Anda di halaman 1dari 28

DEFINISI

OPERASIONAL
INDIKATOR PWS KIA

1
DEFINISI OPERASIONAL
INDIKATOR PWS KIA

A. INDIKATOR KESEHATAN IBU


1. K1
a. Pengertian
1) Ibu hamil K-1 adalah ibu hamil yang pertama kali mendapatkan
pelayanan antenatal sesuai standar oleh petugas kesehatan
2) Pelayanan antenatal sesuai standar adalah pelayanan yang mencakup
minimal 11 T yaitu : (1) Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan
(2) Ukur Lingkar Lengan Atas ( LiLA ) (3) Ukur Tekanan Darah (4) Ukur
Tinggi Fundus Uteri ( TFU ) (5) Hitung Denyut Jantung Janin ( DJJ ) (6)
Tentukan Presentasi Janin (7) Skrining Status Imunisasi TT ( dan
Pemberian Imunisasi TT ) (8) Beri Tablet Tambah Darah ( Tablet Besi )
dan Asam Folat (9) Periksa Laboratorium ( Rutin dan Khusus ) (10)
Tatalaksana / Penanganan Kasus (11) KIE Efektif .
3) Jumlah sasaran Ibu Hamil dihitung melalui estimasi dengan rumus :
1,10 x Crude Birth Rate x Jumlah Penduduk (pada tahun yang sama).
Angka CBR dan jumlah penduduk Kab/Kota didapat dari data BPS
masing – masing Kab/Kota/Provinsi pada kurun waktu tertentu.
Jumlah sasaran Ibu Hamil diambil dari sasaran proyeksi penduduk
yang didapatkan dari BPS melalui Dinas Kesehatan Kota Surabaya
pada indikator Jumlah Ibu Hamil .

4) Indikator ini di gunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan


antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan
masyarakat.

b. Definisi Operasional
Cakupan pelayanan antenatal ( K-1 ) adalah cakupan Ibu hamil yang
pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di
suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

c. Cara Perhitungan/ Rumus/ Formula


1) Rumus

Jml Ibu Hamil yg pertama kali mendapat


Cakupan pelayanan antenatal oleh tenaga
pelayanan kesehatan di satu wil. kerja pada kurun
=
antenatal( K1 ) waktu tertentu x 100%

Jumlah sasaran ibu hamil di satu wil.


kerja dalam kurun waktu yang sama

2
2) Pembilang
Jml Ibu Hamil yg pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh
tenaga kesehatan di satu wil. kerja pada kurun waktu tertentu
3) Penyebut
Jumlah sasaran ibu hamil di satu wil. kerja dalam kurun waktu yang
sama
4) Ukuran/ Konstanta
%
5) Contoh Perhitungan
Jumlah Sasaran Ibu Hamil satu tahun di wilayah kelurahan “x” = 4200
bumil. Hasil pelayanan antenatal (K1) bulan Januari – Nopember pada
tahun yang sama = 3600 bumil, Maka :

Persentase Cakupan pelayanan antenatal( K1 ) adalah =

Jml Ibu Hamil yg pertama kali mendapat x 100%


pelayanan antenatal oleh tenaga
Cakupan kesehatan di satu wil. kerja pada kurun
pelayanan = waktu tertentu
antenatal( K1 ) Jumlah sasaran ibu hamil di satu wil.
kerja dalam kurun waktu yang sama

= 3600 x 100%
4200

= 85.71 %

d. Sumber Data
Data K1 didapatkan dari Kohort Ibu pada kolom 26 – 37 dengan kode
pelayanan yaitu

2. K4 ( INDIKATOR SPM )
a. Pengertian
1) Ibu hamil K-4 adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal
sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian
pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada triwulan
pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga
umur kehamilan
2) Pelayanan antenatal sesuai standar adalah pelayanan yang mencakup
minimal 11 T yaitu : (1) Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan
(2) Ukur Lingkar Lengan Atas ( LiLA ) (3) Ukur Tekanan Darah (4) Ukur
Tinggi Fundus Uteri ( TFU ) (5) Hitung Denyut Jantung Janin ( DJJ ) (6)
Tentukan Presentasi Janin (7) Skrining Status Imunisasi TT ( dan
Pemberian Imunisasi TT ) (8) Beri Tablet Tambah Darah ( Tablet Besi )
dan Asam Folat (9) Periksa Laboratorium ( Rutin dan Khusus ) (10)
Tatalaksana / Penanganan Kasus (11) KIE Efektif .

3
3) Jumlah sasaran Ibu Hamil dihitung melalui estimasi dengan rumus :
1,10 x Crude Birth Rate x Jumlah Penduduk (pada tahun yang sama).
Angka CBR dan jumlah penduduk Kab/Kota didapat dari data BPS
masing – masing Kab/Kota/Provinsi pada kurun waktu tertentu.
Jumlah sasaran Ibu Hamil diambil dari sasaran proyeksi penduduk yang
didapatkan dari BPS melalui Dinas Kesehatan Kota Surabaya pada
indikator Jumlah Ibu Hamil .

4) Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam


melindungi ibu hamil sehingga kesehatan janin terjamin melalui
penyediaan pelayanan antenatal.

b. Definisi Operasional
Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 adalah cakupan Ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4
kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

c. Cara Perhitungan/ Rumus/ Formula


1) Rumus

Jml Ibu Hamil yg memperoleh pelayanan


Cakupan
antenatal K4 di satu wil. kerja pada kurun
kunjungan = waktu tertentu
ibu hamil K4 x 100%
Jumlah sasaran ibu hamil di satu wil.
kerja dalam kurun waktu yang sama

2) Pembilang
Jml Ibu Hamil yg memperoleh pelayanan antenatal K4 di satu wil. kerja
pada kurun waktu tertentu
3) Penyebut
Jumlah sasaran ibu hamil di satu wil. kerja dalam kurun waktu yang
sama
4) Ukuran/ Konstanta
%
5) Contoh Perhitungan
Jumlah Sasaran Ibu Hamil satu tahun di wilayah kelurahan “x” = 4200
bumil. Hasil Pelayanan K4 bulan Januari – Nopember pada tahun yang
sama = 2900 bumil, Maka :

4
Persentase Cakupan K4 adalah =

Jml Ibu Hamil yg memperoleh pelayanan x 100%


Cakupan antenatal K4 di satu wil. kerja pada kurun
kunjungan waktu tertentu
ibu hamil K4 = Jumlah sasaran ibu hamil di satu wil.
kerja dalam kurun waktu yang sama

= 2900 x 100%
4200

= 69.05 %

d. Sumber Data
Data K4 didapatkan dari Kohort Ibu pada kolom 26 – 49 dengan kode
pelayanan yaitu

3. DETEKSI RISIKO TINGGI OLEH MASYARAKAT


a. Pengertian
1) Deteksi Risiko Tinggi ibu hamil yaitu deteksi risiko tinggi ibu hamil
dengan menggunakan Kartu Skor Pudji Rohyati ( KSPR ).

