Anda di halaman 1dari 30

DAKWAH ISLAM NUSANTARA DAN ASAL USUL MUHAMMADIYAH

Dosen Pengampu : Mukhbitin, S.Sos.I.,M.SI

DISUSUN OLEH:

Kelompok 2

1. Dhea Dwi Ananda (21121014)


2. Fadillah (21121019)
3. Firda Aleyda Damas (21121020)
4. Hana Tasya Fannanah (21121021)
5. Nenti Dayanti (21121033)
6. M. Daffa Akmal (21121032)
7. Rizki Adelia (21121041)
8. Solihin (21121045)

PRODI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah “Dakwah Islam Nusantara Dan Asal Usul
Muhammadiyah” ini dengan lancar. Sholawat serta salam tak lupa kami curahkan kehadirat
Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam jahiliyah ke alam yang
penuh rahmat ini.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
Mukhbitin, S.Sos.I.,M.SI. pada Mata Kuliah Kemuhammadiyaan (AIK). Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Penyakit Efusi Pluera bagi
para pembaca dan juga penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mukhbitin, S.Sos.I.,M.SI.. selaku


dosen Mata Kuliah Kemuhammadiyaan (AIK) yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal. Namun, terlepas dari itu semua kami
menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
baik dari sisi materi maupun penulisannya. Kami dengan rendah hati dan tangan terbuka
menerima berbagai masukkan maupun saran yang bersifat membangun serta memperbaiki
makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat ataupun
menginspirasi untuk para pembaca.

Palembang, 24 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
2.1 Awal kedatangan Islam di Nusantara...............................................................................3
2.2 Teori Masuknya Islam ke Indonesia.................................................................................4
2.3 Pengertian Muhammadiyah..............................................................................................6
2.4 Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah....................................................................7
2.5 Sejarah Berdirinya Muhammadiyah...............................................................................10
2.6 Maksud dan Tujuan Didirikan Muhammadiyah.............................................................10
2.7 Model Gerakan Dakwah Muhammadiyah......................................................................13
BAB III....................................................................................................................................16
PENUTUP...............................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................16
3.2 Saran...............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah telah mencatat bahwa islam telah memberikan suatu kerangka bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban dunia. Sikap dan semangat ilmiah yang telah
di bentuk oleh dunia islam pada abad pertengahan, melahirkan figure ensiklopedik dari
berbagai ilmu pengetahuan. Peradaban dan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan yang telah
di capai Oleh kaum muslimin sebelumnya tidak nampak lagi bahkan kaum muslimin tampak
statis dalam lapangan pemikiran, termasuk bidang pemikiran keagamaan. Sejak itu kondisi
dunia islam dengan berbagi aspeknya menarik perhatian banyak kalangan. Dari pihak non
muslim yang bersimpati berpandangan agar kaum muslimin itu bisa menyesuiakan diri
dengan semangat kebudayaan modern. Bagaimana kaum muslimin dengan latar belakang
kebudayaan yang berbeda itu memahami ajaran islam untuk memecahkan persoalan-
persoalan kini. Bahkan sebagian dari kelompon non muslim yang lebih ekstrim mengatakan
bahwa kemungkinan yang ada untuk mengembalikan kejayaan islam adalah meninggalkan
warisan lama dan memasukkan kebudayaan barat ke dalam kehidupan kaum muslimin.
Kelompok ini mengganggap bahwa setiap apa yang di hasilkan barat identik kemajuan.
Dari kalangan kaum muslimin terdapat dua kelompok. Pertama, mereka yang
menyadari tentang keadaan kaum muslimin dan menilai kenyataan pemahaman dari praktek
keagamaan kini yang telah di anggap menyimpang dari ajaran islam yang benar. Mereka
berpendapat jika kaum muslimin kembali pada prinsip ajaran islam dan mengegerakkan
semangat islam dan mengegerakkan semangat ijtihad dalam setiap proses pemikiran, maka
kaum muslimin akan memperoleh kembali kemajuan sebagai mana yang telah di capainya
pada waktu lampau. Kedua, mereka yang berpegang teguh pada warisan tradisi abad
pertengahan beranggapan bahwa apa yang telah di capai oleh ulama islam di bidang
pemikiran agama di nilai mutlak, dan tidak mungkin ada pemikiran lain yang bisa
menandinginya. Di Indonesia, proses perubahan alam pikiran tentang islam, selain fakor
kondisi intern umat islam terjadi setelah terbukanya komunikasi yang luas dengan Negara
timur tengah yang menjadi pusat islam. Proses perubahan ini di lakukan oleh individu dalam
kelompok masyarakat yang ingin memperjuangkan identitas dan prinsip ajaran islam di
tengah-tengah kehidupan bangsa Indonesia. Usaha tersebut di realisir dengan mendirikan
organisasi tertentu. Di antara organisasi ini, muhammdiyah di pandang memiliki peranan

1
yang sangat penting dalam menyebarkan ide-ide pembaharuan islam dan memiliki pengaruh
yang cukup kuat di kalangan masyarakat menengah Indonesia (Din Syamsuddin).
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama
organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga Muhammadiyah juga
dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut nabi Muhammad SAW. Gerakan
Muhammadiyah berciri semangat membangun tat sosial dan Pendidikan masyarakat yang
lebih maju dan terdidik. Menampilkan ajaran islam bukan sekedar agama yang bersifat
probadi dan ststis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia dalam
segala aspeknya.
Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan kepada perintah-
perintah Al-Quran, diantaranya QS. Ali-Imran:104 yang artinya: “Dan hendaklah ada di
antara kamu segelongan umat yang menyeru kepada kebajikan, mennyuruh kepada yang
ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”
Ayat tersebut, menurut para tokoh Muhammadiyah mengandung isyarat unutk bergeraknya
umat dalam menjalakan dakwah Islam secara terorganisasi.

