Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada BAB ini penulis membahas mengenai kesenjangan antara teori dan

kasus. Penulis melakukan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. A Dengan

Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Dengar Pada Skizofrenia Paranoid Di

Gedung Adenium Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung selama 5

hari (05 Mei 2016 sampai dengan 10 Mei 2016), yang terdiri dari pengkajian,

penegakkan diagnosa keperawatan jiwa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

Terdapat beberapa perbedaan antara teori dengan data yang didapat pada saat

asuhan keperawatan jiwa diberikan. Kesenjangan yang penulis temukan adalah:

A. Pengkajian

Menurut Fitria (2014), data yang biasa ditemukan dalam pengkajian

halusinasi adalah:

1. Data subjektif

1. Pasien mengatakan mendengar sesuatu

2. Pasien mengatakan melihat bayangan putih

3. Pasien mengatakan dirinya seperti disengat listrik

4. Pasien mencium bau-bauan yang tidak sedap, seperti feses

5. Pasien mengatakan kepalanya melayang ke udara

6. Pasien mengatakan dirinya merasakan ada sesuatu yang berbeda

pada dirinya
2. Data objektif

a. Pasien terlihat bicara atau tertawa sendiri saat dikaji

b. Bersikap seperti mendengar sesuatu

c. Berhenti bicara ditengah-tengah kalimat untuk mendengarkan

sesuatu

d. Disorientasi

e. Konsentrasi rendah

f. Pikiran cepat berubah-ubah

g. Kekacauan alur pikiran

Menurut Damaiyanti (2014), data yang biasa ditemukan dalam defisit

perawatan diri adalah:

1. Data subjektif

a. Pasien merasa lelah

b. Malas untuk beraktifitas

c. Merasa tidak berdaya

2. Data objektif

a. Rambut kotor, acak-acakan

b. Badan dan pakaian kotor dan bau

c. Mulut dan gigi bau

d. Kulit kusam dan kotor

e. Kuku panjang dan tidak terawat


Menurut Keliat dan Akemat (2009), cit. Damaiyanti (2014), data

fokus yang bisa ditemukan pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan

adalah:

1. Aniaya fisik

2. Aniaya seksual

3. Penolakan

4. Kekerasan dalam keluarga

5. Tindakan kriminal

6. Aktivitas motorik

7. Interaksi selama wawancara

Terdapat beberapa kesenjangan yang ditemukan oleh penulis antara

teori dan kasus, namun kesenjangan tersebut tidak terlalu menonjol

dikarenakan pasien menunjukkan sebagian besar gejala yang ada pada

diagnosa halusinasi, devisit perawatan diri, dan resiko perilaku kekerasan

sesuai teori. Data yang tidak ditemukan dari teori ke 3 diagnosa di dalam

kasus yaitu: pasien mengatakan dirinya seperti disengat listrik, pasien

mencium bau-bauan yang tidak sedap, seperti feses, pasien mengatakan

kepalanya melayang ke udara, disorientasi, konsentrasi rendah, merasa tidak

berdaya, kuku panjang dan tidak terawatt, aniaya seksual, penolakan, dan

kekerasan dalam keluarga.

Selain itu, penulis menambahkan pemeriksaan fisik head to toe pada

pengkajian.
B. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan teori terdapat beberapa diagnosa keperawatan pada kasus

skizofrenia paranoid diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Perilaku kekerasan

2. Perubahan sensori persepsi: halusinasi

3. Defisit perawatan diri

4. Isolasi sosial

5. Harga diri rendah

Sedangkan menurut kasus yang ada, didapatkan 3 diagnosa keperawatan:

1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi dengar

2. Resiko perilaku kekerasan

3. Defisit perawatan diri

Pada kasus ini tidak muncul diagnosa perubahan isolasi sosial dan

harga diri rendah. Hal ini dikarenakan pasien tidak menunjukkan adanya

perilaku isolasi sosial dan menarik diri. Kesenjangan antara teori dan kasus

yang ada, terjadi karena respon setiap individu yang berbeda. Pada dasarnya

mekanisme koping seseorang akan mempengaruhi proses terjadinya suatu

masalah yang akan muncul.

C. Intervensi

Adapun rencana keperawatan yang dilakukan sesuai dngan teori atau

strategi pelaksanaan: gangguan sensori persepsi halusinasi, perilaku

kekerasan, dan defisit perawatan diri, sehingga intervensi yang dilakukan

tidak ada perbedaan antara kasus dan teori.


D. Implementasi

Pada kasus Tn. A implementasi yang dilakukan sesuai dengan

intervensi yang direncanakan. Namun ada beberapa intervensi yang tidak

dilakukan karena selama penulis melakukan implementasi keperawatan,

selain tidak ada keluarga pasien yang datang menjenguk, pasien juga belum

bisa dilakukan implementasi untuk strategi pelaksanaan 4, sehingga penulis

belum bisa melanjutkan ke strategi pelaksaan keluarga.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai hasil dari

tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi dilakukan terus menerus untuk

menilai respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan.

Evaluasi yang dilakukan penulis dengan menggunakan pendekatan SOAP

sebagai pola pikir. Pada tahap ini didukung oleh keberhasilan pelaksanaan

tindakan keperawatan berkat partisipasi aktif pasien, dan dukungan tim

kesehatan lainnya.

Adapun hasil yang dapat dievaluasi adalah Tn. A sudah mampu

mengenali penyebab, jenis, waktu halusinasi dan cara menghardik halusinasi.

Pasien mampu memasukkan kegiatan bercakap-cakap dengan orang lain

kedalam jadwal harian pasien, pasien juga mampu melakukan kegiatan

sehari-hari seperti di rumah. Pasien mampu mengontrol perilaku kekerasan

dengan tehnik relaksasi menarik napas dalam dan tehnik distraksi yakni
memukul bantal, pasien juga mampu meminta dan mengungkapkan dengan

baik.

Dalam asuhan yang diberikan kepada Tn. A dengan gangguan

persepsi sensori: halusinasi dengar ini, dari 3 diagnosa yang ditegakkan

terdapat 1 diagnosa yang telah teratasi, yaitu diagnosa defisit perawatan diri.

F. Faktor Pendukung dan Penghambat

1. Faktor pendukung

a. Adanya dukungan dan bantuan dari dokter dan perawat di ruangan

dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

b. Adanya partisipasi, dukungan, dari pembimbing lahan praktik dan

pembimbing institusi dalam membimbing mahasiswa pada waktu

melakukan asuhan keperawatan jiwa pada pasien.

c. Adanya partisipasi dari pasien yang membantu terlaksanakannya

proses asuhan keperawatan.

2. Faktor penghambat

Perbedaan gaya bahasa yang digunakan pasien membuat penulis

sedikit mengalami kesulitan dalam proses asuhan keperawatan. Tn. A

sering menggunakan bahasa sunda saat berkomunikasi sehingga

menghambat penulis untuk memahami makna dari yang diucapkan.

Anda mungkin juga menyukai