Anda di halaman 1dari 29

INDIKATOR KIA

Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS KIA meliputi indikator yang
dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program KIA.

Sasaran yang digunakan dalam PWS KIA berdasarkan kurun waktu 1 tahun dengan prinsip
konsep wilayah (misalnya: Untuk provinsi memakai sasaran provinsi, untuk kabupaten
memakai sasaran kabupaten).

1. Akses pelayanan antenatal (cakupan K1)

Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga
kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta
kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat.

Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan oleh Nakes
______________________________________________________
Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun

Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui Proyeksi, dihitung
berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil dengan menggunakan rumus :

1,10 X angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk

Angka kelahiran kasar (CBR) yang digunakan adalah angka terakhir CBR kabupaten/kota
yang diperoleh dari kantor perwakilan Badan Pusat Statistik (BPS) di kabupaten/kota. Bila
angka CBR kabupaten/kota tidak ada maka dapat digunakan angka terakhir CBR propinsi.
CBR propinsi dapat diperoleh juga dari buku Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan
Kesehatan 2007 – 2011 (Pusat Data Kesehatan Depkes RI, tahun 2007).

Contoh : untuk menghitung perkiraan jumlah ibu hamil di desa/kelurahan X di kabupaten Y


yang mempunyai penduduk sebanyak 2 .000 jiwa dan angka CBR terakhir kabupaten Y
27,0/1.000 penduduk, maka :

Jumlah ibu hamil = 1,10 X 0,027 x 2.000 = 59,4.


Jadi sasaran ibu hamil di desa/kelurahan X adalah 59 orang.

2. Cakupan pelayanan ibu hamil (cakupan K4)

Adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar,
paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1 kali pada
trimester ke-2 dan 2 kali pada trimester ke-3 disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi
standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat
perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, di samping menggambarkan kemampuan
manajemen ataupun kelangsungan program KIA.

Rumus yang dipergunakan adalah :

Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali sesuai
standar
________________________________________________________________

Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah dalam 1 tahun

3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn)

Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi kebidanan, di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu.

Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga
kesehatan dan ini menggambarkan kemampuan manajemen program KIA dalam pertolongan
persalinan sesuai standar.

Rumus yang digunakan sebagai berikut :

Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten


_________________________________________________
Jumlah sasaran ibu bersalin disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun

Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun dihitung dengan menggunakan rumus :

1,05 X angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk

Contoh : untuk menghitung perkiraan jumlah ibu bersalin di desa/kelurahan X di kabupaten


Y yang mempunyai penduduk sebanyak 2.000 penduduk dan angka CBR terakhir kabupaten
Y 27,0/1.000 penduduk maka :

Jumlah ibu bersalin = 1,05 X 0,027 x 2.000 = 56,7.

Jadi sasaran ibu bersalin di desa/kelurahan X adalah 56 orang.


4. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KF3)

Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca bersalin
sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam – 3 hari, 8 – 14 hari dan 36
– 42 hari setelah bersalin di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan nifas secara lengkap (memenuhi
standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan jangkauan
dan kualitas pelayanan kesehatan ibu nifas, di samping menggambarkan kemampuan
manajemen ataupun kelangsungan program KIA.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Jumlah ibu nifas yang telah memperoleh 3 kali pelayanan nifas sesuai standar oleh
tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
__________________________________________________

Jumlah sasaran ibu nifas di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

Jumlah sasaran ibu nifas sama dengan jumlah sasaran ibu bersalin.

5. Cakupan pelayanan neonatus pertama (KN 1)

Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6 - 48 jam
setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Dengan indikator ini dapat diketahui akses/jangkauan pelayanan kesehatan neonatal.

Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut :

Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6 – 48 jam


setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

Jumlah sasaran bayi bisa didapatkan dari perhitungan berdasarkan jumlah perkiraan (angka
proyeksi) bayi dalam satu wilayah tertentu dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Jumlah sasaran bayi = Crude Birth Rate x jumlah penduduk

Contoh : untuk menghitung jumlah perkiraan bayi di suatu desa Z di Kota Y Propinsi X yang
mempunyai penduduk sebanyak 1.500 jiwa dan angka CBR terakhir Kota Y 24,8/1.000
penduduk, maka :

Jumlah bayi = 0,0248 x 1500 = 37,2.

Jadi sasaran bayi di desa Z adalah 37 bayi.

6. Cakupan pelayanan kesehatan neonatus 0 – 28 hari (KN Lengkap).


Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar paling sedikit tiga kali
dengan distribusi waktu 1 kali pada 6 – 48 jam, 1 kali pada hari ke 3 – hari ke 7 dan 1 kali
pada hari ke 8 – hari ke 28 setelah lahir disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas dan kualitas pelayanan kesehatan neonatal.

Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut :

Jumlah neonatus yang telah memperoleh 3 kali pelayanan kunjungan neonatal


sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

7. Deteksi faktor risiko dan komplikasi oleh Masyarakat

Adalah cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau komplikasi yang ditemukan oleh kader
atau dukun bayi atau masyarakat serta dirujuk ke tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu. Masyarakat disini, bisa keluarga ataupun ibu hamil, bersalin, nifas
itu sendiri.

Indikator ini menggambarkan peran serta dan keterlibatan masyarakat dalam mendukung
upaya peningkatan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas.

