Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan
Dasar Profesi Yang Diampu Oleh :
Disusun Oleh :
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Tumor adalah segala benjolan tidak normal atau abnormal. Tumor di bagi dalam
dua golongan, yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Kanker adalah istilah umum untuk
semua jenis tumor ganas atau yang disebut juga dengan karsinoma (Brunicardi,
2015). Kanker sering dikenal oleh masyarakat sebagai tumor, padahal tidak semua
tumor adalah kanker, menurut Bruni, Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan
tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker, sedangkan
tumor adalah segala benjolan yang tidak normal atau abnormal. Tumor dibagi dalam
dua golongan, yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Kanker adalah istilah umum untuk
semua jenis tumor ganas, dapat disimpulkan tumor belum tentu kanker kecuali tumor
ganas
Karsinoma lidah adalah suatu tumor yang terjadi dasar mulut, kadang-
kadang meluas kearah lidah dan menyebabkan gangguan mobilitas lidah (Van de
Velde,2010). Tumor lidah adalah sebagian besar kanker lidah adalah karsinoma sel
skuamosa yang muncul dari lapisan yang menutupi otot-otot lidah. Sebuah tumor
ganas yang timbul dari epitel yang menutupi lidah.
Kanker lidah adalah suatu neoplasma maligna yang timbul dari jaringan
epitel mukosa lidah dengan selnya berbentuk squamous cell carcinoma (sel epitel
gepeng berlapis), juga beberapa penyakit-penyakit tertentu (premaligna). Kanker
ganas ini dapat menginfiltrasi ke daerah sekitarnya, di samping itu dapat melakukan
metastase secara limfogen dan hematogen.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan tumor lidah
adalah suatu tumor yang terjadi pada permukaan dasar mulut yang timbul dari epitel
yang menutupi permukaan lidah.
B. Anatomi dan Fisiologis Lidah
1. Anatomi Lidah
dipinggir kanan dan kiri dan disebelah muka terdapat tonjolan yang kecil-
pengecap sehingga kita dapat menerima / merasa cita rasa. Ada empat
lidah ini mudah bergerak, serta pada mukosa dasar mulut tidak terdapat
papillae. Dasar mulut dibatasi oleh otot-otot lidah dan otot-otot dasar mulut
sewaktu bergerak, hal ini dapat dilihat pada waktu mengunyah. Lidah
sebagian besar terdiri dari dua kelompok otot. Otot intrinsik lidah
dalam serabut saraf lingual yang merupakan sebuah cabang urat saraf
timpani bersama saraf lingual, kemudian bersatu dengan sara cranial VII,
yaitu nervus saraf fasialis.
C. Klasifikasi
D. Etiologi
Tumor ganas atau kanker yang ada pada rongga mulut memiliki penyebab
yang multifaktorial dan suatu proses yang terdiri dari beberapa langkah yang
melibatkan inisiasi, promosi dan perkembangan tumor. Secara garis besar, etiologi
kanker rongga mulut dapat dikelompokkan atas :
1. Faktor lokal, meliputi kebersihan rongga mulut yang jelek, iritasi kronis dari
restorasi, gigi-gigi karies/akar gigi, gigi palsu.
2. Faktor luar, antara lain karsinogen kimia berupa rokok dan
cara penggunaannya, tembakau, agen fisik, radiasi ionisasi, virus, sinar
matahari.
3. Faktor host, meliputi usia, jenis kelamin, nutrisi imunologi dan genetic
E. Patofisiologi
Squamous sel karsinoma pada lidah sering timbul pada daerah epitelium yang
tidak normal, tetapi selain keadaan tersebut lesi sering tumbuh menjadi lesi yang
besar sebelum pasien akhirnya datang ke dokter gigi untuk melakukan pemeriksaan.
Secara histologis tumor terdiri dari lapisan atau kelompok sel-sel eosinopilik yang
sering disertai dengan kumparan keratinasi. Menurut tanda histologi, tumor termasuk
dalam derajat I – IV (Broder). Lesi yang agak jinak adalah kelompok pertama yang
disebut carcinoma verukcus, pada kelompok ini, sel tumor masuk, membentuk massa
papileferus pada permukaan. Tumor bersifat pasif pada daerah permukaannya, tetapi
jarang meluas ke tulang dan tidak bermetatase. Lidah mempunyai susunan pembuluh
limfe yang banyak, hal ini akan mempercepat metastase kelenjar getah bening dan
dimungkinkan oleh susunan pembuluh limfe yang saling berhubungan antara kanan
dan kiri.
ringan kejaringan didekatnya. Tumor paling ganas menyebar cukup dalam serta cepat
ulser nekrotik yang dalam. Sebagian besar lesi yang terlihat terletak diantara kedua
batas tersebut dengan daerah nekrose yang dangkal pada bagian tengah lesi tepi yang
terlipat serta sedikit menonjol. Walaupun terdapat penyebaran lokal yang besar tetapi
bermetatase.