Muhammadiyah adalah salah


satu organisasi Islam terbesar
di Indonesia, yang status
sosial dan politiknya tidak
dapat diabaikan oleh
pengamat manapun. Selain
program

2
pengembangan madrasah
modern, pusat rehabilitasi
sosial, dan klinik
kesehatan, juga
memperhatikan isu-isu lain
seperti perlindungan
lingkungan, perubahan iklim,
dan deforestasi.
Alfian, dalam karyanya
Muhammadiyah:Perilaku
Politik Organisasi Modernis
Muslim di bawah
Kolonial Belanda (1912-194)
menempatkan Muhammadiyah
sebagai elemen perubahan
politik
3
di Indonesia. Dia
mengklasifikasikan kegiatan
Muhammadiyah dalam tiga
domain, yaitu (1)
sebagai reformis agama, (2)
sebagai agen perubahan, dan
(3) sebagai kekuatan Politik.
Salah satu bidang yang diakui
Muhammadiyah saat ini
sebagai Organisasi Masyarakat
Islam adalah perlindungan
lingkungan untuk
kelangsungan hidup orang
di dunia. Memang,
perhatian terhadap wilayah
ini dilatarbelakangi oleh
4
fakta bahwa Indonesia
secara geografis
terletak di daerah rawan
bencana.
Tidak hanya sampai disitu,
Muhammadiyah yang
merupakan organisasi yang
memperjuangkan
pembaharuan dalam dunia
Isalam dan sosial. Juga
memperhatikan
perlindungan perempuan
dalam segala aspek kehidupan.
Agar terealisasi kesetaran
gender dalam

5
ruang lingkup keilmuan dan
sosial sehingga tidak ada lagi
yang namanya diskriminasi
bagi kaum
perempuan.
Perjuangan muhammadiyah
juga bisa dilihat dalam
proses mendampingi
penegakan
hukum dan keadilan di
Indonesia. sudah menjadi
rahasia umum di negeri
tercinta kita, bahwa
terkadang penegakan hukum
dan keadilan tidak tepat

6
sasaran dan cenderung
membila kaum atas
dan mendiskriminasi kaum
bawah
Muhammadiyah adalah salah
satu organisasi Islam terbesar
di Indonesia, yang status
sosial dan politiknya tidak
dapat diabaikan oleh
pengamat manapun. Selain
program
pengembangan madrasah
modern, pusat rehabilitasi
sosial, dan klinik
kesehatan, juga

7
memperhatikan isu-isu lain
seperti perlindungan
lingkungan, perubahan iklim,
dan deforestasi.
Alfian, dalam karyanya
Muhammadiyah:Perilaku
Politik Organisasi Modernis
Muslim di bawah
Kolonial Belanda (1912-194)
menempatkan Muhammadiyah
sebagai elemen perubahan
politik
di Indonesia. Dia
mengklasifikasikan kegiatan
Muhammadiyah dalam tiga
domain, yaitu (1)
8
sebagai reformis agama, (2)
sebagai agen perubahan, dan
(3) sebagai kekuatan Politik.
Salah satu bidang yang diakui
Muhammadiyah saat ini
sebagai Organisasi Masyarakat
Islam adalah perlindungan
lingkungan untuk
kelangsungan hidup orang
di dunia. Memang,
perhatian terhadap wilayah
ini dilatarbelakangi oleh
fakta bahwa Indonesia
secara geografis
terletak di daerah rawan
bencana.
9
Tidak hanya sampai disitu,
Muhammadiyah yang
merupakan organisasi yang
memperjuangkan
pembaharuan dalam dunia
Isalam dan sosial. Juga
memperhatikan
perlindungan perempuan
dalam segala aspek kehidupan.
Agar terealisasi kesetaran
gender dalam
ruang lingkup keilmuan dan
sosial sehingga tidak ada lagi
yang namanya diskriminasi
bagi kaum
perempuan.
10
Perjuangan muhammadiyah
juga bisa dilihat dalam
proses mendampingi
penegakan
hukum dan keadilan di
Indonesia. sudah menjadi
rahasia umum di negeri
tercinta kita, bahwa
terkadang penegakan hukum
dan keadilan tidak tepat
sasaran dan cenderung
membila kaum atas
dan mendiskriminasi kaum
bawah
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana awal kedatangan Islam di Nusantara?


2. Bagaimana teori masuknya islam ke Indonesia?
3. Apa itu Muhammadiyah?
4. Apa latar belakang Muhammadiyah?

11
5. Bagaimana sejarah berdirinya Muhammadiyaan?
6. Apa maksud dan tujuan Muhammadiyah masuk ke Indonesia?
7. Apa Model Gerakan Dakwah Muhammadiyah?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui awal kedatangan Islam di Nusantara


2. Untuk mengetahui teori masuknya islam ke Indonesia
3. Untuk mengetahui tentang Muhamadiyah
4. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Muhammadiyah
5. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Muhammadiyaan
6. Untuk mengetahui maksud dan tujuan Muhammadiyah masuk ke Indonesia
7. Untuk mengetahui Model Gerakan Dakwah Muhammadiyah

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Awal kedatangan Islam di Nusantara

Beberapa teori menjelaskan bahwa agama Islam telah masuk ke Indonesia pada abad
ke 7 M/1 H, tetapi baru tersebar luas pada abad ke 13 M. Hal ini ditandai dengan berdirinya
kerajaan Islam tertua di Indonesia, yakni Perlak (1293) dan Samudra Pasai di Aceh (1297).
Selanjutnya, berkembanglah pusat-pusat perdagangan di daerah pantai Sumatra Utara lalu
menyebar ke pulau Jawa dank e Indonesia bagian Timur.