Rumus yang dipergunakan :

Jumlah ibu hamil yang berisiko yang ditemukan kader atau dukun bayi atau masyarakat
di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

20% x jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah dalam 1 tahun

8. Cakupan Penanganan komplikasi Obstetri (PK)

Adalah cakupan Ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu yang ditangani secara definitif sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan
kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Penanganan definitif adalah
penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus
komplikasi kebidanan.

Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam menyelenggarakan


pelayanan kesehatan secara professional kepada ibu hamil bersalin dan nifas dengan
komplikasi.

Rumus yang dipergunakan :

Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapatkan penanganan definitif di suatu


wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
20% x jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
9. Cakupan Penanganan komplikasi neonatus

Adalah cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani secara definitif oleh tenaga
kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu. Penanganan definitif adalah pemberian tindakan akhir pada setiap
kasus komplikasi neonatus yang pelaporannya dihitung 1 kali pada masa neonatal. Kasus
komplikasi yang ditangani adalah seluruh kasus yang ditangani tanpa melihat hasilnya hidup
atau mati.

Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan kesehatan dalam menangani kasus
– kasus kegawatdaruratan neonatal, yang kemudian ditindaklanjuti sesuai dengan
kewenangannya, atau dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.

Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut :

Jumlah neonatus dengan komplikasi yang mendapat penanganan definitif di suatu


wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
15 % x jumlah sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

10. Cakupan pelayanan kesehatan bayi 29 hari – 12 bulan (Kunjungan bayi)

Adalah cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4 kali yaitu 1 kali pada
umur 29 hari – 2 bulan, 1 kali pada umur 3 – 5 bulan, dan satu kali pada umur 6 – 8 bulan dan
1 kali pada umur 9 – 11 bulan sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.

Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas, continuum of care dan kualitas pelayanan
kesehatan bayi.

Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut :

Jumlah bayi yang telah memperoleh 4 kali pelayanan kesehatan sesuai standar
di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

11. Cakupan pelayanan anak balita (12 – 59 bulan).

Adalah cakupan anak balita (12 – 59 bulan) yang memperoleh pelayanan sesuai standar,
meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8x setahun, pemantauan perkembangan minimal
2 x setahun, pemberian vitamin A 2 x setahun

Rumus yang digunakan adalah :

Jumlah anak balita yg memperoleh pelayanan sesuai standar disuatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu
Jumlah seluruh anak balita disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun
12. Cakupan Pelayanan kesehatan anak balita sakit yang dilayani dengan MTBS

Adalah cakupan anak balita (umur 12 – 59 bulan) yang berobat ke Puskesmas dan
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar (MTBS) di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.

Rumus yang digunakan adalah :

Jumlah anak balita sakit yg memperoleh pelayanan sesuai tatalaksana MTBS di


Puskesmas di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah seluruh anak balita sakit yang berkunjung ke Puskesmas disuatu wilayah
kerja dalam 1 tahun

Jumlah anak balita sakit diperoleh dari kunjungan balita sakit yang datang ke puskesmas
(register rawat jalan di Puskesmas). Jumlah anak balita sakit yang mendapat pelayanan
standar diperoleh dari format pencatatan dan pelaporan MTBS

13. Cakupan Peserta KB aktif (Contraceptive Prevalence Rate)

Adalah cakupan dari peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif menggunakan alat dan
obat kontrasepsi (alokon) dibandingkan dengan jumlah pasangan usia subur di suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu.

Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru dan lama yang masih aktif memakai
alokon terus-menerus hingga saat ini untuk menunda, menjarangkan kehamilan atau yang
mengakhiri kesuburan.

Rumus yang dipergunakan:

Jumlah peserta KB aktif di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah seluruh PUS di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
http://www.sumbarsehat.com/2011/09/indikator-kia.html
PWS-KIA

PWS-KIA
Pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak (PSW-KIA) adalah alat
manajemen program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA disuatu wilayah kerja
secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak-lanjut yang cepat dan tepat terhadap
wilayah kerja yang cakupan pelayanan KIA-nya masih rendah.
Penyajian PWA-KIA juga dapat dipakai sebagai alat motivasi dan komunikasi kepada
sektor terkait, khususnya aparat setempat yang berperan dalam pendapatan dan penggerakan
sasaran agar mendapat pelayanan KIA. Maupun dalam membantu memecahkan masalah non-
teknis rujukan kasus risiko tinggi.
Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,
ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan
komplikasi, bayi, dan balita. Kegiatan PWS KIA terdiri dari pengumpulan, pengolahan,
analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan
pihak/instansi terkait dan tindak lanjut.
Definisi dan kegiatan PWS tersebut sama dengan definisi Surveilens. Menurut WHO,
Surveilens adalah suatu kegiatan sistematis berkesinambungan, mulai dari kegiatan
mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data yang untuk selanjutnya dijadikan
landasan yang esensial dalam membuat rencana, implementasi dan evaluasi suatu kebijakan
kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, pelaksanaan surveilens dalam kesehatan ibu dan anak
adalah dengan melaksanakan PWS KIA.
Tujuan umum PWA-KIA
Meningkatnya pemantauan cakupan dan pelayanan untuk setiap wilayah kerja secara
terus menerus dalm rangka meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan.
Tujuan khusus PWS-KIA
1. Memantau cakupan pelayanan KIA yang dipilih sebgai indikator, secara teratur (bulanan)
dan terus-menerus untuk tiap wilayah.
2. Menilai kesenjangan antara target yang ditetapkan dan pencapaian sebenarnya untuk tiap
wilayahnya.
3. Menentukan urutan wilayah peroritas yang akan ditangani secara intensif berdasarkan
besarnya kesenjangan antara target dan pencapaian.
4. Merencanakan tindak-lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia dan yang dapat
digali.
5. Membangkitkan peran aparat setempat dalam perggerakan sasaran dan mobilisasi sumber
daya.

6. Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar pelayanan KIA.


7. Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator KIA terhadap target yang
ditetapkan.
8. Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas yang akan ditangani secara
intensif berdasarkan besarnya kesenjangan.
9. Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan
KIA.

A. Pelayanan Antenatal
Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai
dengan standar pelayanan antenatal seperti yang ditetapkan dalam buku pedoman pelayanan
antenatal bagi petugas puskesmas. Walaupun pelayanan antenatal selengkapnya
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
untuk selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal
yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai
standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan
laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang
ditemukan dalam pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri atas:
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.

2. Ukur tekanan darah.


3. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas).
4. Ukur tinggi fundus uteri.
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila
diperlukan.
7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
8. Test laboratorium (rutin dan khusus).
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut lengkap apabila
dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan pula bahwa
frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan
waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut :
- Minimal 1 kali pada triwulan pertama.
- Minimal 1 kali pada triwulan kedua.
- Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan
kepada ibu hamil, berupa detek dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi.
Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada Ibu
hamil adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat.

B. Pertolongan persalinan
Dalam program KIA dikenal beberapa jenis tenaga yang memberikan pertolongan
persalinan kepada masyarakat. Jenis tenaga tersebut adalah : dokter spesialis kebidanan,
dokter umum, bidan, perawatan bidan.
Selain itu masih ada penolong persalinan yang berasal dari anggota kelurga dalam
masyarakat terpencil, seperti yang banyak ditemukan propinsi papua. Namun, penolong
persalinan seperti ini umumnya tidak tercatat dan sulit untuk diindetifikasi.
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Pencegahan infeksi
2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
3. Manajemen aktif kala III
4. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
5. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
6. Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.
Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan pertolongan persalinan
adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter dan bidan.
C. Deteksi dini ibu hamil berisiko
Untuk menurunkan anngka kematian ibu secara bermakna, kegiatan deteksi dini dan
penanganan ibu hamil berisiko/ komplikasi kebidanan perlu lebih ditingkatkan baik di
fasilitas pelayanan KIA maupun di masyarakat. Dalam rangka itulah deteksi ibu hamil
berisiko/ komplikasi kebidanan perlu di fokuskan pada keadaan yang menyebabkan kematian
ibu bersalin dirumah dengan pertolongan oleh dukun bayi.
Faktor risiko pada ibu hamil diantaranya adalah :

1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.


2. Anak lebih dari 4
3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun.
4. Tinggi badan kurang dari 145 cm
5. Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm
6. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat
kongenital.
7. Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau penggul.
8. Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberkulosis, kelainan jantung-
ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (Diabetes Mellitus, Sistemik Lupus
Eritematosus, dll), tumor dan keganasan
9. Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik terganggu, mola
hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat kongenital.
10. . Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio sesarea,
ekstraksivakum/ forseps.
11. 11. Riwayat nifas dengan komplikasi : perdarahan paska persalinan, Infeksi masa
nifas, psikosis post partum (post partum blues).
12. 12. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat
kongenital.
13. 13. Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, monster.
14. 14. Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, Janin besar.
15. 15. Kelainan letak dan posisi janin: lintang/oblique, sungsang pada usia kehamilan
lebih dari 32 minggu.

Semakin banyak ditemukan faktor pada seorang ibu hamil, maka semakin tinggi
risiko kehamilannya. Risiko tinggi/ komplikasi kebidanan pada kehamilan merupakan
keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan
kematian ibu maupun bayi. Risiko tinggi/ komplikasi kebidanan pada kehamilan meliputi:

1. Hb kurang dari 8 gr %
2. Tekanan darah tinggi (sistol > 140 mmHg. Diastole > 90 mmHg)
3. Oedema yang nyata
4. Eklampsia
5. Perdarahan per vaginam
6. Ketuban pecah dini
7. Letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu
8. Letak sungsang pada primigravida
9. Infeksi berat/ sepsis
10. Persalinan prematur
11. Kehamilan ganda
12. Janin yang besar
13. Penyakit kronis pada ibu : jantung, paru, ginjal dll
14. Riwayat obstetri buruk, riwayat bedah sesar dan komplikasi kehamilan.

D. Penanganan Komplikasi Kebidanan


Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan komplikasi
kebidanan untuk mendapat penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan
kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Diperkirakan sekitar 15-20 % ibu hamil
akan mengalami komplikasi kebidanan. Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak
selalu dapat diduga sebelumnya, oleh karenanya semua persalinan harus ditolong oleh tenaga
kesehatan agar komplikasi kebidanan dapat segera dideteksi dan ditangani.
Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas penanganan komplikasi kebidanan maka
diperlukan adanya fasilititas pelayanan kesehatan yang mampu memberikan pelayanan
obstetri dan neonatal emergensi secara berjenjang mulai dari bidan, puskesmas mampu
PONED sampai rumah sakit PONEK 24 jam.
Pelayanan medis yang dapat dilakukan di Puskesmas mampu PONED meliputi :

1. Pelayanan obstetri :

1. Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas.