F. Manifestasi Klinis
Gejala yang sering muncul pada penderita tumor lidah adalah sebagai berikut :
1. Keluhan yang paling sering nyeri yang tak terasa sakit atau massa yang
timbul tidak kunjung sembuh. Kemudian membesar dan menekan atau
menginfiltrsi jaringan sekitar yang megakibatkan nyeri lokal, otalgia
ipsilateral dan nyeri mandibula
2. Lesi tipikal adalah ulkus indurasi yang sangat nyeri dengan peningkatan
ukuran.
3. Infiltrasi ke otot-otot lidah mengakibatkan gerakan lidah terbatas,
menginfiltrasi jaringan sekitarnya seperti dasar mulut, dasar lidah dan tonsil.
Pasien akan mengeluh nyeri tekan, kesulitan mengunyah, menelan, dan
berbicara, batuk dengan sputum bersemu darah atau terjadi perbesaran nodus
limfe servikal.(Baughman, 2010),
G. Komplikasi
c. Nekrose pada jaringan lunak : Komplikasi oral kronis lain yang dapat
terjadi adalah nekrose pada jaringan lunak, dimana 95% kasus dari
osteoradionekrosis berhubungan dengan nekrose pada jaringan lunak.
Nekrose jaringan lunak didefinisikan sebagai ulser yang terdapat pada
jaringan yang terradiasi, tanpa adanya proses keganasan (maligna).
Evaluasi secara teratur penting dilakukan sampai nekrose berkurang, karena
tidak ada kemungkinan terjadinya kekambuhan. Timbulnya nekrose pada
jaringan lunak ini berhubungan dengan dosis, waktu, dan volume kelenjar
yang terradiasi. Reaksi akut terjadi selama terapi dan biasanya bersifat
reversibel, sedangkan reaksi yang bersifat kronis biasanya terjadi menahun
dan bersifat irreversible
H. Pemeriksaan Penunjang
1. CT-scan atau MRI dilakukan untuk menilai detail lokasi tumor, luas ekstensi
tumor primer.
2. USG hepar, Foto thorax dan bone scan untuk evaluasi adanya metastasis jauh.
3. Biopsi
a. FNAB ( Fine Needle Apiration Biopsy), dilakukan pada tumor primer yang
metastasis ke kelenjar getah bening leher.
b. Biopsi insisi atau biopsi cakot (punch) dilakukan bila tumor besar (>1 cm).
c. Biopsi eksisi dilakukan pada tumor yang kecil ( 1 cm atau kurang) (Suyatno,
2010).
I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Perawatan pemulihan setelah operasi adalah sebagai berikut :
a. Setelah operasi pasien tumor rongga mulut diberikan makanan cair, setelah
satu minggu kemudian berubah menjadi semi cair.
b. Setelah operasi perhatikan warna, suhu dan elastisitas flap pasien tumor
rongga mulut, apabila suhu flap menurun, menunjukkan warna hijau
keunguaan dan semakin memburuk, segera laporkan ke dokter.
c. Apabila pasien tumor rongga mulut setelah operasi tidak dapat berbicara,
tidak dapat mengatakan gejala tidak enak yang dirasakan, perlu secara teliti
mengamati ada tidaknya gejala dysphoria (cemas, gelisah, tidak tenang),
nasal inflamasi dan gejala penyumbatan saluran pernafasan lainnya pada
kanker rongga mulut dan segera melaporkan kepada dokter.
2. Penatalaksanaan Medis
a. Lesi kecil (T1, T2) terapi utama adalah pembedahan dan radioterapi.
