Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


HEMATOLOGI DENGUE FEVER

Disusun sebagai syarat untuk memenuhi tugas akhir stase Keperawatan


Dasar Profesi (KDP)

OLEH :

Alfiany Dzakiyah R Z 200721019


Asep Wira 200721033
Diva Noviandari 200721032
Indah Yulinda Pramesty 200721026
Listia Agnes Sofyan 200721027
Lu’lu’ Najihah 200721028
Mohamad Jihad F 200721031
Noviani 200721029
Ridwan Taufik 200721035
Sri Puspita Sari 200721030
Tria Utami Damayanti 200721025

PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau DHF (Dengue Haemoragic Fever)
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong
Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan family Flaviviridae. DBD
ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti
(infodatin, 2016). Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat
menyerang seluruh kelompok umur. Munculnya penyakit ini berkaitan
dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Kemenkes RI, 2016).
Menurut data WHO (2016) penyakit DBD pertama kali dilaporkan di Asia
Tenggara pada tahun 1954 yaitu di Filipina, selanjutnya menyebar ke
berbagai Negara. Sebelum tahun 1970, hanya 9 negara yang mengalami
wabah DBD, namun sekarang DBD menjadi penyakit endemik pada lebih
dari 100 negara, diantaranya adalah Afrika, Amerika, Mediterania Timur,
Asia Tenggara dan Pasifik Barat memiliki angka tertinggi terjadinya kasus
DBD. Jumlah kasus di Amerika, Asia Tenggara,dan Pasifik Barat telah
melewati 1,2 juta kasus di tahun 2008 dan lebih dari 2,3 juta kasus di 2010.
Pada tahun 2013 dilaporkan terdapat sebanyak 2,35 juta kasus di Amerika,
dimana 37.687 kasus merupakan DBD berat. Perkembangan kasusu DBD
ditingkat global semangkin meningkat, seperti dilaporkan Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) yakni dari 980 kasus hampir 100 negara tahun
1954-1959 menjadi 1.016.612 kasus dihampir 60 negara tahun 2000-2009
(WHO, 2014).
Menurut Soedarto (2012) Indonesia adalah daerah edemis DBD dan
mengalami epidemic sekali dalam 4-5 tahun. Faktor lingkungan dengan
banyaknya genangan air bersih dan menjadi sarang nyamuk, mobilitas
penduduk yang tinggi dan cepatnya transportasi antar daerah, menyebabkan
sering terjadinya DBD. Indonesia termasuk dalam salah satu Negara yang
edemik DBD dengan jumlah penderitanya yang terus-menerus bertambah dan
penyebarannya semakin luas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari dengue haemorrhagic fever (DHF) ?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi dengue haemorrhagic fever (DHF) ?
3. Bagaimana etiologi dari dengue haemorrhagic fever (DHF) ?
4. Apa saja klasifikasi dengue haemorrhagic fever (DHF) ?
5. Apa saja manifestasi klinis dengue haemorrhagic fever (DHF) ?
6. Bagaimana patofisiologi dengue haemorrhagic fever (DHF) ?
7. Bagaimana pathway dengue haemorrhagic fever (DHF) ?
8. Apa saja komplikasi dari dengue haemorrhagic fever (DHF) ?
9. Apa saja penatalaksanaan dari dengue haemorrhagic fever (DHF) ?
10. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari dengue haemorrhagic fever
(DHF) ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari dengue haemorrhagic fever (DHF)
2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dengue haemorrhagic fever
(DHF)
3. Untuk mengetahui etiologi dengue haemorrhagic fever (DHF)
4. Untuk mengetahui klasifikasi dengue haemorrhagic fever (DHF)
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dengue haemorrhagic fever (DHF)
6. Untuk mengetahui patofisiologi dengue haemorrhagic fever (DHF)
7. Untuk mengetahui pathway dengue haemorrhagic fever (DHF)
8. Untuk mengetahui komplikasi dengue haemorrhagic fever (DHF)
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan dengue haemorrhagic fever (DHF)
10. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dengue haemorrhagic fever
(DHF)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue

haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi

yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis

hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan

hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga

tubuh. Sindrome renjatan dengue (dengue shock syndrome) adal demam

berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Nurarif & Hardhi, 2015).

Dengue Hemmorhagic Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh

virus dengue melalui gigitan nyamuk, penyakit ini telah dengan cepat

menyebar di seluruh wilayah WHO dalam beberapa tahun terakhir. Virus

dengue ditularkan oleh nyamuk betina terutama dari spesies Aedes aegypti

dan, pada tingkat lebih rendah, A. albopictus. Penyakit ini tersebar luas di

seluruh daerah tropis, dengan variasi lokal dalam risiko dipengaruhi oleh

curah hujan, suhu dan urbanisasi yang cepat tidak direncanakan (WHO,

2016).

Dengue adalah penyakit nyamuk yang disebabkan oleh salah satu dari

empat virus dengue yang terkait erat dengan (DENV-1, -2, -3, dan -4).

Infeksi dengan salah satu serotipe dari DENV memberikan kekebalan


terhadap serotipe tersebut untuk hidup, tapi tidak memberikan kekebalan

jangka panjang untuk serotipe lainnya. Dengan demikian, seseorang bisa

terinfeksi sebanyak empat kali, sekali dengan masing-masing serotipe. Virus

dengue ditularkan dari orang ke orang oleh nyamuk Aedes (paling sering

Aedes aegypt).

B. Anatomi dan Fisiologi

Berikut adalah anatomi fisiologi menurut (Smith, et al, 2016) yang

berhubungan degan penyakit DHF yang petama adalah sistem sirkulasi.

Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari

traktus distivus dan dari paru-paru ke sela-sela tubuh. Selain itu, sistem

sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa metabolisme dari sel-

sel ke ginjal, paru-paru dan kulit yang merupakan tempat ekskresi sisa-sisa

metabolisme. Organ-organ sistem sirkulasi mencakup jantung, pembuluh

darah, dan darah.

C. Etiologi
Demam berdarah terjadi ketika seseorang digigit oleh nyamuk yang

terinfeksi virus. Nyamuk Aedes aegypti adalah spesies utama yang menyebar

penyakit ini. Ada lebih dari 100 juta kasus baru demam berdarah setiap tahun

di seluruh dunia. Sejumlah kecil ini berkembang menjadi demam berdarah.

Kebanyakan infeksi di Amerika Serikat yang dibawa dari negara lain. Faktor

risiko untuk demam berdarah termasuk memiliki antibodi terhadap virus

demam berdarah dari infeksi sebelumnya (Ian, et al, 2019).


Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae terdapat 4

serotipe virus dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, keempatnya

ditemukan di Indonesia dengan den-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu

serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan,

sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang,

sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap

serotipe lain. Seseorang yang tinggal di daerah epidermis dengue dapat

terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus

dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (NANDA, 2018;

Potter Perry, 2010, Kozier B, 2010).

D. Klasifikasi

DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis

dibagi menjadi 4 Derajat (Menurut WHO, 2017) yaitu :

1. Derajat I (ringan): Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala klinis

lain dan manifestasi perdarahan ringan, trombositopenia dan

hemokonsentrasi. tourniquet positif.

2.  Derajat II (sedang): Ditemukan pula perdarahan kulit dan manifestasi

perdarahan lain.