2. Pencegahan dan penanganan Hipertensi dalam Kehamilan (pre-eklampsi dan
eklampsi)
3. Pencegahan dan penanganan infeksi.
4. Penanganan partus lama/macet.
5. Penanganan abortus.
6. Stabilisasi komplikasi obstetrik untuk dirujuk dan transportasi rujukan.

1. Pelayanan neonatus :

1. Penanganan asfiksia bayi baru lahir.


2. Penanganan bayi berat lahir rendah (BBLR).

 Hipotermi
 Hipoglikemia
 Ikterus
 Masalah pemberian minum

1. Penanganan gangguan nafas.


2. Penanganan kejang.
3. Penanganan infeksi neonatus.
4. Rujukan dan transportasi bayi baru lahir.
5. Persiapan umum sebelum tindakan kegawatdaruratan neonatus

BAB III
Batasan Dan Indikator Pemantauan
A.batasan
1.Pelayanan antenatal
Adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa
kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan.
Standar operasional yang ditetapkan untuk pelayanan minimal antenatal adalah “5T”
2.penjaringan (deteksi) dini kehamilan berisiko
Kegiatan ini bertujuan menemukan ibu hamil berisiko / komplikasi, yang dapat
dilakukan oleh kader, dukun bayi dan tenaga kesehatan.
3.kunjungan ibu hamil
Ynag dimaksud kunjungan ibu hamil disini adalah kontak ibu hamil dengan tenagan
kesehatanuntuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan. Istilah yang
digunakan “kunjungan “ ynag mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung kefasilitas
(di posyandu, pondok bersalin desa, kunjungan rumah).
4.kunjungan baru ibu hamil(K1)
Adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan
5.K4
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat (atau lebih). Untuk
mendapatkan pelayanna antenatalsesuai standar yang ditetapkan dengan
- Minimal satu kali kontak pada triwulan I
- Minimal satu kali kontak pada triwulan II
- Minimal satu kali kontak pada triwulan III
6.kujungan neonatal (KN)
Adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal 2 kali untuk mendapatkan
pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal,baik didalam maupun diluar gedung
puskesmas.
HARI 1 S/d HARI 7 HARI 8 S/d HARI 28 KETERANGAN
X X Sebagai kunjungan
neonatal
- Xx Bukan kunjungan neonatal
Xx - Bukan kunjungan neonatal
xx Xx Sebagai kunjungan
neonatal

7.kunjungan ibu nifas (KF)


Adalah kontak ibu nifas dengan kesehatan minimal 3 (tiga) kali untuk mendapatkan
pelayanan dan pemeriksaan kesehatan ibu nifas, baik didalam maupun di luar gedung
puskesmas.

a. Kunjungan pertama kali pada hari pertama sampai pada hari ke tujuh (sejak 6
jam setelah lahir 7 hari)
b. Kunjungan kedua kali pada hari ke delapan sampai dengan hari kedua puluh
delapan (8-298)
c. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan bukan merupakan kunjungan
neontatal.

8.Sasaran ibu hamil


Sasaran ibu hamil adalah jumlah semua ibu hamil di suatu wilayah dalam kurun
waktu satu tahun.
9.Ibu hamil berisiko
Adalah ibu hamil yang mempunyai faktor risiko tinggi
Contoh K4 I II III KETERANGAN
1 0-12 12-18 28-40
2 V V V →
3 VV VV VV →
4 VVVV VVVV VVVV →
5 VVVV X k4

