A Pengkajian
1. Identitas
Kaji identitas pasien misa nama, umur, tempat tanggal lahir, alamat, agama, pekerjaan, dan
pendidikan terakhir.
2. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien tetanus adalah kejang, kekakuan otot, penurunan kesadaran, dan
demam tinggi.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Tanyakan kepada klien atau keluarga klien tentang kapan kejang terjadi, demam dan penurunan
kesadaran. Keluhan kejang harus mendapatkan perhatian untuk dilakukan pengkajian yang
mendalam, bagaimana sifat timbulnya kejang, rangsangan apa yang dapat menimbulkan
kejang, dan tindakan apa yang dilakukan dalam upaya menurunkan keluhan kejang tersebut.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami pasien yang memungkinkan adanya hubungan atau
menjadi predisposisi keluhan sekarang atau meliputi pernahkah klien mengalami tubuh terluka
dan luka tusuk yang dalam misanya tertusuk paku, pecahan kaca, terkena kaleng, atau luka
yang menjadi kotor. Adanya port de entry lainya seperti luka gores yang ringan kemudian
menjadi bernanah.
2. B2 (blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan syok hipovolemik yang sering terjadi pada
klien tetanus. TD biasanya normal, peningkatan heart rate, adanya anemis karena adanya
hancurnya eritrosit.
3. B3 (brain)
a) Kesadaran klien biasanya kompos mentis. Pada keadaan lanjut tingkat kesaadaran pasien
tetanus mengalami penurunan pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa. Apabila klien
sudah mengalami koma maka penilaian GCS sanat penting utnuk menilai tingkat kesadaran
klein dan bahan evaluasi untuk memonitoring pemberian asuhan.
b) Status mental : observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai gaya bicara klien dan
observasi ekspresi wajah dan aktifitas motorik yang pada klien tetanus tahap lanjut biasanya
status mental klien mengalami perubahan.
c) Pemeriksaan sraf kranial
- Saraf I, biasanya pada klien tetanus tidak ada kelainan dan fungsi penciuman tidak ada
kelainan.
- Saraf II, tes ketajaman penghlihatan pada kondisi normal.
- Saraf III,IV,VI. Dengan alasan yang tidak diketahui , klien tetanus mengeluh
mengalami fotophobia atau sensitif berlebih terhadap cahaya, respon kejang umum
akibat stimulus rangsang cahaya perlu di perhatikan perawat untuk memberikan
intervensi menurunkan stimulus cahaya tersebut.
- Saraf V. Refleks masester meningkat. Mulut mencucu seperti mulut ikan (ini adalah
gejala khas pada tetanus).
- Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam bayas normal, wajah simetris.
- Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
- Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik, kesukaran membuka mulut
(trismus).
- Saraf XI. Di dapatkan kaku kuduk. Ketegangan otot rahang dan leher (mendadak).
- Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada suatu sisi dan tidak ada pasikulasi,
indra pengecapan normal.
d) kekuatan otot
kekuatan otot menurun, kontrol keseimbangan dan kordinasi pada tetanus tahap lanjut
mengalami perubahan
e) pemeriksaan refleks
f) gerakan involunter
tidak ditemukan adanya tremor, tic dan distonia. Pada keadaan tertentu klien mengalami
kejang umum tetanus disertai peningkatan suhu tubuh yang tinggi. Kejang berhubungan
sekunder akibat area fokal kortikal yang peka.
g) sistem sensori
pemeriksaan sensorik pada tetanus biasaya di dapatkan perasaan raba normal, perasan
nyeri normal, perasaan suhu normal. Tidak ada perasaa abnormal di permukaan tubuh.
Perasaan proprioseftif normal dan perasaan diskriminatif normal.
4. B4 (bladder)
Penurunan volume haluaran urin berhubungan dengan penuruann perpusi dan penurunan curah
jantung ke ginjal. Adanya retensi urin karena kejang umum. Pada klien tang sering kejang
sebaiknya pengeluaran urine dengan menggunakan kateter.
5. B5 (bowel)
Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatakan produksi asam lambung. Pemenuhan
nutrisi pada klien tetanus menurun karena anoreksia dan adanya kejang, kaku dinding perut
(perut papan) merupkana tanda khas dari tetanus. Adanya spasme otot menyebabkan kesulitan
BAB.
6. B6 (bone)
Adanya kejang umum sehingga mengganggu mobilitas klien dan menurunkan aktivitas sehari-
hari. Perku dikaji apabila klien mengelami patah tulang terbuka yang menungkinkan menjadi
port de entree bakteri C. Tetany, sehingga memerlukan perawatan luka yang optimal. Adanya
kejang memberikan resiko raktur pertibra pada bayi, ketegangan, dan spasme otot pada
abdomen.
C Diagnosa keperawatan
a. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri atau vena.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi.
c. Hipertermi berhubungan dengann proses penyakit.
d. Risiko cedera berhubungan dengan hipoksia jaringan.
D Intervensi
E Implementasi
Implementasi merupakan tahap pelaksanaan yang telah disusun sebelumnya dan disesuaikan
dengan kondisi klien untuk mengaplikasikan tindakan prioritas.
F Evaluasi
Pada tahap akhir adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk
memastikan bahwa hasil yang telah diharapkan telah dicapai.
Ref :
Smeltzer, S. Bare, B. Hinkle, J. & Cheever, K. 2010. Brunner & Suddarth’s Textbook of
Medical Surgical Nursing. 11th edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
SDKI, SLKI, SIKI.