Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS

PADA BAYI. N DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

OLEH :

MOHAMAD JIHAD FATURRAHMAN

200721031

PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

2020
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

Pendahuluan BBLR berfokus pada terapi suportif,


Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yaitu pemberian nutrisi untuk
adalah berat badan lahir bayi kurang mengejar target berat badan,
dari 2500 gram terlepas dari berapa mempertahankan suhu tubuh normal,
pun usia gestasinya. Selain BBLR, dan menjaga kebersihan tali pusat
berat badan bayi rendah juga dan kulit. Pemberian obat-obatan atau
mempunyai kategori lain, yakni Berat tindakan pembedahan jarang
Badan Lahir Sangat Rendah/ BBLSR dilakukan dan hanya diberikan sesuai
(berat badan kurang dari 1500 gram) indikasi. Selebihnya bayi dengan
dan Berat Badan Lahir Amat Sangat BBLR hanya membutuhkan terapi
Rendah/  BBLASR (berat badan suportif.
kurang dari 1000 gram). Tidak semua Selain itu, perlu dilakukan juga
bayi yang terlahir dengan BBLR pasti deteksi serta penanganan komplikasi
adalah bayi prematur atau kurang yang dapat terjadi pada bayi dengan
bulan. Sehingga BBLR dapat terbagi BBLR terutama pada bayi prematur.
lagi menjadi dua berdasarkan usia Komplikasi yang dapat terjadi adalah
gestasi yakni bayi cukup bulan (37 – hipotermia dan gangguan
42 minggu) dan bayi kurang bulan pertumbuhan.
atau prematur (di bawah 37 minggu)
(WHO, 2014). Definisi
Berat badan lahir rendah (BBLR)
BBLR dapat disebabkan oleh dua hal
adalah bayi yang lahir dengan berat
yaitu kelahiran prematur badan lebih rendah dari berat badan
dan intrauterine growth bayi rata-rata. Bayi dinyatakan
restriction  (IUGR), atau bisa saja mengalami BBLR jika beratnya
kurang dari 2,5 kilogram, sedangkan
kombinasi dari keduanya. Terdapat
berat badan normal bayi yaitu di atas
juga beberapa faktor lain yang diduga 2,5 atau 3 kilogram. Sementara pada
juga berperan dalam terjadinya bayi yang lahir dengan berat kurang
BBLR, seperti malnutrisi selama dari 1,5 kilogram, dinyatakan
memiliki berat badan lahir sangat
masa kehamilan, penyakit kronis, dan
rendah.
merokok (Baghianimoghadam MH,
BBLR dapat terjadi ketika bayi lahir
2015). Diagnosis BBLR cukup
secara prematur dengan masa
sederhana yaitu dengan menimbang kehamilan kurang dari 37 minggu
berat badan bayi dalam satu jam (belum cukup bulan), atau bayi
pasca kelahiran. Penatalaksanaan mengalami gangguan perkembangan
dalam kandungan. Berdasarkan data
Badan Litbang Kementrian yakni sebesar 7%. Sedangkan
Kesehatan Indonesia pada tahun
menurut data dari Riskesdas tahun
2014, sekitar 10 persen bayi lahir
dengan berat badan rendah, dan 2013, prevalensi BBLR di Indonesia
jumlah paling banyak terjadi di sebesar 10,2%, dengan angka
Sulawesi Tengah, yaitu 17 persen. tertinggi yakni di Sulawesi Tengah
Bayi dengan berat badan lahir rendah sebesar 16,9%. Menurut sebuah
ini rentan sakit atau mengalami penelitian yang dilakukan oleh
infeksi, Sedangkan dalam jangka
Kumalasari, et al. di RSUP Dr.
panjang, bayi tersebut berisiko
mengalami keterlambatan Mohammad Hoesin di Palembang
perkembangan motorik atau menyatakan bahwa prevalensi bayi
kemampuan dalam belajar. Semakin dengan berat badan lahir rendah
rendah berat badan lahir bayi, maka
yakni sebesar 19,6 %. Angka tersebut
semakin banyak masalah medis yang
akan dihadapi, apalagi jika bayi jika dibandingkan dengan rata-rata
tersebut terlahir prematur. prevalensi secara global, cukup tinggi
atau bahkan hampir melebihi
Epidemiologi (Riskesdas, 2013; Kumalasari I,
Menurut data epidemiologi, 2018).
prevalensi berat badan lahir rendah Mortalitas
diperkirakan sebesar 15-20% dari Menurut Kemenkes RI (2015), berat
seluruh kelahiran di dunia. badan lahir rendah merupakan
Global penyebab kematian pada 70% bayi
Menurut data WHO, prevalensi baru lahir di negara berkembang.
BBLR diperkirakan sekitar 15-20% Risiko kematian bayi dengan BBLR
dari seluruh kelahiran di dunia, 20 kali lipat lebih besar dibandingkan
sebanyak lebih dari 20 juta bayi bayi dengan berat badan normal.
mengalami BBLR. Hampir 95% BBLR merupakan penyebab
kasus bayi dengan BBLR terjadi di kematian paling sering (40% dari
negara dengan pendapatan rendah seluruh kematian) pada anak-anak di
hingga menengah atau negara bawah 5 tahun, terutama pada bayi
berkembang, dan 6%-nya terdapat di baru lahir. Risiko kematian janin juga
Asia Timur dan Pasifik, 13% di dapat terjadi pada kasus VBAC
Afrika Sub-Sahara, dan 28% di Asia (Vaginal Birth After Caesarean
Selatan (WHO, 2014). Section).
Indonesia
Indonesia menduduki peringkat ke-6 Manifestasi Klinis
dari 7 negara di Asia Tenggara
dengan prevalensi BBLR tertinggi
Selain memiliki berat badan lahir Di samping kelahiran prematur,
yang lebih rendah dari bayi normal, kondisi lain yang dapat membuat
bayi BBLR juga akan tampak: bayi berisiko lahir dengan barat
badan rendah adalah:
 Lebih kurus.
 Memiliki lemak tubuh yang  Intrauterine growth
lebih sedikit. restriction. Pada kondisi ini,
 Memiliki ukuran kepala yang bayi tidak tumbuh dengan
besar dibanding ukuran tubuh baik saat berada dalam
lainnya. kandungan. Masalah ini dapat
dipicu oleh gangguan pada
Bayi BBLR juga sering dilahirkan plasenta yang menghambat
secara prematur. Masalah yang pertumbuhan bayi akibat tidak
umum ditemui pada bayi seperti ini mendapat pasokan oksigen
adalah: dan nutrisi yang cukup.
 Komplikasi selama
 Memiliki kadar gula dalam kehamilan, misalnya ibu
darah yang rendah hamil mengalami tekanan
(hipoglikemia). darah tinggi.
 Memiliki masalah dalam  Janin menderita kondisi medis
menyusu. bawaan.
 Memiliki hambatan dalam  Bayi kembar. Bayi kembar
menaikkan berat badan. sering lahir dengan berat
 Kesulitan untuk badan rendah dan prematur,
mempertahankan suhu tubuh karena tidak banyak ruang
agar tetap hangat pada dalam rahim untuk kedua
temperatur yang normal. janin.
 Memiliki terlalu banyak sel  Usia ibu hamil masih
darah merah yang membuat muda. Ibu hamil dengan usia
darah terlalu kental kurang dari 15 tahun berisiko
(polisitemia). tinggi memiliki bayi
 Ibu hamil mengalami
malnutrisi. Misalnya
Etiologi kekurangan asam folat,
protein, dan karbohidrat.
Banyak kondisi yang menyebabkan
bayi lahir dengan berat badan rendah.  Ibu hamil menggunakan
Penyebab utama dan yang paling NAPZA
banyak terjadi adalah kelahiran atau minum minuman beralko
prematur, yaitu persalinan yang hol.
terjadi sebelum usia kehamilan 37  Ibu hamil memiliki masalah
minggu. Bayi prematur tidak sempat emosi selama kehamilan.
mengalami pertumbuhan pesat yang
terjadi pada trimester akhir Patofisiologi
kehamilan. Maka dari itu, bayi
tersebut cenderung memiliki berat
badan rendah dan bertubuh kecil.
Berat badan lahir rendah  disebabkan - Maternal: preeklampsia,
oleh dua faktor utama yakni kelahiran penyakit kronis (ginjal,
prematur (usia gestasi kurang dari 37 jantung), infeksi (infeksi
minggu), intrauterine growth saluran kemih, bakterial
restriction  (IUGR), atau kombinasi vaginosis, korioamnionitis, gr
dari keduanya. Sehingga patofisiologi oup B streptococcus, Listeria
dari BBLR tentu berkaitan dengan monocytogenes)
kedua kondisi tersebut. - Lain-lain: ketuban pecah
dini, polyhidramnion,
Kelahiran Prematur iatrogenik dan trauma.