B. INDIKATOR PEMANTAUAN
Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS KIA meliputi indikator
yang
dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program KIA, seperti yang
diuraikan dalam BAB II.
Sasaran yang digunakan dalam PWS KIA berdasarkan kurun waktu 1 tahun dengan
prinsip konsep wilayah (misalnya: Untuk provinsi memakai sasaran provinsi, untuk
kabupaten memakai sasaran kabupaten).
I. indikator pemantauan teknis
1. Akses pelayanan antenatal (cakupan K1)
Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh
tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta
kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat.
Jumlah kunjungan baru (K1) ibu hamil
X 100
jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun
Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui Proyeksi, dihitung
berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil dengan menggunakan rumus :
1,10 X angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk
Angka kelahiran kasar (CBR) yang digunakan adalah angka terakhir CBR kabupaten/kota
yang diperoleh dari kantor perwakilan Badan Pusat Statistik (BPS) di kabupaten/kota. Bila
angka CBR kabupaten/kota tidak ada maka dapat digunakan angka terakhir CBR propinsi.
CBR propinsi dapat diperoleh juga dari buku Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan
Kesehatan 2007 – 2011 (Pusat Data Kesehatan Depkes RI, tahun 2007).
Contoh : untuk menghitung perkiraan jumlah ibu hamil di desa/kelurahan X di kabupaten Y
yang mempunyai penduduk sebanyak 2 .000 jiwa dan angka CBR terakhir kabupaten Y
27,0/1.000 penduduk, maka :
Jumlah ibu hamil = 1,10 X 0,027 x 2.000 = 59,4.
Jadi sasaran ibu hamil di desa/kelurahan X adalah 59 orang.
2.Cakupan pelayanan ibu hamil (cakupan K4)
Adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan
standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1 kali
pada trimester ke-2 dan 2 kali pada trimester ke-3 disuatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap
(memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan
tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, di samping menggambarkan kemampuan
manajemen ataupun kelangsungan program KIA.
Rumus yang dipergunakan adalah :
Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali sesuai standar
X 100
oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah dalam 1 tahun
3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn)
Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu
tertentu.
Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga
kesehatan dan ini menggambarkan kemampuan manajemen program KIA dalam pertolongan
persalinan sesuai standar.
Rumus yang digunakan sebagai berikut :
Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten disuatu wilayah
X 100
kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah sasaran ibu bersalin disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun
Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun dihitung dengan menggunakan rumus :
1,05 X angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk
Contoh : untuk menghitung perkiraan jumlah ibu bersalin di desa/kelurahan X di kabupaten
Y yang mempunyai penduduk sebanyak 2.000 penduduk dan angka CBR terakhir kabupaten
Y 27,0/1.000 penduduk maka :
Jumlah ibu bersalin = 1,05 X 0,027 x 2.000 = 56,7.
4. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KF3)
Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca bersalin
sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam – 3 hari, 8 – 14 hari dan 36
– 42 hari setelah bersalin di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan nifas secara lengkap (memenuhi
standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan jangkauan
dan kualitas pelayanan kesehatan ibu nifas, di samping menggambarkan kemampuan
manajemen ataupun kelangsungan program KIA.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Jumlah ibu nifas yang telah memperoleh 3 kali pelayanan nifas sesuai standar oleh
X 100
tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah sasaran ibu nifas di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
Jumlah sasaran ibu nifas sama dengan jumlah sasaran ibu bersalin.
5. Cakupan pelayanan neonatus pertama (KN 1)
Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6 – 48 jam
setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui akses/jangkauan pelayanan kesehatan neonatal.
Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6 – 48 jam
X 100
setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
Jumlah sasaran bayi bisa didapatkan dari perhitungan berdasarkan jumlah perkiraan (angka
proyeksi) bayi dalam satu wilayah tertentu dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Jumlah sasaran bayi = Crude Birth Rate x jumlah penduduk
Contoh : untuk menghitung jumlah perkiraan bayi di suatu desa Z di Kota Y Propinsi X yang
mempunyai penduduk sebanyak 1.500 jiwa dan angka CBR terakhir Kota Y 24,8/1.000
penduduk, maka :
Jumlah bayi = 0,0248 x 1500 = 37,2.
Jadi sasaran bayi di desa Z adalah 37 bayi.
6. Cakupan pelayanan neonatus Lengkap (KN Lengkap).
Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar sedikitnya tiga kali
yaitu 1 kali pada 6 – 48 jam, 1 kali pada hari ke 3 – hari ke 7 dan 1 kali pada hari ke 8 – hari
ke 28 setelah lahir disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas dan kualitas pelayanan kesehatan neonatal.
Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
Jumlah neonatus yang telah memperoleh 3 kali pelayanan kunjungan neonatal
X 100
sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
7. Deteksi faktor risiko dan komplikasi oleh Masyarakat
Adalah cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau komplikasi yang ditemukan oleh kader
atau dukun bayi atau masyarakat serta dirujuk ke tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu. Masyarakat disini, bisa keluarga ataupun ibu hamil, bersalin, nifas
itu sendiri.
Indikator ini menggambarkan peran serta dan keterlibatan masyarakat dalam mendukung
upaya peningkatan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas.
Rumus yang dipergunakan :
Jumlah ibu hamil yang berisiko yang ditemukan kader atau dukun bayi atau masyarakat
X 100
di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
20% x jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah dalam 1 tahun
8. Cakupan Penanganan komplikasi Obstetri (PK)
Adalah cakupan Ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu yang ditangani secara definitif sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan
kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Penanganan definitif adalah
penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus
komplikasi kebidanan.
Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan secara professional kepada ibu hamil bersalin dan nifas dengan
komplikasi.
Rumus yang dipergunakan :
Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapatkan penanganan definitif di suatu
X 100
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
20% x jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
9. Neonatus dengan komplikasi yang ditangani
Adalah cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani secara definitif oleh
tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu. Penanganan definitif adalah pemberian tindakan akhir pada setiap
kasus komplikasi neonatus yang pelaporannya dihitung 1 kali pada masa neonatal. Kasus
komplikasi yang ditangani adalah seluruh kasus yang ditangani tanpa melihat hasilnya hidup
atau mati.
Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan kesehatan dalam menangani
kasus – kasus kegawatdaruratan neonatal, yang kemudian ditindaklanjuti sesuai dengan
kewenangannya, atau dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
Jumlah neonatus dengan komplikasi yang mendapat penanganan definitif di suatu
X 100
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
15 % x jumlah sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
http://fridayanimartsitumorang.blogspot.com/2013/04/pws-kia.html
Indicator name Maternal mortality ratio (per 100 000 live births)

Name abbreviated Maternal mortality ratio

Data Type
Ratio
Representation

Similar indicators Select similar indicators

Topic Mortality

Complications during pregnancy and childbirth are a leading cause of


death and disability among women of reproductive age in developing
countries. The maternal mortality ratio represents the risk associated
with each pregnancy, i.e. the obstetric risk. It is also a Millennium
Development Goal Indicator for monitoring Goal 5, improving
maternal health.
Rationale

The indicator monitors deaths related to pregnancy and childbirth. It


reflects the capacity of the health systems to provide effective health
care in preventing and addressing the complications occurring during
pregnancy and childbirth.