2) Ibu Hamil Risiko Tinggi yaitu Ibu Hamil dengan skor KSPR 6 – 10
3) Ibu Hamil Risiko Sangat Tinggi yaitu Ibu Hamil dengan skor KSPR ≥ 12
4) Jumlah sasaran Ibu Hamil dihitung melalui estimasi dengan rumus :
1,10 x Crude Birth Rate x Jumlah Penduduk (pada tahun yang sama).
Angka CBR dan jumlah penduduk Kab/Kota didapat dari data BPS
masing – masing Kab/Kota/Provinsi pada kurun waktu tertentu.
Jumlah sasaran Ibu Hamil diambil dari sasaran proyeksi penduduk yang
didapatkan dari BPS melalui Dinas Kesehatan Kota Surabaya pada
indikator Jumlah Ibu Hamil .

5) Indikator ini menggambarkan peran serta dan keterlibatan masyarakat


dalam mendukung upaya peningkatan kesehatan ibu hamil, bersalin
dan nifas.

b. Definisi Operasional
Cakupan Deteksi Risiko Tinggi oleh Masyarakat adalah Ibu Hamil Risiko
Tinggi baru dengan skor KSPR ≥ 6 ditemukan masyarakat dan dirujuk ke
tenaga kesehatan dan dinyatakan bahwa ibu hamil tersebut risiko tinggi
sesuai hasil KSPR dan hanya dilaporkan satu kali selama periode hamil.

5
c. Cara Perhitungan/ Rumus/ Formula
1) Rumus

Jumlah Ibu Hamil yang termasuk risiko


tinggi sesuai hasil KSPR yang ditemukan
Cakupan
masyarakat di satu wilayah kerja pada
Deteksi Risiko =
kurun waktu tertentu x 100%
Tinggi oleh
Masyarakat
Jumlah sasaran ibu hamil di satu wil.
kerja dalam kurun waktu yang sama

2) Pembilang
Jumlah Ibu Hamil yang termasuk risiko tinggi sesuai hasil KSPR yang
ditemukan masyarakat di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
3) Penyebut
Jumlah sasaran ibu hamil di satu wil. kerja dalam kurun waktu yang
sama
4) Ukuran/ Konstanta
%
5) Contoh Perhitungan
Jumlah Sasaran Ibu Hamil satu tahun di wilayah kelurahan “x” = 4200
bumil. Hasil Pelayanan Deteksi Risiko Tinggi oleh Masyarakat bulan
Januari – Nopember pada tahun yang sama = 1400 bumil, Maka :

Persentase Cakupan Deteksi Risiko Tinggi oleh Masyarakat adalah =

Jumlah Ibu Hamil yang termasuk risiko x 100%


Cakupan tinggi sesuai hasil KSPR yang
Deteksi Risiko ditemukan masyarakat di satu wilayah
Tinggi oleh = kerja pada kurun waktu tertentu
Masyarakat
Jumlah sasaran ibu hamil di satu wil.
kerja dalam kurun waktu yang sama

= 1400 x 100%
4200

= 33.33 %

d. Sumber Data
Data Cakupan Deteksi Risiko Tinggi oleh Masyarakat didapatkan dari Kohort
Ibu pada kolom 20 ( Pendeteksi Faktor Risiko oleh Masyarakat ) dengan hasil
skor KSPR ≥ 6 atau ada tanda lingkaran merah.

6
4. DETEKSI RISIKO TINGGI OLEH TENAGA KESEHATAN
a. Pengertian
1) Deteksi Risiko Tinggi ibu hamil yaitu deteksi risiko tinggi ibu hamil
dengan menggunakan Kartu Skor Pudji Rohyati ( KSPR ).

2) Ibu Hamil Risiko Tinggi yaitu Ibu Hamil dengan skor KSPR 6 – 10
3) Ibu Hamil Risiko Sangat Tinggi yaitu Ibu Hamil dengan skor KSPR ≥ 12
4) Jumlah sasaran Ibu Hamil dihitung melalui estimasi dengan rumus :
1,10 x Crude Birth Rate x Jumlah Penduduk (pada tahun yang sama).
Angka CBR dan jumlah penduduk Kab/Kota didapat dari data BPS
masing – masing Kab/Kota/Provinsi pada kurun waktu tertentu.
Jumlah sasaran Ibu Hamil diambil dari sasaran proyeksi penduduk yang
didapatkan dari BPS melalui Dinas Kesehatan Kota Surabaya pada
indikator Jumlah Ibu Hamil .

5) Indikator ini dapat di perkirakan besarnya masalah yang di hadapi oleh


program KIA dan harus di tindaklanjuti dengan intervensi (survailans)

b. Definisi Operasional
Cakupan Deteksi Risiko Tinggi oleh Tenaga Kesehatan adalah Ibu Hamil
Risiko Tinggi baru dengan skor KSPR ≥ 6 ditemukan oleh nakes atau
melalui rujukan dari masyarakat hanya dilaporkan satu kali selama
periode hamil.

c. Cara Perhitungan/ Rumus/ Formula


1) Rumus

Ibu Hamil Risiko Tinggi baru dengan skor


Cakupan KSPR ≥ 6 ditemukan oleh nakes atau
Deteksi Risiko melalui rujukan dari masyarakat di satu
=
Tinggi oleh wilayah kerja pada kurun waktu tertentu x 100%
Tenaga
Kesehatan Jumlah sasaran ibu hamil di satu wil.
kerja dalam kurun waktu yang sama

2) Pembilang
Ibu Hamil Risiko Tinggi baru dengan skor KSPR ≥ 6 ditemukan oleh
nakes atau melalui rujukan dari masyarakat di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu
3) Penyebut
Jumlah sasaran ibu hamil di satu wil. kerja dalam kurun waktu yang
sama

7
4) Ukuran/ Konstanta
%
5) Contoh Perhitungan
Jumlah Sasaran Ibu Hamil satu tahun di wilayah kelurahan “x” = 4200
bumil. Hasil Pelayanan Deteksi Risiko Tinggi oleh Tenaga Kesehatan
bulan Januari – Nopember pada tahun yang sama = 1800 bumil, Maka
:

Persentase Cakupan Deteksi Risiko Tinggi oleh Tenaga Kesehatan


adalah =

Ibu Hamil Risiko Tinggi baru dengan skor x 100%


Cakupan KSPR ≥ 6 ditemukan oleh nakes atau
Deteksi Risiko melalui rujukan dari masyarakat di satu
Tinggi oleh = wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Tenaga Jumlah sasaran ibu hamil di satu wil.
Kesehatan kerja dalam kurun waktu yang sama

= 1800 x 100%
4200

= 42.86 %

d. Sumber Data
Data Cakupan Deteksi Risiko Tinggi oleh Tenaga Kesehatan didapatkan dari
Kohort Ibu pada kolom 19 ( Pendeteksi Faktor Risiko oleh Tenaga Kesehatan
) dengan hasil skor KSPR ≥ 6 atau ada tanda lingkaran merah.