3. Derajat III: Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan

lemah, tekanan daerah rendah (hipotensi), gelisah, cyanosis sekitar

mulut, hidung dan jari (tanda-tanda dini renjatan).

4. Derajat IV: Ditemukan dengue shock syndrome dengan tensi dan nadi

yang tak terukur.


E. Manifestasi Klinis

Demam berdarah menurut (WHO, 2016) adalah, penyakit seperti flu

berat yang mempengaruhi bayi, anak-anak dan orang dewasa, tapi jarang

menyebabkan kematian. Dengue harus dicurigai bila demam tinggi (40 ° C /

104 ° F) disertai dengan 2 dari gejala berikut: sakit kepala parah, nyeri di

belakang mata, nyeri otot dan sendi, mual, muntah, pembengkakan kelenjar

atau ruam. Gejala biasanya berlangsung selama 2-7 hari, setelah masa

inkubasi 4-10 hari setelah gigitan dari nyamuk yang terinfeksi.

Dengue yang parah adalah komplikasi yang berpotensi mematikan

karena plasma bocor, akumulasi cairan, gangguan pernapasan, pendarahan

parah, atau gangguan organ. Tanda-tanda peringatan terjadi 3-7 hari setelah

gejala pertama dalam hubungannya dengan penurunan suhu (di bawah 38 °

C/100 ° F) dan meliputi: sakit parah perut, muntah terus menerus, napas

cepat, gusi berdarah, kelelahan, kegelisahan dan darah di muntah. 24-48 jam

berikutnya dari tahap kritis dapat mematikan; perawatan medis yang tepat

diperlukan untuk menghindari komplikasi dan risiko kematian

Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu:

a. Derajat I : Demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya

manifestasi perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia,

himokonsentrasi.

b. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau

tempat lain.Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh


nadi cepat dan lemah, tekanan darah turun (20 mm Hg) atau hipotensi

disertai dengan kulit dingin dan gelisah.

c. Derajat IV : Kegagalan sirkulasi, nadi tidak teraba dan tekanan darah

tidak Terukur.

Menurut Ian et. Al (2019), gejala awal demam berdarah dengue yang

mirip dengan demam berdarah. Tapi setelah beberapa hari orang yang

terinfeksi menjadi mudah marah, gelisah, dan berkeringat. Terjadi

perdarahan: muncul bintik-bintik kecil seperti darah pada kulit dan patch

lebih besar dari darah di bawah kulit. Luka ringan dapat menyebabkan

perdarahan. Syok dapat menyebabkan kematian. Jika orang tersebut

bertahan, pemulihan dimulai setelah masa krisis 1-hari.

1. Gejala awal termasuk:

a. Nafsu makan menurun

b. Demam

c. Sakit kepala

d. Nyeri sendi atau otot

e. Perasaan sakit umum

f. Muntah

2. Gejala fase akut termasuk kegelisahan diikuti oleh:

a. Bercak darah di bawah kulit

b. Bintik-bintik kecil darah di kulit

c. Ruam Generalized

d. Memburuknya gejala awal


3. Fase akut termasuk seperti shock ditandai dengan:
a. Dingin, lengan dan kaki berkeringat
b. Berkeringa

F. Patofisiologi
Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah

meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya

perembesan atau kebocoran plasma, peningkatan permeabilitas dinding

kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma yang secara otomatis

jumlah trombosit berkurang, terjadinya hipotensi (tekanan darah rendah) yang

dikarenakan kekurangan haemoglobin, terjadinya hemokonsentrasi

(peningkatan hematocrit > 20%) dan renjatan (syok). Hal pertama yang

terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah penderita

mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal di seluruh

tubuh, ruam atau bitnik-bintik merah pada kulit (petekie), sakit tenggorokan

dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran limpa (splenomegali).

Hemokonsentrasi menunjukkan atau menggambarkan adanya

kebocoran atau perembesan plasma ke ruang ekstra seluler sehingga nilai

hematocrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh

karena itu, pada penderita DHF sangat dianjurkan untuk memantau

hematocrit darah berkala untuk mengetahuinya. Setelah pemberian cairan

intravena peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma

telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan

dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung.

Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan


mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk

bahkan bisa mengalami renjatan dan apabila tidak segera ditangani dengan

baik maka akan mengakibatkan kematian. Sebelumnya terjadinya kematian

biasanya dilakukan pemberian transfusi guna menambah semua komponen-

komponen di dalam darah yang telah hilang.


G. Pathway

H. Komplikasi
Adapun komplikasi dari DHF (Kemenkes RI, 2017) adalah:

1. Perdarahan Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah

trombosit dan koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan

meningkatnya megakoriosit muda dalam sel-sel tulang dan pendeknya

masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan dapat dilihat pada uji torniquet

positif, ptekie, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis, dan

melena.

2. Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-

7 yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga

terjadi kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke ronnga pleura dan

peritoneum, hiponatremia, hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang

mngekaibatkan berkurangnya alran balik vena, penurunan volume

sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi 13 disfungsi atau penurunan

perfusi organ. DSS juga disertai kegagalan hemeostasis yang

mengakibatkan aktivitas dan integritas sistem kardiovaskular, perfusi

miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi

iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible,

terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam

wakti 12-24 jam.

3. Hepatomegali Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang

dihubungkan dengan nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus

hati dan sel-sel kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang
lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek

virus antibody.

4. Efusi Pleura Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi

cairan intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan

dalam rongga pleura dan adanya dipsnea.

I. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan DHF menurut (Kemenkes RI, 2017), yaitu :

1. Beritahu pasien untuk minum banyak cairan dan mendapatkan banyak

istirahat.

2. Beritahu pasien untuk mengambil antipiretik untuk mengontrol suhu

mereka. anak-anak dengan dengue beresiko untuk demam kejang selama

fase demam.

3. Peringatkan pasien untuk menghindari aspirin dan nonsteroid lainnya, obat

anti inflamasi karena mereka meningkatkan risiko perdarahan.

4. Memantau hidrasi pasien selama fase demam

5. Mendidik pasien dan orang tua tentang tanda-tanda dehidrasi dan pantau

output urine

6. Jika pasien tidak dapat mentoleransi cairan secara oral, mereka mungkin

perlu cairan IV.


7. Kaji status hemodinamik dengan memeriksa denyut jantung, pengisian

kapiler, nadi, tekanan darah, dan Output urine.

8. Lakukan penilaian hemodinamik, cek hematokrit awal, dan jumlah

trombosit.

9. Terus memantau pasien selama terjadi penurunan suhu badan sampai yg

normal.

10. Fase kritis DBD dimulai dengan penurunan suhu badan sampai yg

normal dan berlangsung 24-48 jam.

J. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (WHO, 2016), Pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan

darah lengkap. Pada penderita yang disangka menderita DHF dilakukan

pemeriksaan hemoglobin, hematocrit, dan trombosit setiap 2-4 jam pada hari

pertama perawatan. Selanjutnya setiap 6-12 jam sesuai dengan pengawasan

selama perjalanan penyakit. Misalnya dengan dilakukan uji tourniquet.