The maternal mortality ratio (MMR) is the annual number of female


deaths from any cause related to or aggravated by pregnancy or its
Definition management (excluding accidental or incidental causes) during
pregnancy and childbirth or within 42 days of termination of
pregnancy, irrespective of the duration and site of the pregnancy, per
100,000 live births, for a specified year.

Late maternal death

Associated terms Live birth

Maternal death

Preferred data Civil registration with complete coverage and medical certification of cause
sources of death

Household surveys
Other possible data
Population census
sources
Sample or sentinel registration systems
Special studies

The maternal mortality ratio can be calculated by dividing recorded (or


estimated) maternal deaths by total recorded (or estimated) live births
in the same period and multiplying by 100,000. Measurement requires
information on pregnancy status, timing of death (during pregnancy,
childbirth, or within 42 days of termination of pregnancy), and cause
of death.

Maternal mortality ratio = (Number of maternal deaths / Number of


live births) X 100,000

The maternal mortality ratio can be calculated directly from data


collected through vital registration systems, household surveys or other
sources. However, there are often data quality problems, particularly
related to the underreporting and misclassification of maternal deaths.
Therefore, data are often adjusted in order to take into account these
data quality issues. Adjustments for underreporting and
misclassification of deaths and model-based estimates should be made
Method of in the cases where data are not reliable.
measurement
Because maternal mortality is a relatively rare event, large sample sizes
are needed if household surveys are used. This is very costly and may
still result in estimates with large confidence intervals, limiting the
usefulness for cross-country or overtime comparisons.

To reduce sample size requirements, the sisterhood method used in the


DHS and MICS4 surveys measures maternal mortality by asking
respondents about the survival of sisters. It should be noted that the
sisterhood method results in pregnancy-related mortality: regardless of
cause of death, all deaths occurring during pregnancy, birth, or the six
weeks following the termination of the pregnancy are included in the
numerator of the maternal mortality ratio.

Reproductive Age Mortality Studies (RAMOS) is a special study that


uses varied sources, depending on the context, to identify all deaths of
women of reproductive age and ascertain which of these are maternal
or pregnancy-related.

WHO, UNICEF, UNFPA, UN Population DIvision and The World


Bank have developed a method to adjust existing data in order to take
into account these data quality issues and ensure the comparability of
different data sources. This method involves assessment of data for
Method of completeness and, where necessary, adjustment for underreporting and
estimation misclassification of deaths as well as development of estimates through
statistical modeling for countries with no reliable national level data.

Data on maternal mortality and other relevant variables are obtained


through databases maintained by WHO, UNPD, UNICEF, and WB.
Data available from countries varies in terms of the source and
methods. Given the variability of the sources of data, different methods
are used for each data source in order to arrive at country estimates that
are comparable and permit regional and global aggregation.

Currently, only about one third of all countries/territories have reliable data available, and do
not need additional estimations. For about half of the countries included in the estimation
process, country-reported estimates of maternal mortality are adjusted for the purposes of
comparability of the methodologies. For the remainder of countries/territories—those with no
appropriate maternal mortality data --a statistical model is employed to predict maternal
mortality levels. However, the calculated point estimates with this methodology might not
represent the true levels of maternal mortality. It is advised to consider the estimates together
with the reported uncertainty margins where the true levels are regarded to lie.

Currently, only about one third of all countries/territories have reliable


data available, and do not need additional estimations. For about half
the countries included in the estimation process, country-reported
estimates of maternal mortality are adjusted for the purposes of
comparability of the methodologies. For the remainder of
countries/territories—those with no appropriate maternal mortality data
--a statistical model is employed to predict maternal mortality levels.
However, the calculated point estimates with this methodology might
not represent the true levels of maternal mortality. It is advised to
consider the estimates together with the reported uncertainty margins
where the true levels are regarded to lie.

Predominant type of statistics: predicted

M&E Framework Impact

Method of
Regional and global aggregates are based on weighted averages using
estimation of global the total number of live births as the weight. Aggregates are presented
and regional only if available data cover at least 50% of total live births in the
aggregates regional or global grouping.

Unit of Measure Deaths per 100 000 live births

Expected frequency
Every 3-5 years
of data dissemination

Maternal mortality is difficult to measure. Vital registration and health


information systems in most developing countries are weak, and thus,
Limitations cannot provide an accurate assessment of maternal mortality. Even
estimates derived from complete vital registration systems, such as
those in developed countries; suffer from misclassification and
underreporting of maternal deaths.

The ability to generate country, regional, and global estimates with


Comments higher precision and accuracy would be greatly facilitated if country
civil registration systems were further improved. This improvement
would reduce the need to conduct special maternal mortality studies
(which are time-consuming, expensive, and of limited use in
monitoring trends).

The maternal mortality ratio should not be confused with the maternal
mortality rate (whose denominator is the number of women of
reproductive age), which reflects not only the risk of maternal death
per pregnancy or birth but also the level of fertility in the population.
The maternal mortality ratio (whose denominator is the number of live
births) indicates the risk once a woman becomes pregnant, thus does
not take fertility levels in a population into consideration.
HD

Indicator name Number of neonatal deaths (thousands)

Name abbreviated Neonatal deaths

Data Type
Count
Representation

Similar indicators Select similar indicators

Topic Mortality

Mortality during the neonatal period accounts for a large proportion of


child deaths, and is considered to be a useful indicator of maternal and
Rationale newborn neonatal health and care. Generally, the proportion of
neonatal deaths among child deaths under the age of five is expected
to increase as countries continue to witness a decline in child
mortality.