5. KOMPLIKASI KEBIDANAN YANG DITANGANI ( PK ) ( INDIKATOR SPM )


a. Pengertian
a) Komplikasi yang dimaksud adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi;
b) Komplikasi dalam kehamilan : a) Abortus, b) Hiperemesis Gravidarum,
c) perdarahan per vaginam, d) Hipertensi dalam kehamilan
(preeklampsia, eklampsia), e) kehamilan lewat waktu, f) ketuban pecah
dini.
a. Komplikasi dalam persalinan : a) Kelainan letak/presentasi janin, b)
Partus macet/ distosia, c) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia,
eklampsia), d) perdarahan pasca persalinan, e) Infeksi berat/ sepsis, f)
kontraksi dini/persalinan prematur, g) kehamilan ganda.
b. Komplikasi dalam Nifas : a) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia,
eklampsia), b) Infeksi nifas, c) perdarahan nifas.

c) Ibu hamil, ibu bersalin dan nifas dengan komplikasi yang ditangani
adalah ibu hamil, bersalin dan nifas dengan komplikasi yang
mendapatkan pelayanan sesuai standar pada tingkat pelayanan dasar

8
dan rujukan (Polindes, Puskesmas, Puskesmas PONED, Rumah
bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK);
d) PONED : Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar,
meliputi kemampuan untuk menangani dan merujuk : a) Hipertensi
dalam kehamilan (Preeklampsia, Eklampsia), b) Tindakan Pertolongan
Distosia Bahu dan Ekstraksi Vakum pada Pertolongan Persalinan, c)
Perdarahan post partum, d) Infeksi nifas, e) BBLR dan Hipotermi,
Hipoglikemia, Ikterus, Hiperbilirubinemia, masalah pemberian minum
pada bayi, f) Asfiksia pada bayi, g) Gangguan nafas pada bayi, h)
Kejang pada bayi baru lahir, i) Infeksi neonatal, j) Persiapan umum
sebelum tindakan kedaruratan Obstetri – Neonatal antara lain
Kewaspadaan Universal Standar.
e) Puskesmas PONED adalah Puskesmas Rawat Inap yang memiliki
kemampuan serta fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan
pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas dan bayi baru lahir
dengan komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/
masyarakat, bidan di desa, Puskesmas dan melakukan rujukan ke RS
PONEK pada kasus yang tidak mampu ditangani.
f) PONEK adalah Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi
Komprehensif di Rumah Sakit, meliputi kemampuan untuk melakukan
tindakan a) seksio sesaria, b) Histerektomi, c) Reparasi Ruptura Uteri,
Cedera Kandung/saluran Kemih, d) Perawatan Intensif Ibu dan
Neonatal, e) Transfusi Darah.
g) RS PONEK 24 Jam adalah RS yang memiliki kemampuan serta
fasilitas PONEK siap 24 jam untuk memberikan pelayanan terhadap
ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir dengan komplikasi baik
yang datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat, bidan di
desa, Puskesmas dan Puskesmas PONED.
h) Penanganan definitif adalah penanganan/pemberian tindakan terakhir
untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi
kebidanan.
i) Perhitungan jumlah Ibu dengan komplikasi kebidanan di satu wilayah
kerja pada kurun waktu yang sama : dihitung berdasarkan angka
estimasi 20% dari Total Ibu Hamil disatu wilayah pada kurun waktu
yang sama.
j) Satu ibu hamil dipantau mulai masa hamil, bersalin sampai nifas.
k) Satu ibu hamil hanya satu kali dilaporkan pada masa hamil, bersalin
sampai nifas.
l) Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada
ibu (hamil, bersalin, nifas) dengan komplikasi.

b. Definisi Operasional
Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani adalah ibu dengan
komplikasi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
yang mendapat penanganan definitif sesuai dengan standar oleh tenaga
kesehatan terlatih pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan (Polindes,
Puskesmas, Puskesmas PONED, Rumah Bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU
PONEK).

9
c. Cara Perhitungan/ Rumus/ Formula
1) Rumus
Jumlah Komplikasi kebidanan yang
mendapat penanganan definitif disatu
Cakupan wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
komplikasi =
kebidanan yg Jml Ibu dengan komplikasi kebidanan di x 100%
ditangani satu wilayah kerja pada kurun waktu yang
sama

2) Pembilang
Jumlah komplikasi kebidanan di satu wilayah tertentu yang mendapat
penanganan definitif pada kurun waktu tertentu.
3) Penyebut
Jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan di satu wilayah kerja pada
kurun waktu yang sama.
4) Ukuran/ Konstanta
%
5) Contoh Perhitungan
Jumlah Sasaran Ibu Hamil satu tahun di wilayah kelurahan “x” = 4200
bumil. Hasil Pelayanan komplikasi kebidanan yang ditangani bulan
Januari – Nopember pada tahun yang sama = 340 bumil, Maka :

Persentase Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani adalah =

Jumlah Komplikasi kebidanan yang


Cakupan mendapat penanganan definitif disatu x 100%
komplikasi = wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
kebidanan Jml Ibu dengan komplikasi kebidanan di
yang ditangani satu wilayah kerja pada kurun waktu yang
sama

= 340 x 100%
20 % x 4200

= 40.48 %

d. Sumber Data
Data Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani didapatkan dari Kohort
Ibu pada kolom 26 - 57 dengan ada keterangan jenis kasus yang terjadi.

