Anda di halaman 1dari 10

Laporan Pendahuluan Kolesistitis

Di Ruang Talaga Bodas RS Dustira Kota Cimahi

Di susun oleh

Ronal Alqroni

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ACHMAD YANI CIMAHI

PROGRAM S1 KEPERAWATAN

2019
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian Kolesistitis
Kolesistitis adalah inflamasi kandung empedu (Suzanne C. smeltzer dan
Brenda G. bare. 2001 : 2004).
Kolesistitis adalah Inflamasi kantung empedu akut atau kronis yang
disebabkan oleh batu empedu yang terjepit dalam saluran sistik dan disertai
inflamasi di balik obstruksi (Williams&Wilkins, 2011).
Kolesistitis adalah inflamasi akut maupun kronis dari kandung empedu,
biasanya berhubungan dengan batu empedu yang tersangkut pada duktus kistik,
menyebabkan distensi kandung empedu (Doenges, 1999)
2. Etiologi Kolesistitis
a. Sekitar 95% penderita peradangan kandung empedu akut, memiliki batu
empedu.
b. cedera,
c. pembedahan
d. luka bakar
e. sepsis (infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh)
f. penyakit-penyakit yang parah (terutama penderita yang menerima makanan
lewat infus dalam jangka waktu yang lama).
g. Adenokarsinoma kandung empedu
h. Diabetes mellitus
i. Torsi kandung empedu
3. Patofisiologi Kolesistitis

4. Klasifikasi Kolesistitis
Jenis kolesistitis dapat dibagi menjadi 2 menurut waktu timbulnya penyakit, yaitu:
a. Kolesistitis Kalkulus
Terdapat pada lebih dari 90% pasien kolesistitis akut. Pada kolesistitis
kalkulus, batu kandung emepdu menyumbat saluran keluar empedu. Getah
emedu yang tetap berada pada kandung empedu akan menimbulkan suatu
reaksi kimia: terjadi otolisis serta edema, dan pembuluh darah dalam kandung
empedu akan terkompresi sehingga suplay vaskulernya terganggu. Sebagai
konsekuensinya dapat terjadi gangrene pada kandung empedu disertai
perforasi. Bakteri kurang berperan dalam kolesistitis akut, meskipun demikian,
infeksi sekunder oleh E. coli dan kuman enteric lainnya terjadi pada sekitar
40% pasien.