Kelahiran prematur disebabkan oleh Selain faktor-faktor di atas, peran


banyak faktor yang berkaitan erat progesteron dalam mempertahankan
dengan hubungan yang kompleks kehamilan juga harus
antara fetus, plasenta, uterus, dan dipertimbangkan. Hal ini dikarenakan
faktor maternal. Apabila terjadi suatu progesteron mempengaruhi
gangguan atau kelainan pada salah miometrium, desidua, serviks, dan
satu faktor di atas, maka akan timbul selaput janin (Hudic I, Pedersen BS,
akibat seperti ketidakmampuan uterus Tomic V, 2015). Progesteron dapat
untuk mempertahankan fetus, mempengaruhi respons sitokin,
terganggunya jalan lahir, dan inhibisi prostaglandin, sintesis nitric
kontraksi uterus sebelum waktunya, oxide, mengurangi
sehingga terjadilah kelahiran sintesis corticotrophin-releasing
prematur. hormone, degradasi stromal dari
serviks, dan meningkatkan sekresi
Berikut ini adalah faktor-faktor yang
matriks protein dari stromal serviks.
dapat menyebabkan terjadinya
Dengan mengganggu fungsi serviks
kelahiran prematur :
dari segi mekanik dan fisiologis,
kinerja dari serviks meningkat,
- Fetus: gawat janin, kehamilan
sehingga dapat menyebabkan dilatasi
ganda, eritroblastosis, dan
serviks sebelum waktunya.
hidrops non-imun
- Plasenta: disfungsi
Selain itu, selama masa kehamilan
plasenta, plasenta previa,
(minggu ke – 7 hingga ke – 37),
solusio plasenta
progesteron akan memicu limfosit
- Uterus: bentuk uterus
untuk melepaskan protein yang
bikornis, serviks inkompeten
bernama progesterone induced
(dilatasi prematur)
blocking factor (PIBF). PIBF produksi hormon insulin atau
memiliki efek antiabortus pada gangguan pada level reseptor insulin
kehamilan. Pada minggu ke-41 masa (Insulin-like growth factor / IGF). 
kehamilan kadar PIBF akan menurun
drastis. Umumnya, bayi prematur Hal ini terjadi terutama pada bayi
akan memiliki berat badan lahir yang memiliki defek pada reseptor
rendah. Selain itu, perkembangan IGF-1, hipoplasia pankreas, dan
beberapa organ seperti paru-paru juga diabetes neonatus sementara. Defek
belum sempurna. pada reseptor IGF-1 disebabkan oleh
mutasi genetik yang mengganggu
Intrauterine Growth Restriction mekanisme pengenalan glukosa oleh
(IUGR)  sel islet pankreas sehingga
menyebabkan penurunan pelepasan
Faktor-faktor penyebab IUGR tidak insulin.
jauh berbeda dengan kelahiran
prematur, yakni adanya gangguan IUGR terbagi menjadi dua yakni
pada faktor ibu, janin, dan plasenta.  IUGR simetris dan IUGR asimetris.
Meskipun etiologi dari masing- IUGR simetris mempengaruhi
masing faktor berbeda, namun seluruh pertumbuhan dimulai dari
gangguan-gangguan tersebut akan lingkar kepala, panjang, dan berat
menyebabkan gangguan perfusi badan bayi. Sedangkan pada IUGR
uterus-plasenta dan nutrisi janin asimetris, lingkar kepala bayi dalam
(Sharma D, Shastri S, Sharma P, batas normal,  namun ukuran panjang
2016). dan berat badan bayi yang terganggu.
IUGR asimetris adalah tipe yang
Perfusi yang tidak baik, letak paling sering ditemukan. Tipe ini
plasenta yang abnormal, hipertensi memiliki persentase kasus sebesar
dalam kehamilan, merokok, 70-80% (Cutland CL et al, 2017).
kehamilan ganda, infeksi intrauterin
(termasuk HIV dan malaria),
Pemeriksaan Penunjang
karakteristik dari maternal (pola
hidup, tinggi badan ibu (bertubuh Diagnosis berat badan lahir rendah
pendek), malnutrisipada ibu, indeks (BBLR) dapat diperkirakan
oleh dokter kandungan sejak masa
masa tubuh ibu yang rendah), dan
kehamilan. Saat pemeriksaan
masih banyak faktor lain yang dapat kehamilan rutin, dokter akan
menyebabkan IUGR.Sebuah teori mengamati perkembangan ukuran
yang diyakini juga menjadi penyebab dan berat badan janin dalam rahim,
dan membandingkannya dengan usia
dari IUGR adalah penurunan
kehamilan. Metode pemeriksaan seiring waktu. Namun pada saat
yang umumnya dilakukan dewasa, kebanyakan bayi BBLR
adalah USG kehamilan. Diagnosis berisiko mengalami berat badan
BBLR dapat ditetapkan pada saat berlebih atau obesitas, serta berisiko
bayi lahir, jika berat badannya kurang menderita diabetes, tekanan
dari 2,5 kg. darah tinggi, dan penyakit jantung.
Beberapa bayi BBLR juga dapat
mengalami keterlambatan
Penanganan perkembangan mental.

