Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar
2.1. Defenisi

Retardasi mental adalah keadaan yang seseorang memiliki kemampuan mental


yang tidak mencukupi (WHO). Retardasi mental merupkan kelemahan atau
ketidakmampuan dalam hal kognitif yang muncul pada masa anak-anak (sebelum
usia 18 tahun) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan dibawah normal (IQ 70-75
atau kurang) dan disertai batasan- batasan lain pada sedikitnya dua fungsi adaptif:
bicara dan berbahasa, keterampilan, merawat diri, kerumah tanggaan,
keterampilan sosial, penggunaan sarana – sarana komunitas, pengarahan
diri,kesehatan dan keamanan, akademik fungsiional, bersantai, dan bekerja
(American Asosition on Mental Retardation [AAMR] 1992).

Retardasi mental juga didefenisikan yaitu fungsi intelektual dibawah rata- rata (IQ
dibawah 70) yang disertai dengan keterbatasan yang penting dalam area fungsi
adaptif, seperti keterampilan interpersonal atau sosial, penggunaan sumber
masyarakat, penunjukkan diri, keterampilan akademis, pekerjaan, waktu
senggang, dan kesehatan serta keamanan (King, 2000 dalam Videback, 2008).

Retardasi mental adalah kelainan atau kelemahan jiwa dengan inteligensi yang
kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak).
Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi
gejala yang utama ialah inteligensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut
juga oligofrenia (oligo: kurang atau sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental (W.F.
Maramis, 2005: 386).

2.2. Etiologi

Retardasi mental terjadi karena adanya disfungsi otak. Ada beberapa factor yang
menjadi penyebab dari retardasi mental seperti yang ditulis oleh Taft LT (1983)
dan Shonkoff JP (1992) sebagai berikut:
1. Organik
a. Faktor prekonsepsi atau genetik : kelainan kromosom (trisomi 21/Down
syndrome dan Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik,
kelainan neuro-cutaneos, dll.)
b. Faktor prenatal : kelainan petumbuhan otak selama kehamilan (infeksi, zat
teratogen dan toxin, disfungsi pl asenta)
c. Faktor perinatal : prematuritas, perdarahan intrakranial, asphyxia
neonatorum, Meningitis, Kelainan metabolik:hipoglikemia,
hiperbilirubinemia, dll
d. Faktor postnatal : infeksi, trauma, gangguan metabolik/hipoglikemia,
malnutrisi, CVA (Cerebrovascularaccident) - Anoksia, misalnya tenggelam
2. Non organik
a. Penelantaran anak
b. Kemiskinan dan keluarga tidak harmonis
c. Sosial cultural.
d. Interaksi anak kurang.
3. Rudapaksa (trauma) atau sebab fisik lainnya
Rudapaksa sebelum lahir serta tauma lain, seperti pancaran sinar x, bahan
kontrasepsi yang digunakan, serta melakukan abortus juga dapat menyebabkan
retaardasi mental.
4. Gangguan metabolism, pertumbuhan, dan gizi.
Gangguan gizi berat dan lama yang dialami anak sebelum umur 4 tahun sangat
mempengaruhi perkembangan otak ada anak serta dapat memicu terjadinya
retardasi mental. Keadaan tersebut dapat diperbaiki sampai umur anak ahun. Jika
anak telah melebihi usia tersebut maka jika anak diberikan makanan bergizi
sekalipun, kemampuan intelegensi yang rendah pada anak sulit untuk
ditingkatkan.
5. Penyakit otak setelah kelahiran
Hal ini dappat disebabkan oleh tumor atau kanker dan beberapa reaksi sel- sel
otak yang nyata , namun belum diketahui pasti penybabnya.
6. Penyebab lain :
Keturunan, pengaruh lingkungan, dan kelainan mental lain. Retardasi mental
dapat juga disebabkan oleh gangguan psikiatris berat dengan deviasi psikososial
atau lingkungan ( Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Jakarta )
2.3. Manifestai Klinis
a. Gangguan kognitif.
b. Lambatnya keterampilan ekspresi dan resepsi bahasa.
c. Gagal melewati tahap perkembangan yang utama.
d. Lingkar kepala diatas atau dibawah normal.
e. Kemungkinan lambatnya pertumbuha.
f. Kemungkinan tonus otot abnormal.
g. Kemungkinan ciri – ciri dismorfik.
h. Terlambatnya perkembangan motorik halus dan kasar.
2.4. Patofisiologi