10
6. PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN ( PN ) ( INDIKATOR SPM )
a. Pengertian
1) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan
persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
kompeten, yaitu : dr. SpOG, dr umum dan bidan
2) Pertolongan persalinan dimulai pada kala I sampai dengan kala IV
persalinan.
3) Jumlah seluruh Ibu Bersalin dihitung melalui estimasi dengan rumus :
1,05 x Crude Birth Rate x Jumlah Penduduk
4) Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam
menyelenggarakan pelayanan persalinan yang profesional.
5) Tenaga Kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan adalah
tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan klinis kebidanan sesuai
standar.

b. Definisi Operasional
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan adalah Ibu bersalin yang mendapat pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di
satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

c. Cara Perhitungan/ Rumus/ Formula


1) Rumus

Cakupan Jumlah ibu bersalin yg ditolong oleh


pertolongan tenaga kesehatan di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu
persalinan oleh = Jumlah seluruh sasaran ibu bersalin di x 100%
tenaga satu wilayah kerja dalam kurun waktu yg
kesehatan sama

2) Pembilang
Jumlah ibu bersalin yg ditolong oleh tenaga kesehatan di satu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu
3) Penyebut
Jumlah seluruh sasaran ibu bersalin di satu wilayah kerja dalam kurun
waktu yg sama
4) Ukuran/ Konstanta
%
5) Contoh Perhitungan
Jumlah Sasaran Ibu Bersalin satu tahun di wilayah kelurahan “x” =
3700 bersalin. Hasil pelayanan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan bulan Januari – Nopember pada tahun yang sama = 2400
bumil, Maka :

11
Persentase Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
adalah

Cakupan Jumlah ibu bersalin yg ditolong oleh x 100%


pertolongan tenaga kesehatan di satu wilayah kerja
persalinan oleh pada kurun waktu tertentu
tenaga = Jumlah seluruh sasaran ibu bersalin di
kesehatan satu wilayah kerja dalam kurun waktu yg
sama

= 2400 x 100%
3700

= 64.86 %

d. Sumber Data
Data Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan didapatkan dari
Kohort Ibu pada kolom 50 ( Penolong Persalinan Nakes Kompeten ).

7. PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN DI FASILITAS KESEHATAN


a. Pengertian
1) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan kompeten, yaitu : dr. SpOG, dr
umum dan bidan di fasilitas kesehatan
2) Pertolongan persalinan dimulai pada kala I sampai dengan kala IV
persalinan.
3) Jumlah seluruh Ibu Bersalin dihitung melalui estimasi dengan
rumus : 1,05 x Crude Birth Rate x Jumlah Penduduk
4) Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam
menyelenggarakan pelayanan persalinan yang profesional.
5) Tenaga Kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan adalah
tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan klinis kebidanan
sesuai standar.

b. Definisi Operasional
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan di fasilitas kesehatan adalah Ibu bersalin yang
mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan di fasilitas kesehatan di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.

12
c. Cara Perhitungan/ Rumus/ Formula
6) Rumus

Cakupan Jumlah ibu bersalin yg ditolong oleh


pertolongan tenaga kesehatan fasilitas kesehatan di
satu wilayah kerja pada kurun waktu
persalinan oleh tertentu
tenaga = Jumlah seluruh sasaran ibu bersalin di
x 100%
kesehatan di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yg
fasilitas sama
kesehatan

7) Pembilang
Jumlah ibu bersalin yg ditolong oleh tenaga kesehatan fasilitas
kesehatan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
8) Penyebut
Jumlah seluruh sasaran ibu bersalin di satu wilayah kerja dalam kurun
waktu yg sama
9) Ukuran/ Konstanta
%
10) Contoh Perhitungan
Jumlah Sasaran Ibu Bersalin satu tahun di wilayah kelurahan “x” =
3700 bersalin. Hasil pelayanan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan fasilitas kesehatan bulan Januari – Nopember pada tahun
yang sama = 2300 bumil, Maka :

Persentase Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan


fasilitas kesehatan adalah

Cakupan Jumlah ibu bersalin yg ditolong oleh x 100%


pertolongan tenaga kesehatan fasilitas kesehatan di
persalinan oleh satu wilayah kerja pada kurun waktu
tenaga = tertentu
kesehatan Jumlah seluruh sasaran ibu bersalin di
fasilitas satu wilayah kerja dalam kurun waktu yg
kesehatan sama

= 2300 x 100%
3700

= 62.16 %

13
d. Sumber Data
Data Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan fasilitas
kesehatan didapatkan dari Kohort Ibu pada kolom 50 ( Penolong Persalinan
Nakes Kompeten ) dengan keterangan tempat pelayanan yaitu RS atau
Puskesmas atau Pustu atau BPS atau RB.

8. PELAYANAN IBU NIFAS PARIPURNA ( KF ) ( INDIKATOR SPM )


a. Pengertian
1) Nifas adalah periode mulai 6 jam sampai dengan 42 hari pasca
persalinan.
2) Pelayanan nifas sesuai standar adalah pelayanan kepada ibu nifas
sedikitnya 3 kali, pada 6 jam pasca persalinan s.d 3 hari; pada 4 - 28
hari, dan pada 29 – 42 hari termasuk pemberian Vitamin A 2 kali serta
persiapan dan/atau pemasangan KB Pasca Persalinan.
3) Jumlah seluruh Ibu Nifas di hitung melalui estimasi dengan rumus:
1,05 x Crude Birth Rate (CBR) x Jumlah Penduduk . Angka CBR
dan jumlah penduduk Kab/Kota didapat dari data BPS masing –
masing Kab/Kota/Provinsi pada kurun waktu tertentu. 1,05 adalah
konstanta untuk menghitung Ibu Nifas.
4) Dalam pelaksanaan pelayanan nifas dilakukan juga pelayanan
neonatus sesuai standar sedikitnya 3 kali, pada 6-48 jam setelah lahir,
pada 3-7 hari dan pada
8-28 hari setelah lahir yang dilakukan difasilitas kesehatan maupun
kunjungan
rumah.

5) Pelayanan kesehatan neonatal adalah pelayanan kesehatan neonatal


dasar (ASI ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali
pusat, pemberian vitamin K1 injeksi bila tidak diberikan pada saat lahir,
pemberian imunisasi hepatitis B1 (bila tidak diberikan pada saat lahir),
manajemen terpadu bayi muda.
6) Neonatus adalah bayi berumur 0-28 hari.
7) Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam
menyelenggarakan pelayanan nifas yang profesional.

b. Definisi Operasional
Cakupan pelayanan nifas adalah pelayanan kepada ibu dan neonatal
pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan sesuai standar.

