Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN CA COLON


Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Keperawatan Medikal Bedah

Oleh:
Siti Rahmah : 2141312013
Kelompok V

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
A. Landasan Teoritis Penyakit
1. Defenisi

Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel


yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan
biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang
bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan
DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan
fungsi lainnya. (Gale, 2000 : 177) Kanker kolon adalah suatu pertumbuhan
tumor yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan jaringan sehat disekitar
kolon (usus besar). (Brooker, 2001 : 72) Kanker kolon/usus besar adalah
tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan usus besar atau
rektum (Boyle & Langman, 2000 : 805). Kanker kolon adalah pertumbuhan
sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada kolon dan menginvasi jaringan
sekitarnya (Tambayong, 2000 : 143).

2. Etiologi

Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan


pengurangan waktu peredaran pada usus besar (Aliran depan feces) yang
meliputi faktor kausatif. Petunjuk pencegahan yang tepat dianjurkan oleh
Amerika Cancer Society, The National Cancer Institute, dan organisasi
kanker lainnya. Faktor resiko telah teridentifikasi. Faktor resiko untuk kanker
kolon :
a. Usia lebih dari 40 tahun
b. Darah dalam feses
c. Riwayat polip rektal atau polip kolon
d. Adanya polip adematosa atau adenoma villus
e. Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga
f. Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
g. Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.
Makanan-makanan yang pasti di jurigai mengandung zat-zat kimia yang
menyebabkan kanker pada usus besar ( Tabel 56-1 ). Makanan tersebut juga
mengurangi waktu peredaran pada perut,yang mempercepat usus besar
menyebabkan terjadinya kanker. Makanan yang tinggi lemak terutama lemak
hewan dari daging merah,menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob,
menyebabkan timbulnya kanker didalam usus besar. Daging yang di goreng dan
di panggang juga dapat berisi zat-zat kimia yang menyebabkan kanker. Diet
dengan karbohidrat murni yang mengandung serat dalam jumlah yang banyak
dapat mengurangi waktu peredaran dalam usus besar. Beberapa kelompok
menyarankan diet yang mengadung sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran dan
buah-buahan ( e.g Mormons,seventh Day Adventists ).
Makanan yang harus dihindari :
- Daging merah
- Lemak hewan
- Makanan berlemak
- Daging dan ikan goreng atau panggang
- Karbohidrat yang disaring(example:sari yang disaring)
- Makanan yang harus dikonsumsi:
- Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables
dari golongan kubis ( seperti brokoli,brussels sprouts )
- Butir padi yang utuh
- Cairan yang cukup terutama air
Karena sebagian besar tumor Colon menghasilkan adenoma,faktor utama
yang membahayakan terhadap kanker Colon menyebabkan adenoma. Ada tiga
type adenoma Colon : tubular,villous dan tubulo villous ( akan di bahas pada
polips ).Meskipun hampir besar kanker Colon berasal dari adenoma,hanya 5%
dari semua adenoma Colon menjadi manigna,villous adenoma mempunyai
potensial tinggi untuk menjadi manigna. Faktor yang menyebabkan adanya
adenoma benigna atau manigna tumor tidak diketahui poliposis yang bergerombol
bersifat herediter yang tersebar pada gen autosom dominan. Ini di karakteristikkan
pada permulaan adematus polip pada colon dan rektum. Resiko dari kanker pada
tempat femiliar poliposis mendekati 100 % dari orang yang berusia 20 – 30 tahun.
Orang-orang yang telah mempunyai ucerative colitis atau penyakit Crohn’s juga
mempunyai resiko terhadap kanker Colon. Penambahan resiko pada permulaan
usia muda dan tingkat yang lebih tinggi terhadap keterlibatan colon. Resiko dari
kanker Colon akan menjadi 2/3 kali lebih besar jika anggota keluarga menderita
penyakit tersebut.
3. Manifestasi Klinis

Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi
segmen usus tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi,
darah pada feses, konstipasi, perubahan dalam penampilan feses, tenesmus,
anemia dan perdarahan rectal merupakan keluhan yang umum terjadi.
a. Kanker kolon kanan, dimana isi kolon berupa caiaran, cenderung tetap
tersamar hingga stadium lanjut. Sedikit kecenderungan menimbulkan
obstruksi, karena lumen usus lebih besar dan feses masih encer. Anemia
akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samara dan hanya
dapat dideteksi dengan tes Guaiak (suatu tes sederhana yang dapat
dilakukan di klinik). Mucus jarang terlihat, karena tercampur dalam feses.
Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi
jarang pada stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan tidak
enak pada abdomen, dan kadang – kadang pada epigastrium.
b. Kanker kolon kiri dan rectum cenderung menyebabkan perubahan
defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan
kembung sering terjadi. Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar,
sering timbul gangguan obstruksi. Feses dapat kecil dan berbentuk
seperti pita. Baik mucus maupun darah segar sering terlihat pada feses.
Dapat terjadi anemia akibat kehilangan darah kronik. Pertumbuhan pada
sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh limfe atau
vena, menimbulkan gejala – gejala pada tungakai atau perineum.
Hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi atau sering
berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat – alat tersebut.
Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses
yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta
feses berdarah.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Endoskopi. Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan, baik sigmoidoskopi
maupun kolonoskopi. Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan
dapat dilihat dengan jelas pada endoskopi, dan untuk menegakkan
diagnosis perlu dilakukan biopsi.
b. Radiologi. Pemeriksaan radiologi yang dapat dikerjakan antara lain
adalah : foto dada dan foto kolon (barium enema). Pemeriksaan dengan
enema barium mungkin dapat memperjelas keadaan tumor dan
mengidentifikasikan letaknya. Tes ini mungkin menggambarkan adanya
kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada
lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini.
Enema barium secara umum dilakukan setelah sigmoidoscopy
dancolonoscopy. Computer Tomografi (CT) membantu memperjelas
adanya massa dan luas dari penyakit. Chest X-ray dan liver scan mungkin
dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis. pemeriksaan
foto dada berguna selain untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker
pada paru juga bisa digunakan untuk persiapan tindakan pembedahan.
Pada foto kolon dapat dapat terlihat suatu filling defect pada suatu tempat
atau suatu striktura.
c. Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi ada
tidaknya metastasis kanker kelenjar getah bening di abdomen dan di hati.
d. Histopatologi/ Selain melakukan endoskopi sebaiknya dilakukan biopsi di
beberapa tempat untuk pemeriksaan histopatologis guna menegakkan
diagnosis. Gambaran histopatologi karsinoma kolorektal ialah
adenokarsinoma, dan perlu ditentukan differensiasi sel.
e. Laboratorium. Tidak ada petanda yang khas untuk karsinoma kolorektal,
walaupun demikian setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu
diperiksa Hb. Tumor marker (petanda tumor) yang biasa dipakai adalah
CEA. Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya ditemukan karsinoma
kolorektal yang sudah lanjut. Berdasarkan penelitian, CEA tidak bisa
digunakan untuk mendeteksi secara dini karsinoma kolorektal, sebab
ditemukan titer lebih dari 5 mg/ml hanya pada sepertiga kasus stadium III.
Pasien dengan buang air besar lendir berdarah, perlu diperiksa tinjanya
secara bakteriologis terhadap shigella dan juga amoeba.
f. Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan untuk
tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi respons pada
pengobatan.
g. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk diagnostik banding dan
menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-sum tulang,
kulit, organ dan sebagainya.
h. Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit: Dapat
menunjukkan anemia, perubahan pada sel darah merah dan sel darah
putih: trombosit meningkat atau berkurang.
i. Sinar X dada: Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.
5. Penatalaksanaan CA Kolon
a. Penatalaksanaan medis
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan
pengisapan nasogastrik. Apabila terjadi perdarahan yang cukup bermakna
terapi komponen darah dapat diberikan. Pengobatan medis untuk kanker
kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung atau terapi ajufan. Terapi
ajufan biasanya diberikan selain pengobatan bedah. Pilihan mencakup
kemoterapi, terapiradiasi dan atau imunoterapi. Kemoterapi yang diberikan
ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering dikombinasi dengan
leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada yang
memberikan 3 macam kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin.
Dari hasil penelitian, setelah dilakukan pembedahan sebaiknya dilakukan
radiasi dan kemoterapi
b. Penatalaksanaan bedah
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon
dan rektal, pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang
terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengankolonoskop. Kolostomi
laparoskopik dengan polipektomi merupakan suatu prosedur yang baru
dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa
kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam membuat keputusan
dikolon, massa tumor kemudian di eksisi. Reseksi usus diindikasikan untuk
kebanyakan lesi kelas A dan semua kelas B serta lesi C. Pembedahan
kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon kelas D. Tujuan
pembedahan dalam situasi ini adalah paliatif. Apabila tumor sudah
menyebar dan mencakup struktur vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan.
Tipe pembedahan tergantung dari lokasi dan ukuran tumor. Prosedur
pembedahan pilihan adalah sebagai berikut.
1) Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi
usus pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik)
2) Reseksi abominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen
(pengangkatan tumor dan porsisigmoid dan semua rektum serta sfingter
anal). Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan
anastomosis serta reanastomosis lanjut dari kolostomi
3) Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi
obstruksi yang tidak dapat direseksi)
c. Difersi vekal untuk kanker kolon dan rektum
Berkenaan dengan tehnik perbaikan melalui pembedahan,
kolostomi dilakukan pada kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal.
Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah.
Stoma ini dapat berfungsi sebagai difersi sementara atau permanen. Ini
memungkinkan drainase atau evakuasi isi kolon keluar tubuh. Konsistensi
drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi yang ditentukan oleh
lokasi tumor dan luasnya invasi pada jaringan sekitar.

d. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Dukungan adaptasi dan kemandirian.
2) Meningkatkan kenyamanan.
3) Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
4) Mencegah komplikasi.
5) Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis,
dan kebutuhan pengobatan.
e. Penatalaksanaan Diet
1) Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.
Serat dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga
berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus,
karena kotoran yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi
racun yang memicu sel kanker.
2) Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)
3) Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol
tinggi terutama yang terdapat pada daging hewan.
4) Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena
hal tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
5) Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
6) Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.
6. Komplikasi

Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:


1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau
lengkap.
2. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan
penyebaran langsung.
3. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah
sekitar kolon yang menyebabkan hemorragi.
4. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
5. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
6. Pembentukan abses
Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina. Biasanya tumor
menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang menyebabkan pendarahan.
Tumor tumbuh kedalam usus besar dan secara berangsur-angsur membantu
usus besar dan pada akirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor melebihi
perut dan mungkin menekan pada organ yang berada disekitanya ( Uterus,
urinary bladder,dan ureter ) dan penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh
kanker
7. WOC CA Paru
B. Landasan Teoritis Asuhan Kperawatan
Pengkajian

1) Pengumpulan Data

a) Identitas pasien : Meliputi nama, umur, jenis kelamin,

pekerjaan, alamat, tempat tinggal

b) Riwayat penyakit sekarang : Pada pengkajian ini yang perlu

dikaji adanya keluhan pada area abdomen terjadi pembesaran

c) Riwayat penyakit dahulu : Adakah riwayat penyakit dahulu yang

diderita pasien dengan timbulnya kanker kolon.

d) Riwayat penyakit keluarga : Adakah anggota keluarga yang

mengalami penyakit seperti yang dialami pasien, adakah anggota

keluarga yang mengalami penyakit kronis lainnya

e) Riwayat psikososial dan spiritual : Bagaimana hubungan pasien

dengan anggota keluarga yang lain dan lingkungan sekitar

sebelum maupun saat sakit, apakah pasien mengalami kecemasan,

rasa sakit, karena penyakit yang dideritanya, dan bagaimana pasien

menggunakan koping mekanisme untuk menyelesaikan masalah

yang dihadapinya.

2) Pemeriksaan fisik
i. Kepala
a) Kepala dan leher : Dengan tehnik inspeksi dan palpasi
b) Rambut dan kulit kepala : Pendarahan, pengelupasan,
perlukaan, penekanan
c) Telinga : Perlukaan, darah, cairan, bau ?
d) Mata : Perlukaan, pembengkakan, replek pupil, kondisi kelopak
mata, adanya benda asing, skelera putih ?
e) Hidung : Perlukaan, darah, cairan, nafas cuping, kelainan
anatomi akibat trauma ?
f) Mulut : Benda asing, gigi, sianosis, kering ?
g) Bibir : Perlukaan, pendarahan, sianosis, kering ?
h) Rahang : Perlukaan, stabilitas
i) Leher : Bendungan vena, deviasi trakea, pembesaran kelenjar
tiroid
ii. Pemeriksaan dada

a) Inspeksi : Bentuk simetris kanan kiri, inspirasi dan ekspirasi


pernapasan, irama, gerakkan cuping hidung, terdengar suara
napas tambahan.
b) Palpasi : Pergerakkan simetris kanan kiri, taktil premitus sama
antara kanan kiri dinding dada.
c) Perkusi : Adanya suara-suara sonor pada kedua paru, suara
redup pada batas paru dan hepar.
d) Auskultasi : Terdengar adanya suara visikoler di kedua lapisan
paru, suara ronchi dan wheezing
iii. Kardiovaskuler
a) Inspeksi: Bentuk dada simetris
b) Palpasi: Frekuensi nadi,
c) Parkusi: Suara pekak

d) Auskultasi: Irama regular, systole/ murmur

iv. System pencernaan / abdomen


a) Inspeksi : Pada inspeksi perlu diperliatkan, apakah abdomen
membuncit atau datar, tapi perut menonjol atau tidak,
lembilikus menonjol atau tidak, apakah ada benjolan benjolan
/ massa.
b) Palpasi : Adakah nyeri tekan abdomen, adakah massa (
tumor, teses) turgor kulit perut untuk mengetahui derajat
bildrasi pasien, apakah tupar teraba, apakah lien teraba?
c) Perkusi : Abdomen normal tympanik, adanya massa padat
atau cair akan menimbulkan suara pekak ( hepar, asites, vesika
urinaria, tumor).
d) Auskultasi : Secara peristaltic usus dimana nilai normalnya
5- 35 kali permenit.
v. Pemeriksaan extremitas atas dan bawah meliputi:
a) Warna dan suhu kulit
b) Perabaan nadi distal
c) Depornitas extremitas alus
d) Gerakan extremitas secara aktif dan pasif
e) Gerakan extremitas yang tak wajar adanya krapitasi
f) Derajat nyeri bagian yang cidera
g) Edema tidak ada, jari-jari lengkap dan utuh
h) Reflek patella
vi. Pemeriksaan pelvis/genitalia