Istilah retardasi mental merujuk pada keterbatasannya fungsi hidup sehari – hari.
Retardasi mental adalah keadaan yang seseorang memiliki kemampuan mental
yang tidak mencukupi (WHO). Retardasi mental merupkan kelemahan atau
ketidakmampuan dalam hal kognitif yang muncul pada masa anak-anak (sebelum
usia 18 tahun) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan dibawah normal (IQ 70-75
atau kurang) dan disertai batasan- batasan lain pada sedikitnya dua fungsi adaptif:
bicara dan berbahasa, keterampilan, merawat diri, kerumah tanggaan,
keterampilan sosial, penggunaan sarana – sarana komunitas, pengarahan
diri,kesehatan dan keamanan, akademik fungsiional, bersantai, dan bekerja
(American Asosition on Mental Retardation [AAMR] 1992).

Penyebab retardasi mental dapat digolongkan menjadi penyebab prenatal,


antenatal, dan postnatal. Pentyebab prenatal termasuk penyakit kromosom
(trisomi 21[sindrom down], sindrom fragle-x). Gangguan syndrome distrofi otot
Duchenne, neurofibromatosis[tipe 1],dan gangguan metbolisme sejak lahir
(fenilketonuria).

2.5. Klasifikasi Retardasi Mental

RM IQ Usia Prasekolah Usia Sekolah Usia Dewasa


(0-5 tahun) (0-21 tahun) (>21 tahun)
Sangat <20 Retradasi jelas Beberapa Perkembangan
berat Perkembangan motorik dan
motorik dapat bicara sangat
berespon namun terbatas
terbatas
Perkembangan Dapat bicara atau Dapat berperan
Berat 20- motorik yang berkomunikasi namun sebagian dalam
23 sedikit latihan kejujuran tidak pemeliharaan
bermanfaat diri sendiri
dibawah
pengawasan
ketat

Dapat berbicara Latihan dalam Dapat bekerja


atau belajar keterampilan social sendiri tanpa
Sedang 35- berkomunikasi, dan pekerjaan dapat dilatih namun
49 ditangani bermanfaat, dapat perlu
dengan pergi sendiri ketempat pengawasan
pengawasan yang telah dikenal terutama jika
sedang berada dalam
stress

Dapat
mengembangka Dapat belajar Biasanya dapat
n keterampilan keterampilan mencapai
Ringan 50- social dan akademik sampai ± keterampilan
69 komunikasi, kelas 6 SD social dan
retradasi kejujuran namun
minimal perlu bantuan
terutama bila
stress
2.6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kromosomal Kariotipe
i. Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
ii. Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
iii. Terdapat beberapa kelainan kongenital
iv. Genetalia abnormal
b. EEG ( Elektro Ensefalogram)
i. Gejala kejang yang dicurigai
ii. Kesulitan mengerti bahasa yang berat
c. CT ( Cranial Computed Tomography) atau MRI ( Magnetic Resonance
Imaging)
i. Pembesaran kepala yang progresif
ii. Tuberous sklerosis
iii. Dicurigai kelainan otak yang luas
iv. Kejang lokal
v. Dicurigai adanya tumor intracranial
d. Titer virus untuk infeksi kongenital
i. Kelainan pendengaran tipe sensorineural
ii. Neonatal hepatosplenomegali
iii. Petechie pada periode neonatal
iv. Chorioretinitis
v. Mikroptalmia
vi. Kalsifikasi intrakranial
vii. Mikrosefali
e. Serum asam urat ( uric acid serum)
f. Laktat dan piruvat darah
g. Uji intelegensi standar (Stanford-Binet, Waschler, Bayley Scales Of Infant
Development)
h. Uji perkembangan seperti Denver II
i. Pengukuran fungsi adaptif (Vineland Adaptif Behavior Scales, Woodcock-
Johnson Of Independent Bahavoir, School Edition Of The Adaptive Behavior
Scales)
2.7. Penatalakssanaan Medis
a. Obat – obat psikotropika (Tioridazin, [mellaril]) untuk remaja yang berprilaku
membahayakan diri sendiri.
b. Psikostimulan untok remaja yang menunjukkan tanda- tanda gangguan
konsentrasi atau gangguan hiperaktif.
c. Anti depresan ((impramin [tofranil])
d. Karbamazepin (tegretol) dan propranolol (inderal)
2.8. Komplikasi
a. Serebral palsi
b. Gangguan kejang
c. Gangguan kejiwaan
d. Gangguan konsentrasi atau hiperaktif
e. Deficit komunikasi
f. Konstipasi (karena penurunan motilitas usus akibat obat – obatan anti
konvulsi, kurang mengonsumsi makanan berserat dan cairan).
2.9. Prognosis

