Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN KMB

DIABETES MELITUS

Disusun Oleh :
Eli Mantika 23030004

PRODI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS YATSI MADANI
2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian Diabetes Melitus


Diabetes melitus (DM) merupakan kelanan metabolik dengan etiologi
multifaktoral. Penyakit ini ditandai dengan hiperglikemia kronis dan memengaruhi
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Penyandang diabetes melitus akan
ditemukan dengan berbagai gejala, seperti poliuria, polidipsia, dan polifagia, dengan
penurunan berat badan. Diabetes melitus dalam jangka waktu lama akan menimbulkan
rangkaian gangguan metabolik yang menyebabkan kelainan patologis makrovaskular
dan mikrovaskular.
B. Klasifikasi
1. Diabetes melitus tipe 1
Diabetes melitus tipe 1 terjadi karena kelainan autoimun di mana sel beta
pankreas hancur pada orang secara genetik dan tidak menghasilkan. Diabetes
melitus tipe 1 hanya terjadi pada 5% orang dengan diabetes yang ditandai oleh
kerusakan sel beta pankreas.
2. Diabetes melitus tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 adalah masalah pada tubuh karena menurunnya
kemampuan sel untuk menerima insulin yang disebut dengan resistensi insulin.
Pada orang dewasa, diabetes melitus tipe 2 ditemukan sebanyak 90% hingga 95%
dari seua kasus diabetes. Biasanya terdiagnosis setelah usia 40 tahun dan lebih
umum di antara dewasa tua, dewasa obesitas, dan etnik.
3. Diabetes melitus gestasional
Disebabkan oleh perubahan hormon yang dihasilkan selama kehamilan dan
biasanya berkurang atau menghilang setelah melahirkan. Studi menunjukkan bahwa
wanita yang pernah mengalami diabetes melitus gestasional memiliki tingkat risiko
yang lebih tinggi untuk mengidap penyakit diabetes melitus tipe 2.
4. Diabetes melitus jenis lainnya
Beberapa penyebab lain yang berbeda dari ketiga jenis diabetes melitus di
atas, termasuk sekresi insulin yang tidak memadai yang disebabkan oleh penyakit
genetik tertentu, disebabkan secara tidak langsung oleh penyakit lainnya,
diakibatkan oleh obat, atau diakibatkan oleh bahan kimia lainnya.
C. Etiologi
1. Faktor genetik
Penderita diabetes tipe 1 tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi
ewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya diabetes
melitus tipe 1. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki
antigen HLA.
2. Faktor imunologi
Adanya respon autoimun yang merupakan respon abnoral di mana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan yang
dianggapnya sebagai jaringan asing.
3. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu protes autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
4. Usia
5. Obesitas
6. Riwayat keluarga
D. Patofisiologi
E. Manifestasi Klinis
1. Poliuria
2. Polidipsia
3. Polifagia
4. Penyusutan berat badan
Pada diabetes melitus tipe 1, manifestasi klinis yang muncul adalah
hiperglikemia saat berpuasa, glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia,
polifafia, keletihan dan kelemahan, ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen,
muntah, hiperventilasi, napas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran).
Pada diabetes melitus tipe 2, gejala yang muncul adalah lambat, intoleransi
glukosa progesif, seringkali mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria,
polidipsia, luka pada kulit yang lama sembuh, infeksi vaginal, penglihatan yangkabur.
F. Komplikasi
1. Retinopati
2. Neuropati
3. Penyakit vaskular perifer
4. Ulkus diabetikum
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
Melihat pada daerah kaki, apakah produksi keringatnya menurun atau
tidak.
2) Palpasi
Akral teraba dingin, kulit pecah-pecah, pucat, kering yang tidak normal,
pada ulkus terbentuk kalus yang tebal atau bisa terasa lembek.
3) Pemeriksaan neuropatik
Untuk mencegah terjadinya ulkus.
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Gula darah puasa
b. Gula darah sewaktu
c. Tes toleransi glukosa oral
d. Glycohemoglobin test atau pemeriksaan HbA1c
Kriteria diabetes melitus ditegakkan jika nilai GDS >200 mg/dL, nilai GDP
>126 mg/dL, nilai GDPP >200 mg/dL meskipun nilai GDP <126 mg/dL, toleransi
glukosa terganggu dengan nilai GDPP 140 – 199 mg/dL, dan nilai gula darah puasa
terganggu jika nilainya 100 – 125 mg/dL.
H. Penatalaksanaan Medis
1. Obat hiperglikemik oral
a. Golongan sulfoniluea atau sulfonyl urea
b. Golongan biguanad atau metfomin
c. Golongan inhibitor alfa glikosidase
2. Insulin
3. Pembedahan
a. Debridement, pengangkatan jaringan mati pada ulkus diabetikum
b. Neukrotomi
c. Amputasi
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Biodata pasien
a. Identitas pasien; nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
agama, suku, alamat, status, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnosis
medis.
b. Identitas penanggung jawab; nama, umur, pekerjaan, alamat, hubungan dengan
pasien.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama, yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian.
b. Riwayat kesehatan sekarang, berisi tentang perjalanan penyakit pasien dari