1. Uji tourniquet

Perocbaan ini bermaksud menguji ketahanan kapiler darah dengan

cara mengenakan pembendungan kepada vena sehingga darah menekan

kepada dinding kapiler. Dinding kapiler yang oleh suatu penyebab kurang

kuat akan rusak oleh pembendungan itu, darah dari dalam kapiler itu

keluar dari kapiler dan merembes ke dalam jaringan sekitarnya sehingga

Nampak sebagai bercak kecil pada permukaan kulit.


Pandangan mengenai apa yang boleh dianggap normal sering

berbeda-beda. Jika ada lebih dari 10 petechia dalam lingkungan itu maka

test biasanya baru dianggap abnormal, dikatakan juga tes itu positif.

Seandainya dalam lingkungan itu tidak ada petechial, tetapi lebih jauh

distal ada, percobaan ini (yang sering dinamakan Rumpel-Leede)

2. Hemoglobin

Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan bermacam-macam

cara yaitu dengan cara sahli dan sianmethemoglobin. Dalam laboratorium

cara sianmethemoglobin (foto elektrik) banyak dipakai karena dilihat dari

hasilnya lebih akurat disbanding sahli, dan lebih cepat. Nilai normal untuk

pria 13-15 gr/dl dan wanita 12-14 gr.dl.

Kadar hemoglobin pada hari-hari pertama biasanya normal atau sedikit

menurun. Tetapi kemudian kadarnya akan naik mengikuti peningkatan

hemokonsentrasi dan merupakan kelainan hematologi paling awal yang

dapat ditemukan pada penderita demam berdarah atau yang biasa disebut

dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) atau DHF.

3. Hematokrit

Nilai hematokrit ialah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan

disebut dengan persen dan dari volume darah itu. Biasanya nilai itu

ditentukan dengan darah vena atau darah kapiler. Nilai normal untuk pria

40-48 vol% dan wanita 37-43 vol%. penetapan hematocrit dapat dilakukan
sangat teliti, kesalahan metodik rata-rata kurang lebih 2%. Hasil itu

kadang-kadang sangat penting untuk menentukan keadaan klinis yang

menjurus kepada tindakan darurat.

Nilai hematokrit biasanya mulai meningkat pada hari ketiga dari

perjalanan penyakit dan makin meningkat sesuai dengan proses perjalanan

penyakit demam berdarah. Seperti telah disebutkan bahwa peningkatan

nilai hematocrit merupakan manifestasi hemokonsentrasi yang terjadi

akibat kebocoran plasma. Akibat kebocoran ini volume plasma menjadi

berkurang yang dapat mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik dan

kegagalan sirkulasi. Pada kasus-kasus berat yang telah disertai perdarahan,

umumnya nilai hematocrit tidak meningkat bahkan menurun.

Telah ditentukan bahwa pemeriksaan Ht secara berkala pada penderita

DHF mempunyai beberapa tujuan, yaitu:

a. Pada saat pertama kali seorang anak dicurigai menderita DHF,

pemeriksaan ini turut menentukan perlu atau tidaknya anak itu dirawat.

b. Pada penderita DHF tanpa rejatan pemeriksaan hematocrit berkala ikut

menentukan perlu atau tidaknya anak itu diberikan cairan intravena.

c. Pada penderita DHF pemeriksaan Ht berkala menentukan perlu atau

tidaknya kecepatan tetesan dikurangi, menentukan saat yang tepat untuk

menghentikan cairan intravena dan menentukan saat yang tepat untuk

memberikan darah.

4. Trombosit
Trombosir sukar dihitung karena mudah sekali pecah dan sukar

dibedakan deari kotoran kecil. Lagi pula sel-sel itu cenderung melekat

pada permukaan asing (bukan endotel utuh) dan menggumpal-gumpal.

Jumlah trombosit dalam keadaan normal sangat dipengaruhi oleh cara

menghitungnya, sering dipastikan nilai normal itu antara 150.000 –

400.000/µl darah. Karena sukarnya dihitung, penelitian semukuantitatif

tentang jumlah trombosit dalam sediaan apus darah sangat besar artinya

sebagai pemeriksaan penyaring. Cara langsung menghitung trombosit

dengan menggunakan electronic particle counter mempunyai keuntungan

tidak melelahkan petugas laboratorium (Mansjoer, Arif et all, 2010).

Diagnosis tegas dari infeksi dengue membutuhkan konfirmasi

laboratorium, baik dengan mengisolasi virus atau mendeteksi antibodi-

dengue spesifik. untuk virus isolasi atau deteksi DENV RNA dalam serum

spesimen oleh serotipe tertentu, real-time terbalik transcriptase

polymerase chain reaction (RT-PCR), an-fase akut spesimen serum harus

dikumpulkan dalam waktu 5 hari dari onset gejala. Jika virus tidak dapat

diisolasi atau dideteksi dari sampel ini, spesimen serum fase sembuh

diperlukan setidaknya 6 hari setelah timbulnya gejala untuk membuat

diagnosis serologi dengan tes antibodi IgM untuk dengue dengan IgM

antibodi-capture enzyme-linked immunosorbent assay (MAC-ELISA)

(Kemenkes RI, 2017).

Pemeriksaan diagnosis dari infeksi dengue dapat dibuat hanya dengan

pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada isolasi virus, terdeteksinya


antigen virus atau RNA di dalam serum atau jaringan, atau terdeteksinya

antibody yang spesifik pada serum pasien.

Pada fase akut sample darah diambil sesegera mungkin setelah

serangan atau dugaan penyakit demam berdarah dan pada fase sembuh

idealnya sample diambil 2-3 minggu kemudian. Karena terkadang sulit

untuk mendapatkan sampel pada fase sembuh, bagaimanapun, sampel

darah kedua harus selalu diambil dari pasien yang dirawat pada saat akan

keluar dari rumah sakit.


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


HEMATOLOGI DENGUE FEVER
A. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. A

Umur : 20 Tahun

Tgl Lahir : 03 Agustus 2020

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Kesambi-Cirebon

Nomor RM :11022020

Tanggal Masuk : 23 November 2020

Diagnosa Medis : Dengue Fever

2. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. N

Umur : 40 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Wiraswasta

Hubungan dengan pasien : Orang tua/Ibu kandung


B. Keluhan Utama :
Pasien mengatakan demam

C. Riwayat Kesehatan Sekarang :


Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 23 November 2020 pukul 17.00
pasien mengeluh demam, mual, tidak nafsu makan, dan mencret >5x
dalam satu hari. Klien mengatakan demam yang drasakan naik turun,
mulai di rasa pada sore hari, dan demam akan turun setelah diberikan
paracetamol.
D. Riwayat Kesehatan Masa Lalu :
Keluarga pasien mengatakan pasien belum pernah mengalami penyakit
yang dialami sekarang sebelum masuk ke Rumah Sakit
E. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak memiliki silsilah
penyakit keturunan.
F. Riwayat Kesehatan Sosial :
Pasien mengatakan memiliki hubungan sosial yang baik, terlihat banyak
anggota keluarga yang datang menjenguknya.
G. Riwayat Kesehatan Spiritual :
Pasien mengatakan bahwa penyakit yang dideritanya saat ini sebagai
bentuk cobaan dari Allah SWT.
H. Riwayat Kesehatan Transkultural :
Keluarga pasien mengatakan sebagian keluarganya ketika sakit lebih
memilih menggunakan pengobatan alternative.
I. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum
Keadaan Umum : Klien tampak lemah, wajah pucat
Tingkat Kesadaran : Compos mentis
Eye :4
Verbal :5
Motorik :6
2. Pemeriksaan TTV