Anak dengan retardasi mental ringan bisa jadi hanya sementara karena seiring
bertambahnya usia anak bisa kembali normal dengan terpi – terapi yang didapat.
Anak dengan retardasi sedang atau menengah banyak ditemukan dapat mencapai
seilf-sufficiency dan kebahagiaan hidup. Untuk mencapai tujuan tersebut tentu
diperlukan lingkungan yang mendukung seperti, pendidikan, komunitas,
lingkungan sosial, keluarga, dan keterampilan yang konsisten. Individu dengan
retardasi mental yang sangat berat memiliki harapan yang lebih kecil karena
sangat dibutuhkannya dukungan yang besar da biasanya tidak dapat hidup secara
independen atau dirumah secara berkelompok. Anak – anak dengan retardasi
mental memiliki kemampuan yang sama dengan teman – teman mereka , namun
akan Nampak tertinggal seiring bertambahnya usia anak dengan retardasi mental
tersebut.

B. Asuhan Keperawtan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Identitas orangtua
c. Riwayat kesehatan dulu, sekarang, dan keluarga.
d. Pola pengkajian Gordon:
i. Pola persepsi kesehatan

Pasien dan orang tua tidak mengetahui penyakit dan factor – factor yang
mempengaruhinya.

ii. Pola nutrisi metabolic

Nutrisi tidak adekuat.

iii. Pola eliminasi

Konstipasi (karena penurunan motilitas usus akibat obat – obatan anti konvulsi,
kurang mengonsumsi makanan berserat dan cairan).

iv. Pola aktifitas dan latihan

Gangguan konsentrasi atau hiperaktif, deficit komunikasi, gangguan kogitif, tonus


otot abnormal, keterlambatan motorik halus dan kasar.

v. Pola istirahat dan tidur

vi. Pola kognitif perceptual

Gangguan kognitif, gangguan konsentrasi

vii. Pola persepsi diri

Gangguan citra diri akibat keterlambatan perkembangan dan pertumbuhan.

viii. Pola peran hubungan

Sulit membangun sebuah hubungan karena deficit komunikasi.

ix. Pola seksualitas – reproduksi

-
x. Pola koping – toleransi stress

xi. Pola nilai kepercayaan

e. Pemeriksaan fisik

Head to toe

f. Pemeriksaan penunjang atau diagnostic


1. Kromosomal Kariotipe
1) Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
2) Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
3) Terdapat beberapa kelainan kongenital
4) Genetalia abnormal
2. EEG ( Elektro Ensefalogram)
1) Gejala kejang yang dicurigai
2) Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3. CT ( Cranial Computed Tomography) atau MRI ( Magnetic Resonance
Imaging)
1) Pembesaran kepala yang progresif
2) Tuberous sklerosis
3) Dicurigai kelainan otak yang luas
4) Kejang lokal
5) Dicurigai adanya tumor intracranial
4. Titer virus untuk infeksi kongenital
1) Kelainan pendengaran tipe sensorineural
2) Neonatal hepatosplenomegali
3) Petechie pada periode neonatal
4) Chorioretinitis
5) Mikroptalmia
6) Kalsifikasi intrakranial
7) Mikrosefali
5. Serum asam urat ( uric acid serum)
6. Laktat dan piruvat darah
7. Uji intelegensi standar (Stanford-Binet, Waschler, Bayley Scales Of Infant
Development)
8. Uji perkembangan seperti Denver II
9. Pengukuran fungsi adaptif (Vineland Adaptif Behavior Scales, Woodcock-
Johnson Of Independent Bahavoir, School Edition Of The Adaptive Behavior
Scales)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hambatan komunikasi verbal b/d kesulitan memahami komunikasi
b. Hambatan interaksi sosial b/d kesulitan bicara /kesulitan adaptasi sosial
c. Gangguan proses keluarga b/d memiliki anak RM
3. NANDA , NOC, NIC

