PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Sampai saat ini BBLR masih
merupakan masalah di seluruh dunia, karena merupakan penyebab kesakitan dan
kematian pada masa neonatal. Perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua
(98%) dari 5 juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang atau
berpenghasilan rendah. Lebih dari dua per tiga kematian tersebut terjadi pada
periode neonatal dini dan penyebab terbanyak kematian ini adalah BBLR yaitu
berat badan lahir kurang dari 2500 gram. Angka kejadian di Indonesia sangat
bervariasi antara satu daerah dan daerah yang lain, yaitu berkisar antara 9-30%.
Angka kematian bayi di Indonesia pada tahun 2000 masih tinggi yaitu sebesar 48
per seribu kelahiran hidup.
Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah prematur baby dengan low
birth weight baby. Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat badan
kurang dari 2500 gram pada waktu lahir merupakan bayi prematur. Keadaan ini
disebabkan oleh keadaan yaitu: masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan
berat yang sesuai dan bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut
masa kehamilannya, atau keduanya.
Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang dilahirkan, maka
makin tinggi morbiditas dan mortalitasnya. BBLR dapat disebabkan oleh kelahiran
prematur maupun akibat tingkat kesehatan dan gizi ibu kurang pada saat hamil.
Bayi dengan BBLR memiliki resiko yang tinggi untuk mengalami berbagai
komplikasi. Salah satu komplikasi yang sering terjadi pada bayi BBLR adalah
syndrome distress respiratory atau distress pernapasan.
RDS (Respiratory Distress Syndrome) atau disebut juga Hyaline membrane
disease merupakan hasil dari ketidak maturan dari paru-paru dimana terjadi
gangguan pertukaran gas. Berdasarkan perkiraan 30 % dari kematian neonatus
diakibatkan oleh RDS atau komplikasi yang dihasilkannya (Behrman, 2004 didalam
Leifer 2007).
Pada penyakit ini, terjadi karena kekurangan pembentukan atau pengeluaran
surfaktan sebuah kimiawi paru-paru. Surfaktan merupakan suatu campuran
lipoprotein aktif dengan permukaan yang melapisi alveoli dan mencegah alveoli
kolaps pada akhir ekspirasi. (Bobak, 2005).
Secara klinis bayi dengan RDS menunjukkan takipnea (> 60 x/menit) ,
pernapasan cuping hidung, retraksi interkosta dan subkosta, expiratory grunting
(merintih) dalam beberapa jam pertama kehidupan. Tanda-tanda klinis lain, seperti:
hipoksemia dan polisitema. Tanda-tanda lain RDS meliputi hipoksemia, hiperkabia,
dan asidosis respiratory atau asidosis campuran (Bobak, 2005).
Prevalensi BBLR masih cukup tinggi terutama di negara-negara dengan
sosioekonomi rendah seperti di Indonesia. Secara statistik menunjukkan 90%
kejadian BBLR di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi
dibanding dengan bayi dengan berat lahir > 2500 gram.
Fetal
Fetal distress
Kehamilan kembar
Erythroblastosis
Hydrops nonimun
Cacat bawaan
Plasenta
Disfungsi plasenta
Plasenta previa
Abruptio placenta
Uterus
Uterus bikornu
Inkompetensi serviks (dilatasi prematur)
Maternal
Riwayat kelahiran prematur sebelumnya
Perdarahan antepartum
Malnutrisi
Preeklampsia
Penyakit medis kronis (contoh: penyakit jantung sianosis,
hipertensi, penyakit ginjal)
Infeksi (contoh: Listeria monocytogenes, Streptococcus grup
B, infeksi traktus urinarius, vaginosis bakterial,
chorioamnionitis)
Penyalahgunaan obat (contoh: kokain)
Sosial ( contoh : umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari
35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, sosial
ekonomi rendah dll)
Kebiasaan (contoh : pekerjaan yang melelahkan, merokok, dll)
Lainnya
Ruptur membran plasenta prematur
Polihidramnion
Iatrogenik
Trauma
5. Manifestasi Klinis
Berat dan ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat
dipengaruhi oleh tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan usia
kehamilan, semakin berat gejala klinis yang ditujukan.