Hampir seluruh bayi BBLR


memerlukan perawatan di rumah
sakit setelah lahir. Penanganan dapat Penatalaksanaan
dilakukan sesuai dengan usia
kehamilan, kondisi kesehatan, serta Penatalaksanaan berat badan lahir
respons bayi terhadap pengobatan rendah  berfokus pada terapi suportif,
atau prosedur tertentu. yaitu pemberian nutrisi untuk
mengejar target berat badan,
Pada bayi BBLR dengan komplikasi
mempertahankan suhu tubuh normal,
tertentu, seperti paru-paru yang
belum matang atau masalah pada dan menjaga kebersihan tali pusat
usus, maka bayi tersebut perlu dan kulit.
dirawat di ruang perawatan intensif
neonatal (NICU). Di ruang ini, Pemberian obat-obatan dan tindakan
petugas medis akan membaringkan pembedahan jarang dilakukan dan
bayi di tempat tidur yang suhunya hanya diberikan sesuai indikasi dan
telah diatur, serta memberikan susu
kebutuhan bayi. Selebihnya bayi
dengan teknik dan alat khusus. Bayi
baru diperbolehkan pulang setelah dengan BBLR hanya membutuhkan
komplikasi dapat diatasi dan ibunya terapi suportif. Selain itu, dokter juga
dapat memberikan ASI secara perlu melakukan deteksi serta
normal. Untuk merawat bayi penanganan pada komplikasi yang
prematur atau bayi yang berat badan dapat terjadi pada bayi dengan BBLR
lahirnya rendah, dokter juga biasanya terutama pada bayi prematur (WHO,
akan menyarankan metode kangguru.
2011; IDAI, 2019)
Untuk bayi BBLR, dokter sangat
menganjurkan pemberian ASI, 1. Pemberian Nutrisi 
karena dapat mendukung
pertumbuhan dan kenaikan berat Pada prinsipnya, pemberian nutrisi
badan. Jika ibunya tidak bisa pada bayi prematur dengan BBLR
memberikan ASI, bayi dapat maupun pada bayi cukup bulan
diberikan ASI dari donor. dengan BBLR sama saja, yakni
bertujuan untuk mengoptimalkan
Bayi BBLR yang lahir tanpa
pertumbuhan, perkembangan,
komplikasi dapat mengejar
ketertinggalan pertumbuhannya metabolisme dan status imunitas
bayi. Pemberian nutrisi yang baik Enterocolitis (NEC)
pada bayi dengan BBLR harus dibandingkan dengan bayi yang
mencakup beberapa aspek penting, mendapatkan susu formula.
yakni metode pemberian nutrisi, jenis Pemberian ASI dapat
nutrisi yang diberikan, waktu dan ditambahkan dengan fortifikasi
frekuensi pemberian nutrisi, serta ASI yang dapat memenuhi
jumlah pemberian nutrisi. kebutuhan protein bayi. ASI juga
merupakan nutrisi yang tepat
a. Metode Pemberian Nutrisi  untuk bayi prematur.
Metode pemberian nutrisi terbagi c. Waktu dan Frekuensi Pemberian
menjadi dua yakni melalui jalur Nutrisi 
enteral (melalui pipa orogastrik) Waktu pemberian nutrisi pada
dan parenteral (Total Parenteral bayi BBLR harus dilakukan
Nutrition / TPN). Metode sedini mungkin dan seagresif
pemberian nutrisi enteral lebih mungkin pada saat bayi baru
direkomendasikan dibandingkan lahir, yakni kurang dari 48 jam
jalur parenteral. Jalur parenteral setelah lahir. Hal ini dapat
memiliki risiko untuk terjadi mempercepat peningkatan berat
komplikasi seperti sepsis dan badan bayi, mempersingkat lama
infeksi. Sehingga, terapi rawat inap bayi, dan menurunkan
parenteral tidak dijadikan metode risiko osteopenia
utama dalam pemberian nutrisi, dan jaundice. Frekuensi
melainkan hanya menjadi terapi pemberian nutrisi dilakukan
tambahan pada beberapa kasus setiap 2-3 kali per jam.
kritis tertentu. d. Jumlah Pemberian Nutrisi
b. Jenis Nutrisi  Jumlah atau volume pemberian
Jenis nutrisi terbaik yang dapat nutrisi diberikan sesuai dengan
diberikan pada bayi BBLR adalah berat badan bayi. Pada bayi
ASI atau kolostrum. Pilihan dengan berat badan di bawah
kedua adalah ASI yang berasal 1000 gram dapat dimulai dengan
dari donor dan pilihan ketiga 15-20 mL/kgBB/hari, sedangkan
adalah susu formula. ASI atau pada bayi dengan berat badan di
ASI donor memberikan banyak atas 1000 gram dapat dimulai
manfaat bagi bayi karena kaya dengan 30 mL/kgBB/hari.
akan sel imun, faktor-faktor Setelah setiap pemberian nutrisi
imunitas, dan enzim-enzim yang pastikan untuk melakukan
baik untuk pencernaan bayi. pemeriksaan residu gastrik,
jumlah normal residu pada bayi di
Bayi yang mendapat ASI juga bawah 1000 gram sebanyak 2 – 4
memiliki risiko yang lebih rendah mL, sedangkan pada bayi di atas
untuk mengalami Necrotizing
1000 gram sebanyak 5 mL. - Metode kanguru, diterapkan
Residu dapat berwarna kehijauan pada bayi dengan berat badan
atau kuning. Residu menandakan di bawah 2500 gram
toleransi bayi terhadap pemberian - Menggunakan pemancar
nutrisi dan prediktor NEC. panas, diterapkan pada bayi
Apabila toleransi bayi terhadap dengan berat badan 1500
pemberian nutrisi baik, gram atau lebih
pemberian dapat ditingkatkan - Penggunaan inkubator,
terus hingga mencapai full diterapkan pada bayi dengan
enteral feeding  yakni 150-180 berat badan di bawah 1500
mL/kgBB/hari, yang biasanya gram (Ogmawa et al, 2013;
tercapai dalam waktu 2 minggu Dutta S et al, 2015)
pada bayi dengan berat badan di
bawah 1000 gram atau 1 minggu
Komplikasi Berat Badan Lahir
pada bayi dengan berat badan di
Rendah
atas 1000 gram.
Lakukan penimbangan berat Menurut Khan, et al (2016),
komplikasi yang dapat timbul akibat
badan bayi setiap hari, sedangkan
berat badan lahir rendah (BLBR),
pengukuran panjang badan dan antara lain adalah:
lingkar kepala dapat dilakukan
setiap minggu. Evaluasi  Gangguan perkembangan
peningkatan berat badan dapat paru-paru atau organ lainnya.
menggunakan kurva pertumbuhan  Masalah pernapasan, seperti
atau growth chart dari WHO sindrom gangguan pernapasan
ataupun CDC. bayi.
 Masalah neurologis, seperti
perdarahan di dalam otak.
2. Mempertahankan Suhu
 Masalah gastrointestinal,
Normal  seperti necrotizing
enterocolitis
Bayi dengan BBLR rentan untuk  Kematian mendadak.
mengalami kondisi yang disebut
dengan hipotermia (suhu tubuh 32-
36,4oC). Ukur suhu tubuh bayi setiap REFERENSI
6-12 jam sekali. Cara untuk
menghangatkan bayi yakni dengan 1. Khan, et al. (2016). Frequency
cara sebagai berikut. and Risk Factors of Low Birth
Weight in Term Pregnancy.
- Kontak kulit ke kulit, Pakistan Journal of Medical
diterapkan pada semua bayi Science, 32(1), pp. 138-142.
2. Yadav, H. Lee, N. (2013).
Maternal Factors in Predicting
Low Birth Weight Babies. The 10. Kumar RK, Singhal A, Vaidya U,
Medical journal of Malaysia, Banerjee S, Anwar F, Rao S.
68(10), pp. 44-47. Optimizing Nutrition in Preterm
3. Kementerian Kesehatan Republik Low Birth Weight Infants-
Indonesia (2015). Pusat Data dan Consensus Summary. Front Nutr.
Informasi. Profil Kesehatan 2017; 4:20. 
Indonesia Tahun 2014 11. Zingg W, Tomaske M, Martin M.
4. Baghianimoghadam MH, Risk of parenteral nutrition in
Baghianimoghadam B, Ardian N, neonates - an overview.
Alizadeh E. Risk factors of low Nutrients. 2012; 4(10): 1490–
birth weight and effect of them on 1503.
growth pattern of children up to 12. World Health Organization
sixth months of life: A cross- (WHO). Global nutrition targets
sectional study. J Educ Health 2025: low birth weight policy
Promot. 2015; 4:40.  brief Geneva. Geneva: 2014. 
5. World Health Organization 13. Kumalasari I, Tjekyan RS,
(WHO). Guidelines on optimal Zulkarnain M. Faktor resiko dan
feeding of low birth weight angka kejadian berat badan lahir
infants in low and middle income rendah di RSUP DR. Mohammad
countries. 2011.  Hoesin Palembang tahun 2014.
6. Ikatan Dokter Anak Indonesia JIKM. 2018; 9(1): 41-52. 
(IDAI). Pedoman Pelayanan 14. Riset Kesehatan Dasar
Medis Ikatan Dokter Anak (RISKESDAS). Badan Penelitian
Indonesia. 2019.  dan Pengembangan Kesehatan
7. Ogawa M, Matsuda Y, Kanda E, Kemenkes RI tahun 2013. 2013.
et al. Survival rate of extremely Diunduh
low birth weight infants and its dari : www.depkes.go.id/resource
risk factors: case-control study in s/download/general/Hasil
Japan. ISRN Obstet Gynecol. %20Riskesdas%202013. pdf. 20. 
2013; 2013: 873563. 15. Cutland CL, Lackritz EM,
8. Ballot DE, Chirwa TF, Cooper Mallett-Moore T, et al. Low birth
PA. Determinants of survival in weight: Case definition &
very low birth weight neonates in guidelines for data collection,
a public sector hospital in analysis, and presentation of
Johannesburg. BMC Pediatr. maternal immunization safety
2010;10:30.  data. Vaccine. 2017; 35: 6492–
9. Dutta S, Singh B, Chessell L, et 6500. 
al. Guidelines for feeding very 16. Hudic I, Pedersen BS, Tomic V.
low birth weight infants. Preterm birth: pathophysiology,
Nutrients. 2015; 7(1): 423–442.  prevention, diagnosis and
treatment. Bio Med Res Int. 2015; Essential Guide for Nursing and
417965; 1.  Healthcare Student (3rd Ed). John
17. Sharma D, Shastri S, Sharma P. Wiley & Sons. Ltd : USA
Intrauterine growth restriction: 19. NANDA NIC-NOC. (2018).
antenatal and postnatal aspects. Panduan Diagnose Keperawatan
Clin Med Insights Pediatr. 2016; Nanda 2018-2020 : Definisi dan
10:67–83. Klasifikasi. Jakarta: EGC.
18. Ian., Peate. (2019). Fundamentals
of Applied Pathophysiology: An
PATHWAY BBLR