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Pulse : 80 x/menit

Respirasi : 20 x/menit

Suhu : 36 0C

SPO2 : 97%

3. Pemeriksaan Antropometri
BB sebelum sakit : 50 kg
BB ketika sakit : 47 kg
TB : 169 cm
J. Pengkajian Fisik
1. Kepala
Inspeksi :
Bernentuk mesochepal, tidak ada luka di kepala, rambut hitam, dan
tidak ada ketombe.
Palpasi :
Normal, tidak ada benjolan dan nyeri tekan pada area kepala.
2. Mata
Inspeksi :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, ada sekret pada kedua
mata, dan Pasien mengatakan tidak menggunakan alat bantu melihat
Palpasi :
Normal, tidak ada benjolan dan nyeri tekan pada area mata
3. Hidung dan Sinus
Inspeksi :
Tidak ada cairan ingus, tidak ada pembesaran polip, dan tidak
terpasang alat bantu pernafasan.
Palpasi :
Normal, tidak ada benjolan dan nyeri tekan pada area hidung dan sinus
4. Telinga
Inspeksi :
Telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada gangguan pada pendengaran,
tidak menggunakan alat bantu dengar, bersih, dan tidak ada
penumpukan serumen.
Palpasi :
Normal, tidak ada benjolan dan nyeri tekan pada area telinga.
5. Mulut Dan Gigi
Inspeksi :
- Pasien mengeluh lidahnya terasa pahit dan semua makanan terasa
hambar, lidah dan gigi tampak kotor, mukosa bibir tampak kering,
dan tidak ada pembengkakan pada gusi.
Palpasi :
Normal, tidak ada nyeri pada area mulut dan gusi.
6. Leher
Inspeksi :
Normal, berbentuk simetris dan tidak ada lesi.
Palpasi :
Normal, tidak ada nyeri menelan dan tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid.
7. Dada Dan Jantung
Paru-paru
Inspeksi :
Normal, berbentuk simetris antara paru kanan dan kiri, paru-paru
tampak mengembang, tidak ada lesi dan oedema.
Palpasi :
Normal, tidak ada nyeri tekan pada area paru, traktil fremitus normal
getarannya sama antara kanan dan kiri.
Perkusi :
Normal, sonor di seluruh lapang paru.
Auskultasi :
Normal, vesikuler dan bronkovasikuler, tidak ada bunyi tambahan.
Jantung
Inspeksi :
Normal, ictus cordis tidak tampak, tidak ada lesi atau jaringan parut.
Palpasi :
Normal, ictus cordis teraba pada intercosta IV-V midclavicula.
Perkusi :
Normal, pekak (batas jantung tidak melebar).
Auskultasi :
Normal, bunyi jantung I & II regular, serta tidak ada bunyi tambahan.
8. Abdomen
Inspeksi :
Normal, perut tampak datar, tidak ada acites, tidak ada lesi dan
oedema.
Palpasi :
Normal, tidak ada nyeri tekan pada masing-masing kuadran (kuadran
1-4).
Perkusi :
Norma, timpani.
Auskultasi :
Normal, bising usus normal 12 x/menit.
9. Genitalia
Inspeksi :
Bentuk normal, tidak terpasang kateter, tidak ada lesi, tidak ada
oedema, tidak ada cairan yang keluar dari genitalia.
Palpasi :
Normal, tidak ada nyeri pada area genital.
10. Ekstremitas
Inspeksi :
Ektremitas atas dan bawah tampak lemah, bentuk dan struktur tulang
normal.
Palpasi :
Normal, tidak ada lesi, tidak oedema, serta tidak ada krepitasi.
Kekuatan otot :

3 3
3 3

11. Turgor kulit :


Inspeksi :
- Terpasang infus RL 20 Tpm dan tidak ada oedema.
Palpasi :
- Turgor kulit tidak elastis dan kering, Akral teraba hangat, CRT > 3
detik
K. Pola Fungsional
1. Kebutuhan Nutrisi

Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit


Frekuensi 3x sehari 3x sehari
Jenis Nasi, lauk, sayur, buah, teh Bubur/lembek, lauk, sayur,
manis, dan air putih snack, teh, air putih
Porsi 1 porsi habis 3 sendok
Pola Minum 10 gelas/hari, air putih, dan 5 gelas/hari, air putih, teh,
the susu
Keluhan Tidak ada Mulut kering, mual, tidak
nafsu makan, lidah pahit.
Diet TKTP

2. Pola Eliminasi
a. Eliminasi Urine
Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi 6-8x sehari 5-7x sehari
Pancaran Kuat Lemah
Jumlah ±250 cc sekali (BAK) ±200 cc sekali (BAK)
Bau Amoniak Menyengat
Warna Kuning Pucat Kuning
Perasaan Setelah Lega Lega
BAK
Total Produksi Urin ±1500 ─ 2000 cc / hari ±1000 ─ 1500 cc / hari

b. Eliminasi Alvi

Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit


Frekuensi 1 x / hari pagi 1 x / hari pagi
Konsistensi Lembek berbentuk Lembek berbentuk
Bau Khas Khas
Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan

c. Pola Aktivitas dan Kemandirian

Aktivitas Mandiri Bantu Keterangan


Mandi - √ Dibantu keluarga
Berpakaian - √ Dibantu keluarga
Pergi ke Toilet - √ Dibantu keluarga
Berpindah/Berjalan - Menggunakan kursi

roda
Mengontrol BAB Dan BAK BAB dan BAK
- √
dibantu keluarga
Makan Minum √ -
Tingkat Ketergantungan F (Mandiri untuk 1 fungsi)
Keterangan :

A (Mandiri untuk 6 fungsi)


B (Mandiri untuk 5 fungsi)
C (Mandiri untuk 4 fungsi)
D (Mandiri untuk 3 fungsi)
E (Mandiri untuk 2 fungsi)
F (Mandiri untuk 1 fungsi)
G (Tergantung untuk 6 fungsi)
d. Pola Istirahat Tidur

Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit


Jumlah jam tidur siang - -
Jumlah jam tidur malam 6 ─ 7 jam 4 jam
Pengantar tidur Tidak ada Tidak ada
Gangguan tidur Tidak ada Sering terbangun
Perasaan waktu bangun Nyaman Masih ngantuk dan
lemas

L. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium

Parameter Hasil Nilai Normal Satuan


Hematologi Automatic
Hemoglobin 17,7 14,0-17,5 g/dL
Jumlah Leukosit 3,88 4,50-11,0 mm3
Jumlah Eritrosit 6,31 4,50-5,90 juta/mm3
Hematokrit 50,9 40,0-54,0 %
Jumlah Trombosit 31 150-450 mm3
MCV 80,7 80-96 Fl
MCH 28,1 28-33 Pg
MCHC 34,8 33-36 g/dL
Hitung Jenis
Basophil 1,0 0,0-1,0 %
Eosinophil 0,3 1,0-6,0 %
Neutrophil batang 0,0 2,0-6,0 %
Neutrophil segmen 42,8 50,0-70,0 %
Limfosit 42,0 20,0-40,0 %
Monosit 13,9 2,0-9,0 %
Neutrophil to Lymphocyte 1,0 %
HFLC 8,0 %
Dengue NS 1
Dengue NS 1 (-) Negatif
Dengue Blot IgG & IgM
Anti Dengue IgG (+) Positif MRR
Anti Dengue IgM (-) Negatif MRR
Elektrolit
Natrium (Sodium) 133,7 135,0-148,0 mmol/L
Kalium (potassium) 3,11 3,50-5,30 mmol/L

