Anda di halaman 1dari 17

§

HALAMAN 1 Mata Kuliah : KMB Nama : Faza Lailatul Hamidah Tingkat/Semester : Profesi/1 Tempat Praktek : RSUD Gondo Suwarno

JUDUL Disetujui
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA Clinical Instructure Clinical Teacher
LAPORAN
PASIEN DENGAN
PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
………………………… ……………………
……………….. …………..

KONSEP PENYAKIT (Pengertian dan Manifestasi Klinis)

A. Pengertian
Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan kategori yang ditandai oleh kenaikan keadaan glukosa dalam darah atau
hiperglikemia (Smeltzer, S.C& Bare, B. G, 2015).
Diabetes Melitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tapi secara
umum dapat dikatakan  problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi
insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin (Perkeni, 2011).
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (ADA, 2010).

1
B. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari Diabetes Melitus tipe II menurut Chris Tanto (2014), yaitu:
1. Kadar glukosa puasa diatas normal.
2. Polyuria (akibat dari diuresis osmotik bila diambang ginjal terhadap reabsorpsi glukosa dicapai dan kelebihan glukosa keluar
melalui ginjal).
3. Polydipsia (disebabkan oleh dehidrasi sel akibat lanjut dari poliuria).
4. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), berat badan berkurang.
5. Keletihan dan mengantuk
6. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi, luka pada kulit yang sembuhnya lama.

