Anda di halaman 1dari 19

KOMUNIKASI PADA KLIEN

IGD DAN ICU


KOMUNIKASI DI IGD

TOLAK UKUR
PELAYANAN IGD UJUNG TOMBAK
KUALITAS PEL. RS

Pelayanan IGD merupakan tolak ukur kualitas pelayanan rumah sakit, karena merupakan ujung
tombak  pelayanan rumah sakit, yang memberikan pelayanan khusus kepada pasien gawat darurat
secara terus menerus selama 24 jam setiap hari. Karena itu Pelayanan di IGD harus diupayakan
seoptimal mungkin.
Serta menerapkan komunikasi efektif dan terapeutik dalam memberikan pelayanan terhadap pasien.
Untuk itu diperlukan kualitas SDM profesional termasuk tenaga keperawatannya
Komunikasi pada ruang Instalasi Gawat Darurat berbeda dengan komunikasi yang
terjadi dibangsal, karena di Instalasi Gawat Darurat lebih memfokuskan pada
tindakan yang akan dilakukan, sehingga dalam  pelaksanaan komunikasi terapeutik
sangat kurang. Kegiatan kasus gawat darurat memerlukan sebuah sub sistem yang
terdiri dari informasi,  jaringan koordinasi dan jaringan  pelayanan gawat darurat,
sehingga seluruh kegiatan dapat berlangsung dalam satu sistem terpadu
(PUSBANKES 118, 2012).
Masalah masalah seperti ini terjadi salah satunya karena kurangnya komunikasi
terapeutik oleh perawat yang merupakan tenaga medis yang pertama kali ditemui
oleh pasien.
Harapan pasien ketika bertemu petugas medis pertama kali adalah mendapatkan
informasi, arahan, dan penjelasan tentang pelayanan medis secara baik dan rinci.
Namun terkadang harapan pasien tidak sesuai dengan kenyataan
• Ruang Intensive Care Unit merupakan salah satu unit perawatan
bagi pasien yang kritis, sehingga menyebabkan keluarga merasa
cemas dengan kondisi pasien yang dirawat di ICU.
• Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang
mandiri (instalasi di bawah direktur pelayanan), dengan staf khusus
dan perlengkapan khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan
dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit dan cedera yang
mengancam nyawa atau berpotensi mengancam nyawa dengan
prognosis yang tidak tentu yang memerlukan intervensi segera untuk
pengelolaan fungsi sistem organ tubuh secara terkoordinasi dan
memerlukan pengawasan yang konstan secara kontinyu juga dengan
tindakan segera (Kemenkes RI, 2010).
• Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal
dengan saling memberikan pengertian antar perawat
dengan pasien.
• Persoalan mendasar dan komunikasi adalah saling
membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat
dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara
perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien
menerima bantuan (Indrawati, 2003).
• Keterampilan perawat dalam berkomunikasi dapat
membantu pasien dan keluarganya
mengkomunikasikan pemikiran dan perasaan dengan
lebih efektif.
• Hasil studi pendahuluan didapatkan keluarga kurang
mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang
membuat keluarga merasa cemas dengan kondisi
pasien.
• Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa
dikesampingkan, namun harus direncanakan, dan
dilakukan dengan profesional (Arwani, 2003).
• Keterampilan perawat dalam berkomunikasi dapat
mempengaruhi keefektifan banyak intervensi.
• Oleh karena itu perawat harus mengevaluasi dan
memperbaiki keterampilan komunikasinya secara
berkesinambungan (Videbeck, 2008).
• Komunikasi terapeutik membutuhkan usaha sadar perawat dalam mencari cara untuk
membantu pasien dan keluarganya mengkomunikasikan pemikiran dan perasaan
dengan lebih efektif.
• Selain itu pemberian intervensi dengan teknik komunikasi yang sesuai latar belakang
budaya, dan umur pasien juga harus diperhatikan.
• Keberhasilan dalam meningkatkan kemampuan pasien dalam berkomunikasi tidak hanya
tergantung pada partisipasi pasien, tetapi juga pada kemampuan perawat berkomunikasi
untuk menetapkan hubungan dengan pasien. Penggunaan kemampuan komunikasi akan
membantu perawat merasakan, bereaksi, dan menghargai kekhasan pasien (Potter &
Perry, 2005).
• Komunikasi perawat yang kurang baik akan berdampak buruk bagi pasien maupun keluarga
pasien diantaranya bisa menimbulkan kesalahpahaman antara perawat dengan pasien maupun
keluarga pasien.
• Perawat harus bisa menggunakan bahasa yang mudah di mengerti oleh pasien dan keluarga