2. Foto Thoraks
Cor:
Konfigurasi jantug normal
Pulmo :
- Corakan brochovasculer meningkat dan kasar, tak tampak pada kedua
lapang paru, tidak tampak penebalan hillus kanan dan kiri, sinus
kostofrenikus kanan dan kiri lancip
Kesan :
- Tidak tampak pembesaran jantung
3. Terapi Farmakologi
1) Terapi obat
KSR 600 Mg Tab
Lodia 2 Mg Tab
PCT 10 Mg
Imboost Force Tab
2) Terapi Injeksi
Lansoprazole 30 Mg
3) Terapi infuse (Infus Ringer Lactate 20 Tpm)
ANALISA DATA
Masalah
No Data Fokus Etiologi
Keperawatan
1 DS : Arbovirus membuka Ketidakefektifan
melalui perantara Aedes
Pasien mengatakan termoregulasi
Egypthy
demam. Klien
mengatakan demam
Beredar dalam aliran
yang dirasakan naik darah
turun, mulai di rasa
pada sore hari, dan Infeksi virus dengue
demam akan turun
setelah diberikan Aktivasi sistem
komplemen
paracetamol.

Membentuk dan
DO :
melepaskan zat C3A
- Pasien tampak dan C5A
lemah
Permeabilitas
- Akral teraba membrane meningkat
hangat
- CRT >3 detik Renjatan hipovolemik
dan hipotensi
- Pemeriksaan
hematologi
Dehidrasi
Leukosit: 3,88
mm3
AMB meningkat
Eritrosit: 6,31
juta/mm3
PGE Hipotalamus
- Pemeriksaan
TTV
Suhu tubuh fluktuatif
T: 110/70 mmHg
P: 80 x/menit
R: 20 x/menit Ketidakefektifan
S: 36 0C termoregulasi
- Terapi obat
antipiretik PCT
10 mg
2 DS : Arbovirus membuka Ketidakseimbangan
melalui perantara Aedes
- Pasien mengatakan nutrisi kurang dari
Egypthy
lidahnya terasa pahit kebutuhan
dan semua makanan
Beredar dalam aliran
terasa hambar darah
- Pasien mengatakan
mual dan tidak nafsu Infeksi virus dengue
makan
Aktivasi sistem
komplemen
DO :
- Pasien tampak tidak
Membentuk dan
nafsu makan dan
melepaskan zat C3A
hanya makan 3 dan C5A
sendok dari menu
makanan yang Permeabilitas
membrane meningkat
diberikan di RS
- Diet TKTP
Renjatan hipovolemik
- Gigi dan lidah
dan hipotensi
tampak kotor
- Mukosa bibir
tampak kering
Lemas, letih, lesu
- BB 47 Kg
(Bedrest)
(penurunan 3 Kg)
- TB 1.69 m
Penurunan ADLs
- IMT 16,45 kg/m2
- BBI 63 kg
Oral Hygiene terganggu
Fungsi pengecapan
menurun

Nafsu makan berkurang

Asupan nutrisi tidakk


adekuat

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
3 DS : Arbovirus membuka Defisiensi volume
melalui perantara Aedes
- Pasien mengatakan cairan
Egypthy
lemas, mencret
>5x/hari
Beredar dalam aliran
darah
DO :
- Pasien tampak Infeksi virus dengue
pucat
- Turgor kulit tidak Aktivasi sistem
komplemen
elastis dan kering
- Mukosa bibir
Membentuk dan
kering
melepaskan zat C3A
- Terpasang infuse dan C5A
RL 20 Tpm
- Trombosit Permeabilitas
membrane meningkat
31.000/mm3
- Frekuensi
Resiko syok
berkemih pasie
Hipovolemik
5x/hari, bau urine
menyengat
Renjatan hipovolemik
berwarna kuning, dan hipotensi
pancaran urine
lemah Kebocoran plasma
- Jumlah urine
±1000 ─ 1500 cc / Defisiensi volume
cairan
hari
- IMT 16,45 kg/m2
- TD: 110/70 mmHg
- P: 80 x/menit
- R: 20x/menit
- S: 360C
4 DS : Arbovirus membuka Intoleransi aktivitas
melalui perantara Aedes
- Pasien mengatakan
Egypthy
ekstremitas atas dan
bawah lemah
Beredar dalam aliran
darah
DO :
- Sebagian besar Infeksi virus dengue
ADL pasien
tampak dibantu Aktivasi sistem
komplemen
oleh keluarganya
- Terpasang infus
Membentuk dan
RL 20 Tpm
melepaskan zat C3A
- TD: 110/70 mmHg dan C5A
- P: 80x/menit
- R: 20x/menit Permeabilitas
membrane meningkat
- Kekuatan otot
3 3
3 3 Renjatan hipovolemik
dan hipotensi
Lemas, letih, lesu
(Bedrest)

Penurunan ADLs

Intoleransi aktifitas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
N DATA DIAGNOSES TIME SIGN
O
1 Dx. I Domain 11. Keamanan / 23/11/2020 Tim
Perlindungan. Kelas 6.
Termoregulasi. (00008)
Ketidakefektifan termoregulasi b.d
dehidrasi
2 Dx. II Domain 2. Nutrisi. Kelas 1. Makan. 23/11/2020 Tim
(00002) Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh b.d ketidakadekuatan asupan
nutrisi
3 Dx. III Domain 2. Nutrisi. Kelas 5. Hidrasi. 23/11/2020 Tim
(00027). Defisien volume cairan b.d
Asupan cairan kurang
4 Dx. IV Domain 4. Aktivitas/Istirahat. Kelas 23/11/2020 Tim
4. Respon Kardiopulmonal. (00092)
Intoleransi aktivitas b.d Fisik tidak
bugar
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan

1 DX. I Domain II. Kesehatan Domain 2 fisiologis: Pada kasus demam


fisiologi. Kelas I. kompleks. Kelas M yang disebabkan oleh
arbovirus seperti
Pengaturan regulasi. termoregulasi. (3740)
Dengue Fever ini
(0800). Termoregulasi. Perawatan demam pengaturan suasana dan
temperature lingkungan
Setelah dilakukan tindakan - Monitor tanda vital yang nyaman dapat
keperawatan selama 3 x 24 setiap 8 jam, catat menurunkan intensitas
jam diharapkan adanya perubahan terjadinya menggigil
termoregulasi pasien dapat yang signifikan akibat penurunan suhu
teratasi dengan kriteria - Atur suasana dan tubuh.
hasil. suhu lingkungan
pasien yang nyaman. Konsumsi cairan
- Kondisi fisik pasien - Anjurkan klien seperti air putih dapat
bugar memakai pakaian membantu memenuhi
yang tipis asupan cairan yang
- Tidak ada kelelahan
- Dorong untuk adekuat dan mengganti
- Akral teraba hangat cairan yang hilang
memperbanyak
- CRT <3 detik konsumsi cairan akibat penguapan
(evaporasi).
- Leukosit dalam - Monitor komplikasi
yang berhubungan Metode tapid sponges
rentang normal 4.500
dengan demam serta dan kelantang
– 11.000/mm3 tanda dan gejala dilakukan untuk
- Eritrosit dalam kondisi penyebab menstimulasi
demam (kejang, vasodilatasi pembuluh
rentang normal 4,50 –
penurunan kesadaran) darah sehingga dapat
5,90 juta/mm3 - Lakukan metode melepas panas tubuh.
- Tanda vital dalam tapid sponges dan
kelatang, (kompres Pakaian dan linen yang
rentang normal basah apabila tidak
pada bagian leher,
T: 120/80 mmHg langsung diganti akan
ketiak, atau
P: 60 – 100 x/menit selangkangan) sesuai beresiko terhadap
kebutuhan peningkatan suhu tubuh
R: 12 - 20 x/menit
- Ajarkan pasien untuk yang drastis (lebih
S: 36,50C - 37,50C tinggi dari sebelumny).
selalu mengganti
pakaian dan linen Antipiretik diberikan
apabila basah sebagai terapi pengobatan
- Monitor hasil penurun demam.
pemeriksaan
laboratorium yang
relevan dengan
retensi cairan
- Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian obat
antipiretik.
2 DX. II Domain 2. Kesehatan Domain 1. Fisiologis Mual muntah yang
fisiologi. Kelas K. dasar. Kelas D. dialami oleh pasien
Pencernaan dan nutrisi. Dukungan nutrisi. disebabkan karena faktor
(1005 – 1007 – 1009). (1100) Manajemen fisiologis bahkan
Status Nutrisi : Asupan nutrisi. psikogenik pasien
nutrisi, Energi, sehingga nafsu makan
Pengukuran biokimia) pasien menurun dan pola
- Kaji faktor makan tidak teratur yang
Setelah dilakukan tindakan penyebab menyebabkan nutrisi tidak
keperawatan selama 3 x 24 terjadinya mual. seimbang.
jam diharapkan kebutuhan - Berikan klien Pengukuran status
nutrisi pasien dapat makanan yang lembut antropometri dan angka
tercukupi dengan kriteria dan hangat dengan kecukupan gizi seperti
hasil. diet TKTP. REE dan Total energy
- Kaji dan catat intake harian penting sebagai
- Nafsu makan pasien dan output yang baku rujukan untuk
bertambah akurat. menilai kondisi
- Monitor berat kecukupan gizi pasien
- Pola makan pasien tidak
badan, tinggi sekaligus sebagai acuan
terganggu badan dan IMT, untuk penetapan
- Gigi dan lidah tampak catat adanya tanda intervensi gizi yang
penurunan berat akurat.
bersih
badan dan status Makanan yang hangat dan
- Oral hygiene dilakukan IMT yang lembut diberikan untuk
secara konsisten signifikan. menstimulasi nafsu makan
- Anjurkan pasien pasien. Diet TKTP
- Mukosa bibir lembab
makan sedikit tapi diberikan dengan tujuan
- Berat badan meningkat sering mempercepat peningkatan
- IMT dalam rentang - Anjurkan pasien energi dan perbaikan
normal 19,5 – 24,9 kg/m2 untuk tidak berbaring jaringan tubuh yang
- BBI 63 kg setelah makan. rusak.
- Total nutrisi harian - Ajarkan pasien Oral hygiene yang baik
cara menjaga oral dapat meningkatkan
(energy) 1847 kkal/hari
hygiene dengan kemampuan persepsi
bener. sensrori lidah dalam
- Kolaborasi dengan mengecap rasa sehngga
dokter pemberin membantu meningkatkan
obat antiemetic selera makan.
jika diperlukan. Sealin itu, obat antiemetic
juga diberikan untuk
mengurangi rasa mual dan
muntah sehigga pasien
tidak ada hambatan dalam
pemenuhan nutrisinya.

3 DX. III Domain II. Kesehatan Domain II. Fisiologis: Pada kasus Dengue Fever,
fisiologi. Kelas G. Cairan kompleks. Kelas G pasien yang memiliki
maslaah defisien volime
dan Elektrolit (0601). manajemen elektrolit
cairan perlu diperhatikan
Keseimbangan caiaran. dan asam basa. (2080) balance cairan
Setelah dilakukan tindakan menejemen elektrolit berdasarkan intake output
keperawatan selama 3 x 24 yang akurat. Selain itu,
atau cairan
jam diharapkan kebutuhan monitoring tanda
cairan dan status hidrasi dehidrasi seperti mata
- Observasi tanda
pasien dapat teratasi cekung, mukosa bibir
dehidrasi (mata
dengan kriteria hasil. kering, lethargi, ubun-
cekung, ubun-ubun
ubun cekung juga penting
cekung, mukosa
- Kondisi fisik pasien untuk mengkur tingkatan
bibir kering, lemas,
tampak bugar dehidrasi yang dialami
penuruna kesadaran)
pasien.
- Tidak ada diare - Monitor tanda vital
Pemberian terapi cairan
- Turgor kulit elastis setiap 8 jam, catat
perlu untuk menjaga
adanya perubahan
- Kulit lembab balance cairan dan
yang signifikan.
mempertahankan
- Mukosa bibir lembab - Berikan terapi cairan
homeostasis sel-sel tubuh.
- Trombosit dalam infus RL 20tpm
Bukan hanya itu saja,
- Catat dan
rentang normal 150.000 asupan cairan peroral
pertahankan intake
– 450.000/mm3 seperti jus jambu merah
output yang akurat.
dan air rebusan angkhak
- Tidak ada hambatan - Berikan terapi
dapat mengganti cairan
komplementer pada
dalam berkemih yang hilang dan
- Haluaran urine ±1500 ─ pasein dengan jus meningkatkan jumlah
2000 cc / hari, bau urine jambu merah, air trombosit.
rebusan angkhak. Namun jika dengan terapi
amoniak berwarna
- Monitor hasil tersebut tidak dapat
jernih, pancaran urine pemeriksaan memperbaiki kadar
kuat laboratorium yang trombosit maka langkah
relevan dengan yang dapat dilakukan
- IMT dalam rentang
retensi cairan. adalah transfuse pure
normal 19,5 – 24,9 - Monitor kadar trombosit.
kg/m2 trombosit,
hematokrit, protein
- Tanda vital dalam
plasma.
rentang normal - Kolaborasi dengan
TD: 120/80 mmHg dokter untuk
P: 60 - 100x/menit melakukan prosedur
tindakan transfuse
R: 12 - 20x/menit darah Pure
S: 36,50C - 37,50C Trombosit jika
diperlukan.
4 DX. IV Domain I. Fungsi Domain 1 fisiologisHal yang perlu
kesehatan. Kelas C. dasar. Kelas A diperhatikan dalam
melatih kemampuan
Mobilitas. (0208) manajemen aktivitas
pasien dalam memenuhi
Pergerakan. dan latihan. (0140) ADLs nya adalah
peningkatan mekanika mengetahui ketersediaan
Setelah dilakukan tindakan pasien dalam melakukan
keperawatan selama 3 x 24 tubuh
latihan aktivitas fisik
jam diharapkan masalah - Kaji komitmen pasien sesuai kemampuannya
mobilitas fisik pasien dapat untuk belajar dan
teratasi dengan kriteria Memfasilitasi keluarga
menggunakan postur
hasil. agar mampu mandiri
tubuh yang benar
- Tidak ada hambatan dalam memberikan latihan
- Bantu pasien atau
dalam pemenuhan pergerakan pada pasien,
keluarga untuk
ADLs Latihan aktivitas ini
mengidentifikasi
- Kemampuan mobilisasi bertujuan untuk mencegah
latihan postur tubuh
dan ambulasi tidak kekuan otot dan sendi,
yang benar
terganggu atrofi otot serta mencegah
- Lakukan rentang
terjadinya luka tekan pada
- Gerakan otot dan sendi gerak aktif atau pasif pasien selama bedrest. Hal
fleksibel, tidak kaku sesuai kemampuan ini dapat meningkatkan
- Tanda vital dalam pasien kemampuan yang bisa
rentang normal - Bantu pasien untuk dilakukan pasien secara
TD: 120/80 mmHg mengidentifikasi mandiri. Oleh sebab itu,
P: 60 - 100x/menit aktivitas yang mampu selama aktivitas perlu
R: 12 - 20x/menit dilakukan adanya pemantauan tanda
S: 36,50C - 37,50C - Monitor TTV vital yang akurat untuk
- Kekuatan otot sebelum atau sesudah mendeteksi kemungkinan
latihan, catat adanya efek merugikan yang
5 5
5 5 perubahan yang dialami pasien sebelum,
signifikan selama dan sesudah
- Kolaborasi dengan latihan.
fisioterapi dalam
peningkatan
mekanika tubuh
sesuai indikasi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Diagnosa Ttd
No Tgl Tindakan
Keperawatan Perawat

