys: Calculations are based on full birth history,
whereby women are asked for the date of birth of each of their children,
whether the child is still alive, and if not the age at death.
These numbers of neonatal deaths are estimates, derived from the estimated UN IGME
neonatal mortality rate multiplied by the live births. The live births were calculated by taking
the infant population from the World Population Prospects: the 2012 revision (15) and
adding back the deaths in the neonatal and post-neonatal periods while accounting for the
Method of estimation fraction of period lived before the death. These neonatal deaths have been estimated by
applying methods to all Member States to the available data from Member States, that aim
to ensure comparability of across countries and time; hence they are not necessarily the
same as the official national data.
Method of estimation
of global and regional Sum by region
aggregates
Unit Multiplier 3
Expected frequency
Annual
of data dissemination
Expected frequency
Annual
of data collection
Data Type
Count
Representation
Topic Mortality
Method of estimation
Then, the central death rate M0 and M1 is computed as follows:
M0 = 1q0/[1-(1-a)* 1q0]
= 0.1 for low mortality country and a= 0.3 for high mortality country
Method of estimation
Global and regional estimates are derived from numbers of estimated
of global and regional deaths and population for age groups 0 year, aggregated by relevant
aggregates region.
Unit Multiplier 3
Expected frequency of
Annual
data dissemination
Expected frequency of
Annual
data collection
Data Type
Rate
Representation
ID Profile Name
Similar indicators 3138 WPRO Infant mortality rate (per 1000 live births)
Topic Mortality
Preferred data
Civil registration with complete coverage
sources
The Inter-agency Group for Child Mortality of Estimation (UN IGME) which includes
representatives from UNICEF, WHO, the World Bank and the United Nations Population
Division, produces trends of infant mortality rates with standardized methodology by group of
countries depending on the type and quality of source of data available.
For countries with adequate trend of data from civil registration, the calculations of under-
five and infant mortality rates are derived from a standard period abridged life table.
For countries with survey data, since infant mortality rates from birth histories of surveys are
Method of exposed to recall biases, infant mortality is derived from the projection of under-five mortality
estimation rates converted into infant mortality rates using the Bayesian B-splines bias-adjusted model.
These infant mortality rates have been estimated by applying methods to all Member States to
the available data from Member States, that aim to ensure comparability of across countries and
time; hence they are not necessarily the same as the official national data.
Method of
estimation of Global and regional estimates are derived from numbers of estimated
global and regional deaths and population for age groups 0 year, aggregated by relevant
aggregates region.
0-27 days
Disaggregation
28 days - <1 year
Unit Multiplier 3
Expected
frequency of data Annual
dissemination
Expected
frequency of data Annual
collection
Civil registration systems are the preferred source of data on infant mortality.
However, many developing countries lack fully functioning registration systems
that accurately record all births and deaths. Thus, household surveys, such as
Demographic and Health Surveys (DHS) and Multiple Indicator Cluster Surveys
(MICS), have become the primary source of data on child mortality in
developing countries; but there are some limits to their quality.
Data Type
Rate
Representation
Topic Mortality
Definition
Under-five mortality rate as defined here is strictly speaking not a rate (i.e.
the number of deaths divided by the number of population at risk during a
certain period of time) but a probability of death derived from a life table
and expressed as rate per 1000 live births.
Preferred data
Civil registration with complete coverage
sources
The Inter-agency Group for Child Mortality of Estimation which includes representatives
from UNICEF, WHO, the World Bank and the United Nations Population Division, produces
trends of under-five mortality with standardized methodology by group of countries
depending on the type and quality of source of data available.
Method of estimation For countries with adequate trend of data from civil registration, the calculations of under-
five and infant mortality rates are derived from a standard period abridged life table.
For countries with survey data, under-five mortality rates are estimated using the Bayesian
B-splines bias-adjusted model. See the Estimation methods link for details.
These under-five mortality rates have been estimated by applying methods to all Member
States to the available data from Member States, that aim to ensure comparability of across
countries and time; hence they are not necessarily the same as the official national data.
Method of estimation
Global and regional estimates are derived from numbers of estimated
of global and regional deaths and population for age groups 0 year and 1-4 year, aggregated
aggregates by relevant region.
Age
Disaggregation
Sex
Expected frequency
Annual
of data dissemination
Expected frequency
Annual
of data collection