OLEH :
PROFESI NERS
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau DHF (Dengue Haemoragic Fever)
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong
Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan family Flaviviridae. DBD
ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti
(infodatin, 2016). Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat
menyerang seluruh kelompok umur. Munculnya penyakit ini berkaitan
dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Kemenkes RI, 2016).
Menurut data WHO (2016) penyakit DBD pertama kali dilaporkan di Asia
Tenggara pada tahun 1954 yaitu di Filipina, selanjutnya menyebar ke
berbagai Negara. Sebelum tahun 1970, hanya 9 negara yang mengalami
wabah DBD, namun sekarang DBD menjadi penyakit endemik pada lebih
dari 100 negara, diantaranya adalah Afrika, Amerika, Mediterania Timur,
Asia Tenggara dan Pasifik Barat memiliki angka tertinggi terjadinya kasus
DBD. Jumlah kasus di Amerika, Asia Tenggara,dan Pasifik Barat telah
melewati 1,2 juta kasus di tahun 2008 dan lebih dari 2,3 juta kasus di 2010.
Pada tahun 2013 dilaporkan terdapat sebanyak 2,35 juta kasus di Amerika,
dimana 37.687 kasus merupakan DBD berat. Perkembangan kasusu DBD
ditingkat global semangkin meningkat, seperti dilaporkan Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) yakni dari 980 kasus hampir 100 negara tahun
1954-1959 menjadi 1.016.612 kasus dihampir 60 negara tahun 2000-2009
(WHO, 2014).
Menurut Soedarto (2012) Indonesia adalah daerah edemis DBD dan
mengalami epidemic sekali dalam 4-5 tahun. Faktor lingkungan dengan
banyaknya genangan air bersih dan menjadi sarang nyamuk, mobilitas
penduduk yang tinggi dan cepatnya transportasi antar daerah, menyebabkan
sering terjadinya DBD. Indonesia termasuk dalam salah satu Negara yang
edemik DBD dengan jumlah penderitanya yang terus-menerus bertambah dan
penyebarannya semakin luas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari dengue haemorrhagic fever (DHF) ?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi dengue haemorrhagic fever (DHF) ?
3. Bagaimana etiologi dari dengue haemorrhagic fever (DHF) ?
4. Apa saja klasifikasi dengue haemorrhagic fever (DHF) ?
5. Apa saja manifestasi klinis dengue haemorrhagic fever (DHF) ?
6. Bagaimana patofisiologi dengue haemorrhagic fever (DHF) ?
7. Bagaimana pathway dengue haemorrhagic fever (DHF) ?
8. Apa saja komplikasi dari dengue haemorrhagic fever (DHF) ?
9. Apa saja penatalaksanaan dari dengue haemorrhagic fever (DHF) ?
10. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari dengue haemorrhagic fever
(DHF) ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari dengue haemorrhagic fever (DHF)
2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dengue haemorrhagic fever
(DHF)
3. Untuk mengetahui etiologi dengue haemorrhagic fever (DHF)
4. Untuk mengetahui klasifikasi dengue haemorrhagic fever (DHF)
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dengue haemorrhagic fever (DHF)
6. Untuk mengetahui patofisiologi dengue haemorrhagic fever (DHF)
7. Untuk mengetahui pathway dengue haemorrhagic fever (DHF)
8. Untuk mengetahui komplikasi dengue haemorrhagic fever (DHF)
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan dengue haemorrhagic fever (DHF)
10. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dengue haemorrhagic fever
(DHF)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi
berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Nurarif & Hardhi, 2015).
virus dengue melalui gigitan nyamuk, penyakit ini telah dengan cepat
dengue ditularkan oleh nyamuk betina terutama dari spesies Aedes aegypti
dan, pada tingkat lebih rendah, A. albopictus. Penyakit ini tersebar luas di
seluruh daerah tropis, dengan variasi lokal dalam risiko dipengaruhi oleh
curah hujan, suhu dan urbanisasi yang cepat tidak direncanakan (WHO,
2016).
Dengue adalah penyakit nyamuk yang disebabkan oleh salah satu dari
empat virus dengue yang terkait erat dengan (DENV-1, -2, -3, dan -4).
dengue ditularkan dari orang ke orang oleh nyamuk Aedes (paling sering
Aedes aegypt).
Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari
traktus distivus dan dari paru-paru ke sela-sela tubuh. Selain itu, sistem
sel ke ginjal, paru-paru dan kulit yang merupakan tempat ekskresi sisa-sisa
C. Etiologi
Demam berdarah terjadi ketika seseorang digigit oleh nyamuk yang
terinfeksi virus. Nyamuk Aedes aegypti adalah spesies utama yang menyebar
penyakit ini. Ada lebih dari 100 juta kasus baru demam berdarah setiap tahun
Kebanyakan infeksi di Amerika Serikat yang dibawa dari negara lain. Faktor
D. Klasifikasi
hemokonsentrasi. tourniquet positif.
perdarahan lain.
4. Derajat IV: Ditemukan dengue shock syndrome dengan tensi dan nadi
berat yang mempengaruhi bayi, anak-anak dan orang dewasa, tapi jarang
104 ° F) disertai dengan 2 dari gejala berikut: sakit kepala parah, nyeri di
belakang mata, nyeri otot dan sendi, mual, muntah, pembengkakan kelenjar
atau ruam. Gejala biasanya berlangsung selama 2-7 hari, setelah masa
parah, atau gangguan organ. Tanda-tanda peringatan terjadi 3-7 hari setelah
C/100 ° F) dan meliputi: sakit parah perut, muntah terus menerus, napas
cepat, gusi berdarah, kelelahan, kegelisahan dan darah di muntah. 24-48 jam
berikutnya dari tahap kritis dapat mematikan; perawatan medis yang tepat
himokonsentrasi.
tidak Terukur.
Menurut Ian et. Al (2019), gejala awal demam berdarah dengue yang
mirip dengan demam berdarah. Tapi setelah beberapa hari orang yang
perdarahan: muncul bintik-bintik kecil seperti darah pada kulit dan patch
lebih besar dari darah di bawah kulit. Luka ringan dapat menyebabkan
b. Demam
c. Sakit kepala
f. Muntah
c. Ruam Generalized
F. Patofisiologi
Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah
(peningkatan hematocrit > 20%) dan renjatan (syok). Hal pertama yang
tubuh, ruam atau bitnik-bintik merah pada kulit (petekie), sakit tenggorokan
dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran limpa (splenomegali).
dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung.
bahkan bisa mengalami renjatan dan apabila tidak segera ditangani dengan
H. Komplikasi
Adapun komplikasi dari DHF (Kemenkes RI, 2017) adalah:
masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan dapat dilihat pada uji torniquet
melena.
miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi
iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible,
terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam
hati dan sel-sel kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang
lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek
virus antibody.
I. Penatalaksanaan
istirahat.
fase demam.
5. Mendidik pasien dan orang tua tentang tanda-tanda dehidrasi dan pantau
output urine
6. Jika pasien tidak dapat mentoleransi cairan secara oral, mereka mungkin
trombosit.
normal.
10. Fase kritis DBD dimulai dengan penurunan suhu badan sampai yg
J. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (WHO, 2016), Pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan
pemeriksaan hemoglobin, hematocrit, dan trombosit setiap 2-4 jam pada hari
1. Uji tourniquet
kepada dinding kapiler. Dinding kapiler yang oleh suatu penyebab kurang
kuat akan rusak oleh pembendungan itu, darah dari dalam kapiler itu
berbeda-beda. Jika ada lebih dari 10 petechia dalam lingkungan itu maka
test biasanya baru dianggap abnormal, dikatakan juga tes itu positif.
Seandainya dalam lingkungan itu tidak ada petechial, tetapi lebih jauh
2. Hemoglobin
hasilnya lebih akurat disbanding sahli, dan lebih cepat. Nilai normal untuk
dapat ditemukan pada penderita demam berdarah atau yang biasa disebut
3. Hematokrit
Nilai hematokrit ialah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan
disebut dengan persen dan dari volume darah itu. Biasanya nilai itu
ditentukan dengan darah vena atau darah kapiler. Nilai normal untuk pria
40-48 vol% dan wanita 37-43 vol%. penetapan hematocrit dapat dilakukan
sangat teliti, kesalahan metodik rata-rata kurang lebih 2%. Hasil itu
pemeriksaan ini turut menentukan perlu atau tidaknya anak itu dirawat.
memberikan darah.