BBLR

Faktor Predisposisi :

1. Faktor Ibu
2. Faktor Janin
3. Faktor Placenta Resiko jatuh Resiko dekubitus

Prematuritas organ Imaturitas Tirah baring,


tubuh muskuloskeletal penekanan kulit
bagian posterior

Imaturitas Jaringan adipose Imaturitas Imaturitas


sistem imun subkutan masih belum fungsi paru sentrum vital
berkembang sempurna pada otak

Penurunan daya
Imaturitas vaskuler paru, Refleks
tahan tubuh Permukaan tubuh
pertumbuhan dinding dada menelan belum
relative luas
belum sempurna sempurna

Resiko Infeksi Paparan suhu


lingkungan Insuf pernafasan Ketidak
seimbangan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
Imaturitas fungsi Kehilangan panas
Penyakit membrane
hati melalui kulit
hialin
Diskontinuitas
Ketidakseimbangan pemberian ASI
Konjugasi bilirubin Ketidakefektifan pola
termoregulasi
belum sempurna nafas
(Hipertermi/Hipotermi)

Hiperbilirubinemia Resiko/Ikterus
neonatus
BAB II

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI. N DENGAN DIAGNOSA BBLR


(BERAT BADAN LAHIR RENDAH)

A. Studi Kasus
Bayi N Klien lahir di VK RSUD dari seorang ibu P2A0. Ketika melahirkan
ibu merasa hamil cukup bulan. Riwayat ibu KPD 10 jam. Klien lahir spontan,
letak kepala, dan langsung menangis ketika lahir. Skor APGAR 1 menit 7, 5
menit 9. Berat badan lahir 1980 gram, panjang badan 43 cm, lingkar kepala 31
cm, dan lingkar lengan atas 7 cm. Berat placenta 500 gram, panjang tali pusat
80 cm, jumlah vena 1 dan arteri 2. Tidak ditemukan kelainan ketika klien lahir.
Ketika dikaji keadaan umum klien State 5 (mata terbuka dan menangis),
Nadi = 140 x/menit, respirasi = 40 x/menit, dan suhu = 36,2 oC, saturasi 98%,
akral hangat, skala nyeri dengan NIPS 0 (tidak nyeri). Fontanel anterior datar 2
x 2,5 cm, pergerakan dada simetris, pernapasan regular, tipe abdominal
thorakal, menangis kuat, pernapasan cuping hidung (-), ronkhi (-), sekret(-),
retraksi dada (-), down skor = 0. S1S2 regular, nadi kuat, murmur (-), CRT < 3
detik, sianosis (-). Reflex berkedip (+), reflex menelan (+), reflex babinsky (+),
reflex moro (+), reflex hisap (+). BAB dan BAK (+), pemberian nutrisi per oral
(+) ASI/PASI 8 x 10 cc. Turgor kulit baik, warna kulit kemerahan, ikterik (-),
skoring resiko dekubitus = 16 (beresiko).

B. Asuhan Keperawatan

1. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : Bayi N
Umur : 0 bulan
Tanggal Lahir : 22 Desember 2020
Agama : Islam
Alamat : Desa Karangwangi 002/001, Dusun 1
Nomor Medrek : XXXX
Tanggal Masuk RS : 22 Desember 2020
Tanggal Pengkajian : 22 Desember 2020
Diagnosa Medis : BBLR
2. Identitas Penangggung jawab
1) Suami
Nama : Tn. R
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Sunda
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : DesaKarangwangi 002/001, Dusun 1

2. Keluahan Utama
Ibu klien mengatakan mulas, keluar air ketuban dan merasa hamil cukup bulan.

3. Alasan Masuk RS
Ketuban pecah dini (KPD) 10 jam

4. Riwayat Kesehatan Sekarang


Bayi N Klien lahir di VK RSUD dari seorang ibu P2A0. Ketika melahirkan ibu merasa
hamil cukup bulan. Riwayat ibu KPD 10 jam. Klien lahir spontan, letak kepala, dan
langsung menangis ketika lahir.
5. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a. Prenatal
Ibu klien mengatakan bahwa selama masa kehamilan anaknya, tidak memiliki
kelainan ataupun masalah kesehatan yang serius.
b. Natal
Ibu klien mengatakan ini kelahiran anak keduanya ( P2 A0 ), anaknya lahir cukup
bulan, partus normal pervaginam tanpa adanya kelainan, Bayi N lahir spontan dengan
riwayat Ibu KPD 10 jam, letak kepala normal masuk PAP, langsung menangis ketika
lahir.
c. Postnatal
Ibu klien mengatakan bahwa anaknya lahir spontan, bayi lahir cukup bulan 9 bulan 10
hari. Riwayat Ibu KPD 10 jam, letak kepala normal masuk PAP, langsung menangis
ketika lahir.
6. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang pernah dialami
Ibu klien mengatakan bahwa ia sehat, tidak pernah mengalami sakit selama masa
kehamilannya

b. Prosedur operasi/rawat RS
Ibu klien mengatakan bahwa tidak pernah menjalani prosedur operasi apapun.

c. Riwayat alergi
Ibu klien mengatakan bahwa tidak memiliki riwayat alergi makanan maupun obat-
obatan.

7. Riwayat Kesehatan Keluarga


Keluarga klien mengatakan bahwa dahulu kakeknya dan ayahnya tidak mempunyai riwayat
penyakit genetic.