2
HALAMAN 2
CLINICAL PATHWAY

3
Sumber Referensi : Nurarif, Amin Huda (2015)

4
HALAMAN 3
MODEL KONSEP ASKEP : Pasien dengan CHF

PENGKAJIAN DIAGNOSA PERENCANAAN EVALUASI (KRITERIA


KEPERAWATAN KEBERHASILAN)
1. Keluhan Utama 1. Perfusi perifer PERAWATAN SIRKULASI Setelah dilakukan intervensi
Adanya rasa kesemutan pada kaki tidak efektif Observasi keperawatan selama 3x 24
/ tungkai bawah, rasa raba yang 1. Periksa sirkulasi perifer(mis. Nadi jam maka perfusi perifer tidak
menurun, adanya luka yang tidak - perifer, edema, pengisian kalpiler, warna, efektif dapat teratasi, dengan
sembuh dan berbau, adanya nyeri suhu, angkle brachial index) kriteria hasil:
pada luka. 2. Identifikasi faktor resiko gangguan 1. Denyut nadi perifer
2. Riwayat kesehatan sekarang sirkulasi (mis. Diabetes, perokok, orang meningkat
Berisi tentang kapan terjadinya tua, hipertensi dan kadar kolesterol 2. Penyembuhan luka
luka, penyebab terjadinya luka tinggi) meningkat
serta upaya yang telah dilakukan 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau 3. Sensasi meningkat
oleh penderita untuk bengkak pada ekstremitas 4. Warna kulit pucat menurun
mengatasinya. Terapeutik 5. Edema perifer menurun
3. Riwayat kesehatan dahulu 1. Hindari pemasangan infus atau 6. Nyeri ekstremitas menurun
Adanya riwayat penyakit DM atau pengambilan darah di area keterbatasan 7. Parestesia menurun
penyakit-penyakit lain yang ada perfusi 8. Nekrosis menurun
kaitannya dengan defisiensi insulin 2. Hindari pengukuran tekanan darah 9. Turgor kulit meningkat
misalnya penyakit pankreas. pada ekstremitas pada keterbatasan
Adanya riwayat penyakit jantung, perfusi
obesitas, maupun arterosklerosis, 3. Hindari penekanan dan pemasangan
tindakan medis yang pernah di torniquet pada area yang cidera
dapat maupun obat-obatan yang 4. Lakukan pencegahan infeksi
biasa digunakan oleh penderita. 5. Lakukan perawatan kaki dan kuku
4. Riwayat kesehatan keluarga 6. Lakukan hidrasi
Dari genogram keluarga biasanya Edukasi
terdapat salah satu anggota 1. Ajurkan melahkukan perawatan kulit
keluarga yang juga menderita DM yang tepat(mis. Melembabkan kulit
atau penyakit keturunan yang kering pada kaki)
5
dapat menyebabkan terjadinya 2. Anjurkan program rehabilitasi vaskuler
defisiensi insulin misal hipertensi, 3. Anjurkan program diet untuk
jantung. memperbaiki sirkulasi( mis. Rendah
5. Riwayat psikososial lemak jenuh, minyak ikan, omega3)
Meliputi informasi mengenai 4. Informasikan tanda dan gejala darurat
prilaku, perasaan dan emosi yang yang harus dilaporkan( mis. Rasa sakit
dialami penderita sehubungan yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak
dengan penyakitnya serta sembuh, hilangnya rasa)
tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita. MANAJEMEN SENSASI
6. Pemeriksaan fisik Observasi
a. Status kesehatan umum 1. Identifikasi penyebab perubahan
Meliputi keadaan penderita, sensasi
kesadaran, suara bicara, tinggi 2. Identifikasi penggunaan alat pengikat,
badan, berat badan dan tanda prostesis, sepatu, dan pakaian
– tanda vital. 3. Periksa perbedaan sensasi tajam atau
b. Kepala dan leher tumpul
Kaji bentuk kepala, keadaan 4. Periksa perbedaan sensasi panas atau
rambut, adakah pembesaran dingin
pada leher, telinga kadang- 5. Periksa kemampuan mengidentifikasi
kadang berdenging, adakah lokasi dan tekstur benda
gangguan pendengaran, lidah 6. Monitor terjadinya parestesia, jika
sering terasa tebal, ludah perlu
menjadi lebih kental, gigi 7. Monitor perubahan kulit
mudah goyah, gusi mudah 8. Monitor adanya tromboflebitis dan
bengkak dan berdarah, tromboemboli vena
apakah penglihatan kabur / Terapeutik
ganda, diplopia, lensa mata 1. Hindari pemakaian benda-benda yang
keruh berlebihan suhunya (terlalu panas atau
c. Sistem integumen dingin)
Turgor kulit menurun, adanya Edukasi
luka atau warna kehitaman 1. Anjurkan penggunaan termometer