4. Trombosit
Trombosir sukar dihitung karena mudah sekali pecah dan sukar
dibedakan deari kotoran kecil. Lagi pula sel-sel itu cenderung melekat
tentang jumlah trombosit dalam sediaan apus darah sangat besar artinya
dengue spesifik. untuk virus isolasi atau deteksi DENV RNA dalam serum
dikumpulkan dalam waktu 5 hari dari onset gejala. Jika virus tidak dapat
diisolasi atau dideteksi dari sampel ini, spesimen serum fase sembuh
diagnosis serologi dengan tes antibodi IgM untuk dengue dengan IgM
serangan atau dugaan penyakit demam berdarah dan pada fase sembuh
darah kedua harus selalu diambil dari pasien yang dirawat pada saat akan
Umur : 20 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Kesambi-Cirebon
Nomor RM :11022020
Nama : Ny. N
Umur : 40 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pulse : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36 0C
SPO2 : 97%
3. Pemeriksaan Antropometri
BB sebelum sakit : 50 kg
BB ketika sakit : 47 kg
TB : 169 cm
J. Pengkajian Fisik
1. Kepala
Inspeksi :
Bernentuk mesochepal, tidak ada luka di kepala, rambut hitam, dan
tidak ada ketombe.
Palpasi :
Normal, tidak ada benjolan dan nyeri tekan pada area kepala.
2. Mata
Inspeksi :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, ada sekret pada kedua
mata, dan Pasien mengatakan tidak menggunakan alat bantu melihat
Palpasi :
Normal, tidak ada benjolan dan nyeri tekan pada area mata
3. Hidung dan Sinus
Inspeksi :
Tidak ada cairan ingus, tidak ada pembesaran polip, dan tidak
terpasang alat bantu pernafasan.
Palpasi :
Normal, tidak ada benjolan dan nyeri tekan pada area hidung dan sinus
4. Telinga
Inspeksi :
Telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada gangguan pada pendengaran,
tidak menggunakan alat bantu dengar, bersih, dan tidak ada
penumpukan serumen.
Palpasi :
Normal, tidak ada benjolan dan nyeri tekan pada area telinga.
5. Mulut Dan Gigi
Inspeksi :
- Pasien mengeluh lidahnya terasa pahit dan semua makanan terasa
hambar, lidah dan gigi tampak kotor, mukosa bibir tampak kering,
dan tidak ada pembengkakan pada gusi.
Palpasi :
Normal, tidak ada nyeri pada area mulut dan gusi.
6. Leher
Inspeksi :
Normal, berbentuk simetris dan tidak ada lesi.
Palpasi :
Normal, tidak ada nyeri menelan dan tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid.
7. Dada Dan Jantung
Paru-paru
Inspeksi :
Normal, berbentuk simetris antara paru kanan dan kiri, paru-paru
tampak mengembang, tidak ada lesi dan oedema.
Palpasi :
Normal, tidak ada nyeri tekan pada area paru, traktil fremitus normal
getarannya sama antara kanan dan kiri.
Perkusi :
Normal, sonor di seluruh lapang paru.
Auskultasi :
Normal, vesikuler dan bronkovasikuler, tidak ada bunyi tambahan.
Jantung
Inspeksi :
Normal, ictus cordis tidak tampak, tidak ada lesi atau jaringan parut.
Palpasi :
Normal, ictus cordis teraba pada intercosta IV-V midclavicula.
Perkusi :
Normal, pekak (batas jantung tidak melebar).
Auskultasi :
Normal, bunyi jantung I & II regular, serta tidak ada bunyi tambahan.
8. Abdomen
Inspeksi :
Normal, perut tampak datar, tidak ada acites, tidak ada lesi dan
oedema.
Palpasi :
Normal, tidak ada nyeri tekan pada masing-masing kuadran (kuadran
1-4).
Perkusi :
Norma, timpani.
Auskultasi :
Normal, bising usus normal 12 x/menit.
9. Genitalia
Inspeksi :
Bentuk normal, tidak terpasang kateter, tidak ada lesi, tidak ada
oedema, tidak ada cairan yang keluar dari genitalia.
Palpasi :
Normal, tidak ada nyeri pada area genital.