14
c. Cara Perhitungan/ Rumus/ Formula
1) Rumus

Jumlah ibu nifas yg telah memperoleh 3


kali pelayanan nifas sesuai standar di
satu wilayah kerja pada kurun waktu
Cakupan tertentu
=
Pelayanan x 100%
Nifas Seluruh Ibu nifas di satu wilayah kerja
dalam kurun waktu yg sama

2) Pembilang
Jumlah ibu nifas yang telah memperoleh 3 kali pelayanan nifas sesuai
standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
3) Penyebut
Jumlah seluruh ibu nifas di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yang
sama.

4) Ukuran/ Konstanta
%
5) Contoh Perhitungan
Jumlah Sasaran Ibu Nifas satu tahun di wilayah kelurahan “x” = 3700
ibu nifas. Hasil pelayanan ibu nifas paripurna bulan Januari –
Nopember pada tahun yang sama = 2100 ibu nifas, Maka :

Persentase Cakupan pelayanan ibu nifas paripurna adalah

Jumlah ibu nifas yg telah memperoleh 3 x 100%


kali pelayanan nifas sesuai standar di
Cakupan
satu wilayah kerja pada kurun waktu
Pelayanan
= tertentu
Nifas
Seluruh Ibu nifas di satu wilayah kerja
dalam kurun waktu yg sama

= 2100 x 100%
3700

= 56.76 %

15
d. Sumber Data
Data Cakupan Pelayanan Nifas didapatkan dari Kohort Ibu pada kolom 57 (
Ibu Nifas ) dengan ketentuan apabila kolom 55, 56 dan 57 terdapat
keterangan pelayanan pada masa nifas oleh petugas kesehatan.

B. INDIKATOR KESEHATAN ANAK


1. Kunjungan Neonatus Murni ( KN MURNI )
a. Pengertian
1) Masa Neonatus adalah umur 0 -28 hari setelah lahir
2) Pelayanan Neonatal Murni adalah pelayanan BBL pada periode mulai 6
jam sampai dengan 48 jam setelah kelahiran.
3) Pelayanan kesehatan neonatal adalah pelayanan kesehatan neonatal
dasar sesuai standar manajemen terpadu bayi muda (termasuk ASI
ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, perawatan tali
pusat, pemberian vitamin K1 injeksi bila tidak diberikan pada saat lahir,
pemberian imunisasi hepatitis B1 (bila tidak diberikan pada saat lahir).
4) Indikator ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan
kesehatan neonatal.

b. Definisi Operasional
Cakupan kunjungan neonatus murni ( KN Murni ) adalah cakupan
neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standart pada 6 – 48 jam
setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

c. Cara Perhitungan/ Rumus/ Formula


1) Rumus

Jumlah neonatus yang mendapatkan


pelayanan sesuai standart pada 6 – 48
Cakupan jam setelah lahir sesuai standar di satu
kunjungan wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
=
neonatus x 100%
Jumlah seluruh sasaran bayi baru lahir di
murni ( KN
satu wilayah kerja dalam kurun waktu yg
Murni )
sama

16
2) Pembilang
Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standart pada
6 – 48 jam setelah lahir sesuai standar di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu
3) Penyebut
Jumlah seluruh sasaran bayi baru lahir di satu wilayah kerja dalam
kurun waktu yang sama.

4) Ukuran/ Konstanta
%
5) Contoh Perhitungan
Jumlah Sasaran Bayi Baru Lahir satu tahun di wilayah kelurahan “Z” =
1200 bayi. Hasil kunjungan neonatus murni ( KN Murni ) bulan
Januari – Nopember pada tahun yang sama = 750 bayi, Maka :

Persentase Cakupan kunjungan neonatus murni ( KN Murni ) adalah

Jumlah neonatus yang mendapatkan x 100%


Cakupan pelayanan sesuai standart pada 6 – 48
kunjungan jam setelah lahir sesuai standar di satu
neonatus = wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
murni ( KN Jumlah seluruh sasaran bayi baru lahir di
Murni ) satu wilayah kerja dalam kurun waktu yg
sama

= 750 x 100%
1200

= 62.50%

d. Sumber Data
Data Cakupan kunjungan neonatus murni ( KN Murni ) didapatkan dari Kohort
Bayi pada kolom 11 ( Kunjungan Neonatal Pertama 6 – 48 jam ).

2. KN LENGKAP
a. Pengertian
1) Masa Neonatus adalah umur 0 -28 hari setelah lahir
2) Pelayanan Neonatal adalah pelayanan BBL pada periode mulai 6 jam
sampai dengan 28 hari setelah kelahiran.
3) Pelayanan KN sesuai standar adalah pelayanan kepada Neonatus
sedikitnya 3 kali, pada 6 jam s.d 48 jam setelah lahir; pada hari ke 3 s/d
7, dan hari ke 8 – 28 hari.
4) Pelayanan kesehatan neonatal adalah pelayanan kesehatan neonatal
dasar sesuai standar manajemen terpadu bayi muda (termasuk ASI
ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, perawatan tali

17
pusat, pemberian vitamin K1 injeksi bila tidak diberikan pada saat lahir,
pemberian imunisasi hepatitis B1 (bila tidak diberikan pada saat lahir).
5) Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam
menyelenggarakan pelayanan neonatal yang profesional.

b. Definisi Operasional
Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap ( KN Lengkap ) adalah pelayanan
kepada neonatus pada masa 6 jam sampai dengan 28 hari setelah
kelahiran sesuai standar.

c. Cara Perhitungan/ Rumus/ Formula


1) Rumus

Jumlah neonatus yang telah memperoleh


3 kali pelayanan kunjungan neonatal
Cakupan sesuai standar di satu wilayah kerja pada
kunjungan kurun waktu tertentu
=
Neonatus x 100%
Jumlah seluruh sasaran bayi baru lahir di
Lengkap ( KN
satu wilayah kerja dalam kurun waktu yg
Lengkap )
sama

2) Pembilang
Jumlah neonatus yang telah memperoleh 3 kali pelayanan kunjungan
neonatal sesuai standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu
3) Penyebut
Jumlah seluruh sasaran bayi baru lahir di satu wilayah kerja dalam
kurun waktu yang sama.