N NANDA NOC NIC


O
1 Hambatan 1. Komunikasi 1. Mendengar aktif
komunikasi Criteria hasil: Aktivitas:
verbal b/d a. Dapat a. Buat tujuan interksi.
kesulitan menggunakan b. Tunjukan ketertarikan
memahami bahasa lisan (4) pada klien.
komunikasi . b. Dapat c. Gunakan pertanyaan
menggunakan atau pernyataan yang
bahasa tertulis (3) mendorong klien
c. Dapat untuk
menggunakan foto mengekspreikan
dan gambar (4) perasaan, pikiran, dan
d. Dapat mengenali kekhawatiran.
pesan yang d. Gunakan komunikasi
diterima (3) non verbal untuk
2. Komunikasi : memfasilitasi
mengekspresikan komunikasi.
Criteria hasil: e. Sadari tempo suara,
a. Dapat volume, kecepatan
menggunakan maupuntekanan suara.
bahasa lisan atau f. Identifikasi tema yang
fokal (4) dominan.
b. Kejelasan bicara g. Berespon segera
(4) sehingga
3. Orientasi kognitif: menunjukkan
a. Dapat pemahaman terhadap
mengidentifikasi pesan yang diterima
diri sendiri (4) dari pasien.
b. Dapat 2. Peningkatan komunikasi:
mengidentifikasi kurang bicara
orang – orang yang a. Monitor kecepatan
signifikan (4) bicara, tekanan,
kuantitas, volume,
dan diksi.
b. Monitor proes
kognitif, anatomis,
dan fisiologis terkait
kemampuan
berbicara.
c. Kenali emosi dan
prilaku fisik pasien
sebagai bentuk
komunikasi mereka.
d. Sesuaikan gaya
komunikasi untuk
memenuhi kebutuhan
klien.
e. Memodifikasi
lingkungan untuk bisa
meminimalkan
kebisingan yang
berlebihan dan
menurunkan distress
emosi.
f. Instruksikan pasien
untuk bicara pelan.
g. Kolaborasi bersama
keluarga dan
ahli/terapis bahasa
patologis untuk
mengembangkan
rencana agar bisa
berkomunikasi secara
efektif.
3. Fasilitasi pembelajaran
Aktivitas:
a. Mulai tindakan hanya
jika pasien memang
sudah siap untuk
memulai
pembelajaran.
b. Tentukan tujuan
pembelajaran yang
jelas dan mudah
dinilai.
c. Buat isi pendidikan
kesehatan sesuai
dengan kognitif,
psikomotor, dan
afektif pasien.
d. Berikan informasi
sesuai dengan tingkat
perkembangan pasien.
e. Ciptakan lingkungan
yang kondusif unttuk
belajar.
f. Sesuaikan informasi
dengan gaya hidup
dan rutinitas pasien
sehingga dapat
dipatuhi.
g. Gunakan bahasa yang
umum digunakan.
h. Janagn terlalu lama
dalam mmberikan
pendidikan kesehatan.
2 d. Hambatan Keterampilan interaksi 1. Peningkatan
interaksi sosial (1502) sosialisasi
sosial b/d Indikator : a. Anjurkan peningkatan
kesulitan - Mengunakan keterlibatan dalam
bicara pembukaan hubungan yang sudah
/kesulitan (disclosure) secara mapan
adaptasi tempat (5) b. Anjurkan kesabaran
sosial - Bekerjasama dalam pengembangan
dengan oranglain hubungan
(4) c. Tingkatkan hubungan
- Menggunakan dengan orang-orang yang
prilaku asertif memiliki minat dan
secara tepat (4) tujuan yang sama
- Terlibat dengan d. anjurkan pasien untuk
orang lain (4) mengubah lingkungan
seperti pergi keluar utuk

Memori jalan-jalana atau ke


bioskop
Indikator : e. anjurkan kegiatan sosial
- Mengingat dan masyarakat.
informasi baru saja f. Anjurkan partisipasi
terjadi secara dalam kelompok dan/atau
akurat kegiatan - kegaiatan
- Mengingat reminiscence individu
informasi yang g. Izinkan pengujian
terbaru secara terhadap keterbatasan
akurat interpersonal.
- Mengingat h. Lakukan bermain peran
informasi yang dalam rangka berlatih
sudah lama secara meningkatkan
akurat keterampilan dan teknik
komunikasi
Keterlibatan sosial i. Berikan umpan balik
Indikator : positif saat pasien dapat
- Berinteraksi menjangkau orang lain.