Ada kalangan yang menyatakan bahwa memang banar Islam sudah datang ke
Indonesia sejak abad ke 1 H atau abad ke 7 atau ke 8 M, tetapi baru dianut oleh para
pedagang Timur Tengah di pelabuhan-pelabuhan. Barulah Islam masuk secara besar-besaran
dan mempunyai kekuatan politik pada abad ke 13 M dengan berdirinya kerajaan Samudra
Pasai. Hal ini terjadi akibat arus balik kehancuran Bagdad ibukota Abbasiyah,oleh Hulagu.
Kehancuran Bagdad menyebabkan pedagang Muslim mengalihkan aktifitas perdagangan ke
arah Asia Selatan, Asia Timur dan Asia Tenggara.

Penyebaran Islam merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam sejarah
Indonesia. Pedagang Muslim sudah ada di sebagian wilayah Indonesia selama beberapa abad

12
sebelaum Islam menjadi agama yang mapan di masyarakat-masyarakat local. Kapan,
mengapa, dan bagaimana konversi penduduk Indonesia ini mulai terjadi telah diperdebatkan
oleh beberapa ilmuwan, tetapi kesimpulan pasti tidak mungkin dicapai karena sumber-
sumber yang ada tentang islamisasi sangat langka dan sering sangat tidak normatif (Ricklefs,
2009: 3).

Seminar tentang kedatangan Islam ke Indonesia pernah diadakan di Aceh pada


tanggal 17 – 20 Maret 1964 dan berkesimpulan bahwa menurut sumber-sumber yang ada,
Islam untuk pertama kalinya telah masuk ke Indonesia padaabad ke 1 H atau abad ke 7/8 M
dan langsung dari Arab.

2.2 Teori Masuknya Islam ke Indonesia

Ada beberapa teori yang mencoba untuk memberikan kepastian asal-usulkedatanan


Islam di Indonesia antara lain :

1. Teori India.
Teori ini menyatakan bahwa Islam Indonesia berasal dari Gujarat dan Malabar.
Pendapat ini dipelopori oleh Pjnapel, yang menelusuri Islam Indonesia melalui
pengikut mazhab Syafi’i dari Gujarat dan Malabar. Apalagi kawasan ini sering
disebut dalam sejarah purbakala Indonesia. Pendapat ini diikuti oleh ilmuan W.F.
Stutterheim, J.C. Van Leur, bahkan pendapat ini di dukung oleh Moquette dari
Belanda, Kern, Winsteds, Bousquet, Vlakke, Gonda, Schrieke, Hall, Bernard H.M.
Vlekke, T.W. Arnold, Cliford Geertz dan Harry J. Benda.
2. Teori Arab/Makkah
Teori ini menjelaskan bahwa Islam yang masuk ke Indonesia datang langsung dari
Mekkah atau Madinah. Waktu kedatangannya pada awal abad ke 7 M, pada awal abad
hijriah, bahkan pada masa khulafaur Rasyidin memerintah, islam sudah memulai
ekpedisinya ke Nusantara. Teori Makkah berpendapat bahwa slam masuk ke Indonesia
pada abad ke 7 M dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir).
Adapun teori yang menyatakan Islam Indonesia berasal dari Arab, pertamakali
dilontarkan oleh Crawfurd (1820), Keyzer (1859) kemudian diikuti oleh Niemann

13
(1861), de Hollander (1981), dan Veth (188). Crawfurd menyatakan bahwa Islam
Indonesia berasal dari Mesir, dengan alas an bahwa Mesir menganut Mazhab Syafi’i.
Hollader berpendapat Islam Indonesia berasal dari Hadramut juga dengan alas an negeri
ini menganut mazhab Syafi’I; sedangkan Veth hanya menyebutkan bahwa Islam
Indonesia dibawa oleh orang-orang Arab, tanpa menyebutkan tempat asal. Di Indonesia
pendapat ini dipopulerkan oleh Hamka. Teori yang dikembangkan Hamka ini mendapat
perhatian dan pembenaran dalam seminar-semiar yang membahas sejarah masuknya
Islam di Indonesia, baik nasional maupun local (Yatim, 1998: 20).
3. Teori Persia
Teori ini dikemukakan oleh P.A. Hoesein Djajadiningrat. Teori ini menjelaskan
bahwa agama Islam yang masuk ke Nusantara+ berasal dari Persia, singgah kr Gujarat,
sedangkan waktunya sekitar abad ke 13 M. Pandangan teori ini berbeda dengan teori
Gujarat dan Mekkah. Teori ini menitikberatkan tinjauannya pada kebudayaan yang hidup
di kalangan masyarakat Islam Indonesia yang dirasakan memiliki persamaan dengan
Persia.
Persamaan tersebut diantaranya adalah : a) Peringatan 10 Muharam atau asyura
sebagai hari peringatan Syi’ah atas syahidnya Husein. Peringatan ini berbentuk
pembuatan bubur Syura. Di Minangkabau bulan Muharam disebut bulan Hasan-Husen.
Di Sumatra Tengah sebelah Barat disebut bulan Tabut, dan diperingati dengan mengarak
keranda Husein untuk dilemparkan ke sungai. Keranda tersebut disebut Tabut diambil
dari bahasa Arab. b) adnya kesamaan ajaran antara Syeikh Siti Jenar dengan ajaran sufi
al-Hallaj, sekalipun al-Hallaj telah meninggal pada 310 H atau 922 M, tetapi ajrannya
berkembang terus dalam bentuk puisi, sehinggam memungkinkan Syeihk Siti Jenar yang
hidup pada abad ke 16 dapat mempelajarinya. c) Penggunaan istilah bahasa Iran dalam
sistim mengeja huruf Arab, untuk tanda-tanda bunyi harakat di nisan makam Malik Saleh
(1297) dan makam Malik Ibrahim (1419) di Gresik dipesan dari Gujarat.
Namun teori ini dikritik oleh Saifuddin Zuhri. Ia menyatakan sulit untuk menerima
pendapat tentang kedatangan Islam ke Nusantara berasal dari Persia. Alasannya bila kita
berpedoman pada masuknya Islam ke Nusantara pada abad ke 7, hal ini berarti terjadi
pada masa kekuasaan khalifah Umayyah. Saat itu kepemimpinan Islam dibidang politik,
ekonomi dan kebudayaan berada di tangan bangsa Arab, sedangkan pusat pergerakan
Islam berkisar di Mekkah, Madinah, Damaskus dan Bagdad, jadi belum mungkin Persia
menduduki kepemimpinan dunia Islam (Zuhri, 1979: 188).
4. Teori China