b. Kolesistitis Akalkulus
Merupakan inflamasi kandung empedu akut tanpa adanya obstruksi oleh batu
emped. Kolesistitis akulkulus timbul sesudah tindakan bedah mayor trauma
brat atau luka baker. Factor-faktor lain yang berkaitan dengan tipe kolesistitis
ini mencangkup obstruksi duktus sistikus akibat terinfeksi primer bacterial
pada kandung empedu dan tranfusi darah yang dilakukan berkali-kali
kolesistitis akalkulus diperkirakan terjadi akibat visceral. Kejadiannya yang
menyertai tindakan bedah mayor atau trauma mempersulit penegakan
diagnosis keadaan ini.
5. Manifestasi Klinis Kolesistitis
a. Nyeri abdomen timbul berangsur-angsur mungkin didahului oleh nyeri
b. epigastrium tetapi segera menetap di daerah subkostal kanan dan mungkin
c. terasa pada punggung di bawah scapula.
d. 95% pasien kolesistitis akan menderita kolelitiasis
e. Riwayat kolik bilier: anoreksia, mual dan muntah, serta demam sering
f. terdapat
g. Nyeri tekan pada daerah bawah iga kanan; spasme otot polos membatasi
h. pemeriksaan
i. Bila penderita bernapas dalam, nyeri tekan bertambah hebat selama palpasi
j. bila ibu jari pemeriksa diletakkan pada garis payudara; menyebabkan
k. pernapasan berhenti (inspiratory arrest)(tanda Murphy)
l. Kandung empedu kadang-kadang dapat teraba
m. Leukositosis
n. Demam
o. Diaforesis
p. Mual, muntah
q. Nyeri tekan kuadran kanan atas
r. Peninggian bilirubin ringan
s. Peninggian fosfatase alkali
t. Ikterus dapat terjadi
u. Gatal
6. Pemeriksaan Penunjang Kolesistitis
Pemeriksaan untuk mengetahui adanya radang pada kandung empedu atau
kolesistitis adalah :
a. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Sebaiknya dilakukan secara rutin dan sangat bermanfaat untuk
memperlihatkan besar, bentuk, penebalan dinding kandung empedu, batu dan
saluran empedu ekstra hepatic. Nilai kepekatan dan ketetpatan USG mencapai
90 – 95%.
b. Skintigrafi saluran empedu
Mempergunakan zat radioaktif HIDA atau ggn TC6 Iminodiaretic acid
mempunyai niai sedikit lebih rendah dari USG tapi teknik ini tidak mudah.
Terlihatnya gambaran duktus koledokus tenpa adanya gambaran kandung
empedu pada pemeriksaan kolesistografi oral atau scintigrafi sangat
menyokong kolesistitis akut.
c. Pemeriksaan CT scan abdomen.
Kurang sensitive dan biayanya mahal tapi mampu memperlihatkan adanya
abses perikolestik yang masih kecil yang mungkin tidak terlihat pada
pemeriksaan USG.
7. Komplikasi Kolesistitis
Komplikasi kantung empedu (empiema, hidrops mukokel, atau gangrene);
gangren bisa menyebabkan perforasi, sehingga menyebabkan peritonitis,
pembentukan fistula, pancreatitis, empedu seperti air lemon dan kantung empedu
porselen.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data yang dikumpulkan selama pengkajian digunakan sebagai dasar untuk
membuat rencana asuhan keperawatan klien. Proses pengkajian keperawatan
harus dilakukan dengan sangat individual (sesuai masalah dan kebutuhan klien
saat ini). Dalam melakukan pengkajian pasien dengan kolelitiassis meliputi
anamnese, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
a. Anamnesa :
 Identitas : kolesistitis pada umumnya terjadi pada female, fat, fourty, fertil.
Yaitu wanita dengan usia lebih dari 40 tahun, obesitas dan multipara.
 Keluhan utama Pasien mengeluh nyeri perut kanan atas dapat menyebar ke
punggung dan bahu kanan. Nyeri timbul tiba-tiba dan biasanya memuncak
dalam 30 menit, pada umumnya timbul pada1-2 jam paska makan,
biasanya pada malam hari dan hampir tak pernah pada pagi hari. Mual,
muntah, kembung, berrsendawa. Riwayat penyakit Dahulu : Adanya
riwayat DM, hiperkolesterol, obesitas, penyakit inflamasi usus.

b.Pemeriksaan Fisik

 B1 : Peningkatan frekuensi pernafasan, pernafasan tertekan ditandai nafas


pendek dan tertekan.

 B2 : Tachikardi, demam, resiko perdarahan karena kekurangan vitamin K

 B3 : Nyeri pada perut kanan atas menyebar ke punggung atau bahu kanan.
Gelisah

 B4 : Urine gelap pekat

 B5 : Distensi abdomen, teraba massa pada kuadran kanan atas, feses warna
seperti tanah liat.

 B6 : Kelemahan, ikterik, kulit berkeringat dan gatal (pruritus)


2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri b.d kerusakan jaringan mukosa kandung empedu
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan metabolisme lemak
c. Kekurangan volume cairan dalam tubuh b.d hipermotilitas gaster
d. Intolerasi aktivitas b.d spasme duktus
3. Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri b.d Setelah dilakukan 1. Pantau tingkat dan 1. Tingkat dan
kerusakan askep selama intensitas intensitas nyeri
jaringan 4x24 jam nyeri merupakan data dasar
mukosa diharapkan nyeri yang
kandung dapat berkurang dibutuhkan perawat
empedu dengan kriteria sebagai pedoman
hasil : pengambilan
1. Nyeri intervensi,
berkurang 2. Ajarkan teknik
atau relaksasi (nafas
hilang dalam) 2. Teknik relaksasi
2. Skala (nafas dalam) dapat
nyeri menurunkan mediator
menurun stress seperti
3. Wajah katekolamin dan
klien menigkatkan
rileks endorphin yang dapat
membantu
3. Beri kompres untuk mengurangi
hangat (hati-hati rasa nyeri.
dengan klien yang
mengalami 3. Kompres hangat
perdarahan) dapat memberikan
efek vasodilator dan
relaksasi otot sehingga
dapat digunakan
4.Kondisikan sebagai
lingkungan yang terapi penurun
tenang di sekitar klien ketegangan