dengan teman j. Anjurkan perencanaan

dekat kelompok kecil untuk

- Berintaksi dengan kegiatan –kegiatan

tetangga khusus

- Berinteraksi
dengan anggota 2. modifikasi prilaku:

keluarga kecakapan sosial


a. bantu pasien untuk
mengindentifikasi
masalah dari kurangnya
keterampilan sosial
b. identifikasi keterampilan
sosial yang spesifik yang
menjadi fokus latihan
c. Peningkatan sosialisasi
d. Anjurkan kesabaran
dalam pengembangan
hubungan
e. Tingkatkan hubungan
dengan orang-orang yang
memiliki minat dan
tujuan yang sama
f. anjurkan pasien untuk
mengubah lingkungan
seperti pergi keluar utuk
jalan-jalana atau ke
bioskop

3 Gangguan 1. Fungsi keluarga : 1. peningkatan koping :


proses a. menerima A. aktivitas
keluarga b/d keanekaragama a. dukung hubungan
memiliki anak n di antara (pasien) dengan orang
RM anggota yang memiliki
kelurga ketertarikan dan tujuan
B. anggota keluarga yang sama.
bisa melakukan peran b. Dukung sikap (pasien)
yang di lakukan terkait dengan harapan
c. Anggota keluarga yang realistis sebagai
bisa saling upaya untuk mengatasi
mendukung perasaan
d. Anggota keluarga ketidakberdayaan
bisa membantu c. Dukung pasien untuk
satu sama lain mengevaluasi
e. Anggota keluarga perilakunya sendiri
bisa menghabiskan d. Intruksi pasien untuk
waktu sama lain menggunakan teknik
2. Norma lisasi relaksasi sesuai
keluarga dengan kebutuhan
a. Memenuhi kebutuhan e. Gunakan pendekatan
fisik anggota keluarga yang tenang dan
b. Memenuhu kebutuhan memberikan jaminan.
pisikososial anggota f. Berikan suasana
keluarga penerimaan.
c. Memenuhi kebutuhan g. Bantu pasien dalam
perkembangan dari mengembangkan
anggota keluarga penilaian terkait
d. Mempertahankan dengan kejadian
aktifitas dan rutinitas dengan lebih obyektif.
yang tepat h. Dukung kemampuan
e. Menyediakan aktivitas mengatasi stuasi
yang sesuai dengan secara berangsur –
usia dari kemampuan angsur.
anggota keluarga yang i. Dukung kemampuan
terkenak Nampak dalam menerima
3. Ketahanan keterbatasan orang
keluarga lain.
a. Beradaptasi 2. Pemiliharaan proses
dengan keluarga
kesulitan a. Tentukan
sebagai suatu gangguan khas
tantangan pada proses
b. Mengekspresik keluarga
an keyakinan b. Indentifikasi efek
dalam perubahan peran
mengatasi terhadap proses
kesulitan keluarga
c. Mendukung c. Diskusikan
anggota strategi untuk
keluarga menormalkan
d. memilihara kehidupan
anggota keluarga dan
keluarga seluruh anggota
e. melindugi keluarga
anggota d. Bantu anggota
keluarga keluarga
f. melaporkan menerapkan
pembelajaran strategi norma
dan lisasi terhadap
pertumbuhan situasi yang
mereka hadapi
e. Diskusikan
mekanisme
dukungan sosial
yang ada untuk
keluarga
f. Sediankan
mekanisme bagi
keluarga untuk
tetap tinggal
bersama pasien
dan
berkomunikasi
dengan anggota
keluarga yang lain
g. Identifikasi
kebutuhan akan
perawatan rumah
dan bagaimana
jika home care di
ikutkan dalam
gaya hidup
pasien.
h. Susun jadwal
untuk aktifitas
home care yang
meminimalkan
pada proses
keluarga
3. Dukungan keluarga
a. Nilai reaksi emosi
keluarga terhadap
kondisi pasien
b. Pertimbangkan
beban psikologis
dari prognosis
terhadap keluarga
c. Dukung harapan
realistis
d. Dengarkan
kekawatiran ,
perasaan dan
pertanyaan dari
keluarga
e. fasilitasi
komunikasi akan
khawatiran atau
perasaan antara
pasien dan
keluarga atau
antar anggota
keluarga
f. tingkatkan
hubungan saling
percaya dengan
keluarga
g. jawab semua
pertanyaan dri
keluarga atau
bantu untuk
mendapatkan
jawaban
h. orientasi keluarga
terkait tatanan
pelayanan
kesehatan seperti
rumah sakit atau
klinik
i. bantu anggota
keluarga dalam
mengindentifikasi
dan memecahkan
konflik nilai nilai
keluarga
j. hargai dukungan
mekanisme
koping adaptif
yang di gunakan
keluarga

Anda mungkin juga menyukai