Manifestasi dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan
kerosakan sel dan selanjutnya menyebabkan kebocoran serum protein ke dalam
alveoli sehingga menghambat fungsi surfaktan. Gejala klinikal yang timbul
iaitu : adanya sesak nafas pada bayi prematur segera setelah lahir, yang ditandai
dengan takipnea (> 60 x/minit), pernafasan cuping hidung, grunting, retraksi
dinding dada, dan sianosis, dan gejala menetap dalam 48-96 jam pertama
setelah lahir. Berdasarkan foto thorak, menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium
RDS yaitu :pertama, terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit
bronchogram udara, kedua, bercak retikulogranular homogen pada kedua
lapangan paru dan gambaran airbronchogram udara terlihat lebih jelas dan
meluas sampai ke perifer menutupi bayangan jantung dengan penurunan aerasi
paru. ketiga,alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua lapangan paru
terlihat lebih opaque dan bayangan jantung hampir tak terlihat, bronchogram
udara lebih luas. keempat, seluruh thorax sangat opaque ( white lung ) sehingga
jantung tak dapat dilihat.
0 1 2
Frekuensi < 60x/menit 60-80 x/menit >80x/menit
Nafas
Retraksi Tidak ada Retraksi ringan Retraksi berat
retraksi
Sianosis Tidak sianosis Sianosis hilang dengan O2 Sianosis menetap
walaupun diberi
O2
Air Entry Udara masuk Penurunan ringan udara masuk
Merintih Tidak merintih Dapat didengar dengan Dapat didengar
stetoskop tanpa alat bantu
6. Penunjang / Diagnostik
Test Indication
Blood culture May indicate bacteremia Not helpful initially because results may
take 48 hours
Blood gas Used to assess degree of hypoxemia if arterial sampling, or
acid/base status if capillary sampling (capillary sample usually
used unless high oxygen requirement)
Blood glucose Hypoglycemia can cause or aggravate tachypnea
Chest radiography Used to differentiate various types of respiratory distress
Complete blood Leukocytosis or bandemia indicates stress or infection
count with
differential
Neutropenia correlates with bacterial infection
Low hemoglobin level shows anemia
High hemoglobin level occurs in polycythemia
Low platelet level occurs in sepsis
Lumbar puncture If meningitis is suspected
Pulse oximetry Used to detect hypoxia and need for oxygen supplementation
7. Penatalaksanaan
Menurut Suriadi dan Yuliani (2001) dan Surasmi,dkk (2003) tindakan untuk
mengatasi masalah kegawatan pernafasan meliputi :
1) Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat.
2) Mempertahankan keseimbangan asam basa.
3) Mempertahankan suhu lingkungan netral.
4) Mempertahankan perfusi jaringan adekuat.
5) Mencegah hipotermia.
6) Mempertahankan cairan dan elektrolit adekuat.
8. Komplikasi Penyakit
ANALISA JURNAL
A. Judul Penelitian
Hubungan berat badan lahir rendah dengan kejadian syndrome distress
respirasi pada bayi di RSUD PROF MARGONO SOEKARJO. Judul Penelitian tidak
lengkap belum memenuhi 5 W 1 H (what, when, who, where, why, how) yakni waktu
atau tahun penelitian. Sifat/jenis penelitian sudah jelas yakni studi korelasi. Masalah
Penelitian adalah peneliti ingin mengetahui hubungan berat badan lahir rendah
dengan kejadian syndrome distress respirasi pada bayi.
B. Nama Peneliti
Nurhanifah Tamad, Supriyanto, dan Tutik Ida Rosanti
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD PROF MARGONO SOEKARJO dari
tanggal 1 Agustus 2008 sampai 25 Januari 2010.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam jurnal ini adalah untuk mengetahui hubungan berat
badan lahir rendah dengan kejadian syndrome distress respirasi pada bayi di RSUD
PROF MARGONO SOEKARJO.
E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dalam jurnal ini belum disertakan sinopsis teori hanya
menyampaikan sumber literatur. Adapun tinjauan pustaka dalam jurnal ini adalah
bayi BBLR dan syndrome distress pernapasan.
F. Kerangka Konsep dan Hipotesa
Dalam jurnal tidak dijelaskan kerangka konsep dan Hipotesa dari penelitian
yang dilakukan. Adapan hipotesa dalam jurnal ini adalah ada hubungan antara berat
badan lahir rendah dengan kejadian sindrome distress respirasi pada bayi di RSUD
PROF MARGONO SOEKARJO.
G. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional.
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis deskriptif untuk
mengetahui frekuensi berat badan lahir rendah yang didiagnosis sindrom distress
respirasi, asfiksia neonatorum, ensefalopati hipoksik iskemik, sepsis neonatorum dan
pneumonia aspirasi. Data berat badan lahir dan sindrom distress respirasi didapatkan
dari data rekam medik.
H. Populasi dan Sample
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi BBLR yang ada di RSUD
PROF MARGONO SOEKARJO. Teknik pengambilan sample yang digunakan
adalah total sampling. Dengan menggunakan kriteria inklusi berupa bayi dengan
berat badan lahir 1.000 gram - 2.500 gram, preterm dan aterm, berusia 0-3 hari,
dengan skor APGAR menit kelima lebih dari 6, dan tidak mengalami ensefalopati
hepatik. Sedangkan untuk kriteria eksklusinya tidak dijelaskan. Jumlah responden
adalah 744 responden.
Teknik pengambilan sample yang digunakan kurang tepat, seharusnya
peneliti tidak menggunakan total sampling dalam pengambilan sample tetapi
menggunakan purposive sampling dengan kriteria yang sudah ditentukan.
I. Insrument dan Prosedur Pengumpulan Data
Data berat badan lahir dan sindrom distress respirasi didapatkan dari data
rekam medik.
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pengujian
hipotesis dilakukan dengan analisis bivariat yaitu uji chi square dengan tingkat
kepercayaan minimal 95%.
J. Hasil Penelitian
Dari jurnal telah dijelaskan hasil penelitian yaitu:
1. Hasil uji chi square didapatkan nilai p = 0,67 (p > 0,05) yang berarti tidak
terdapat hubungan antara BBLR preterm dengan kejadian sindrom distress
respirasi pada bayi.
2. Pembahasan dalam jurnal juga dilengkapi dengan penelitian lain sebagai penguat
dalam kesimpulan dari penelitian tersebut.
K. Implikasi di Lapangan
Dengan diketahuinya bahwa tidak ada hubungan antara berat badan lahir rendah
dengan kejadian sindrome distress respirasi pada bayi di RSUD PROF. MARGONO
SOEKARJO, maka dapat menambah pengetahuan kita sebagai tenaga kesehatan
bahwa syndrome distress respirasi tidak mutlak disebabkan karena bayi lahir dengan
berat badan rendah, tetapi masih banyak faktor resiko lain yang dapat menyebabkan
syndrome distress respirasi ini terjadi.
L. Kesimpulan Penelitian
Adapun kesimpulan dalam jurnal ini adalah
Tidak terdapat hubungan antara berat badan lahir rendah dengan kejadian sindrom
distress respirasi pada bayi di RSUD. Prof. Margono Soekarjo, dan tidak terdapat
hubungan antara penurunan berat badan lahir dengan peningkatan kejadian
sindrom distress respirasi pada bayi di RSUD. Prof. Margono Soekarjo.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari analisa jurnal yang telah dilakukan didapatkan hasil yaitu tidak ada
hubungan antara berat badan lahir rendah dengan kejadian sindrome distress respirasi
pada bayi di RSUD. Prof. Margono Soekarjo.
B. Saran
Dengan memperhatikan hasil penelitian dengan segala keterbatasan yang peneliti
miliki perlu kiranya ada saran yang dapat disampaikan yakni:
1. Bagi ilmu keperawatan
Tenaga keperawatan diharapkan meningkatkan pengetahuan tentang ilmu-ilmu
baru yang terkait dengan perinatologi untuk dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang lebih berkompeten. Selain itu juga diperlukan penelitian lebih
lanjut terkait dengan kekurangan yang ada pada penelitian sebelumnya agar bisa
disempurnakan untuk mendapatkan penelitian yg lebih akurat
2. Bagi RSUD SARAS HUSADA PURWEREJO
Diharapkan dengan adanya adanya penelitian ini RSUD Saras Husada Purwerejo
dapat meningkatkan pengetahuan stafnya terkait kasus bayi BBLR dan distress
respirasi sehingga diharapkan mampu memberikan pelayanan yang lebih kondusif.