14
Islam di China banyak mendapat pengruh dari Persia yang kemudian dikenal dengan
bangsa Hui. Seiring dengan perkembangan perdagangan dan alur jalur sutra, sangat
memungkinkan terjadi interaksi antara pedagang China Muslim dengan pedagang
Nusantara, seorang musafir China yang bernama Ichang pada tahun 671 telah melakukan
perjalanan dari Canton menuju ke Sumatra dengan menumpang kapal Iran.
Dalam catatan perjalanan Ma Huan yang melakukan perjalanan pada tahun 1413-1415
yang dituangkan dalam bukunya “Ying yai Sheng lan” disebutkan bahwa terdapat tiga
macam penduduk di Jawa, yaitu orang Muslim dari Barat, orang China yang diantarnya
beragama Islam dan orang Jawa yang menyembah berhala. Beberapa pendukung teori ini
diataranya adalah H.J. De Graaf, Slamet Mulyana dan Denys Lombard. Pendapat ini
mengatakan bahwa agama Islam dibawah dari China oleh pedagang muslim China yang
bermazhab Sunni Syafi’I yaitu mazhab yang umum dianut oleh bangsa-bangsa Muslim
sepanjang jalur sutra. Argumen lain yang mengatakan bahwa Islam dating dari China
adalah ketika terjadi ekspedisi Mongol untuk menghukum raja Kartanegara.

Dari uraian tentang teori-teori kedatangan Islam ke Nusantara tersebut, dapat


disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke 7 M dan
mengalami perkembangannya pada abad ke 13 M. Pemegang peranan dalam penyebaran
Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India).

2.3 Pengertian Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama


organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW. sehingga Muhammadiyah juga
dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW. Latar
belakang KH Ahmad Dahlan memilih nama Muhammadiyah yang pada masa itu sangat asing
bagi telinga masyarakat umum adalah untuk memancing rasa ingin tahu dari masyarakat,
sehingga ada celah untuk memberikan penjelasan dan keterangan seluas-luasnya tentang
agama Islam sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah SAW.

Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha KH Ahmad Dahlan


untuk memurnikan ajaran Islam yang dianggap banyak dipengaruhi hal-hal mistik. Kegiatan
ini pada awalnya juga memiliki basis dakwah untuk wanita dan kaum muda berupa pengajian
Sidratul Muntaha. Selain itu peran dalam pendidikan diwujudkan dalam pendirian sekolah
dasar dan sekolah lanjutan, yang dikenal sebagai Hooge School Muhammadiyah dan

15
selanjutnya berganti nama menjadi Kweek School Muhammadiyah (sekarang dikenal dengan
Madrasah Mu’allimin _khusus laki- laki, yang bertempat di Patangpuluhan kecamatan
Wirobrajan dan Mu’allimaat Muhammadiyah_khusus Perempuan, di Suronatan Yogyakarta).

Muhammadiyah secara etimologis berarti pengikut nabi Muhammad, karena berasal


dari kata Muhammad, kemudian mendapatkan ya nisbiyah, sedangkan secara terminologi
berarti gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi mungkar dan tajdid, bersumber pada al-
Qur’an dan as-Sunnah. Berkaitan dengan latar belakang berdirinya Muhammadiyah secara
garis besar faktor penyebabnya adalah pertama, faktor subyektif adalah hasil pendalaman
KH. Ahmad Dahlan terhadap al-Qur’an dalam menelaah, membahas dan mengkaji
kandungan isinya. Kedua, faktor obyektif di mana dapat dilihat secara internal dan eksternal.
Secara internal ketidakmurnian amalan Islam akibat tidak dijadikannya al- Qur’an dan as-
Sunnah sebagai satu-satunya rujukan oleh sebagiab besar umat Islam Indonesia.

Muhammadiyah adalah Gerakan Islam yang melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi
munkar dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam
sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah berpandangan
bahwa Agama Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan meliputi aqidah, ibadah, akhlaq,
dan mu’amalat dunyawiyah yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus dilaksanakan
dalam kehidupan perseorangan maupun kolektif. Dengan mengemban misi gerakan tersebut
Muhammadiyah dapat mewujudkan atau mengaktualisasikan Agama Islam menjadi rahmatan
lil-’alamin dalam kehidupan di muka bumi ini.

Visi Muhammadiyah adalah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan al-Qur’an dan
as-Sunnah dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqamah dan aktif dalam
melaksanakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar di segala bidang, sehingga menjadi
rahmatan li al-‘alamin bagi umat, bangsa dan dunia kemanusiaan menuju terciptanya
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang diridhai Allah swt dalam kehidupan di dunia
ini. Misi Muhammadiyah adalah:
1. Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah swt yang dibawa
oleh Rasulullah yang disyariatkan sejak Nabi Nuh hingga Nabi Muhammad saw.
2. Memahami agama dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam
untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan yang bersifat
duniawi.