8. Riwayat Imunisasi
No Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi Setelah
Pemberian
1 Hepatitis B - -

2 BCG - -

3 Polio - -
4 DPT - -
5 Campak - -

9. Riwayat Nutrisi
Pemberian ASI : 0 bulan
Jumlah : 8 x 10cc (ASI diberikan setiap 3 jam)
10. Activity Daily Living (ADL)
1. Mekanisme Koping
a. Kesadaran diri dan Harga diri : Tidak terkaji
b. Manajemen dan Kontrol Stress : Tidak terkaji
2. Pola Nutrisi
a. Pola Makan dan Minum : ASI diberikan setiap 3 jam (8 x 10 cc)
3. Pola Eliminasi : BAB (+) BAK (+)
4. Pola Istirahat : -
5. Pola Aktifitas : Tonus otot baik
11. Keamanan dan Keselamatan (Humphy Dumphy Scales)

Parameter Kriteria Nilai Skor

Usia  < 3 tahun 4 4


 3-7 tahun 3
 7-13 tahun 2
 > 13 tahun 1

Jenis kelamin  Laki-laki 2 2


 Perempuan 1

Diagnosis  Diagnosis neurologi 4 3


 Perubahan oksigenasi (diagnosis
respiratorik, dehidrasi, anemia, 3
anoreksia, sinkop, pusing, dsb)
 Gangguan perilaku/psikiatri 2
 Diagnosis lainnya 1

Gangguan kognitif  Tidak menyadar keterbatasan dirinya 3 1


 Lupa akan adanya keterbatasan 2
 Orientasi terhadap diri sendiri 1

Faktor lingkungan  Riwayat jatuh/bayi diletakkan di 4 2


tempat tidur dewasa
 Pasien menggunakan alat bantu/bayi 3
diletakkan di tempat tidur
bayi/perabot rumah
 Pasien diletakkan di tempat tidur 2
 Area di luar Rumah Sakit 1

Respon terhadap ; 1
3
 Pembedahan/Sed  Dalam 24 jam 2
asi/Anastesi  Dalam 48 jam 1
 > 48 jam atau tidak menjalani
pembedahan/sedasi/anastesi
 Penggunaan multiple ; sedative, obat 3
hypnosis, barbiturate, fenotiazine,
anti-depresan, pencahar, diuretic,
narkose.

 Penggunaan  Penggunaan salah satu obat diatas 2 1


medikamentos  Penggunaan medikasi lainnya/tidak 1
ada medikasi

Total Skor 14

Skor resiko jatuh (skor min : 7, skor maks : 23)

 Skor 7-11 : resiko rendah


 Skor  12 : resiko jatuh

12. APGAR
Menit ke-1

Skor 0 1 2

Apperance - Badan kemerahan, -


ekstremitas biru

Pulse - < 100x/menit -

Grimance - Menangis kuat


Activity - Beberapa tungkai -
fleksi

Respiration - - Teratur, menangis

Total Skor : 7
(Normal, asfiksia ringan)

Menit ke -5

Skor 0 1 2

Apperance - - Badan kemerahan

Pulse - - >100x/menit

Grimance - - Menangis kuat

Activity - Beberapa tungkai -


fleksi

Respiration - - Teratur menangis

Total Skor : 9
(Normal, asfiksia ringan)

13. Downe Skor

Skor 0 1 2

Kecepatan nafas < 60x/menit - -

Retraksi Tidak ada retraksi - -

Sianosis Tidak ada sianosis - -

Udara masuk (+) - -

Mengap-mengap Tidak mengap- - -


mengap

Total Skor : 0
(Tidak ada gangguan/Gangguan nafas ringan)

14. Skala Norton

Kriteria Skor Hasil

Keadaan Umum
- Baik 4
- Lumayan 3 4
- Buruk 2
- Sangat Buruk 1

Kesadaran
4
- Compos metis 3
- Apatis 2 4
- Stupor 1
- Koma

Aktivitas
4
- Ambulan 3
- Ambulansi parsial 2 1
- Hanya bisa duduk 1
- Tiduran

Mobilitas
4
- Bergerak bebas 3 4
- Sedikit terbatas 2
- Sangat terbatas 1
- Tidak bisa bergerak

Inkontinensia
4
- Tidak 3
- Kadang-kadang 2 3
- Inkontinen urin 1
- Inkontinen alvi &
urin

Total Skor 16
(Beresiko)

15. Pemeriksaan Umum


Berat Badan : 1980 gram
Panjang Badan : 43 cm
LK/LILA : 31 cm / 7 cm
Z-score
BB/U : -3,3 SD (Gizi Buruk)
PB/U : -3,6 SD (Sangat Pendek)
Keadaan Umum : State 5 (mata terbuka dan menangis)
Blood Pressure : -
Pulse Rate : 140 x/menit
Respiration Rate : 40 x/menit
Suhu : 36,2 0C
SPO² : 98%
Skala nyeri

Keterangan : skala nyeri 0 (tidak ada nyeri)

16. Pendekatan Pengkajian Fisik Head to Toe


a. Pemeriksaan Rambut dan Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bulat, rambut berwarna hitam
lurus, tampak bersih, tidak ada lesi, fontanel
anterior datar 2 x 2,5 cm
Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan pada area kepala
dan fontanel, tidak teraba adanya fraktur
tengkorak.
b. Pemeriksaan Kulit dan Kuku
Inspeksi : Kulit berwarna kemerahan, kulit tampak lembab,
tidak ada lesi, bentuk kuku normal tidak clubing
finger, ikterik (-), akrosianosis (-)
Palpasi : Turgor kulit baik elastic, CRT < 3 detik, tidak
teraba adanya benjolan dan nyeri, akral teraba
hangat.
c. Pemeriksaan Mata
Inspeksi : Bentuk mata normal terdapat 2 buah bola mata,
terdapat alis dan bulu mata, konjungtiva anemis,
sclera mata normal tampak berwarna putih,
refleks eye blink (+), tidak ada lesi, pupil normal
tampak konstrik saat diberi rangsang cahaya,
strabismus (-), nistagmus (-), pergerakan bola
mata normal.
Palpasi : Tidak ada nyeri, tidak teraba adanya oedama
supraorbital.
d. Pemeriksaan Hidung
Inspeksi : Bentuk hidung normal, sekret (-), pertumbuhan
bulu hidung baik, tidak ada polip, tidak ada lesi,
pernapasan cuping hidung (-).
Palpasi : Tidak ada nyeri pada daerah sinus frontalis dan
zigomatikum, butterfly rash (-).
e. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi : Bentuk telinga simetris sejajar dengan garis mata,
telinga tampak bersih, tidak ada penumpukan dan
pengeluaran serumen, membrane tympani tampak
normal berwarna putih bening, tidak tampak
adanya lesi pada liang telinga.
Palpasi : Tidak nyeri daerah telinga.
f. Pemeriksaan Mulut
Inspeksi : Bentuk bibir simetris, mukosa bibir lembab
kemerahan, reflex rooting (+), reflek menelan (+),
reflex sucking (+)
Palpasi : Tidak nyeri pada bagian mulut, tidak ada
pembengkakan kelenjar parotid.
Test Pengecapan : -
g. Pemeriksaan Leher
Inspeksi : Bentuk leher normal, tidak ada lesi, reflek
menelan (+).
Palpasi : Tidak ada pembesaran limfa dam kelenjar tyroid.
h. Pemeriksaan Payudara dan Axila
Inspeksi : Bentuk payudara normal, terdapat 2 payudara
dam 2 aerola, tidak ada lesi.
Palpasi : Tidak ada benjolan di sekitar aerola
i. Pemeriksaan Dada/Thorracal
Paru-Paru
Inspeksi : Kulit bagian dada tampak kemerahan, tidak
terdapat adanya lesi atau jaringan parut, Bentuk
dada normal (rata), Pergerakan otot aksesorius
epigastrik dan clavicle (-), Ekspansi dada simetris,
bayi menangis kuat.
Palpasi : Tidak teraba adanya fraktur pada costa, Retraksi
(-), atelektasis (-), Tidak ada nyeri pada saat di
lakukan penekanan
Perkusi : Bunyi paru normal resonan
Auskultasi : Vesikuler terdengar kedua lapang paru dengan
intesitas suara halus, I/E ratio 1:1
Jantung
Inspeksi : Kulit bagian dada kemerahan, tidak terdapat
adanya lesi atau jaringan parut
Palapasi : Teraba denyut aorta di ICS II dextra, teraba
denyut pulmonal di ICS II sinistra, teraba denyut
trikuspidalis di ICS V sinistra.
Perkusi : Bunyi jantung pekak terdengar di bagian ;
- ICS II Linea Para Sternalis Dextra
- ICS IV Linea Para Sternalis Dextra
- ICS II Linea Para Sternalis Sinistra
- ICS IV Linea Medioclavicularis Sinistra
Auskultasi : Suara jantung normal, S1 “loop” dan S2 “doop”,
murmur (-)
j. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Perut tampak datar, kulit pada bagaian perut
kemerahan, Berat placenta 500 gram, panjang tali
pusat 80 cm, jumlah vena 1 dan arteri 2.
Auskultasi : Bising usus (+), bising aorta (-)
Perkusi : Bunyi abdomen tympani
Palpasi : Tidak adanya nyeri tekan bagian abdomen, tidak
ada pembesaran lien dan hepar
k. Pengkajian Ekstremitas
Inspeksi : Kaki dan tangan tampak normal, struktur tulang
normal tidak tampak adanya deformitas, eritema
(-), lesi (-), sianosis (-), bayi bergerak bebas,
tonus otot baik.
Palpasi : Tidak teraba adanya fraktur pada ekstremitas atas
dan bawah, tidak terdapat adanya nyeri, tidak
teraba adanya benjolan/bengkak, akral hangat.
l. Pengkajian Neurobehaviour
Reflek Primitif : - Eye blink (+) bayi tampak berkedip
- Babinsky (+) Jari merekah saat dilakukan
goresan
- Swallowing (+)
- Sucking (+)
- Rooting (+)
- Moro (+)
m. Pengkajian Genitalia
Inspeksi : Bagian genital tampak bersih, tidak ada cairan
keluar melalui alat genital, atresia ani (-), atresia
rectum (-).
2. Analisa Data
NO Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan

1. Ds : BBLR Domain II. Kelas I. Kode


Diagnosis 00002.
- Ibu klien mengatakan merasa Fungsi organ belum Ketidakseimbangan
hamil cukup bulan. Riwayat ibu sempurna
nutrisi kurang dari
KPD 10 jam. Klien lahir spontan, kebutuhan tubuh
letak kepala, dan langsung
Imaturitas sentrum
menangis ketika lahir.
vital, jaringan adipose
subkutan tipis
Do :
- BB 1980 gram
- PB 43 cm Reflex menelan belum
- Lingkar kepala 31 cm sempurna
- LILA 7 cm
- Z-score BB/U -3,3 SD (Gizi
Penurunan
buruk) simpanan/cadangan
- Z-score PB/U -3,6 SD (Sangat nutrisi
Pendek)
- ASI/PASI 8 x 10 cc
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

2. Ds : BBLR Domain XI. Kelas VI.


Kode Diagnosis 00006.
- Ibu klien mengatakan merasa Fungsi organ belum Hipotermi
hamil cukup bulan. Riwayat ibu sempurna
KPD 10 jam. Klien lahir spontan,
letak kepala, dan langsung
menangis ketika lahir. Imaturitas sentrum
vital, jaringan adipose
Do :
subkutan tipis
- Suhu 36,2 0C
- RR 40x/menit
Pemaparan suhu
- P 140x/menit lingkungan

Kehilangan panas
melalui kulit

Hipotermi

3. Ds : BBLR Domain XI. Kelas II.


Kode Diagnosis 00249.
Resiko dekubitus
- Ibu klien mengatakan merasa Fungsi organ belum
hamil cukup bulan. Riwayat ibu sempurna
KPD 10 jam. Klien lahir spontan,
letak kepala, dan langsung
menangis ketika lahir. Pengaturan
keseimbangan dan
mekanika tubuh belum
Do : sempurna
- Keadaan umum state 5 (mata
terbuka dan menangis) Tirah baring (Tiduran)
- Hasil skala Norton 16
(beresiko terjadi dekubitus)
Penekanan pada
permukaan kulit

Resiko dekubitus

4. Ds : BBLR Domain XI. Kelas I. Kode


Diagnosis 00004. Resiko
- Ibu klien mengatakan merasa Fungsi organ belum infeksi
hamil cukup bulan. Riwayat ibu sempurna
KPD 10 jam. Klien lahir spontan,
letak kepala, dan langsung
menangis ketika lahir. Imaturitas sistem
imunologi
Do :

- Kulit kemerahan Resiko tinggi


- Suhu 36,2 0C penurunan daya tahan
tubuh
- RR 40x/menit
- P 140x/menit
- Malnutrisi Resiko Infeksi

5. Ds : BBLR Domain 11. Kelas 2.


Kode Diagnosis (00155).
- Ibu klien mengatakan merasa Fungsi organ belum Resiko jatuh
hamil cukup bulan. Riwayat ibu sempurna
KPD 10 jam. Klien lahir spontan,
letak kepala, dan langsung
menangis ketika lahir. Pengaturan
keseimbangan dan
mekanika tubuh belum
Do :
- Klien berusia 1 hari sempurna
- Tampak terpasang gelang
resiko jatuh ditangan dan kaki
klien Resiko jatuh
- Score Resiko Jatuh Humphy
Dumphy =14
3. Diagnosa Keperawatan

NO DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN HARI/TANGGAL PARAF


FOKUS
1 DX 1 Domain II. Kelas I. Kode Diagnosis Selasa, 22/12/2020 MJF
00002. Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b.d
malnutrisi (BBLR)

2 DX II Domain XI. Kelas VI. Kode Diagnosis Selasa, 22/12/2020 MJF


00006. Hipotermi b.d immaturitas
jaringan adipose subkutan

3 DX III Domain XI. Kelas II. Kode Diagnosis Selasa, 22/12/2020 MJF
00249. Resiko dekubitus d.d nutrisi
bayi tidak adekuat