- Memonitor tanda vital setiap 8 jam, catat


adanya perubahan yang signifikan
- Mengatur suasana dan suhu lingkungan
pasien yang nyaman.
- Menganjurkan klien memakai pakaian yang
tipis
- Mendorong untuk memperbanyak konsumsi
cairan
- Memonitor komplikasi yang berhubungan
dengan demam serta tanda dan gejala kondisi
1 23/11/20 DX. I penyebab demam (kejang, penurunan Tim
kesadaran)
- Melakukan metode tapid sponges dan
kelatang, (kompres pada bagian leher, ketiak,
atau selangkangan) sesuai kebutuhan
- Mengajarkan pasien untuk selalu mengganti
pakaian dan linen apabila basah
- Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium
yang relevan dengan retensi cairan
- Berkolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat antipiretik.
2 23/11/20 DX. II - Mengkaji faktor penyebab terjadinya Tim
mual.
- Memberikan klien makanan yang lembut dan
hangat dengan diet TKTP.
- Mengkaji dan catat intake dan output yang
akurat.
- Memonitor berat badan, tinggi badan dan
IMT, catat adanya tanda penurunan berat
badan dan status IMT yang signifikan.
- Menganjurkan pasien makan sedikit tapi
sering
- Menganjurkan pasien untuk tidak berbaring
setelah makan.
- Mengajarkan pasien cara menjaga oral
hygiene dengan bener.
- Berkolaborasi dengan dokter pemberin
obat antiemetic jika diperlukan.
- Mengobservasi tanda dehidrasi (mata
cekung, ubun-ubun cekung, mukosa bibir
kering, lemas, penuruna kesadaran)
- Memonitor tanda vital setiap 8 jam, catat
adanya perubahan yang signifikan.
- Memberikan terapi cairan infus RL 20tpm
- Mencatat dan pertahankan intake output
yang akurat.
- Memberikan terapi komplementer pada
3 23/11/20 DX. III Tim
pasein dengan jus jambu merah, air rebusan
angkhak.
- Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium
yang relevan dengan retensi cairan.
- Memonitor kadar trombosit, hematokrit,
protein plasma.
- Berkolaborasi dengan dokter untuk
melakukan prosedur tindakan transfuse
darah Pure Trombosit jika diperlukan.
- Mengkaji komitmen pasien untuk belajar dan
menggunakan postur tubuh yang benar
- Membantu pasien atau keluarga untuk
mengidentifikasi latihan postur tubuh yang
benar
- Melakukan rentang gerak aktif atau pasif
sesuai kemampuan pasien
4 23/11/20 DX. IV Tim
- Membantu pasien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
- Memonitor TTV sebelum atau sesudah
latihan, catat adanya perubahan yang
signifikan
- Berkolaborasi dengan fisioterapi dalam
peningkatan mekanika tubuh sesuai indikasi
EVALUASI KEPERAWATAN

No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi Nama dan Ket


perawat

1 Selasa, Domain 11. Keamanan / S; Tim


24/11/2020 Perlindungan. Kelas 6. Pasien mangatakan masih
Termoregulasi. (00008) demam naik turun, biasanya
Ketidakefektifan demam pada sore hari
termoregulasi b.d
dehidrasi O;

- Pasien masih tampak lemah


- Akral teraba hangat
- CRT <3 detik
- Pemeriksaan hematologi
Leukosit: 4,5 mm3
Eritrosit: 5,9 juta/mm3
- Pemeriksaan TTV
T: 120/80 mmHg
P: 76 x/menit
R: 18 x/menit
S: 370C
- Terapi obat antipiretik PCT
10 mg

A;
Masalah belum sepenuhnya
teratasi

P;
Monitor status termoregulasi
pasien secara konsisten,
lanjutkan intervensi

I;

- Memonitor tanda vital setiap


8 jam, catat adanya
perubahan yang signifikan
- Mengatur suasana dan suhu
lingkungan pasien yang
nyaman.
- Menganjurkan klien
memakai pakaian yang tipis
- Mendorong untuk
memperbanyak konsumsi
cairan
- Memonitor komplikasi yang
berhubungan dengan demam
serta tanda dan gejala kondisi
penyebab demam (kejang,
penurunan kesadaran)
- Melakukan metode tapid
sponges dan kelatang,
(kompres pada bagian leher,
ketiak, atau selangkangan)
sesuai kebutuhan
- Mengajarkan pasien untuk
selalu mengganti pakaian dan
linen apabila basah
- Memonitor hasil
pemeriksaan laboratorium
yang relevan dengan retensi
cairan
- Berkolaborasi dengan dokter
untuk pemberian obat
antipiretik.
2 Selasa, Domain 2. Nutrisi. Kelas S; Tim
24/11/2020 1. Makan. (00002) Pasien mengatakan nafsu
Ketidakseimbangan makannya sudah bertambah,
nutrisi : kurang dari lidah sudah tidak terasa pahit
kebutuhan tubuh b.d lagi. Pasien juga sudah tidak
ketidakadekuatan merasa mual.
asupan nutrisi
O;

- Pasien makan ½ porsi dari


menu makanan yang diberikan
di RS
- Gigi dan lidah tampak bersih
- Mukosa bibir lembab
- BB 49 kg
- TB 1.69 m
- IMT 17,15 kg/m2
- BBI 63 kg
- Peningkatan BB 12,5%
- Jumlah total energy 1847
kkal/hari

A;
Masalah belum sepenuhnya
teratasi.