4.Kondisi lingkungan
yang tenang
dapat membantu
menurunkan tingkat
5.Kolaborasi stress klien sehingga
pemberian analgesik dapat mempengaruhi
sesuai program terapi respon klien

5.Analgesik berfungsi
untuk melakukan
hambatan pada sensor
nyeri
sehingga sensasi nyeri
pada klien
berkurang
2 Nutrisi Setelah dilakukan 1.Berikan perawatan 1.Perawatan oral dapat
kurang dari askep selama oral teratur mencegah
kebutuhan 4x24 jam ketidaknyamanan
tubuh diharapkan klien karena mulut
memiliki kriteria kering dapat
hasil : menurunkan nafsu
BB stabil makan klien
Nafsu makan
membaik 2.Catat berat badan 2.Berat badan
Mual dan muntah saat masuk merupakan data yang
berkurang atau dan bandingken diperlukan perawat
tidak ada dengan saat untuk
berikutnya mengevaluasi
perkembangan terapi
nutrisi klien sehingga
perawat dapat
menyesuaikan
terhadap kebutuhan
intervensi
3.Anjurkan Makan 3.Makan terlalu
sedikit namun sering banyak dalam satu
waktu dapat
menyebabkan distensi
lambung yang
berakibat
ketidaknyamanan bagi
klien sehingga nafsu
makan klien makin
menurun

4.Sajikan makanan 4.Makanan yang


dalam keadaan hangat sudah dingin
menyebabkan rasa
yang kurang
menyenangkan bagi
klien sehingga
menurunkan nafsu
makan klien

5.Kolaborasi dengan 5.Ahli gizi dapat


ahli gizi untuk menghitung kalori
menetapkan yang dibutuhkan klien
kebutuhan kalori menurut
harian dan jenis aktivitas yang
makanan yang sesuai dilakukan klien,
bagi klien sehingga diharapakan
jumlah asupan
kalori yang
dikonsumsi klien
dapat
3 Kekurangan Setelah dilakukan 1 kaji intake dan output pengkajian tersebut
volume askep selama cairan menjadi dasar rencana
cairan 4x24 jam rencana askep dan
diharapkan klien evaluasi intervensi
memiliki kriteria mencegah kekurangan
hasil : cairan dan memperbaiki
Cairan tubuh keseimbangan asam
stabil. basa
turgor kulit baik
2.beri cairan intravena 2.mampu memenuhi
yang terdiri dari kebutuhan cairan agar
glukosa, elektrolit dan sirkuasi oksigen ke
vitamin setiap jaringan tubuh

3.anjurkan klien agar 3.untuk memenuhi


lebih sering minum kebutuhan cairan tubuh
klien dan memenuhi
asupan oksigen ke
seluruh jaringan
4 Intoleransi Setelah dilakukan 1.Kaji tingkat 1.informasi dasar
aktivitas askep selama
aktivitas fisik untuk merumuskan
4x24 jam
diharapkan klien tujuan keperawatan
memiliki kriteria
selama penetapan
hasil :
mampu tujuan
melakukan ADL
2.diskusikan persepsi 2.faktor penyebab
dengan mandiri
pasien tentang bersifat sementara
penyebab intoleransi atau permanen,
aktivitas menentukan penyebab
dapat membantu
perawat selama
melakukan intervensi
3. kaji status gizi 3.cadangan energi
pasien yang cukup
dibutuhkan selama
aktivitas berlangsung
4. jadwalkan dengan 4. kelelahan dapat
pasien ADL yang menghambat
dapat dilatih setiap kemampuan pasien
hari untuk melakukan
aktivitas yang
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges,, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta

https://www.scribd.com/doc/245470431/Baru-WOC-Kolesistitis

Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pencernaan. Jakarta: Salemba Medika

Noer, Sjaifoellah. 1996. Ilmu Penyakit Dalam. HKUI: Jakarta

Pearce, Evelyn C. 2006. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT. Gramedia
Pustaka Utama : Jakarta

Setiawati, Santun. 2008. Panduan Praktis Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: Trans Info
Media

Smeltzer, Suzanne c, dkk. 2001. Keperawatan medical bedah EGC: Jakarta

Williams & Wilkins. Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta: PT. Indeks

Anda mungkin juga menyukai