4) Ukuran/ Konstanta
%
5) Contoh Perhitungan
Jumlah Sasaran Bayi Baru Lahir satu tahun di wilayah kelurahan “Z” =
1200 bayi. Hasil kunjungan neonatus lengkap ( KN Lengkap ) bulan
Januari – Nopember pada tahun yang sama = 625 bayi, Maka :

Persentase Cakupan kunjungan neonatus lengkap ( KN Lengkap )


adalah

18
Jumlah neonatus yang telah memperoleh x 100%
Cakupan 3 kali pelayanan kunjungan neonatal
kunjungan sesuai standar di satu wilayah kerja pada
neonatus = kurun waktu tertentu
lengkap ( KN Jumlah seluruh sasaran bayi baru lahir di
lengkap ) satu wilayah kerja dalam kurun waktu yg
sama

= 625 x 100%
1200

= 52.08%

d. Sumber Data
Data Cakupan kunjungan neonatus lengkap ( KN Lengkap ) didapatkan dari
Kohort Bayi pada kolom 13 ( Kunjungan Neonatal Pertama 8 – 28 hari)
dengan ketentuan apabila kolom 9 – 13 terdapat catatan hasil pelayanan
kesehatan.

3. NEONATUS KOMPLIKASI YANG DITANGANI ( NK ) ( INDIKATOR SPM )


a. Pengertian
1) Masa Neonatus adalah umur 0 -28 hari setelah lahir
2) Neonatus dengan komplikasi adalah neonatus dengan penyakit dan
kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan
kematian. Neonatus dengan komplikasi seperti asfiksia, ikterus,
hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR
(bayi berat lahir rendah < 2500 gr ), sindroma gangguan pernapasan,
kelainan kongenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning pada
MTBS.
3) Neonatus dengan komplikasi yang ditangani adalah neonatus
komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang
terlatih, dokter, bidan dan perawat di sarana pelayanan kesehatan.
4) Perhitungan sasaran neonatus dengan komplikasi : dihitung
berdasarkan 15% dari jumlah bayi baru lahir. Dari data proyeksi
penduduk dihitung 15 % dari sasaran bayi baru lahir.
5) Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada
neonatus dengan komplikasi.
6) Sarana Pelayanan Kesehatan adalah polindes, praktek bidan,
puskesmas, puskesmas perawatan/PONED, rumah bersalin dan
rumah sakit pemerintah/swasta.
7) Penanganan definitif adalah pemberian tindakan akhir pada setiap
kasus komplikasi neonatus yang pelaporannya dihitung satu kali pada
masa neonatal. Kasus komplikasi yang ditangani adalah seluruh kasus
yang ditangani tanpa melihat hasilnya (hidup atau mati).

19
b. Definisi Operasional
Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani adalah neonatus
dengan komplikasi disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang
ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih di seluruh
sarana pelayanan kesehatan.
c. Cara Perhitungan/ Rumus/ Formula
1) Rumus

Jumlah neonatus dengan komplikasi yang


mendapat penanganan definitive di satu
Cakupan wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
neonatus
=
dengan 15 % x Jumlah seluruh sasaran bayi baru x 100%
komplikasi lahir di satu wilayah kerja dalam kurun
yang ditangani waktu yg sama

2) Pembilang
Jumlah neonatus dengan komplikasi yang mendapat penanganan
definitive di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
3) Penyebut
Sasaran neonatus komplikasi ( 15 % x Jumlah seluruh sasaran bayi
baru lahir di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yg sama )
4) Ukuran/ Konstanta
%
5) Contoh Perhitungan
Jumlah Sasaran Bayi Baru Lahir satu tahun di wilayah kelurahan “Z” =
1200 bayi. Hasil pelayanan neonatus dengan komplikasi yang
ditangani bulan Januari – Nopember pada tahun yang sama = 180
bayi, Maka :

Persentase Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani


adalah

Jumlah neonatus dengan komplikasi x 100%


Cakupan yang mendapat penanganan definitive di
neonatus satu wilayah kerja pada kurun waktu
dengan = tertentu
komplikasi 15 % x Jumlah seluruh sasaran bayi baru
yang ditangani lahir di satu wilayah kerja dalam kurun
waktu yg sama

20
= 180 x 100%
15 % x 1200

= 60.00%

d. Sumber Data
Data Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani didapatkan dari
Kohort Bayi pada kolom 10 - 13 ( Kunjungan Neonatal ) dengan ketentuan
adanya keterangan jenis kasus yang dialami.

4. KUNJUNGAN BAYI PARIPURNA ( K By. ) ( INDIKATOR SPM )


a. Pengertian
1) Bayi adalah yaitu bayi umur 0 th atau 0 – 12 bulan kurang 1 hari.
2) Cakupan kunjungan bayi adalah Cakupan kunjungan bayi umur 0 – 12
bulan kurang 1 hari di sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan
swasta (polindes/poskesdes, pustu, puskesmas, rumah bersalin dan
rumah sakit) maupun di luar gedung ( rumah, posyandu, tempat
penitipan anak, panti asuhan dan sebagainya) oleh tenaga kesehatan.
3) Pelayanan bayi dimulai pada masa neonatus sedikitnya 3 kali, pada 6
jam s.d 48 jam setelah lahir ( KN Murni ); pada hari ke 3 s/d 7, dan
hari ke 8 – 28 hari ( KN Lengkap ).
4) Pelayanan neonatus tersebut diatas dilanjutkan dengan pelayanan
kesehatan minimal 4 kali yaitu satu kali pada umur 29 hari - 2 bulan, 1
kali pada umur 3-5 bulan, 1 kali pada umur 6-8 bulan, dan 1 kali pada
umur 9-11 bulan.
5) Pelayanan Kesehatan tersebut meliputi pemberian imunisasi dasar
(BCG, DPT/ HB1-3, Polio 1-4, Campak), Stimulasi Deteksi Intervensi
Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) bayi dan penyuluhan perawatan
kesehatan bayi
6) Penyuluhan perawatan kesehatan bayi meliputi : konseling ASI
eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan,
perawatan dan tanda bahaya bayi sakit (sesuai MTBS), pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan, serta pemberian vitamin A kapsul
biru pada usia 6 – 11 bulan.
7) Syarat Kunjungan Bayi Paripurna yaitu KN Lengkap, Pemantauan
Perkembangan minimal 4 kali dalam setahun ( setiap 3 bulanan ) atau
SDIDTKA Paripurna, Pemantauan Pertumbuhan minimal 8 kali dalam
setahun, pemberian vitamin A kapsul biru 1 kali pada usia 6 – 11
bulan, dan imunisasi dasar lengkap.
8) Pada data proyeksi penduduk, sasaran bayi diambil dari indikator
jumlah bayi 0 tahun.
9) Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam
melindungi bayi sehingga kesehatannya terjamin melalui penyediaan
pelayanan kesehatan.