Number of deaths during the first 28 completed days of life in a given year
or other period.

Definition
Neonatal deaths (deaths among live births during the first 28 completed
days of life) may be subdivided into early neonatal deaths, occurring during
the first 7 days of life, and late neonatal deaths, occurring after the 7th day
but before the 28th completed day of life.

Associated terms Neonatal period

Preferred data
Civil registration with complete coverage
sources

Other possible data


Household surveys
sources

Data from civil registration: The count of the number of neonatal


deaths. This system provides annual data.

Method of
measurement
Data from household surveys: Calculations are based on full birth history,
whereby women are asked for the date of birth of each of their children,
whether the child is still alive, and if not the age at death.
These numbers of neonatal deaths are estimates, derived from the estimated UN IGME
neonatal mortality rate multiplied by the live births. The live births were calculated by taking
the infant population from the World Population Prospects: the 2012 revision (15) and
adding back the deaths in the neonatal and post-neonatal periods while accounting for the
Method of estimation fraction of period lived before the death. These neonatal deaths have been estimated by
applying methods to all Member States to the available data from Member States, that aim
to ensure comparability of across countries and time; hence they are not necessarily the
same as the official national data.

Method of estimation
of global and regional Sum by region
aggregates

Unit Multiplier 3

Expected frequency
Annual
of data dissemination

Expected frequency
Annual
of data collection

The reliability of estimates of neonatal mortality depends on the


Limitations accuracy and completeness of reporting and recording of births and
deaths. Underreporting and misclassification are common, especially
for deaths occurring early in life.

World Population Prospects. United Nations, Department of Economic and


Social Affairs, Population Division

WHO Mortality database


Links
Estimation methods for child mortality

UNICEF, WHO, World Bank, UN DESA/Population Division. Child Mortality


Estimates Info database
Indicator name Number of infant deaths (thousands)

Name abbreviated Infant deaths

Data Type
Count
Representation

Similar indicators Select similar indicators

Topic Mortality

Rationale Number of infant deaths measures the magnitude of child mortality.

Definition Number of infant deaths is the count of deaths occurring to an infant,


before reaching the age of one.

Preferred data sources Civil registration with complete coverage

Other possible data Household surveys


sources Population census

These numbers of infant deaths are estimates, derived from the


estimated UN IGME infant mortality rate and the population from
World Population Prospects published by the United Nations
Department of Economic and Social Affairs; hence they are not
necessarily the same as the official national statistics.

More precisely, let's take 1q0= probability of dying between 0 to 1,


estimated by infant mortality rate estimated by the UN IGME .

Method of estimation
Then, the central death rate M0 and M1 is computed as follows:

M0 = 1q0/[1-(1-a)* 1q0]

where a is the fraction of year lived by an infant

= 0.1 for low mortality country and a= 0.3 for high mortality country

Finally, to obtain the number of deaths, country population estimates of 0


and 1-4 from the latest WPP are applied to the death rates.
M&E Framework Impact

Method of estimation
Global and regional estimates are derived from numbers of estimated
of global and regional deaths and population for age groups 0 year, aggregated by relevant
aggregates region.

Unit of Measure N/A

Unit Multiplier 3

Expected frequency of
Annual
data dissemination

Expected frequency of
Annual
data collection

UNICEF, WHO, World Bank, UN DESA/Population Division. Child Mortality


Estimates Info database

Demographic and Health Surveys (DHS)


Links
WHO Mortality database

World Population Prospects. United Nations, Department of Economic and


Social Affairs, Population Division
Infant mortality rate (probability of dying between birth and age 1 per 1000
Indicator name
live births)

Name abbreviated Infant mortality rate (IMR)

Data Type
Rate
Representation

ID Profile Name

Similar indicators 3138 WPRO Infant mortality rate (per 1000 live births)

3342 Equity2 Infant mortality rate

Topic Mortality

Infant mortality represents an important component of under-five


mortality. Like under-five mortality, infant mortality rates measure child
survival. They also reflect the social, economic and environmental
Rationale conditions in which children (and others in society) live, including their
health care. Since data on the incidence and prevalence of diseases
(morbidity data) frequently are unavailable, mortality rates are often used
to identify vulnerable populations. Infant mortality rate is an MDG
indicator.

Infant mortality rate is the probability of a child born in a specific year or


period dying before reaching the age of one, if subject to age-specific
mortality rates of that period.
Definition
Infant mortality rate is strictly speaking not a rate (i.e. the number of
deaths divided by the number of population at risk during a certain period
of time) but a probability of death derived from a life table and expressed
as rate per 1000 live births.

Associated terms Live birth

Preferred data
Civil registration with complete coverage
sources

Most frequently used methods using the above-mentioned data sources


are as follows:
• Civil registration: Number of deaths at age 0 and population for the
Method of same age are used to calculate death rate which are then converted into
measurement age-specific probability of dying.
• Census and surveys: An indirect method is used based on questions to
each woman of reproductive age as to how many children she has ever
born and how many are still alive. The Brass method and model life
tables are then used to obtain an estimate of infant mortality.
• Surveys: A direct method is used based on birth history - a series of
detailed questions on each child a woman has given birth to during her
lifetime. To reduce sampling errors, the estimates are generally presented
as period rates, for five or 10 years preceding the survey.