16
3. Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber pada al- Qur’an sebagai kitab Allah yang
terakhir untuk umat manusia sebagai penjelasannya.
4. Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.
Lihat Tanfidz Keputusan Musyawarah Wilayah ke-39 Muhammadiyah Sumatera Barat
tahun 2005 di Kota Sawahlunto.

2.4 Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah

Keinginan dari KH. Akhmad Dahlan untuk mendirikan organisasi yang dapat
dijadikan sebagai alat perjuangnan dan da’wah untuk nenegakan amar ma’ruf nahi munkar
yang bersumber pada Al-Qur’an, surat Al-Imron:104 dan surat Al-ma’un sebagai sumber dari
gerakan sosial praktis untuk mewujudkan gerakan tauhid.

Ketidakmurnian ajaran Islam yang dipahami oleh sebagian umat islam Indonesia,
sebagai bentuk adaptasi tidak tuntas antara tradisi Islam dan tradisi lokal nusantara dalam
awal bermuatan paham animisme dan dinamisme. Sehingga dalam prakteknya umat Islam di
Indonesia memperlihatkan hal-hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran islam,
terutama yang berhubungan dengan prinsip akidah Islam yang menolak segala bentuk
kemusyrikan, taqlid, bid’ah, dan khurafat. Sehingga pemurnian ajaran menjadi pilihan mutlak
bagi umat Islam Indonesia.

Keterbelakangan umat Islam Indonesia dalam segi kehidupan menjadi sumber


keprihatinan untuk mencarikan solusi agar dapat keluar menjadi keterbelakangan.
Keterbelakangan umat Islam dalam dunia pendidikan menjadi sumber utama keterbelakangan
dalam peradaban. Pesantren tidak bisa selamanya dianggap menjadi sumber lahirnya generasi
baru muda Islam yang berpikir modern. Kesejahteraan umat Islam akan tetap berada dibawah
garis kemiskinan jika kebodohan masih melengkupi umat Islam Indonesia.

Maraknya Kristenisasi di Indonesia sebegai efek domino dari imperialisme Eropa ke


dunia timur yang mayoritas beragama Islam. Proyek Kristenisasi satu paket dengan proyek
imperialisme dan modernisasi bangsa Eropa, selain keinginan untuk memperluas daerah
koloni untuk memasarkan produk-produk hasil revolusi industri yang melanda Eropa.

Imperialisme Eropa tidak hanya membonceng gerilya gerejawan dan para penginjil
untuk menyampaikan ’ajaran jesus’ untuk menyapa umat manusia diseluruh dunia untuk

17
’mengikuti’ ajaran jesus. Tetapi juga membawa angin modernisasi yang sedang melanda
Eropa. Modernisasi yang terhembus melalui model pendidikan barat (Belanda) di Indonesia
mengusung paham-paham yang melahirkan modernisasi Eropa, seperti sekularisme,
individualisme, liberalisme dan rasionalisme. Jika penetrasi itu tidak dihentikan maka akan
terlahir generasi baru Islam yang rasionaltetapi liberal dan sekuler.

a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri umat Islam sendiri yang
tercermin dalam dua hal, yaitu sikap beragama dan sistem pendidikan Islam. Sikap beragama
umat islam saat itu pada umumnya belum dapat dikatakan sebagai sikap beragama yang
rasional. Sirik, taklid, dan bid’ah masih menyelubungai kehidupan umat Islam, terutama
dalam lingkungan kraton, dimana kebudayaan hindu telah jauh tertanam. Sikap beragama
yang demikian bukanlah terbentuk secara tiba-tiba pada awal abad ke 20 itu, tetapi
merupakan warisan yang berakar jauh pada masa terjadinya proses Islamisasi beberapa abad
sebelumnya. Seperti diketahui proses Islamisasi di Indonesia sangat di pengaruhi oleh dua
hal, yaitu Tasawuf/Tarekat dan mazhab fikih, dan dalam proses tersebut para pedagang dan
kaum Sufi memegang peranan yag sangat penting. Melalui merekalah Islam dapat
menjangkau daerah-daerah hampir diseluruh nusantara ini.

b. Faktor Eksternal

Faktor lain yang melatarbelakangi lahirnya pemikiran Muhammadiyah adalah faktor


yang bersifat eksternal yang disebabkan oleh politik penjajahan kolonial belanda. Faktor
tersebut antara lain tanpak dalam system pendidikan kolonial serta usaha kearah Westernisasi
dan Kristenisasi.

Pendidikan kolonial dikelola oleh pemerintah kolonial untuk anak-anak bumi putra,
ataupun yang diserahkan kepada misi dan zending Kristen dengan bantuan finansial dari
pemerintah belanda. Pendidikan demikian pada awal abad ke 20 telah meyebar dibeberapa
kota, sejak dari pendidikan dasar sampai atas, yang terdiri dari lembaga pendidikan guru dan
sekolah kejuruan. Adanya lembaga pendidikan kolonial terdapatlah dua macam pendidikan
diawal abad 20, yaitu pendidikan Islam tradisional dan pendidikan kolonial. Kedua jenis
pendidikan ini dibedakan, bukan hanya dari segi tujuan yang ingin dicapai, tetapi juga dari
kurikulumnya.

18
Pendidikan kolonial melarang masuknya pelajaran agama dalam sekolah-sekolah
kolonial, dan dalan artian ini orang menilai pendidikan kolonial sebagai pendidikan yang
bersifat sekuler, disamping sebagai peyebar kebudayaan barat. Dengan corak pendidikan
yang demikian pemerintah kolonial tidak hanya menginginkan lahirnya golongan pribumi
yang terdidik, tetapi juga berkebudayaan barat. Hal ini merupakan salah satu sisi politik etis
yang disebut politik asisiasi yang pada hakekatnya tidak lain dari usaha westernisasi yang
bertujuan menarik penduduk asli Indonesia kedalam orbit kebudayaan barat. Dari lembaga
pendidikan ini lahirlah golongan intlektual yang biasanya memuja barat dan menyudutkan
tradisi nenek moyang serta kurang menghargai Islam, agama yang dianutnya. Hal ini agaknya
wajar, karena mereka lebih dikenalkan dengan ilmu-ilmu dan kebudayaan barat yang sekuler
tanpa mengimbanginya dengan pendidikan agama konsumsi moral dan jiwanya. Sikap umat
yang demikianlah tampakya yang dimaksud sebagai ancaman dan tantangan bagi Islam
diawal abad ke 20.