10. Ekstremitas
Inspeksi :
Ektremitas atas dan bawah tampak lemah, bentuk dan struktur tulang
normal.
Palpasi :
Normal, tidak ada lesi, tidak oedema, serta tidak ada krepitasi.
Kekuatan otot :
3 3
3 3
2. Pola Eliminasi
a. Eliminasi Urine
Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi 6-8x sehari 5-7x sehari
Pancaran Kuat Lemah
Jumlah ±250 cc sekali (BAK) ±200 cc sekali (BAK)
Bau Amoniak Menyengat
Warna Kuning Pucat Kuning
Perasaan Setelah Lega Lega
BAK
Total Produksi Urin ±1500 ─ 2000 cc / hari ±1000 ─ 1500 cc / hari
b. Eliminasi Alvi
L. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Foto Thoraks
Cor:
Konfigurasi jantug normal
Pulmo :
- Corakan brochovasculer meningkat dan kasar, tak tampak pada kedua
lapang paru, tidak tampak penebalan hillus kanan dan kiri, sinus
kostofrenikus kanan dan kiri lancip
Kesan :
- Tidak tampak pembesaran jantung
3. Terapi Farmakologi
1) Terapi obat
KSR 600 Mg Tab
Lodia 2 Mg Tab
PCT 10 Mg
Imboost Force Tab
2) Terapi Injeksi
Lansoprazole 30 Mg
3) Terapi infuse (Infus Ringer Lactate 20 Tpm)
ANALISA DATA
Masalah
No Data Fokus Etiologi
Keperawatan
1 DS : Arbovirus membuka Ketidakefektifan
melalui perantara Aedes
Pasien mengatakan termoregulasi
Egypthy
demam. Klien
mengatakan demam
Beredar dalam aliran
yang dirasakan naik darah
turun, mulai di rasa
pada sore hari, dan Infeksi virus dengue
demam akan turun
setelah diberikan Aktivasi sistem
komplemen
paracetamol.
Membentuk dan
DO :
melepaskan zat C3A
- Pasien tampak dan C5A
lemah
Permeabilitas
- Akral teraba membrane meningkat
hangat
- CRT >3 detik Renjatan hipovolemik
dan hipotensi
- Pemeriksaan
hematologi
Dehidrasi
Leukosit: 3,88
mm3
AMB meningkat
Eritrosit: 6,31
juta/mm3
PGE Hipotalamus
- Pemeriksaan
TTV
Suhu tubuh fluktuatif
T: 110/70 mmHg
P: 80 x/menit
R: 20 x/menit Ketidakefektifan
S: 36 0C termoregulasi
- Terapi obat
antipiretik PCT
10 mg
2 DS : Arbovirus membuka Ketidakseimbangan
melalui perantara Aedes
- Pasien mengatakan nutrisi kurang dari
Egypthy
lidahnya terasa pahit kebutuhan
dan semua makanan
Beredar dalam aliran
terasa hambar darah
- Pasien mengatakan
mual dan tidak nafsu Infeksi virus dengue
makan
Aktivasi sistem
komplemen
DO :
- Pasien tampak tidak
Membentuk dan
nafsu makan dan
melepaskan zat C3A
hanya makan 3 dan C5A
sendok dari menu
makanan yang Permeabilitas
membrane meningkat
diberikan di RS
- Diet TKTP
Renjatan hipovolemik
- Gigi dan lidah
dan hipotensi
tampak kotor
- Mukosa bibir
tampak kering
Lemas, letih, lesu
- BB 47 Kg
(Bedrest)
(penurunan 3 Kg)
- TB 1.69 m
Penurunan ADLs
- IMT 16,45 kg/m2
- BBI 63 kg
Oral Hygiene terganggu
Fungsi pengecapan
menurun
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
3 DS : Arbovirus membuka Defisiensi volume
melalui perantara Aedes
- Pasien mengatakan cairan
Egypthy
lemas, mencret
>5x/hari
Beredar dalam aliran
darah
DO :
- Pasien tampak Infeksi virus dengue
pucat