21
b. Definisi Operasional
Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan bayi yang memperoleh
pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh dokter, bidan, dan
perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan, paling sedikit 4 kali
disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
c. Cara Perhitungan/ Rumus/ Formula
1) Rumus
Jumlah bayi memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai standar disatu wilayah
Cakupan kerja pd kurun waktu tertentu
x 100 %
Kunjungan bayi =
Jumlah seluruh sasaran bayi disatu
wilayah dalam kurun waktu satu tahun

2) Pembilang
Jumlah bayi memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar disatu
wilayah kerja pd kurun waktu tertentu
3) Penyebut
Jumlah seluruh sasaran bayi di satu wilayah kerja dalam kurun waktu
yang sama.

4) Ukuran/ Konstanta
%
5) Contoh Perhitungan
Jumlah Sasaran Bayi satu tahun di wilayah kelurahan “Z” = 1200 bayi.
Hasil kunjungan bayi paripurna ( K By ) bulan Januari – Juni pada
tahun yang sama = 590 bayi, Maka :

Persentase Cakupan kunjungan bayi paripurna ( K By ) adalah

Jumlah bayi memperoleh pelayanan


Cakupan kesehatan sesuai standar disatu wilayah x 100%
Kunjungan kerja pd kurun waktu tertentu
bayi paripurna Jumlah seluruh sasaran bayi di satu
( K By ) = wilayah kerja dalam kurun waktu yg sama

= 590 x 100%
1200

= 49.17%

22
d. Sumber Data
Data Cakupan kunjungan bayi paripurna ( K By ) didapatkan dari Kohort
Bayi pada kolom 14 – 37 ( Kunjungan Bayi ) dengan ketentuan apabila
ada tanda PR ( Paripurna ) dengan catatan hasil pelayanan kesehatan
kolom 10 – 13 ( masa neonatus ) atau KN Lengkap, kolom 14 – 37
terdapat kode SDIDTKA Paripurna, penimbangan minimal 8 kali, kolom 38
( pemberian Vitamin A ), dan kolom 39 – 44 ( imunisasi dasar ).

5. KUNJUNGAN ANAK BALITA PARIPURNA ( K An Bal ) ( INDIKATOR SPM )


a. Pengertian
1) Anak balita adalah anak berumur 12 - 59 bulan ( 1 – 4 th ),
2) Setiap anak balita memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan (
ditimbang ) minimal 8 x dalam setahun, pemantauan perkembangan (
SDIDTKA ) minimal 2 x setahun setiap 6 bulanan, pemberian vitamin A
2 x setahun yang tercatat di Kohort Anak Balita dan , Buku KIA/KMS,
atau buku pencatatan dan pelaporan lainnya.
Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat
badan anak balita di bawah garis merah harus dirujuk ke sarana
pelayanan kesehatan untuk menentukan status gizinya dan upaya
tindak lanjut.

3) Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan setiap anak usia 12 -


59 bulan dilaksanakan melalui pelayanan Stimulasi Deteksi dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali pertahun
(setiap 6 bulan) dan tercatat pada Kohort Anak Balita dan atau
pencatatan pelaporan lainnya. Pelayanan SDIDTK dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan
petugas sektor lain yang dalam menjalankan tugasnya melakukan
stimulasi dan deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang anak di
Posyandu, Taman Bermain, Pos PAUD, Taman Penitipan Anak dan
Taman Kanak-Kanak, serta Raudatul Athfal dll.
Pemantauan pertumbuhan meliputi pengukuran berat badan
pertinggi/panjang badan (BB/TB). Pemantauan perkembangan meliputi
penilaian perkembangan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa
serta sosialisasi dan kemandirian, pemeriksaan daya dengar, daya
lihat. Jika ada keluhan atau kecurigaan terhadap anak, dilakukan
pemeriksaan untuk gangguan mental emosional, autisme serta
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas.
Bila ditemukan penyimpangan atau gangguan perkembangan harus
dilakukan rujukan kepada tenaga kesehatan yang lebih memiliki
kompetensi.

4) Setiap anak balita usia 12-59 bulan memperoleh Vitamin A dosis tinggi
(200.000 IU) diberikan 2 kali pertahun (bulan Februari dan Agustus).
5) Setahun yaitu terhitung sesuai bulan kelahiran ( Ulang Tahun anak ).

23
6) Sepanjang usia anak balita ( 1 – 4 tahun ), anak balita bisa
mendapatkan 4 kali status Kunjungan Anak Balita Paripurna apabila
dia mendapatkan semua pelayanan tersebut diatas.
7) Sasaran anak balita diambil dari proyeksi penduduk yaitu indikator
anak balita ( 1 – 4 tahun ).

b. Definisi Operasional
Cakupan pelayanan anak balita adalah anak balita (12 – 59 bulan) yang
memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 x setahun,
pemantauan perkembangan minimal 2 x setahun, pemberian vitamin A 2 x
setahun disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
c. Cara Perhitungan/ Rumus/ Formula
1) Rumus
Cakupan Jumlah anak balita yg memperoleh
pelayanan sesuai standar disuatu wilayah
pelayanan = kerja pd waktu tertentu x
Jumlah seluruh anak balita disuatu wil. 100%
anak balita kerja dalam 1 tahun

2) Pembilang
Jumlah anak balita yg memperoleh pelayanan pemantauan
pertumbuhan, minimal 8 x setahun, pemantauan perkembangan
minimal 2 x setahun, pemberian vitamin A 2 x setahun disuatu wilayah
kerja pd waktu tertentu
3) Penyebut
Jumlah seluruh anak balita disuatu wilayah kerja dalam waktu yg
sama.

4) Ukuran/ Konstanta
%
5) Contoh Perhitungan
Jumlah Sasaran Anak Balita satu tahun di wilayah kelurahan “Z” =
4200 bayi. Hasil kunjungan anak balita paripurna ( K An Bal ) bulan
Januari – Juni pada tahun yang sama = 1900 bayi, Maka :

Persentase Cakupan kunjungan bayi paripurna ( K By ) adalah

Jumlah anak balita yg memperoleh


Cakupa pelayanan sesuai standar disuatu wilayah x 100%
n kerja pd waktu tertentu
Jumlah seluruh anak balita disuatu wil.
pelayanan = kerja dalam 1 tahun
anak balita

= 1900 x 100%

24
4200

= 45.24%

d. Sumber Data
Data Cakupan kunjungan anak balita paripurna ( K An Bal ) didapatkan
dari Kohort Anak Balita pada kolom 7 - 66 ( Kunjungan Anak Balita )
dengan ketentuan apabila ada tanda PR ( Paripurna ) dan ada catatan
hasil pelayanan kesehatan dalam setahun yaitu SDIDTKA Paripurna,
penimbangan minimal 8 kali, dan Kode A 2 kali setahun yaitu pemberian
Vitamin A .