2.5 Sejarah Berdirinya Muhammadiyah

Muhammadiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Zulhijjah 1330 H,
yang bertepatan tanggal 18 November 1912 M di Jokyakarta. Ide dasar KH. Ahmad Dahlan
mendirikan organisasi Muhammadiyah antara lain :

a) Perlunya pembaruan dalam berbagai bidang kehidupan umat Islam karena peranan umat
Islam telah rusak dan hilang di berbagai bidang. Misalnya bidang poitik, ekonomi,
perdagangan, pendidikan, kebudayaan, dan bidang keagamaam
b) Memurnikan kembali ajaran Islam yang telah tercampur dengan berbagai paham sehingga
muncullah tahyul, khurafat, bid’ah dan syirik di kalangan masyarakat muslim;
c) Mempertahankan regenerasi Islam di masa kini dan mendatang, karena derasnya arus
kristenisasi di Indonesia
d) Mengembalikan citra Islam di kalangan pemuda dan remaja serta pelajar karena derasnya
informasi dan kebudayaan Barat yang masuk ke Indonesia telah mempengaruhi
keperibadian umat Islam.
Persayrikatan ini merupakan produk modernsasi yang juga menjadi organisasi terbesar di
Indonesia. Organisasi ini telah berdiri sebelum Indonesia merdeka dan mempunyai andil

19
besar dalam usaha kemerdekaan Negara Indonesia. Dalam pembentukannya, Muhammadiyah
banyak merefleksikan dirinya pada al-Qur’an surat Ali Imran 104 : Artinya

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yng ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang
yang berntung” (QS. Ali Imran: 104)
Disimpulkan bahwa berdirinya Muhammadiyah adalah karena alasan-alasan dan
tujuan-tujuan sebagai berikut : a) Membersihkan Islam di Indonesia dari pengaruh dan
kebiasaan yang bukan islam; b) Reformulasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran
modern; c) Reformulasi ajaran dan pendidikaan Islam; dan d) Mempertahankan Islam dari
pengaruh dan serangan luar. (Sujarwanto dan Nashir, 1990: 332).

2.6 Maksud dan Tujuan Didirikan Muhammadiyah

Maksud dan tujuan Muhammadiyah adalah sasaran yang ingin dicapai


Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi seperti tercantum dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Muhammadiyah. Sebuah organisasi terbentuk karena
adanya sekelompok orang yang mempunyai kesamaan pandangan terhadap satu dan beberapa
hal serta tujuan yang sama. Selanjutnya sekelompok orang tersebut merumuskan secara
bersama jalan mewujudkan tujuan tersebut. Meskipun ada sekelompok orang jika tidak punya
pandangan, tujuan dan cara yang disepakati untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka tidak
akan pernah terbentuk sebuah organisasi.

Muhammadiyah sebagai organisasi tentu mempunyai maksud dan tujuan tertentu


dalam pendiriannya seperti diuraikan diatas. Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah bab III
pasal 6 tentang maksud dan tujuan disebutkan bahwa “Maksud dan tujuan Muhammadiyah
ialah menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya”.

Maksud dan tujuan didirikan Muhammadiyah itu merupakan redaksi terkini. Dalam
sejarahnya pernah mengalami beberapa kali perubahan sejak awal berdiri sampai diputuskan
dengan redaksi terbaru. Perubahan-perubahan redaksi maksut dan tujuan Muhammadiyah
tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pada awal berdiri


a. Menyebarkan pengajaran kanjeng Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumi
putra, di dalam residensi Yogyakarta.

20
b. Memajukan hal Agama Islam kepada anggota-anggotanya

Pada poin a ada pembatasan wilayah yang hanya meliputi residensi Yogyakarta karena saat
itu, izin yang turun dari pemerintah kolonial Belanda Muhammadiyah hanya boleh didirikan
di wilayah Yogyakarta. Pengajuan ijin semula meliputi Pulau Jawa yang dipandang terlalu
luas untuk sebuah organisasi yang baru berdiri.

2. Sesudah Muhammadiyah meluas ke luar Yogyakarta


a. Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama Islam di Hindia
Belanda
b. Memajukan dan menggembirakan hidup sepanjang kemauan agama Islam kepada
sekutu-sekutunya
3. Pada era pendudukan Jepang (1942 – 1945)
Jepang mengontrol ketat semua organisasi yang ada, sehingga semua organisasi harus
tunduk pada aturan Jepang, termasuk dalam dokumen dasar organisasi tidak boleh
bertentangan dengan kemauan mereka.
Maksud dan tujuan Muhammadiyah juga mengalami perubahan yaitu :
a. Hendak menyiarkan agama Islam, serta melatihkan hidup yang selaras dengan
tuntunannya
b. Hendak melakukan pekerjaan kebaikan umum
c. Hendak memajukan pengetahuan dan kepandaian serta budi pekerti yang baik kepada
anggota-anggotanya

Kesemuanya itu ditujukan untuk berjaya mendidik masyarakat ramai.