P;

Monitor status kebutuhan diet


pasien secara ketat dan kosisten,
lanjutkan intervensi

I;

- Memberikan klien makanan


yang lembut dan hangat
dengan diet TKTP.
Kombinasi dengan diet
BRAT untuk mencegah
diare.
- Mengkaji dan catat intake
dan output yang akurat.
- Memonitor berat badan,
tinggi badan dan IMT,
catat adanya tanda
penurunan berat badan
dan status IMT yang
signifikan.
- Menganjurkan pasien makan
sedikit tapi sering
- Menganjurkan pasien untuk
tidak berbaring setelah
makan.
- Mempertahankan oral
hygiene dengan konsisten.

3 Selasa, Domain 2. Nutrisi. Kelas S; Tim


24/11/2020 5. Hidrasi. (00027). Pasien mengatakan masih
Defisien volume cairan merasa lemas, frekuensi BAB
b.d Asupan cairan nya sudah berkurang 3x/hari.
kurang
O;

- Pasien agak pucat


- Turgor kulit tidak elastis dan
kering
- Mukosa bibir lembab
- Terpasang infuse RL 20 Tpm
- Trombosit 100.000/mm3
- Frekuensi berkemih pasien
6x/hari, bau urine amoniak
berwarna kuning jernih,
pancaran urine kuat
- Jumlah urine ±1600cc / hari
- IMT 17,15 kg/m2
- TD: 120/80 mmHg
- P: 76x/menit
- R: 18x/menit
- S: 370C

A;
Masalah belum sepenuhnya
teratasi
P;
Monitor status hidari pasien
secara konsisten, lanjutkan
intervensi

I;

- Mengobservasi tanda
dehidrasi (mata cekung,
ubun-ubun cekung, mukosa
bibir kering, lemas,
penuruna kesadaran)
- Memonitor tanda vital
setiap 8 jam, catat adanya
perubahan yang signifikan.
- Memberikan terapi cairan
infus RL 20tpm
- Mencatat dan pertahankan
intake output yang akurat.
- Memberikan terapi
komplementer pada pasein
dengan jus jambu merah, air
rebusan angkhak.
- Memonitor hasil
pemeriksaan laboratorium
yang relevan dengan retensi
cairan.
- Memonitor kadar trombosit,
hematokrit, protein plasma.
- Berkolaborasi dengan
dokter untuk melakukan
prosedur tindakan transfuse
darah Pure Trombosit jika
diperlukan.
4 Selasa, Domain 4. S; Tim
24/11/2020 Aktivitas/Istirahat.
Kelas 4. Respon Pasien mengatakan masih
Kardiopulmonal. merasa lemas pada ekstremitas
(00092) Intoleransi atas dan bawah namun sudah
aktivitas b.d Fisik tidak bisa bergerak dan beraktivitas
bugar sedikit-sedikit

O;

- Kemampuan ADL
parsial/sebagian dibantu
kecuali makan, minum,
berpindah, BAB BAK.
- Terpasang infus RL 20 Tpm
- TD: 120/80 mmHg
- P: 76x/menit
- R: 18x/menit
- Kekuatan otot

4 4
4 4

A;
Masalah teratasi sebagian

P;

Bantu dan monitor pasien dalam


melakukan aktivitas harian,
lanjutka intervensi.

I;

- Mengkaji komitmen pasien


untuk belajar dan
menggunakan postur tubuh
yang benar
- Membantu pasien atau
keluarga untuk
mengidentifikasi latihan
postur tubuh yang benar
- Melakukan rentang gerak
aktif atau pasif sesuai
kemampuan pasien
- Membantu pasien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
- Memonitor TTV sebelum
atau sesudah latihan, catat
adanya perubahan yang
signifikan
- Berkolaborasi dengan
fisioterapi dalam
peningkatan mekanika tubuh
sesuai indikasi
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue

haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus

dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang

disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis

hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan

hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga

tubuh. Sindrome renjatan dengue (dengue shock syndrome) adal demam

berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Joyce M. Black, 2014).

Dengue Hemmorhagic Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh

virus dengue melalui gigitan nyamuk, penyakit ini telah dengan cepat

menyebar di seluruh wilayah WHO dalam beberapa tahun terakhir. Virus

dengue ditularkan oleh nyamuk betina terutama dari spesies Aedes aegypti

dan, pada tingkat lebih rendah, A. albopictus. Penyakit ini tersebar luas di

seluruh daerah tropis, dengan variasi lokal dalam risiko dipengaruhi oleh

curah hujan, suhu dan urbanisasi yang cepat tidak direncanakan (WHO,

2016).
DAFTAR PUSTAKA

1. Centers for Disease Control and Prevention. 2009. Dengue and Dengue
Hemorrhagic Fever. Diakses pada hari 24 November 2020 dari
http://www.cdc.gov/Dengue/resources/Dengue&DHF%20Information
%20for %20Health%20Care%20Practitioners_2009.pdf
2. Conrad, Fischer MD. (2019). Master the Boards USMLE Step 2 CK (5th Ed).
Kaplan Medica, Inc : New York.
3. Demam Berdarah Dengue Edisi 2. EGC.
http://www.depkes.go.id/article/view/1602900002/controlling-dhf-with-psn-
3m-plus.html . Diakses 20 November 2020.
4. Hadinegoro SRH, Soegijanto S, Wuryadi S, Suroso T, editors.
Tatalaksana demam berdarah dengue di Indonesia. 4th ed. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
5. Ian., Peate. (2019). Fundamentals of Applied Pathophysiology: An Essential
Guide for Nursing and Healthcare Student (3rd Ed). John Wiley & Sons. Ltd :
USA
6. Joyce M. Black, Jane H. Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah :
Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan (8th ed.). Elsevier :
Singapore.
7. Lippincot William & Wilkins. (2012). Medical-Surgical Nursing made
Incredibly Easy (3rd Ed). Walter Kluwer: Philadelphia.
8. Mansjoer, Arif et all. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Perawat Edisi 2.
Jakarta : EGC
9. NANDA NIC-NOC. (2018). Panduan Diagnose Keperawatan Nanda 2018-
2020 : Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.
10. Gloria M. Bulechek., et al. (2016). Nursing Intervention Classification (NIC),
6th Indonesian Edition. Singapore: Elsevier Pte. Ltd.
11. Sue Moorhead., et al. (2016). Nursing Outcome Classification (NOC), 5th
Indonesian Edition. Singapore: Elsevier Pte. Ltd
th
12. Potter, P.A. & Perry, A.G. (2010). Fundamentals of Nursing. 7 Edition, Vol
(3) Singapore: Elsevier Pte. Ltd.
13. Kozier, B., Erb, G., Berwan, A.J., & Burke,K. (2010). Fundamentals of
Nursing: Concepts, Process, and Practice.7th Edition, Vol (1). New Jersey:
Prentice Hall Health.
14. WHO. (2016). Dengue and Severe Dengue. Availabel in :
www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/ , Diakses pada 20 November
2020.
15. Kemenkes RI. Data dan Informasi. Profil Kesehatan Indonesia 2016; Jakarta,
Kemenkes RI 2017. Available in : http://www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin/infodatin%20dbd%202016.pdf
16. Smith, et al. (2016). Oxford Handbook of Surgical Nursing. University of
Oxford: United Kingdom
17. Vyas, Jatin M, et al. 2014. Dengue Hemorrhagic Fever. Diakses pada hari 24
November dari https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001373.htm
18. WHO. 2015. Dengue and Severe Dengue. Diakses pada hari 24 November
2020 http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/

Anda mungkin juga menyukai