- Turgor kulit tidak Aktivasi sistem
komplemen
elastis dan kering
- Mukosa bibir
Membentuk dan
kering
melepaskan zat C3A
- Terpasang infuse dan C5A
RL 20 Tpm
- Trombosit Permeabilitas
membrane meningkat
31.000/mm3
- Frekuensi
Resiko syok
berkemih pasie
Hipovolemik
5x/hari, bau urine
menyengat
Renjatan hipovolemik
berwarna kuning, dan hipotensi
pancaran urine
lemah Kebocoran plasma
- Jumlah urine
±1000 ─ 1500 cc / Defisiensi volume
cairan
hari
- IMT 16,45 kg/m2
- TD: 110/70 mmHg
- P: 80 x/menit
- R: 20x/menit
- S: 360C
4 DS : Arbovirus membuka Intoleransi aktivitas
melalui perantara Aedes
- Pasien mengatakan
Egypthy
ekstremitas atas dan
bawah lemah
Beredar dalam aliran
darah
DO :
- Sebagian besar Infeksi virus dengue
ADL pasien
tampak dibantu Aktivasi sistem
komplemen
oleh keluarganya
- Terpasang infus
Membentuk dan
RL 20 Tpm
melepaskan zat C3A
- TD: 110/70 mmHg dan C5A
- P: 80x/menit
- R: 20x/menit Permeabilitas
membrane meningkat
- Kekuatan otot
3 3
3 3 Renjatan hipovolemik
dan hipotensi
Lemas, letih, lesu
(Bedrest)
Penurunan ADLs
Intoleransi aktifitas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
N DATA DIAGNOSES TIME SIGN
O
1 Dx. I Domain 11. Keamanan / 23/11/2020 Tim
Perlindungan. Kelas 6.
Termoregulasi. (00008)
Ketidakefektifan termoregulasi b.d
dehidrasi
2 Dx. II Domain 2. Nutrisi. Kelas 1. Makan. 23/11/2020 Tim
(00002) Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh b.d ketidakadekuatan asupan
nutrisi
3 Dx. III Domain 2. Nutrisi. Kelas 5. Hidrasi. 23/11/2020 Tim
(00027). Defisien volume cairan b.d
Asupan cairan kurang
4 Dx. IV Domain 4. Aktivitas/Istirahat. Kelas 23/11/2020 Tim
4. Respon Kardiopulmonal. (00092)
Intoleransi aktivitas b.d Fisik tidak
bugar
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan
3 DX. III Domain II. Kesehatan Domain II. Fisiologis: Pada kasus Dengue Fever,
fisiologi. Kelas G. Cairan kompleks. Kelas G pasien yang memiliki
maslaah defisien volime
dan Elektrolit (0601). manajemen elektrolit
cairan perlu diperhatikan
Keseimbangan caiaran. dan asam basa. (2080) balance cairan
Setelah dilakukan tindakan menejemen elektrolit berdasarkan intake output
keperawatan selama 3 x 24 yang akurat. Selain itu,
atau cairan
jam diharapkan kebutuhan monitoring tanda
cairan dan status hidrasi dehidrasi seperti mata
- Observasi tanda
pasien dapat teratasi cekung, mukosa bibir
dehidrasi (mata
dengan kriteria hasil. kering, lethargi, ubun-
cekung, ubun-ubun
ubun cekung juga penting
cekung, mukosa
- Kondisi fisik pasien untuk mengkur tingkatan
bibir kering, lemas,
tampak bugar dehidrasi yang dialami
penuruna kesadaran)
pasien.
- Tidak ada diare - Monitor tanda vital
Pemberian terapi cairan
- Turgor kulit elastis setiap 8 jam, catat
perlu untuk menjaga
adanya perubahan
- Kulit lembab balance cairan dan
yang signifikan.
mempertahankan
- Mukosa bibir lembab - Berikan terapi cairan
homeostasis sel-sel tubuh.