pada bekas luka, kelembaban untuk menguji suhu air
dan shu kulit di daerah sekitar 2. Anjurkan penggunaan sarung tangan
6
ulkus dan gangren, termal saat memasak
kemerahan pada kulit sekitar 3. Anjurkan memakai sepatu lembut dan
luka, tekstur rambut dan kuku. bertumit rendah
d. Sistem pernafasan Kolaborasi
Adakah sesak nafas, batuk, 1. Kolaborasi pemberian analgesik, jika
sputum, nyeri dada. Pada perlu
penderita DM mudah terjadi 2. Kolaborasi pemberian
infeksi. kortikosteroid, jika perlu
e. Sistem kardiovaskuler 2. Gangguan PERAWATAN INTEGRITAS KULIT Setelah dilakukan intervensi
Perfusi jaringan menurun, nadi integritas jaringan Observasi keperawatan selama 3x 24
perifer lemah atau berkurang, 1. Identifikasi penyebab gangguan jam maka gangguan integritas
takikardi/bradikardi, integritas kulit (misalnya perubahan jaringan dapat teratasi,
hipertensi/hipotensi, aritmia, sirkulasi, perubahan status nutrisi, dengan kriteria hasil:
kardiomegalis. penurunan kelembaban, suhu lingkungan 1. Elastisitas meningkat
f. Sistem gastrointestinal ekstrim, penurunan mobilitas) 2. Hidrasi meningkat
Terdapat polifagi, polidipsi, Terapeutik 3. Perfusi jaringan meningkat
mual, muntah, diare, 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring 4. Kerusakan integritas
konstipasi, dehidrase, 2. Gunakan produk berbahan petroleum jaringan menurun
perubahan berat badan, dan minyak pada kulit kering 5. Kerusakan lapisan kulit
peningkatan lingkar abdomen, 3. Gunakan produk berbahan ringan/alami menurun
obesitas. dan hipoalergik pada kulit sensitif 6. Nyeri menurun
g. Sistem urinary 4. Hindari produk berbahan dasar alcohol 7. Perdarahan menurun
Poliuri, retensio urine, pada kulit kering 8. Kemerahan menurun
inkontinensia urine, rasa Edukasi 9. Hematoma menurun
panas atau sakit saat 1. Anjurkan menggunakan pelembab 10. Suhu kulit membaik
berkemih. (misalnya lotion serum) 11. Sensasi membaik
h. Sistem muskuloskeletal 2. Anjurkan minum air yang cukup 12. Tekstur membaik
Penyebaran lemak, 3. Anjurkan meningkatkan asupan buah
penyebaran masa otot, dan sayur
perubahn tinggi badan, cepat 4. Anjurkan mandi dan menggunakan
lelah, lemah dan nyeri, adanya sabun secukupnya
gangren di ekstrimitas.
i. Sistem neurologis PERAWATAN LUKA
Terjadi penurunan sensoris, Observasi
7
parasthesia, anastesia, letargi, 1. Monitor karakteristik luka (misalnya
mengantuk, reflek lambat, drainase, warna, ukuran, bau)
kacau mental, disorientasi. 2. Monitor tanda-tanda infeksi
7. Pemeriksaan laboratorium Terapeutik
Pemeriksaan laboratorium 1. Lepaskan balutan dan plester secara
yang dilakukan adalah : perlahan
a. Pemeriksaan 2. Bersihkan dengan cairan NaCl atau
darah pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan
Pemeriksaan darah meliputi : 3. Bersihkan jaringan nekrotik
GDS > 200 mg/dl, gula darah 4. Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi,
puasa >120 mg/dl dan dua jika perlu
jam post prandial > 200 mg/dl. 5. Pasang balutan sesuai jenis luka
b. Urine 6. Pertahankan teknik steriil saat
Pemeriksaan didapatkan melakukan perawatan luka
adanya glukosa dalam urine. 7. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan
Pemeriksaan dilakukan drainase
dengan cara Benedict 8. Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam
( reduksi ). Hasil dapat dilihat atau sesuai kondisi pasien
melalui perubahan warna Edukasi
pada urine : hijau ( + ), kuning 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
( ++ ), merah ( +++ ), dan 2. Ajarkan prosedur perawatan luka secara
merah bata ( ++++ ). mandiri
c. Kultur pus Kolaborasi
Mengetahui jenis kuman pada 1. Kolaborasi prosedur debridement (mis.
luka dan memberikan Enzimatik, biologis, mekanis, autolitik),
antibiotik yang sesuai dengan jika perlu
jenis kuman. 2. Kolaborasi pemberian antibiotik, jika
perlu
3. Hipovolemia MANAJEMEN HIPOVOLEMIA  Setelah dilakukan intervensi