4. Era pasca kemerdekaan


Setelah kemerdekaan, dalam muktamar ke 31 di Yogyakarta pada tahun 1950, rumusan
maksud dan tujuan Muhammadiyah dirubah menjadi
“Maksud dan tujuan persyarikatan ialah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam
sehingga dapat mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.”
5. Era Demokrasi Terpimpin
Dalam Muktamar Muhammadiyah ke-34 tahun 1959 di Yogyakarta, diputuskan maksud
dan tujuan Muhammadiyah yaitu :
“Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya”.
6. Era asas tunggal

21
Dalam muktamar ke-41 di Surakarta pada tahun 1985 terjadi perubahan fundamental
dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah meliputi rumusan nama dan kedudukan, azas dan
maksut tujuan persyarikatan. Perubahan ini dilakukan karena adanya kebijakan politik
pemerintah orde baru saat itu yaitu penyeragaman azas organisasi sosial, politik dan
kemasyarakatan dengan azas tunggal Pancasila. Maksud dan tujuan Muhammadiyah
mengalami perubahan:
“Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama,
adil dan makmur yang diridhoi Alloh SWT.
7. Era reformasi
Dalam muktamar Muhammadiyah ke-44 di Jakarta tahun 2000, Islam digunakan kembali
sebagai asas persyarikatan. Hal ini karena situasi politik yang berubah seiring dengan
hasil sidang istimewa MPR RI yang dalam salah satu ketetapannya yaitu Tap MPR nomor
XVIII/MPR/1998. Intinya mengembalikan Pancasila sebagai dasar negara RI. Ini berarti
bahwa Pancasila tidak harus dijadikan asas lembaga keagamaan, sosial kemasyarakatan
maupun politik. Namun perubahan rumusan asas persyarikatan tidak diikuti oleh
perubahan maksud dan tujuan, sehingga tetap sama seperti yang dirumuskan pada era
sebelumnya yaitu :
“Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama,
adil dan makmur yang diridhoi Alloh SWT.

2.7 Model Gerakan Dakwah Muhammadiyah

Muhammadiyah memiliki ciri yaitu gerakan dakwah Islam ‘Amar ma’ruf nahi munkar
(mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran), sejak awal didirikannya
merupakan bentuk kepedulian terhadap masuknya Kristenisasi di Indonesia. Pada masa
sebelum Muhammadiyah didirikan KH. Ahmad Dahlan lebih menekankan usaha untuk
menginsafkan dan memberikan cara ruang untuk menyalurkan pemikiran-pemikiran teman-
teman sejawatnya di Yogyakarta dengan pengajian-pengajian dan cerah-ceramah keagamaan.

Dakwah Muhammadiyah secara umum bersifat pembaharuan, membina keagamaan


umat merupakan wujud dakwah, tetapi membangun sekolah, rumah sakit, panti asuhan,
merupakan bentuk dakwah juga. Sebab dakwah bukan hanya membina aqidah dan ibadah
saja, tetapi mencakup aspek mu’amalah duniawiyah. Dakwah dalam konsep Muhammadiyah
merupakan upaya untuk mengajak individu atau kelompok untuk memeluk dan

22
mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dakwah dalam Muhammadiyah sering
dikenal dengan mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar- benarnya, artinya ajaran Islam
tidak hanya dipelajari melainkan diamalkan dalam kehidupan.

Gerakan dakwah Muhammadiyah berdasarkan Islam mencakup ranah aqidah dan


ibadah, sering dilakukan dengan kajian-kajian keagamaan ini yang akan menjadi fokus
peneliti dalam tulisan ini. Kajian yang dilakukan secara berkelompok untuk mengkaji
kemurnian ajaran Islam dari pengaruh – pengaruh yang bukan berasal dari Al- Qur’an dan
As-Sunnah. Muhammadiyah menggunakan metode Manhaj Tarjih, yakni tidak condong pada
satu madzab dalam mengambil sebuah keputusan hukum syara’, dengan kata lain ijtihat
merupakan proses yang terus berlangsung oleh pemikir-pemikir Islam dengan berdasarkan
Al-Qur’an dan Hadits, terhadap gejala-gejala sosial, keagamaan dan sejarah yang sewaktu-
waktu bisa ditinjau kembali.

Gerakan dakwah yang mencakup aspek mu’amalah duniawiyah banyak dilakukan


oleh Muhammadiyah dalam bentuk pendirian amal usaha yang bisa dirasakan manfaatnya
oleh masyarakat secara umum, seperti: pendirian sekolah mulai tingkat dasar sampai
perguruan tinggi, rumah sakit, panti asuhan, dan panti jompo. Sehingga model gerakan
dakwah Muhammadiyah tidak bisa lepas antara keagamaan dan ibadah maliyah saling
mendukung.

Maka orientasi dakwah Muhammadiyah perlu berproses mengikuti hukum sosiologi,


sehingga dakwah memiliki hikmah yang baik, edukatif, dan memberikan pencerahan seperti
firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:

‫ٱْدُع ِإَلٰى َس ِبيِل َر ِّبَك ِبٱْلِح ْك َم ِة َو ٱْلَم ْو ِع َظِة ٱْلَح َس َنِةۖ َو َٰج ِد ْلُهم ِبٱَّلِتى ِهَى َأْح َس ُن ۚ ِإَّن َر َّبَك‬
‫ُهَو َأْع َلُم ِبَم ن َض َّل َع ن َس ِبيِلِهۦۖ َو ُهَو َأْع َلُم ِبٱْلُم ْهَتِد يَن‬

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. An-Nahl:125).

23
Dakwah yang bersifat proses dan memperhatikan sosiologis dikenal dengan istilah
dakwah kultural. Dakwah ini lebih mempertimbangkan cara pandang dan pendekatan yang
sesuai dengan psikologis dan sosiologis sasaran dakwah. Karena itu, dahwah Muhammadiyah
tidak seharusnya mengatakan sesat atau kafir pada obyek dakwahnya lebih-lebih pada sesama
Muslim, dakwah seperti ini tidak sesuai dengan kepribadian Muhammadiyah. Seharusnyalah
dakwah Muhammadiyah memberikan wacana Islam yang menggembirakan. Mengandung
unsur kearifan, saling mengingatkan dalam kebaikan, dan keihsanan.