pasien, dimana dalam menerangkan tindakan komunikasi adalah menjawab pertanyaan “siapa
yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa, dan apa
pengaruhnya” (Canggara, 2004).
• Hasil penelitian Nafdianto & Armiyadi di ruang intensive care unit
rumah sakit TK II Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh dengan 51
responden, diketahui bahwa terdapat hubungan antara
komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan keluarga pasien
di ruang intensive care unit rumah sakit TK II Kesdam Iskandar
Muda Banda Aceh.
• penelitian yang dilakukan oleh Ikawati (2011) tentang Hubungan Komunikasi Teraupetik
Perawat Dengan Anggota Keluarga Terhadap Tingkat Kecemasan Keluarga Pada Pasien
Yang Dirawat Di Unit Perawatan Kritis Di RSUD dr. Moewardi Surakarta didapatkan
bahwa 14 responden (46,7%) menilai komunikasi perawat banyak yang kurang, 23 orang
responden (66,7%) mengalami kecemasan sedang.
• Hasil uji hipotesis penelitian menunjukan nilai r =-0,380 p=0,005 (p<0,05) dan disimpulkan
ada hubungan komunikasi perawat dengan anggota keluarga terhadap kecemasan
keluarga pada pasien yang dirawat di unit perawatan kritis di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
• Menurut Potter & Perry (2005), mendapatkan informasi tentang kondisi
medis pasien dan interaktif antara keluarga pasien dengan perawat
merupakan prioritas utama yang diharapkan dan diperlukan oleh keluarga
pasien, dimana dapat membantu keluarga pasien mengatasi kecemasan.
• Peneliti berpendapat bahwa dimana mayoritas responden yang mendapatkan
komunikasi terapeutik baik maka berdampak pada tingkat kecemasan ringan biarpun.
Begitu juga dengan responden yang mendapatkan komunikasi terapeutik kurang yang
berdampak pada tingkat kecemasan sedang.
• Masih terdapat penilaian responden bagi perawat dengan komunikasi yang kurang,
menunjukkan bahwa komunikasi yang diberikan perawat belum terlaksana dengan baik,
artinya bahwa komunikasi yang dilakukan perawat masih belum cukup baik dimengerti
oleh keluarga dimana keluarga mempunyai penilaian berbeda terhadap komunikasi
yang diberikan perawat.
• Kehangatan suatu hubungan akan mendorong pengungkapan
beban perasaan dan pikiran yang dirasakan selama
hospitalisasasi yang dapat menjadi jembatan dalam
menurunkan tingkat kecemasan yang terjadi.
• Diharapkan bagi perawat harus lebih kreatif dan inisiatif dalam
mencari informasi yang dibutuhkan mengenai kebutuhan keluarga
dan pasien yang dirawat di ICU dengan menggunakan teknik
komunikasi yang tepat sehingga mampu menurunkan tingkat
kecemasan keluarga yang mempunyai pasien di ruang ICU. Dalam
melaksanakan komunikasi terapeutik, perawat mempunyi tugas
penting dalam pendidikan dan konseling tidak hanya untuk pasien
tetapi juga untuk kelurga pasien
Prinsip-Prinsip Berkomunikasi Dengan Pasien Yang Tidak Sadar
• Menurut Pastakyu (2010)
• Berhati-hati melakukan pembicaraan verbal di dekat klien, karena ada
keyakinan bahwa organ pendengaran merupakan organ terkhir yang
mengalami penurunan penerimaan, rangsangan pada klien yang tidak
sadar. Klien yang tidak sadar seringkali dapat mendengar suara dari
lingkungan walaupun klien tidak mampu meresponnya sama sekali.
• Ambil asumsi bahwa klien dapat mendengar pembicaraan perawat.
Usahakan mengucapkan kata dan menggunakan nada normal dan
memperhatikan materi ucapan yang perawat sampaikan dekat klien.
• Ucapkan kata-kata sebelum menyentuh klien. Sentuhan diyakini dapat
menjadi salah satu bentuk komunikasi yang sangat efektif pada klien
dengan penurunan kesadaran.
• Upayakan mempertahankan lingkungan setenang mungkin untuk
membantu klien fokus terhadap komunikasi yang perawat lakukan.
• Ada karakteristik komunikasi yang berbeda pada klien tidak sadar ini, kita tidak menemukan feed back
(umpan balik), salah satu elemen komunikasi.
• klien tidak dapat merespon kembali apa yang telah kita komunikasikan sebab pasien sendiri tidak sadar.
• Nyatanya dilapangan atau di banyak rumah sakit pasien yang tidak sadar ini atau pasien koma di
ruangan-ruangan tertentu seperti Intensif Care Unit (ICU), Intensif Cardio Care Unit (ICCU) dan lain
sebagainya, sering mengabaikan komunikasi terapeutik dengan pasien ketika mau melakukan sesuatu
tindakan atau bahkan suatu intervensi.

Anda mungkin juga menyukai