Observasi keperawatan selama 3x 24
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia jam maka hipovolemia
(mis. frekuensi nadi meningkat, nadi teratasi, dengan kriteria hasil:
teraba lemah, tekanan darah menurun, 1. Kekuatan nadi meningkat
tekanan nadi menyempit,turgor kulit 2. Turgor kulit meningkat
8
menurun, membrane mukosa kering, 3. Output urin meningkat
volume urine menurun, hematokrit 4. Dispnea menurun
meningkat, haus dan lemah) 5. Edema anasarka menurun
2. Monitor intake dan output cairan 6. Edema perifer menurun
Terapeutik 7. Perasaan lemah menurun
1. Hitung kebutuhan cairan 8. Keluhan haus menurun
2. Berikan posisi modified trendelenburg 9. Frekuensi nadi membaik
3. Berikan asupan cairan oral 10. Tekanan darah membaik
Edukasi 11. Tekanan nadi membaik
1. Anjurkan memperbanyak asupan 12. Membran mukosa
cairan oral membaik
2. Anjurkan menghindari perubahan 13. Kadar hb membaik
posisi mendadak 14. Kadar ht membaik
Kolaborasi 15. Intake cairan membaik
1. Kolaborasi pemberian cairan IV 16. Suhu tubuh membaik
issotonis (mis. cairan NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
3. Kolaborasi pemberian cairan koloid
(mis. albumin, plasmanate)
4. Kolaborasi pemberian produk darah
PEMANATAUAN CAIRAN (I.03121)
Observasi
1. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
2. Monitor frekuensi nafas
3. Monitor tekanan darah
4. Monitor berat badan
5. Monitor waktu pengisian kapiler
6. Monitor elastisitas atau turgor kulit
7. Monitor jumlah, waktu dan berat jenis
urine
8. Monitor kadar albumin dan protein total
9. Monitor hasil pemeriksaan serum (mis.
Osmolaritas serum, hematocrit, natrium,
9
kalium, BUN)
10. Identifikasi tanda-
tanda hipovolemia (mis. Frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan
darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun,
membrane mukosa kering, volume urine
menurun, hematocrit meningkat, haus,
lemah, konsentrasi urine meningkat,
berat badan menurun dalam waktu
singkat)
11. Identifikasi tanda-tanda hypervolemia
mis. Dyspnea, edema perifer, edema
anasarka, JVP meningkat, CVP
meningkat, refleks hepatojogular positif,
berat badan menurun dalam waktu
singkat)
12. Identifikasi factor resiko
ketidakseimbangan cairan (mis. Prosedur
pembedahan mayor, trauma/perdarahan,
luka bakar, apheresis, obstruksi
intestinal, peradangan pankreas,
penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi
intestinal)
Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
2. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
4. Nyeri akut MANAJEMEN NYERI Setelah dilakukan intervensi
10
Observasi keperawatan selama 3x 24 jam
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, maka nyeri akut teratasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dengan kriteria hasil:
2. Identifikasi skala nyeri 1. Keluhan nyeri menurun
3. Identifikasi respons nyeri non verbal 2. Meringis berkurang
4. Monitor keberhasilan terapi 3. Sikap protektif menurun
komplementer yang sudah diberikan 4. Kesulitan tidur menurun
5. Monitor efek samping penggunaan 5. Menarik diri menurun
analgetik 6. Berfokus pada diri sendiri
Terapeutik menurun
1. Berikan teknik non farmakologis untuk 7. Perasaan depresi menurun
mengurangi rasa nyeri (kompres dingin) 8. Perasaan takut cedera
2. Kontrol lingkungan yang memperberat berulang menurun
rasa nyeri 9. Anoreksia menurun
3. Fasilitasi istirahat dan tidur 10. Ketegangan otot menurun
Edukasi 11. Frekuensi nadi menurun
1. Jelaskan penyebab, periode, dan 12. Pola nafas menurun
pemicu nyeri 13. Tekanan darah menurun
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri 14. Fokus meningkat
3. Anjurkan memonitor nyeri secara 15. Proses berfikir meningkat
mandiri 16. Nafsu makan meningkat
4. Anjurkan menggunakan analgetik 17. Pola tidur meningkat
secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu

PEMBERIAN ANALGETIK
Observasi
1. Identifikasi karakteristik nyeri
2. Identifikasi riwayat alergi obat
3. Identifikasi kesesuaian jenis analgesik
11
dengan tingkat keparahan nyeri
4. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan
sesudah pemberian anlagesik
5. Monitor efektivitas analgesik
Terapeutik
1. Diskusikan jenis analgesik yang
disukai untuk mencapai analgesik
optimal, jika perlu
2. Pertimbangkan penggunaan infus
kontinu
3. Tetapkan target efektivitas analgesik
4. Dokumentasikan respons terhadap
efek analgesik dan efek yang tidak
diinginkan
Edukasi
1. Jelaskan efek terapi dan efek samping
obat
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesik, sesuai indikasi

5. Defisit nutrisi MANAJEMEN NUTRISI Setelah dilakukan intervensi


Observasi keperawatan selama 3x 24
1. Identifikasi status nutrisi jam maka defisit nutrisi dapat
2. Identifikasi alergi dan intoleransi teratasi, dengan kriteria hasil:
makanan 1. Porsi makan yang
3. Identifikasi makanan yang disukai dihabiskan meningkat
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis 2. Kekuatan otot mengunyah
nutrient meningkat
5. Identifikasi perlunya penggunaan 3. Kekuatan otot menelan
selang nasogastrik meningkat
6. Monitor asupan makanan 4. Serum albumin meningkat
7. Monitor berat badan 5. Verbalisasi keinginan untuk
8. Monitor hasil pemeriksaan meningkatkan nutrisi
12
laboratorium meningkat
Terapeutik 6. Pengetahuan tentang
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, pilihan makanan yang sehat
jika perlu meningkat
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet 7. Sikap terhadap
(mis. Piramida makanan) makanan/minuman sesuai
3. Sajikan makanan secara menarik dan dengan tujuan kesehatan
suhu yang sesuai meningkat
4. Berikan makan tinggi serat untuk 8. Nyeri abdomen menurun
mencegah konstipasi 9. Perasaan cepat kenyang
5. Berikan makanan tinggi kalori dan menurun
tinggi protein 10. Diare menurun
6. Berikan suplemen makanan, jika perlu 11. Berat badan membaik
7. Hentikan pemberian makan melalui 12. IMT membaik
selang nasigastrik jika asupan oral dapat 13. Frekuensi makan membaik
ditoleransi 14. Nafsu makan membaik
Edukasi 15. Membran mukosa membaik
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
6. Risiko MANAJEMEN HIPERGLIKEMIA Setelah dilakukan intervensi
ketidakstabilan Observasi keperawatan selama 3x 24
kadar glukosa 1. Identifkasi kemungkinan penyebab jam maka tidak terjadi risiko
darah hiperglikemia ketidakstabilan kadar glukosa
2. Monitor kadar glukosa darah, jika perlu darah, dengan kriteria hasil:
3. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia 1. Koordinasi meningkat
(mis. poliuri, polidipsia, polivagia, 2. Kesadaran meningkat
kelemahan, malaise, pandangan kabur, 3. Mengantuk menurun
13
sakit kepala) 4. Pusing menurun
4. Monitor intake dan output cairan 5. Lelah/lesu menurun
5. Monitor keton urine, kadar analisa gas 6. Keluhan lapar menurun
darah, elektrolit, tekanan darah ortostatik 7. Gemetar menurun
dan frekuensi nadi 8. Berkeringat menurun
Terapeutik 9. Mulut kering menurun
1. Berikan asupan cairan oral 10. Rasa haus menurun
2. Konsultasi dengan medis jika tanda 11. Kadar glukosa dalam darah
dan gejala hiperglikemia tetap ada atau membaik
memburuk 12. Kadar glukosa dalam urin
3. Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi membaik
ortostatik 13. Palpitasi membaik
Edukasi
1. Anjurkan olahraga saat kadar glukosa
darah lebih dari 250 mg/dL
2. Anjurkan monitor kadar glukosa darah
secara mandiri
3. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan
olahraga
4. Ajarkan indikasi dan pentingnya
pengujian keton urine, jika perlu
5. Ajarkan pengelolaan diabetes (mis.
penggunaan insulin, obat oral, monitor
asupan cairan, penggantian karbohidrat,
dan bantuan professional kesehatan)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian insulin, jika
perlu
2. Kolaborasi pemberian cairan IV, jika
perlu
3. Kolaborasipemberian kalium, jika perlu
MANAJEMEN HIPOGLIKEMIA
Observasi
1. Identifkasi tanda dan gejala
14
hipoglikemia
2. Identifikasi kemungkinan penyebab
hipoglikemia
Terapeutik
1. Berikan karbohidrat sederhana, jika
perlu
2. Batasi glucagon, jika perlu
3. Berikan karbohidrat kompleks dan
protein sesuai diet
4. Pertahankan kepatenan jalan nafas
5. Pertahankan akses IV, jika perlu
6. Hubungi layanan medis, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan membawa karbohidrat
sederhana setiap saat
2. Anjurkan monitor kadar glukosa darah
3. Jelaskan interaksi antara diet,
insulin/agen oral, dan olahraga
4. Anjurkan pengelolaan
hipoglikemia(tanda dan gejala, faktor
risiko dan pengobatan hipoglikemia)
5. Ajarkan perawatan mandiri untuk
mencegah hipoglikemia (mis.
mengurangi insulin atau agen oral
dan/atau meningkatkan asupan makanan
untuk berolahraga
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian dextros, jika
perlu
2. Kolaborasi pemberian glucagon, jika
perlu
7. Risiko Infeksi PENCEGAHAN INFEKSI Setelah dilakukan intervensi
Observasi keperawatan selama 3x 24
1. Identifikasi riwayat kesehatan jam maka tidak terjadi risiko
15
dan riwayat alergi infeksi, dengan kriteria hasil:
2. Identifikasi kontraindikasi 1. Kebersihan tangan
pemberian imunisasi meningkat
3. Identifikasi status imunisasi 2. Kebersihan badan
setiap kunjungan ke pelayanan meningkat
kesehatan 3. Nafsu makan meningkat
Terapeutik 4. Demam menurun
1. Berikan suntikan pada pada bayi 5. Nyeri menurun
dibagian paha anterolateral 6. Bengkak menurun
2. Dokumentasikan informasi vaksinasi 7. Vesikel menurun
3. Jadwalkan imunisasi pada interval 8. Cairan berbau busuk
waktu yang tepat menurun
Edukasi 9. Drainase purulen menurun
1. Jelaskan tujuan, manfaat, resiko 10. Periode menggigil menurun
yang terjadi, jadwal dan efek samping 11. Letargi menurun
2. Informasikan imunisasi yang 12. Kadar sel darah putih
diwajibkan pemerintah membaik
3. Informasikan imunisasi yang 13. Kultur darah membaik
melindungiterhadap penyakit namun saat 14. Kultur area luka membaik
ini tidak diwajibkan pemerintah
4. Informasikan vaksinasi untuk
kejadian khusus
5. Informasikan penundaan
pemberian imunisasi tidak berarti
mengulang jadwal imunisasi kembali
6. Informasikan penyedia layanan
pekan imunisasi nasional yang
menyediakan vaksin gratis

16
Sumber Pustaka :
American Diabetes Association. 2011.  Diagnosis and Classification of  Diabetes Mellitus.Diabetes Care,34(1),S62-S69
Chris Tanto, et al. 2014.  Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta. Media Aesculapius.
 Nurarif, Amin Huda. 2015.  Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan  Diagnosa Medis Dan Nanda NIC-NOC . Jogjakarata.Mediaction.
Perkeni.2011. Petunjuk Praktis Terapi Insulin Pada Pasien Diabetes Melitus.  Jakarta. Pusat penerbitan ilmu penyakit dalam.
Smeltzer, Suzanne. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta. EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI,2018, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

17

Anda mungkin juga menyukai