Radioterapi mungkin dapat memberiikan hasil kuratif pada lesi T1 dan T2
dengan preservasi struktur anatomi dan fungsi yang normal. Namun
radioterapi sering menimbulkan kompllikasi berupa edema lidah yang
memerlukan trakeostomi, xerostomia, disgeusia dan osteoradionekrosis, hal
ini mengakibatkan tindakan kurang diminati (Suyatno, 2010).
b. Terapi pembedahan pada tumor lidah adalah eksisi luas dengan batas sayatan
bebas tumor.
c. Tindakan ini memerlukan partial glosectomy dan umumnya pasca operasi
fungsi baik. Lokal kontrol untuk 5 tahun pada T1 adalah 85% dan T2 adalah
80%. Pada T3 dan T4 terapi utama adalah pembedahan. Hasil kuratif hanya
bisa dicapai dangan reseksi en bloc yang komplet dari semua tumor dan
jaringan sekitar dengan sayatan secara mikroskopis bebas tumor. RND
(Radical Neck Dissection) harus dilakukan pada klinis N positif, RND
adalah pengangkatan kelenjar getah bening leher level I sampai V, musculus
sternokleidomastoid, vena jugularis interna, dan nervus assesoris (en bloc).
Batas diseksi, superior adalah musculus trapezius, anterior adalah tepi lateral
musculus sternohiod dan batas bagian dalam adalah fasia servikal yang
menutupi musculus levator scapulae dan scalenus. SND (selective neck
dissection) level 1-3 dilakukan pada N0 SND harus dilakukan oleh tingginya
insiden occult metastasis kelenjar getah bening leher.
SND adalah pengangkatan kelenjar getah bening pada level tertentu yang
mempunyai risiko tinggi metastasis dengan mempertahankan nervus
assesorius, vena jugularis interna dan musculus sternokleidomastoid.
Pembedahan memberikan kuratifitas yang lebih baik dibandigkan radioterapi
dan memungkinkan untuk evaluasi patologi dari faktor prognositik.
Terkadang dibutuhkan rekonstruksi langsung (myocutaneous flap atau
vacular free flap) untuk mempertahankan fungsi dan kosmetik (Suyatno,
2010).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. M
DENGAN POST EKSISI TUMOR LIDAH
1. Pengkajian
Identitas
a. Identitas Klien
Nama :Tn.M
Alamat : Sojomurto, Kabupaten Kendal
Tempat/ Tanggal Lahir : Kendal/ 12 juli 1959
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Laki- laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Bahasa : Indonesia
Status : Menikah
Pembiayaan Kesehatan : Jamkesmas
Tn. M mengalami post eksisi tumor bawah lidah dengan luka jahitan di bawah lidah.
Lidah klien tidak bisa merasakan rasa manis, asam, pahit dan lidahnya terasa
kesemutan.
Tn. M mengalami post eksisi tumor bawah lidah dengan luka jahitan di bawah lidah,
terlihat bengkak dan klien mengatakan sakit pada lukanya.
Sekitar 1 bulan lalu muncul benjolan di bawah lidah, pertama benjolan hilang dan
timbul, kemudian benjolan menetap dan semakin membesar dan Tn.M mengeluh
sakit pada leher kiri Tn. M memutuskan untuk mengobati penyakitnya ke ke RSUD
H. Soewondo Kendal.
Tabel Tingkat Kemandirian
Kemampuan Perawatan Diri
Makan/minum
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di tempat tidur
Berpindah
Keterangan :
0 = mandiri 3 = dibantu orang lain dan alat
1 = dengan alat bantu 4 = tergantung total
2 = dibantu orang lain
Kebutuhan Oksigenasi
Saat di rumah:
Klien dapat bernafas tanpa menggunakan alat bantu pernafasan. Klien tidak merasakan
sesak nafas dan nyeri dada.
Saat dikaji:
Klien merasakan tidak sesak nafas dan tidak nyeri dada. Tekanan darah Tn.M saat
dikaji 110/ 60 mmHg, nadi 82 kali per menit, dan pernafasan 21 kali per menit
Kebutuhan Eliminasi
BAB
No. Pembanding Sebelum sakit Saat dikaji
1. Frekuensi 3 – 4 kali sehari sudah pernah BAB
2. Warna Kuning kecoklatan -
3. Bau Khas -
4. Konsistensi Padat -
BAK
No. Pembanding Sebelum sakit Saat dikaji
1. Frekuensi 2 – 3 kali sehari 2-3 kali sehari
2. Warna Kuning jernih Kuning jernih
3. Bau Amoniak Amoniak
4. Perasaan Tidak sakit Tidak sakit
Kebutuhan Termoregulasi
Sebelum sakit:
Tn. M mengatakan bahwa sebelum sakit merasa baik-baik saja, dan tidak ada demam,
dengan suhu normal.
Saat dikaji:
Tn. M mengatakan suhu tubuhnya tidak meningkat atau menurun, tubuh terasa panas
dan gerah. Ketika dikaji suhu tubuhnya 37,5o C.