4 DX IV Domain XI. Kelas I. Kode Diagnosis Selasa, 22/12/2020 MJF


00004. Resiko infeksi d.d malnutrisi
dan immaturitas organ tubuh

5 DX V Domain 11. Kelas 2. Kode Diagnosis Selasa, 22/12/2020 MJF


(00155). Resiko jatuh d.d
keseimbangan mekanika tubuh belum
sempurna
4. Intervensi Keperawatan
Perencanaan
No Diagnosa
NOC NIC Rasional
1 DX I (1005). Status Nutrisi : (1100) Manajemen - Pengkajian
Asupan nutrisi. nutrisi. antropometri
menjadi standar
Setelah dilakukan - Kaji status baku untuk
tindakan keperawatan antropometri klien menentukan
selama 3 x 24 jam (BB, PB dan status nutrisi
perhitungan Z- klien,
diharapkan pemenuhan
skor), - Pemasangan
status nutrisi klien - Lakukan tindakan OGT dilakukan
teratasi dengan kriteria pemasangan OGT, untuk membantu
hasil : jika diperlukan klien memenuhi
- Pemberian ASI - Anjurkan Ibu kebutuhan nutrisi
dilakukan untuk melakukan enteral
secara konsisten IMD, - IMD dilakukan
dan kontinyu. - Anjurkan Ibu untuk
- BB dalam untuk tetap menstimulasi
rentang normal memberikan ASI bayi agar
2500 gram – secara kontiyu menyusui
4000 gram setiap 3 jam, sehingga
- PB dalam - Lakukan kebutuhan nutrisi
rentang normal pemantauan dapat tercukupi
48 – 53 cm residual pada bayi, - ASI diberikan
- Z-skor BB/U - Berikan Penkes untuk memenuhi
atau PB/U pada Ibu dan kebutuhan nutrisi
dalam rentang keluarga tentang bayi dan
normal -2 SD metode pemberian meminimalisir
s/d 2 SD nutrisi enteral resiko terjadinya
- Total energy pada BBLR, NEC.
158,4 - Berkolaborasi - Residu dikaji
kkal/kgBB/hari dengan ahli gizi untuk mengetahui
untuk pemberian secara luas tanda
nutrisi tambahan dan gejala sepsis
sesuai AKG/Total - Penkes diberikan
Energi, untuk menambah
pengetahuan ibu
dan keluarga cara
untuk
memberikan
nutrisi yang baik
pada bayi dengan
BBLR
- Kolaborasi ahli
gizi dibutuhkan
untuk
memberikan
nutrisi tambahan
pada bayi.
2 DX II (0801). Termoregulasi (3800). Perawatan - Tanda vital
bayi baru lahir Hipotermi merupakan
pemeriksaan
Setelah dilakukan - Kaji tanda vital atau deteksi
tindakan keperawatan setiap 8 jam, catat awal dari
selama 3 x 24 jam adanaya adanya
perubahan yang masalah
diharapkan masalah
signifikan kesehatan
hipotermi klien teratasi - Atur suasana pada pasien
dengan kriteria hasil : lingkungan, - Pengaturan suhu
- Suhu tubuh bayi matikan/turunkan lingkungan yang
stabil suhu pendingin nyaman dapat
- Tidak ada ruangan mencegah
perubahan - Pehatikan suhu terjadinya
warna kulit penghangat tubuh pengeluaran
- Pengaturan suhu - Selimuti bayi, panas tubuh
ruangan stabil hindari kontak - Penghangat
- Tanda vital dengan barang- ruangan perlu di
dalam rentang barang konveksi control untuk
normal yang dapat menyesuaikan
P : 120 – mempengaruhi suhu lingkungan
140x./menit ketidakstabilan dengan suhu
RR : 30x/menit suhu tubuh tubuh bayi
S : 36,50C – - Anjurkan Ibu - Menjaga bayi
37,50C untuk melakukan agar tetap hangat
KMC (Kangoroo - Metode KMC
Mother Care) terbukti dapat
- Monitor suhu tubu mempertahankan
setiap 6-12 jam suhu tubuh bayi
tetap hangat dan
mencegah
kehilangan panas
tubuh
(Setiyawan.,
Wahyu Deda
Prajani., Wahyu
Dwi Agussafutri,
2019)
- Bayi yang
mengalami resiko
hipotermi perlu
dipantau suhu
tubuhnya secara
konsisten.
3 DX III (1101) Integritas (3540) Pencegahan - Mengidentifikasi
jaringan kulit dekubitus tanda luka tekan
pada area
Setelah dilakukan - Observasi tanda posterior
tindakan keperawatan luka tekan pada - Reposisi pasien
selama 3 x 24 jam area posterior dilakukan untuk
diharapkan klien tubuh bayi mencegah
terhindar dari resiko - Reposisi pasien penekanan pada
dekubitus dengan setiap 2 jam area belakang
sekali dengan - Pengalas yang
kriteria hasil :
cara yang benar empuk dan
- Kelembaban - Berikan pengalas pakaian yang
dan turgor kulit empuk, nyaman lembut dapat
baik dan pakaian yang memberikan
- Skala Norton 18 lembut kenyamanan pada
– 20 (tidak - Jaga linen pasien pasien dan
beresiko) agar tetap bersih, mencegah
- Tidak ada kering dan bebas terjadinya
tanda-tanda luka kerutan pergesekan yang
tekan/infeksi - Berikan dapat
lotion/baby oil menimbulka luka
pada area - Linen yang
posterior bayi bersih, kering dan
- Berikan penkes tidak berkerut
tentang dapat mencegah
manajemen adanya gesekan
pencegahan luka yang dapat
dekubitus menimbulkan
luka.
- Menjaga
kelembaban
elastisitas kulit
- Penkes diberikan
agar keluarga
dapat memahami
cara pencegahan
luka tekan pada
bayi.

4 DX IV (0703) Keparahan (6540) Kontrol - Tanda vital


infeksi. Infeksi. merupakan
pemeriksaan atau
Setelah dilakukan - Observasi tanda deteksi awal dari
tindakan keperawatan vital setiap 8 jam, adanya masalah
selama 3 x 24 jam catat adanya kesehatan pada
perubahan yang pasien
diharapkan klien
signifikan - Mengetahui
terhindar dari resiko - Observasi tanda tanda gejala
infeksi dengan kriteria infeksi (rubor, infeksi melalui
hasil : dolor, kalor, perubahan suhu
- Tidak ada tanda tumor, fungsio tubuh, perubahan
infeksi lesea) kulit, bengkak,
- Tanda vital - Lakukan dressing nyeri, dan adanya
dalam rentang - Lakukan luka terbuka)
normal perawatan tali - Tidakan aseptic
P : 120 – pusat dengan dilakukan untuk
140x./menit benar menjaga bayi
RR : 30x/menit - Terapkan tindakan agar tidak terjadi
S : 36,50C – aseptic infeksi
37,50C - Anjurkan cuci - Tangan
- Leukosit dalam tangan 5 moment merupakan agen
rentang normal - Anjurkan ibu penyebaran
5000 – 10.000 memberikan ASI kuman sehingga
µL secara konsisten cuci tangan 5
- Batasi jumlah moment
pengunjung dilakukan dapat
- Lakukan tindakan mengurangi
personal hygiene proses penularan
- Monitor jumlah infeksi
leukosit - Kandungan ASI
- Monitor seperti makro dan
pengeluaran mikro nutrient
residual serta beberapa
- Berikan penkes enzim dan
pada Ibu dan antibody dapat
keluarga pasien membantu sistem
tentang personal imun untuk
hygiene mencegah infeksi
- Kolaborasi dengan yang masuk
dokter pemberian dalam tubuh
antibiotic dan - Kebersihan diri
rencana imunisasi, dan pembatasan
jika diperlukan jumlah
pengunjung
dilakukan untuk
memutus mata
rantai infeksi
- Residu dikaji
untuk
mengetahui
secara luas tanda
dan gejala sepsis
- Penkes dilakukan
untuk menambah
pengetahuan dan
kemapuan
psikomotro
keluarga pasien
tentang cara
menjaga
kebersihan diri.
- Antibotik dan
rencana
imunisasi
dilakukan untuk
memperkuat
imunitas bayi
5 DX V (1902). Kontrol resiko (6490). Pencegahan - Sebagai tanda
jatuh dan informasi
Setelah dilakukan - Pasang stiker dan untuk petugas
tindakan keperawatan gelang resiko lain dan
selama 1 x 24 jam jatuh keluarga supaya
diharapkan kejadian - Pasang penandaan mencegah
jatuh dan resiko jatuh resiko jatuh tinggi terjadinya resiko
teratasi dengan kriteria di incubator jatuh
hasil : pasien. - Sebagai
- Klien tampak - Pastikan pintu informasi untuk
bugar incubator selalu petugas
- Pergerakan aktif tertutup dan mengobservasi
- Tidak ada resiko
terkunci dengan agar tidak terjadi
jatuh
- Score Resiko benar jatuh selama
Jatuh Humphy - Ajarkan anggota perawatan.
Dumphy = < 7 keluarga - Keamanan dan
mengenai faktor kenyamanan
resiko jatuh klien terpenuhi
dalam
pencegahan
tidak terjadinya
jatuh untuk bayi
yang aktif.
- Ikut peran serta
dalam mencegah
agar tidak terjadi
nya jatuh
5. Catatan Perkebangan Keperawatan
No Hari Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal Keperawatan

1 Rabu, 09.00 DX I - Mengkaji status S:


23/12/2020 antropometri klien (BB, Ibu klien mengatakan tetap
PB dan perhitungan Z- menyusui bayinya.
skor),
- Melakukan tindakan O:
pemasangan OGT, jika
diperlukan - BB 2040 gram
- Menganjurkan Ibu untuk - PB 45 cm
melakukan IMD, - Z-skor -3,15 SD
- Meganjurkan Ibu untuk - Ibu tampak
tetap memberikan ASI memberikan pada
secara kontiyu setiap 3 bayinya
jam, - Total kalori 163,2
- Melakukan pemantauan kkal
residual pada bayi, - ASI diberikan 8 x
- Memerikan Penkes pada 10 cc
Ibu dan keluarga tentang A:
metode pemberian Masalah pemenuhan
nutrisi enteral pada kebutuhan nutrisi belum
BBLR, tertasi.
- Berkolaborasi dengan
ahli gizi untuk P:
pemberian nutrisi Tetap monitor status nutrisi,
tambahan sesuai pertahankan pemberian
AKG/Total Energi, ASI. Lanjutkan intervensi