Ada empat metode yang dipakai Muhammadiyah.


1. Dakwah bil lisan (melalui perkataan) dilakukan Muhammadiyah antara lain melalui
ceramah-ceramah, khutbah, diskusi, seminar dan nasihat-nasihat. Kedua dakwah bil-hal,
yaitu metode dakwah melalui perbuatan langsung.
2. Dakwah bil-hal menurut Afnan, Muhammadiyah mempelopori adanya kepanitiaan
pengelolaan zakat, infaq, shodaqah termasuk qurban untuk diperuntukan kepada para
anak yatim, fakir miskin di Yogyakarta diawal berdirinya Muhammadiyah. Metode ini
sekaigus implementasi dakwah Muhammadiyah dalam menjalankan perintah al-qur’an
dalam surat al-ma’un.
Melalui surat al-maun, Muhammadiyah tidak hanya memaknainya tetapi
mempraktikkan menjadi dakwah bil-hal yaitu menyantuni anak yatim, fakir miskin higga
berdirinya penolong kesengsaraan omom (sekarang, PKU) dan pelayanan sosial berupa
panti asuhan.
Praktik dakwah ini begitu kuat dan mengakar karena dicontohkan langsung oleh Kiai
Dahlan bersama muridnya diawal dakwah Muhammadiyah hadir menyantuni dan
memberi makan fakir miskin dan gelandangan serta mendidik anak yatim di sekitaran
Kauman, Yogyakarta.
3. Dakwah bi-tadwin adalah metode dakwah yang dilakukan melalui tulisan. Para tokoh
awal Muhammadiyah hingga ini menggunakan metode tulisan untuk menyampaikan
penjelasan mengenai seruan yang hendak dismapaikan seluas-luasnya kepada warga,
anggota, pimpinan Muhamadiyah dan masyarakat.
Keberadaan tradisi tulisan atau dokumentasi sampai saat ini masih bermanfaat kata
Afnan, misalnya hadirnya Majalah Suara Muhammadiyah mensyiarkan mengenai puasa
ada dokumentasinya di Perpustaan Leiden, Belanda dan buku-buku Kepanduan yang
menjadi cikal bakal dokumentasi latihan Hizbul Wathan pada tahun 1914.

24
4. Dakwah bil-hikmah yaitu menyampaikan seruan secara arif dan bijaksana. Jadi kalau
ingin mengingatkan Muhammadiyah cenderung menyampaikan dengan arif dan
bijaksana. Bahkan, mengingatkan dengan cara ini telah menjadi tradisi di Muhammadiyah
bagaimana menggunakan surat keroganisasiannya sebagai sebuah saran, krititik dan
mengingatkan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dakwah Kultural sebagai strategi perubahan sosial bertahap sesuai dengan kondisi
empirik yang diarahkan untuk menumbuhkembangkan kehidupan Islami sesuai dengan
paham Muhammadiyah, secara formal digagas dan menjadi keputusan Sidang Tanwir di Bali,
24-27 Januari 2002. Dengan fokus pada penyadaran iman sehingga umat bersedia
menerima dan memenuhi seluruh ajaran Islam; akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah-
tahapan perubahan sosial
akan beragam sesuai dengan pluralitas sosial, ekonomi, budaya, dan politik suatu masyarakat,
sehingga tahapan ideal islam Kaffah dicapai setiap kelompok umatsecara beragam.

25
Kemudian Muhammadiyah melakukan gerakan tajdid atau pembaharuan dalam
bidang sosial keagamaan, yaitu memurnikan kembali dan mengembalikan kepada
keasliannya. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan agama baik menyangkutaqidah (keimanan)
maupun ritual (ibadah) haruslah sesuai dengan aslinya, yaitu sebagaimana yang diperintahkan
oleh Allah dalam Al-Qur’an dan As-Sunah. Sedangkan pembaruan dalam bidang sosial dan
kemasyarakatan, usaha yangdirintis oleh Muhammadiyah yaitu didirikannya rumah sakit,
poliklinik, rumah yatim-piatu, yang dikelola melalui lembaga-lembaga dan bukan secara
individual.

3.2 Saran

Tujuan dakwah Muhammadiyah adalah meningkatkan kualitas hidup manusia, serta


gerakan tajdid atau pembaharuan dalam Islam khususnya dalam Muhammadiyah memang
perlu terus dilakukan terutama oleh kader-kader Muhammadiyah itu sendiri. Seharusnya kita
ikut berpartisipasi dalam dakwahtersebut. Karena dengan dakwah tersebut menggerakkan
dinamika kehidupan masyarakat Islam di bidang sosial keagamaan, pendidikan, ekonomi, dan
sosial- budaya.

DAFTAR PUSTAKA

Handayani, Puspita, dan Ima Faizah. “Buku Ajar AIK 3 Kemuhammadiyahan”. Diedit oleh
Muhammad Tanzil Mu’tazam. 1 ed. Sidoarjo: UmsidaPress, 2017.

Kamal Pasha, Muhammad, dan Ahmad Adaby Darban. “Muhammadiyah Sebagai Gerakan
Islam”. Diedit oleh Imron Nasari. Pertama. Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2005.

Kementrian Agama RI. “Al-Quran Terjemah”. Diedit oleh Tim Syamil Qur’an. 1 ed., 2012.

Syifa. “4 Metode Dakwah Muhammadiyah Hingga dikenal Internasional”. 2021. Blog


Perserikatan Cahaya Muhammadiyah: Yogyakarta. Diakses pada tanggal 23 Maret
2023.

26
27

Anda mungkin juga menyukai