4. Pengukuran antropometri
Sebelum sakit:
BB : 50 kg
TB : 150 cm
IMT : 50/(1,50)2= 22.22
Saat dikaji:
BB : 48 kg
TB :150 cm
IMT : 49/(1.50)2 = 21.77
5. Pemeriksaan Kepala
I : bentuk kepala mesocepal, simetris kanan kiri, tidak terdapat benjolan pada kepala,
kulit kepala bersih, rambut hitam, pendek, distribusi rambut merata dan berminyak.
Pa : Tidak ada nyeri tekan
6. Pemeriksaan Mata
I: tidak memakai alat bantu penglihatan, terdapat kantung mata, mata sayu.
Kelopak mata : simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi, penyebaran rambut alis merata,
terdapat lingkar hitam disekitar mata.
Konjunctiva dan sclera : konjunctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Kornea : jernih
Pupil dan iris : ukuran pupil isokor.
Pa: Tidak ada nyeri tekan pada kedua mata klien.
7. Pemeriksaan Hidung
I: bentuk hidung klien besar, tidak terdapat deviasi atau pembengkakan tulang hidung,
lubang hidung simetris kanan kiri, tidak terdapat secret, pelebaran nares normal. Klien
tidak memakan alat bantu pernapasan (nasal canula).
Pa: tidak ada nyeri tekan pada batang dan jaringan lunak hidung.
8. Pemeriksaan Mulut
I : bibir simetris atas bawah, mukosa lembab, bibir tidak pucat, gusi merah, gigi
kecoklatan dan kotor, tidak terdapat bau mulut, tidak terdapat pembesaran tonsil,
permukaan lidah agak kotor.
Pa : tidak ada nyeri tekan pada kedua dinding mulut.
9. Pemeriksaan Telinga
I: posisi telinga simetris kanan dan kiri, kulit bersih, liang telinga agak kotor, tidak
menggunakan alat bantu pendengaran, tidak ada benjolan.
Pa: tidak ada nyeri tekan pada kedua telinga klien.
10. Pemeriksaan Leher
I : ada pembengkakan, jika digerakkan fleksi ekstensi terdapat nyeri, ada nyeri telan.
Pa: ada nyeri tekan, ada benjolan, ada pembesaran kelenjar tiroid.
11. Pemeriksaan dada dan paru
I : bentuk dada simetris kanan dan kiri, tidak barel, fanel, atau pigeon chest. Ekspansi
dada simetris, ekspansi dada simetris.
Pe: sonor kedua lapang paru.
Pa: taktil fremitus fibrasi lebih terasa sebelah kanan, tidak terdapat nyeri tekan di
bagian punggung, nafas teratur.
Au : suara dasar vesikular, tidak ada ronchi, tidak ada wheezing, tidak ada crackles.
12. Pemeriksaan jantung
I: bentuk dada simetris kanan kiri, tidak ada jaringan parut, tidak ada lesi, tidak
terlihat ictus cordis, irama teratur.
Pe: Pekak
Pa: tidak ada nyeri tekan.
Au : Bunyi jantung 1 (lup) = Bunyi jantung 2(dup), tidak terdapat tambahan (s3) atau
bunyi mur-mur, regullar.
13. Pemeriksaan Abdomen
I : perut terlihat datar, bersih, tidak terdapat jaringan parut, warna tidak ikterik.
Au: bising usus 12 kali per menit.
Pe : timpani.
Pa : terdapat nyeri tekan di kuadran kanan atas dan kuadran kanan bawah, tidak ada
abses tidak ada pengerasan.
14. Pemeriksaan Genetalia
I : tidak terpasang kateter, klien mengatakan tidak ada luka dan radang pada area
genetalianya
P : klien mengatakan tidak ada nyeri tekan pada area genetalianya
15. Pemeriksaan Neurologis dan Ekstremitas
Status kesadaran: composmentis dan kekuatan otot
5 5
5 5
Pemeriksaan Ekstremitas
Atas: Simetris kanan dan kiri. Klien dapat melakukan Range of motion aktif pada
tangan kanan, tidak terdapat nyeri pada sendi, dengan kekuatan otot tingkat 5. Tidak
ada edema dan akral tidak dingin.
Bawah: Kaki klien tidak terdapat edem, bengkak dan ruam. Simetris antara kanan dan
kiri, kedua ekstremitas bawah dapat melakukan range of motion aktif, kekuatan otot
kaki tingkat 5, dan akral tidak dingin.
16. Pemeriksaan kulit dan kuku
I: warna kulit sawo matang, mukosa lembab,bibir tidak pucat, kulit bersih, tidak ada
edema, tekstur halus, elastisitas cukup bagus, turgor kulit < 3 detik.