- Trombosit dalam infus RL 20tpm
Bukan hanya itu saja,
- Catat dan
rentang normal 150.000 asupan cairan peroral
pertahankan intake
– 450.000/mm3 seperti jus jambu merah
output yang akurat.
dan air rebusan angkhak
- Tidak ada hambatan - Berikan terapi
dapat mengganti cairan
komplementer pada
dalam berkemih yang hilang dan
- Haluaran urine ±1500 ─ pasein dengan jus meningkatkan jumlah
2000 cc / hari, bau urine jambu merah, air trombosit.
rebusan angkhak. Namun jika dengan terapi
amoniak berwarna
- Monitor hasil tersebut tidak dapat
jernih, pancaran urine pemeriksaan memperbaiki kadar
kuat laboratorium yang trombosit maka langkah
relevan dengan yang dapat dilakukan
- IMT dalam rentang
retensi cairan. adalah transfuse pure
normal 19,5 – 24,9 - Monitor kadar trombosit.
kg/m2 trombosit,
hematokrit, protein
- Tanda vital dalam
plasma.
rentang normal - Kolaborasi dengan
TD: 120/80 mmHg dokter untuk
P: 60 - 100x/menit melakukan prosedur
tindakan transfuse
R: 12 - 20x/menit darah Pure
S: 36,50C - 37,50C Trombosit jika
diperlukan.
4 DX. IV Domain I. Fungsi Domain 1 fisiologisHal yang perlu
kesehatan. Kelas C. dasar. Kelas A diperhatikan dalam
melatih kemampuan
Mobilitas. (0208) manajemen aktivitas
pasien dalam memenuhi
Pergerakan. dan latihan. (0140) ADLs nya adalah
peningkatan mekanika mengetahui ketersediaan
Setelah dilakukan tindakan pasien dalam melakukan
keperawatan selama 3 x 24 tubuh
latihan aktivitas fisik
jam diharapkan masalah - Kaji komitmen pasien sesuai kemampuannya
mobilitas fisik pasien dapat untuk belajar dan
teratasi dengan kriteria Memfasilitasi keluarga
menggunakan postur
hasil. agar mampu mandiri
tubuh yang benar
- Tidak ada hambatan dalam memberikan latihan
- Bantu pasien atau
dalam pemenuhan pergerakan pada pasien,
keluarga untuk
ADLs Latihan aktivitas ini
mengidentifikasi
- Kemampuan mobilisasi bertujuan untuk mencegah
latihan postur tubuh
dan ambulasi tidak kekuan otot dan sendi,
yang benar
terganggu atrofi otot serta mencegah
- Lakukan rentang
terjadinya luka tekan pada
- Gerakan otot dan sendi gerak aktif atau pasif pasien selama bedrest. Hal
fleksibel, tidak kaku sesuai kemampuan ini dapat meningkatkan
- Tanda vital dalam pasien kemampuan yang bisa
rentang normal - Bantu pasien untuk dilakukan pasien secara
TD: 120/80 mmHg mengidentifikasi mandiri. Oleh sebab itu,
P: 60 - 100x/menit aktivitas yang mampu selama aktivitas perlu
R: 12 - 20x/menit dilakukan adanya pemantauan tanda
S: 36,50C - 37,50C - Monitor TTV vital yang akurat untuk
- Kekuatan otot sebelum atau sesudah mendeteksi kemungkinan
latihan, catat adanya efek merugikan yang
5 5
5 5 perubahan yang dialami pasien sebelum,
signifikan selama dan sesudah
- Kolaborasi dengan latihan.
fisioterapi dalam
peningkatan
mekanika tubuh
sesuai indikasi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Diagnosa Ttd
No Tgl Tindakan
Keperawatan Perawat
A;
Masalah belum sepenuhnya
teratasi
P;
Monitor status termoregulasi
pasien secara konsisten,
lanjutkan intervensi
I;
A;
Masalah belum sepenuhnya
teratasi.
P;
I;
A;
Masalah belum sepenuhnya
teratasi
P;
Monitor status hidari pasien
secara konsisten, lanjutkan
intervensi
I;
- Mengobservasi tanda
dehidrasi (mata cekung,
ubun-ubun cekung, mukosa
bibir kering, lemas,
penuruna kesadaran)
- Memonitor tanda vital
setiap 8 jam, catat adanya
perubahan yang signifikan.
- Memberikan terapi cairan
infus RL 20tpm
- Mencatat dan pertahankan
intake output yang akurat.
- Memberikan terapi
komplementer pada pasein
dengan jus jambu merah, air
rebusan angkhak.
- Memonitor hasil
pemeriksaan laboratorium
yang relevan dengan retensi
cairan.
- Memonitor kadar trombosit,
hematokrit, protein plasma.
- Berkolaborasi dengan
dokter untuk melakukan
prosedur tindakan transfuse
darah Pure Trombosit jika
diperlukan.