a) Kebersihan, pertumbuhan rambut


b) Kebersihan, pertumbuhan rambut pubis,
terpasang kateter, terdapat lesi atau tidak.
3) Pola Pengkajian Gordon
a) Persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
Cara klien menjaga kesehatan, pengetahuan klien tentang
penyakitnya, tanda dan gejala apa yang sering muncul, perilaku
mengatasi kesehatanm pengetahuan penyebab penyakitnya.
b) Nutrisi Metabolik’
Makan atau minum; frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi,
obat-obatan yang dikonsumsi.
c) Eliminasi
Pola buang air besar atau kecil; teratur, frekuensi, warna,
konsistensi, keluhan nyeri.
d) Aktivitas dan Latihan
Aktivitas sehari-hari yang dilakukan dalam memenuhi
kebutuhan, bantuan dalam melakukan aktivitas, keluhan klien saat
beraktivitas.
e) Tidur dan Istirahat
Kualitas tidur klien, kebiasaan tidur klien, kebiasaan
sebelum tidur.
f) Kognitif dan Persepsi Sensori
Pengkajian nyeri PQRST, penurunan fungsi pancaindra,
alat bantu yang digunakan misalnya kacamata.
g) Persepsi dan Konsep diri
Cara klien menggambarkan dirinya sendiri, pandangan
klien terhadap perawat dan dokter.
h) Peran dan Hubungan
Hubungan klien dengan sesame, keluarga, perawat dan
dokter.
i) Reproduksi dan Seksualitas
Gangguan pada hubungan seksualitas klien, mekanisme
koping dan tolenransi terhadap stress.
j) Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
Cara klien menghadapi masalah, cara klien mengatasi stress.
k) Nilai dan Kepercayaan
Kebiasaan dalam menjalankan agama, tindakan mendis
yang bertentangan dengan kepercayaan klien, menjalankan ajaran
agama yang dianut klien, persepsi terkait dengan penyakit yang
dialami dilihat dari sudut pandang nilai dan kepercayaan klien.
Diagnosa
1. Nyeri Akut
2. Deficit Nutrisi
3. Intoleransi aktivitas
NANDA, NOC, NIC

No. SDKI SLKI SIKI


1. Nyeri akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Observasi:
Kriteria Hasil:  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
1. Frekuensi nadi
 Identifikasi skala nyeri
2. Pola nafas
 Identifikasi respons nyeri non verbal
3. Keluhan nyeri
 Identifikasi faktor yang memperberat dan
4. Meringis
memperingan nyeri
5. Gelisah
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Kesulitan tidur
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik:
 Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa
nyeri
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2 Defisit Nutrisi Status nutrisi Manajemen Nutrisi
Kriteria hasil: Observasi:
1. Porsi makanan yang dihabiskan  Identifikasi status nutrisi
2. Berat Badan atau IMT  Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3. Frekuensi makan  Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
4. Nafsu makan  Monitor asupan makanan
5. Perasaan cepat kenyang  Monitor berat badan
Terapeutik:
 Lakukan oral hygiene sebelum makan, Jika perlu
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
 Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastric
jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
Promosi Berat Badan
Observasi
 Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
Terapeutik
 Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien
 Berikan pujian kepada pasien untuk peningkatan yang
dicapai
Edukasi
 Jelaskan jenis makanan yg bergizi tinggi, terjang
3 Intoleransi aktivitas Toleransi Aktivitas Manajemen Energi
Observasi:
1. Kemudahan dalam melakukan aktivitas  Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
sehari-hari mengakibatkan kelelahan
2. Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah  Monitor pola dan jam tidur
3. Keluhan lelah  Monitor kelelahan fisik dan emosional
4. Dispnea saat aktivitas Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Terapeutik:
 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
 Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
 Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 2. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Ester, Monica. 2001. Keperawatan Medikal Bedah: Pendekatan Sistem
Gastrointestinal. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3 Jilid 2. Media
Aesculapius. Jakarta.
http://www.ilmukeperawatan.info/2011/10/asuhan-keperawatan-kanker-
kolon.html#ixzz4zsOuFaDA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta : PPNI

Anda mungkin juga menyukai