P: tidak ada nyeri tekan, capilary refill time ˂ 3 detik.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Waktu Sampling: 11 November 2013
Assays Results Ref Range
PT 12,8 11,3 – 14,7 detik
( Kontrol: 12,7 )
APTT 32,8 27,4- 39,3 detik
I. Program Terapi
- Infus RI 20 tetes per menit
- Injeksi Ceftnaxone 2x1000 mg
- Injeksi ketorolac 3x30 mg
2. Analisa Data
Do ;
Luka post eksisi terlihat Agen Infeksi
bengkak
Terdapat pembesaran
kelenjar tiroid
Terdapat nyeri tekan
diarea leher ketika
dipalpasi
TTV
S : 37,5 oC
R :21 X/Menit
TD : 110/60 mmHg
N : 82 X/ment
4. DS : Gangguan Domain II
Klien mengatakan tidak Keseimbangan Nutrisi Kelas I
nafsu makan Kode 00002
Klien mengatakan nyeri Gangguan
saat menelan Gangguan Menelan Keseimbangan
Klien mengatakan Nutrisi
lidahnya tidak bisa Berhubungan
merasakan rasa manis, Nafsu Makan Menurun dengan
asam, pahit, dan ketidakadekuatan
lidahnya terasa asupan diet
kesemutan Luka Post Eksisi
Klien mengatakan nyeri dibawah Lidah
saat menelan
DO :
Untuk memenuhi
kebutuhan makan dan
minum klien dibantu
orang lain
BB klien mengalami
penurunan sebelum
sakit : 50 Kg, sesudah
sakit BB : 48 Kg
IMT : 21,77
Luka post Op
3. Diagnosa
N Diagnosa Tanggal
o
.
D Domain XII 16 November
X Kelas I. 2020
Kode 00132
1 Nyeri Akut area pembedahan
ditandai dengan agen cidera fisik
D Domain XI 16 November
X Kelas kelas 1 2020
Kode 0004
2 Risiko Infeksi ditandai dengan
pajanan agen infeksi
D Domain IV 16 November
X Kelas I 2020
Kode 00198
3 Gangguan Pola Tidur
D Domain II 16 November
X Kelas I 2020
Kode 00002
4 Gangguan Keseimbangan Nutrisi
Berhubungan dengan
ketidakadekuatan asupan diet
D Domain XII 16 November
X Kelas I 2020
Kode 00214
5 Hambatan Rasa Nyaman b.d
Kurang Pengendalian Lingkungan
D Domain IV 16 November
X Kelas V 2020
Kode 00108
6 Defisit Perawatan Diri :Mandi b.d
Kelemahan
4. Intervensi
5. Implementasi
6. Evaluasi
O:
- Klien terlihat tidur dengan
nyenyak dimalam hari
- Klien terkadang tidur
disiang hari
- Klien tidak terlihat sering
menguap
A: Masalah Teratasi
P : Intervensi dihentikan
4. Domain II S:
Kelas I - Klien mengatakan nafsu
Kode 00002 makannya meningkat
Gangguan - Klien mengatakan tidak
Keseimbangan merasa nyeri saat menelan
Nutrisi Berhubungan makanan
dengan - Klien mengatakan sudah
ketidakadekuatan bisa merasakan rasa manis,
asupan diet pahit, asam dan lidahnya
sudah tidak merasa
kesemutan
O:
- Klien terlihat dapat
menghabiskan makanannya
- Klien terlihat makan sendiri
- BB : 48 Kg
A: masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
5. Domain XII S:
Kelas I - Klien mengatakan puas
Kode 00214 selama dirawat dirumah
Hambatan Rasa sakit
Nyaman b.d Kurang - Klien mengatakan pola
Pengendalian tidurnya sudah kembali
Lingkungan normal
- Klien mengatakan ketika
bosan ia akan mengobrol
dengan teman sekamarnya
atau anggota keluarganya
O:
- Klien tidak terlihat murung
dan lebih aktif
- Klien terlihat lebih banyak
mengobrol dengan orang
lain
A: masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
6. Domain IV S:
Kelas V - Klien mengatakan mampu
Kode 00108 melakukan perawatan diri
Defisit Perawatan toileting dengan mandiri
Diri :Mandi b.d - Klien mengatakan sudah
Kelemahan tidak merasa lemas dan
gerah
O:
- Mulut klien terlihat bersih,
gusi berwarna merah muda,
gigi terlihat bersih dan
putih, permukaan lidah
klien bersih
A: masalah teratasi
P : intervensi dihentikan