4 Selasa, Domain 4. S; Tim
24/11/2020 Aktivitas/Istirahat.
Kelas 4. Respon Pasien mengatakan masih
Kardiopulmonal. merasa lemas pada ekstremitas
(00092) Intoleransi atas dan bawah namun sudah
aktivitas b.d Fisik tidak bisa bergerak dan beraktivitas
bugar sedikit-sedikit
O;
- Kemampuan ADL
parsial/sebagian dibantu
kecuali makan, minum,
berpindah, BAB BAK.
- Terpasang infus RL 20 Tpm
- TD: 120/80 mmHg
- P: 76x/menit
- R: 18x/menit
- Kekuatan otot
4 4
4 4
A;
Masalah teratasi sebagian
P;
I;
A. Kesimpulan
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang
virus dengue melalui gigitan nyamuk, penyakit ini telah dengan cepat
dengue ditularkan oleh nyamuk betina terutama dari spesies Aedes aegypti
dan, pada tingkat lebih rendah, A. albopictus. Penyakit ini tersebar luas di
seluruh daerah tropis, dengan variasi lokal dalam risiko dipengaruhi oleh
curah hujan, suhu dan urbanisasi yang cepat tidak direncanakan (WHO,
2016).
DAFTAR PUSTAKA
1. Centers for Disease Control and Prevention. 2009. Dengue and Dengue
Hemorrhagic Fever. Diakses pada hari 24 November 2020 dari
http://www.cdc.gov/Dengue/resources/Dengue&DHF%20Information
%20for %20Health%20Care%20Practitioners_2009.pdf
2. Conrad, Fischer MD. (2019). Master the Boards USMLE Step 2 CK (5th Ed).
Kaplan Medica, Inc : New York.
3. Demam Berdarah Dengue Edisi 2. EGC.
http://www.depkes.go.id/article/view/1602900002/controlling-dhf-with-psn-
3m-plus.html . Diakses 20 November 2020.
4. Hadinegoro SRH, Soegijanto S, Wuryadi S, Suroso T, editors.
Tatalaksana demam berdarah dengue di Indonesia. 4th ed. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
5. Ian., Peate. (2019). Fundamentals of Applied Pathophysiology: An Essential
Guide for Nursing and Healthcare Student (3rd Ed). John Wiley & Sons. Ltd :
USA
6. Joyce M. Black, Jane H. Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah :
Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan (8th ed.). Elsevier :
Singapore.
7. Lippincot William & Wilkins. (2012). Medical-Surgical Nursing made
Incredibly Easy (3rd Ed). Walter Kluwer: Philadelphia.
8. Mansjoer, Arif et all. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Perawat Edisi 2.
Jakarta : EGC
9. NANDA NIC-NOC. (2018). Panduan Diagnose Keperawatan Nanda 2018-
2020 : Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.
10. Gloria M. Bulechek., et al. (2016). Nursing Intervention Classification (NIC),
6th Indonesian Edition. Singapore: Elsevier Pte. Ltd.
11. Sue Moorhead., et al. (2016). Nursing Outcome Classification (NOC), 5th
Indonesian Edition. Singapore: Elsevier Pte. Ltd
th
12. Potter, P.A. & Perry, A.G. (2010). Fundamentals of Nursing. 7 Edition, Vol
(3) Singapore: Elsevier Pte. Ltd.
13. Kozier, B., Erb, G., Berwan, A.J., & Burke,K. (2010). Fundamentals of
Nursing: Concepts, Process, and Practice.7th Edition, Vol (1). New Jersey:
Prentice Hall Health.
14. WHO. (2016). Dengue and Severe Dengue. Availabel in :
www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/ , Diakses pada 20 November
2020.
15. Kemenkes RI. Data dan Informasi. Profil Kesehatan Indonesia 2016; Jakarta,
Kemenkes RI 2017. Available in : http://www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin/infodatin%20dbd%202016.pdf
16. Smith, et al. (2016). Oxford Handbook of Surgical Nursing. University of
Oxford: United Kingdom
17. Vyas, Jatin M, et al. 2014. Dengue Hemorrhagic Fever. Diakses pada hari 24
November dari https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001373.htm
18. WHO. 2015. Dengue and Severe Dengue. Diakses pada hari 24 November
2020 http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/