2 Rabu, 09.00 DX II - Mengkaji tanda vital S:-


23/12/2020 setiap 8 jam, catat
adanaya perubahan yang O:
signifikan
- Mengatur suasana - RR 30x/menit
lingkungan, - P 120x/menit
matikan/turunkan suhu - Suhu 36,80C
pendingin ruangan - Akral hangat
- Memperhatikan suhu - Warna kulit
penghangat tubuh kemerahan
- Menyediakan selimut - Ibu tampak
bayi, Menghindari melakukan KMC
kontak dengan barang- setiap hai
barang konveksi yang A:
dapat mempengaruhi Masalah hipotermi belum
ketidakstabilan suhu sepenuhnya teratasi
tubuh
- Menganjurkan Ibu untuk P:
melakukan KMC
(Kangoroo Mother Care) Tetap resiko hipotermi,
- Memonitor suhu tubu Lanjutkan intervensi.
setiap 6-12 jam

3 Rabu, 09.00 DX III - Mengobservasi tanda S:


23/12/2020 luka tekan pada area Ibu klien mengatakan sudah
posterior tubuh bayi paham tentang manajemen
- Melakukan reposisi pencegahan luka tekan
pasien setiap 2 jam O:
sekali dengan cara yang
benar - Kulit tampak
- Memberikan pengalas kemerahan
empuk, nyaman dan - Akral hangat
pakaian yang lembut - Tekstur kulit
- Menjaga linen pasien lembab
agar tetap bersih, kering - Turgor baik elastis
dan bebas kerutan - Lingkungan pasien
- Memberikan lotion/baby aman, linen kering
oil pada area posterior bersih, bebas
bayi kerutan.
- Memberikan penkes - Skala Norton 17
tentang manajemen A:
pencegahan luka Masalah resiko luka tekan
dekubitus belum sepenuhnya teratasi.

P:
Tetap monitor kulit bayi
dan tanda luka dekubitus.
Lanjutkan Intervensi

4 Rabu, 09.00 DX IV - Mengobservasi tanda S:


23/12/2020 vital setiap 8 jam, catat Ibu klien mengatakan sudah
adanya perubahan yang tahu dan sudah
signifikan mengaplikasikan cuci
- Mengobservasi tanda tangan 5 momen dan
infeksi (rubor, dolor, personal hygiene lainnya
kalor, tumor, fungsio
lesea) O:
- Melakukan dressing
- Melakukan perawatan - RR 30x/menit
tali pusat dengan benar - P 120x/menit
- Menerapkan tindakan - Suhu 36,80C
aseptic - Tidak ada tanda
- Menganjurkan cuci infeksi
tangan 5 moment - Kulit tampak
- Menganjurkan ibu kemerahan
memberikan ASI secara - Turgor baik elastik
konsisten - Bayi sudah
- Membatasi jumlah diberikan imunisasi
pengunjung Hepatitis B
- Melakukan tindakan - Lingkungan sekitar
personal hygiene pasien tampak
- Memonitor jumlah bersih
leukosit - Leukosit 6500 µL
- Memonitor pengeluaran
residual A:
- Memberikan penkes Masalah resiko infeksi
pada Ibu dan keluarga belum sepenuhnya teratasi.
pasien tentang personal
hygiene P:
- Berkolaborasi dengan Tetap monitor tanda
dokter pemberian infeksi. Lanjutkan
antibiotic dan rencana intervensi.
imunisasi, jika
diperlukan

5 Rabu, 09.00 DX V - Memasang stiker dan S:-


23/12/2020 gelang resiko jatuh
- Memasang penandaan O:
- Klien berusia 1 hari
resiko jatuh tinggi di
- Tidak terjadi jatuh
incubator pasien. - Klien tampak nyaman
- Memastikan pintu dan aman
incubator selalu tertutup
dan terkunci dengan A:
benar Resiko jatuh masih ada
- Mengajarkan anggota
P:
keluarga mengenai
Lakukan Assement ulang
faktor resiko jatuh resiko jatuh. Edukasikan
tentang metode kanguru ke
ibu bayi untuk persiapan
perawatan dirumah
BAB III

ANALISIS JURNAL DAN EVIDENCE BASED PRACTICE

PENGARUH PELAKSANAAN KANGAROO MOTHER CARE (KMC)


SELAMA SATU JAM TERHADAP SUHU TUBUH BAYI BERAT BADAN
LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG PERINATOLOGI RSUD PANDAN
ARANG BOYOLALI
P (Patient/Population) : Sampel sebanyak 22 bayi dengan teknik
accidental sampling dengan kriteria inklusi: bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) yang dirawat di
Perinatologi RSUD Pandan Arang Boyolali, bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) yang mengalami
hipertermi dan hipotermi, Ibu bayi BBLR
bersedia dilakukan KMC selama 3 hari, keadaan
umum bayi BBLR baik dan stabil selama KMC.
I (Intervenstion) : Pelaksanaan Kangaroo Mother Care (KMC)
selama satu jam terhadap suhu tubuh bayi BBLR
di Ruang Perinatologi RSUD Pandan Arang
Boyolali. Pengukuran suhu dilakukan sebelum
dan sesudah dilakukan Kangaroo Mother Care
(KMC)
C (Comaprison) : Hasil suhu setelah dilakukan KMC selama satu
jam meskipun mengalami kenaikan, kenaikannya
hanya 10C - 20C selama hari pertama, kedua,
ketiga adalah 36,60C dan 37,70C. Dengan
penerapan KMC selama satu jam, proses
kehilangan suhu tubuh dengan cara konveksi tidak
terjadi. Pengeluaran panas tubuh melalui
mekanisme vasodilatasi sehingga memungkinkan
perpindahan panas dari tubuh ke kulit. Panas pada
kulit bayi BBLR yang dilakukan KMC, tidak
menghilang dikarenakan tidak terjadi perpindahan
panas secara konveksi dengan udara yang lebih
dingin, justru kulit bayi mengalami perpindahan
panas secara konduksi yaitu kontak dengan kulit
ibunya yang suhunya lebih lebih tinggi dari suhu
BBLR.
O (Outcome) : Mengetahui pengaruh pelaksanaan Kangaroo
Mother Care (KMC) selama satu jam terhadap
suhu tubuh Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR).
KMC dapat menstabilkan suhu tubuh, pernapasan
dan denyut jantung bayi, perlindungan bayi dari
infeksi, mening-katkan pertumbuhan dan
perkembangan bayi, berat badan bayi cepat naik,
meningkatkan keberhasilan pemberian ASI,
stimulasi dini, kasih sayang/bounding (bayi
merasa dicintai dan diperhatikan) menurunkan
angka kematian neonatal (AKN), mengurangi
biaya rumah sakit karena waktu perawatan yang
pendek,tidak memerlukan inkubator dan efisiensi
tenaga kesehatan
T (Times) : KMC dilakukan selama 1 jam dalam waktu 3 hari,
keadaan umum bayi BBLR baik dan stabil selama
KMC.
Sumber :
Setiyawan., Wahyu Deda Prajani., Wahyu Dwi Agussafutri. (2019). Pengaruh
Pelaksanaan Kangaroo Mother Care (KMC) Selama Satu Jam Terhadap Suhu
Tubuh Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi Rsud
Pandan Arang Boyolali Vol. 4. No. 1, pp : 1 – 73. Jurnal Keperawatan Global
DOI https://doi.org/10.37341/jkg.v4i1.64 , diakses pada 24 Desember 2020.
Tersedia di : http://jurnalkeperawatanglobal.com/index.php/jkg/article/view/64

Anda mungkin juga menyukai