6. KUNJUNGAN ANAK PRA SEKOLAH PARIPURNA ( K Apras )


a. Pengertian
1) Anak pra sekolah adalah anak berumur 60 – 72 bulan.
2) Setiap anak pra sekolah memperoleh pelayanan pemantauan
pertumbuhan ( ditimbang ) minimal 8x dan perkembangan ( SDIDTKA )
minimal 2 x dalam setahun yang tercatat di Kohort Pra Sekolah, Buku
KIA/KMS, atau buku pencatatan dan pelaporan lainnya.
Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat
badan anak balita di bawah garis merah harus dirujuk ke sarana
pelayanan kesehatan untuk menentukan status gizinya dan upaya
tindak lanjut.

3) Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan setiap anak usia 60 -


72 bulan dilaksanakan melalui pelayanan Stimulasi Deteksi dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali pertahun
(setiap 6 bulan) tercatat pada Kohort Anak Prasekolah atau pencatatan
pelaporan lainnya. Pelayanan SDIDTK dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan petugas
sektor lain yang dalam menjalankan tugasnya melakukan stimulasi dan
deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang anak di Taman
Bermain, Pos PAUD, Taman Penitipan Anak dan Taman Kanak-
Kanak, serta Raudatul Athfal dll.
Pemantauan pertumbuhan meliputi pengukuran berat badan
pertinggi/panjang badan (BB/TB). Pemantauan perkembangan meliputi
penilaian perkembangan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa
serta sosialisasi dan kemandirian, pemeriksaan daya dengar, daya
lihat. Jika ada keluhan atau kecurigaan terhadap anak, dilakukan
pemeriksaan untuk gangguan mental emosional, autisme serta
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas.

25
Bila ditemukan penyimpangan atau gangguan perkembangan harus
dilakukan rujukan kepada tenaga kesehatan yang lebih memiliki
kompetensi.
4) Setiap anak usia 60 - 72 bulan memperoleh Vitamin A dosis tinggi
(200.000 IU) diberikan 2 kali pertahun (bulan Februari dan Agustus).
5) Setahun yaitu terhitung sesuai bulan kelahiran ( Ulang Tahun anak ).
6) Sepanjang usia anak pra sekolah ( 60 – 72 bulan ), anak tersebut bisa
mendapatkan 2 kali status Kunjungan Anak Prasekolah Paripurna
apabila dia mendapatkan semua pelayanan tersebut diatas.
7) Sasaran anak pra sekolah diambil dari proyeksi penduduk yaitu
indikator anak pra sekolah ( 5 tahun ).

b. Definisi Operasional
Cakupan pelayanan anak pra sekolah ( 60 – 72 bulan) yang memperoleh
pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 x setahun, dan
pemantauan perkembangan 2 x setahun disatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.

c. Cara Perhitungan/ Rumus/ Formula


1) Rumus
Jumlah anak pra sekolah yg
Cakupan Pelayanan memperoleh pelayanan sesuai standar
anak pra sekolah = disuatu wilayah kerja pd waktu tertentu
x 100%
Jumlah seluruh anak pra sekolah
disuatu wil. kerja dalam 1 tahun

2) Pembilang
Jumlah anak pra sekolah yg memperoleh pelayanan sesuai standar
disuatu wilayah kerja pd waktu tertentu
3) Penyebut
Jumlah seluruh anak pra sekolah disuatu wilayah kerja dalam waktu yg
sama.

4) Ukuran/ Konstanta
%
5) Contoh Perhitungan
Jumlah Sasaran Anak Pra Sekolah satu tahun di wilayah kelurahan “Z”
= 3600 anak. Hasil kunjungan anak pra sekolah paripurna ( K Apras )
bulan Januari – Juni pada tahun yang sama = 1650 anak, Maka :

Persentase Cakupan kunjungan anak pra sekolah paripurna ( K Apras


) adalah

Cakupan Jumlah anak pra sekolah yg memperoleh


Pelayanan pelayanan sesuai standar disuatu wilayah x 100%

26
anak pra kerja pd waktu tertentu
sekolah
= Jumlah seluruh anak pra sekolah disuatu
wil. kerja dalam 1 tahun

= 1650 x 100%
3600

= 45.83%

d. Sumber Data
Data Cakupan kunjungan anak anak pra sekolah paripurna ( K Apras )
didapatkan dari Kohort Anak Pra Sekolah pada kolom 7 - 42 ( Kunjungan
Anak Pra Sekolah ) dengan ketentuan apabila ada tanda PR ( Paripurna )
dan ada catatan hasil pelayanan kesehatan dalam setahun yaitu
SDIDTKA Paripurna, penimbangan minimal 8 kali, dan Kode A 2 kali
setahun yaitu pemberian Vitamin A .

7. JUMLAH KUNJUNGAN BALITA SAKIT


a. Pengertian
1) Balita yaitu anak usia 0 – 4 th atau 0 – 5 tahun kurang 1 hari

b. Definisi Operasional
Jumlah anak usia 0 – 4 th yang berkunjung dalam keadaan sakit ke
sarana kesehatan untuk mendapatkan pelayanan.

c. Cara Perhitungan
Merupakan jumlah absolut kunjungan balita sakit pada bulan tertentu

d. Sumber Data
Diambil dari kohort Bayi dan kohort anak balita dengan kode “M” dan “S”.

8. JUMLAH BALITA SAKIT DI MTBS


a. Pengertian
1) Balita yaitu anak usia 0 – 4 th atau 0 – 5 tahun kurang 1 hari
2) MTBS yaitu manajemen terpadu balita sakit.

b. Definisi Operasional
Jumlah anak usia 0 – 4 th yang berkunjung dalam keadaan sakit ke
sarana kesehatan dan mendapatkan pelayanan MTBS.

27
c. Cara Perhitungan
Merupakan jumlah absolut kunjungan balita sakit dan di MTBS pada
bulan tertentu
Jumlah kunjungan balita sakit dan di
Cakupan MTBS pd waktu tertentu x 100%
MTBS = Jumlah kunjungan balita sakit pd waktu
tertentu

d. Sumber Data
Diambil dari kohort Bayi dan kohort anak balita dengan kode “M”.

28

Anda mungkin juga menyukai