The Inter-agency Group for Child Mortality of Estimation (UN IGME) which includes
representatives from UNICEF, WHO, the World Bank and the United Nations Population
Division, produces trends of infant mortality rates with standardized methodology by group of
countries depending on the type and quality of source of data available.

For countries with adequate trend of data from civil registration, the calculations of under-
five and infant mortality rates are derived from a standard period abridged life table.

For countries with survey data, since infant mortality rates from birth histories of surveys are
Method of exposed to recall biases, infant mortality is derived from the projection of under-five mortality
estimation rates converted into infant mortality rates using the Bayesian B-splines bias-adjusted model.

These infant mortality rates have been estimated by applying methods to all Member States to
the available data from Member States, that aim to ensure comparability of across countries and
time; hence they are not necessarily the same as the official national data.

Predominant type of statistics: adjusted and predicted.

M&E Framework Impact

Method of
estimation of Global and regional estimates are derived from numbers of estimated
global and regional deaths and population for age groups 0 year, aggregated by relevant
aggregates region.

0-27 days
Disaggregation
28 days - <1 year

Unit of Measure Deaths per 1000 live births

Unit Multiplier 3

Expected
frequency of data Annual
dissemination
Expected
frequency of data Annual
collection

Civil registration systems are the preferred source of data on infant mortality.
However, many developing countries lack fully functioning registration systems
that accurately record all births and deaths. Thus, household surveys, such as
Demographic and Health Surveys (DHS) and Multiple Indicator Cluster Surveys
(MICS), have become the primary source of data on child mortality in
developing countries; but there are some limits to their quality.

Estimates obtained from household surveys have attached confidence intervals


that need to be considered when comparing values along time or across
countries. Similarly, these estimates are often affected by non-sampling errors.
Like census data, survey data on child mortality may omit births and deaths,
Limitations include stillbirths along with live births, and suffer from survivor selection bias
and age truncation. Direct estimates of child mortality based on survey data
may also suffer from mothers misreporting their children’s birth dates, current
age or age at death — perhaps more so if the child has died. The heaping of
deaths at age 12 months is especially common. Age heaping may transfer
deaths across the one-year boundary and lead to underestimates of infant
mortality rates. However, it has little effect on under-five mortality rates;
making the U5MR a more robust estimate than the infant mortality rate if the
information is drawn from household surveys

(http://mdgs.un.org/unsd/mdg/Metadata.aspx , accessed on August 30 2013)

UNICEF, WHO, World Bank, UN DESA/Population Division. Child Mortality


Estimates Info database

Demographic and Health Surveys (DHS)

Links World Population Prospects. United Nations, Department of Economic and


Social Affairs, Population Division

WHO Mortality database

Estimation methods for child mortality

Even though many countries have collected information on child


mortality in recent years, the high demand for very recent child mortality
Comments trend information is difficult to meet through household surveys. High
quality of civil registration systems (completeness of registration) and
high quality of survey or census data collection are crucial - WHO does
estimate the level of underestimation of civil registration systems and
there clearly is substantial variation in data quality and consistency across
countries.

Censuses and surveys can provide detailed


Indicator name Under-five mortality rate (probability of dying by age 5 per 1000 live births)

Name abbreviated Under-five mortality rate

Data Type
Rate
Representation

Similar indicators Select similar indicators

Topic Mortality

Under-five mortality rate measures child survival. It also reflects the


social, economic and environmental conditions in which children (and
Rationale others in society) live, including their health care. Because data on the
incidences and prevalence of diseases (morbidity data) frequently are
unavailable, mortality rates are often used to identify vulnerable
populations. Under-five mortality rate is an MDG indicator.

The probability of a child born in a specific year or period dying


before reaching the age of five, if subject to age-specific mortality
rates of that period.

Definition
Under-five mortality rate as defined here is strictly speaking not a rate (i.e.
the number of deaths divided by the number of population at risk during a
certain period of time) but a probability of death derived from a life table
and expressed as rate per 1000 live births.

Associated terms Live birth

Preferred data
Civil registration with complete coverage
sources

Other possible data Household surveys


sources
Population census

The Inter-agency Group for Child Mortality of Estimation which includes representatives
from UNICEF, WHO, the World Bank and the United Nations Population Division, produces
trends of under-five mortality with standardized methodology by group of countries
depending on the type and quality of source of data available.
Method of estimation For countries with adequate trend of data from civil registration, the calculations of under-
five and infant mortality rates are derived from a standard period abridged life table.

For countries with survey data, under-five mortality rates are estimated using the Bayesian
B-splines bias-adjusted model. See the Estimation methods link for details.

These under-five mortality rates have been estimated by applying methods to all Member
States to the available data from Member States, that aim to ensure comparability of across
countries and time; hence they are not necessarily the same as the official national data.

Predominant type of statistics: adjusted and predicted.

M&E Framework Impact

Method of estimation
Global and regional estimates are derived from numbers of estimated
of global and regional deaths and population for age groups 0 year and 1-4 year, aggregated
aggregates by relevant region.

Age
Disaggregation
Sex

Unit of Measure Deaths per 1000 live births

Expected frequency
Annual
of data dissemination

Expected frequency
Annual
of data collection

Demographic and Health Surveys (DHS)

UNICEF, WHO, World Bank, UN DESA/Population Division. Child Mortality


Estimates Info database

Links Estimation methods for child mortality

World Population Prospects. United Nations, Department of Economic and


Social Affairs, Population Division

WHO Mortality database

Anda mungkin juga menyukai