sebelum dibawa ke rumah sakit hingga mendapat perawatan.
c. Riwayat kesehatan dahulu, apakah ada penyakit yang pernah diderita, dirawat
di rumah sakit, atau menjalani operasi.
d. Riwayat kesehatan keluarga, apakah ada keluarga yang memiliki penyakit
menurun, penyakit menular, atau penyakit sejenis.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum, meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi
badan, berat badan, dan tanda-tanda vital.
b. Kepala dan leher, kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adanya pembesaran di
leher atau tidak, telinga berdenging, adanya gangguan pendengaran atau tidak,
lidah sering merasa tebal atau tidak, saliva menjadi lebih kental, penglihatan
kabur, lensa mata keruh.
c. Sistem pernapasan, ada gangguan dala pola napas, batuk, ada sputum, nyeri
dada.
d. Sistem kardiovaskular, denyut jantung, tekanan darah, suara jantung tambatan.
e. Sistem pencernaan, pengkajian mengenai nafsu makan, bising usus, terdapat
polifagia, polidipsia, mual, muntah, diare, konstipasi, perubahan berat badan,
obesitas.
f. Sistem muskuloskeletal, penyebaran lemak, penyebaran massa otot, perubahan
tinggi badan, cepat merasa lelah, lemah, dan nyeri, ada gangren pada
ekstremitas.
g. Sistem integumen, turgor kulit biasanya normal atau menurun, adanya luka
atau warna kehitaman bekas luka, kelembapan dan suhu kulit di sekitar daerah
ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit di sekitar luka, tekstur rambut, dan
kuku.
h. Sistem urinaria, poliuria, retensio urin, inkontinensia urin, rasa sakit saat
berkemih.
i. Sistem beurologis, terjadi penurunan sensoris, parastesia, letargi, mengantuk,
refleks lambat, kacau mental, disorientasi.
4. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah, meliputi GDS >200 mg/dL, GDP >120 mg/dL, dan dua
jam post prandial >200 mg/dL.
b. Urin, didapatkan adanya glukosa dalam urin.
c. Kultur pus, untuk mengetahui jenis kuman pada luka.
B. Diagnosis Keperawatan
1. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)
2. Gangguan integritas kulit/jaringan (D.0129)
3. Nyeri akut (D.0077)
4. Gangguan mobilitas fisik (D.0054)
5. Defisit nutrisi (D.0019)
6. Ketidakstabilan kadar glukosa darah (D.0027)
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosis Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Perfusi Perifer Tidak Setelah dilakukan 1. Penyembuhan luka Perawatan Sirkulasi (I.02079) Observasi :
Efektif b.d. asuhan keperawatan meningkat 1. Observasi a. Dengan memeriksa
Hiperglikemia selama ….x 24 jam, 2. Edema perifer menurun a. Periksa sirkulasi perifer sirkulasi perifer,
(D .0009) tingkat perfusi 3. Kelemahan otot (mis. Nadi perifer, perawat dapat
perifer pasien dapat menurun edema, pengisian mengetahui status
meningkat. 4. Nekrosis menurun kapiler, warna, suhu, sirkulasi perifer pasien
(L.02011) 5. Pengisian kapiler ABI) b. Dengan
membaik b. Identifikasi faktor risiko mengidentifikasi faktor
6. Akral membaik gangguan sirkulasi (mis. risiko gangguan
7. Turgor kulit membaik Monitor panas, sirkulasi, perawat dapat
kemerahan, nyeri atau melakukan intevensi
bengkak pada sebelum terjadi
ekstremitas gangguan sirkulasi
2. Terapeutik
Terapeutik :
a. Hindari pemasangan
a. Jika mengambil darah
infus atau pengambilan
di area keterbatasan
darah di area
perfusi, dikhawatirkan
No Diagnosis Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
keterbatasan perfusi terjadi kondisi yang
b. Hindari pengukuran lebih parah, seperti
tekanan darah pada edema.
ekstremitas dengan b. Dapat menghambat
keterbatasan perfusi aliran darah ke
c. Hindari pemasangan ekstremitas dengan
tourniquet pada areayang keterbatasan perfusi
cedera c. Dapat menghambat
d. Lakukan pencegahan aliran darah ke
infeksi ekstremitas dengan
3. Edukasi keterbatasan perfusi
Informasikan tanda dan d. Agar tidak terjadi
gejala darurat yang harus infeksi
dilaporkan (mis. Rasasakit
Edukasi :
yang tidak hilang saat
Agar perawat dapat
istirahat, luka tidak
melakukan intervensi
sembuh, hilangnya rasa)
terbaru lebih cepat sehingga
tidak terjadi sepsis.
2. Gangguan Integritas Setelah dilakukan 1. Elastisitas meningkat Perawatan Luka (I.14564) 1. Pengkajian yang tepat
1. Kaji luas dan keadaan luka
No Diagnosis Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Kulit/Jaringan b.d. asuhan keperawatan 2. Hidrasi meningkat serta proses penyembuhan. terhadap luka dan proses
Neuropati Perifer selama ….x 24 jam, 3. Pefusi jaringan 2. Rawat luka dengan baik dan penyembuhan akan
(D. 0129) tingkat integritas kulit meningkat benar: membersihkan luka membantu dalam
dan jaringan pasien 4. Kerusakan jaringan secara aseptik menggunakan menentukan tindakan
dapat meningkat. menurun larutan yang tidak iritatif, selanjutnya.
(L.14125) 5. Nyeri menurun angkat sisa balutan yang 2. Merawat luka dengan
6. Perdarahan menurun menempel pada luka dan teknik aseptik, dapat
7. Kemerahan menurun nekrotomi jaringan yang menjaga kontaminasi
8. Hematoma menurun mati. luka dan larutan yang
9. Jaringan parut 3. Kolaborasi dengan dokter iritatif akan merusak
menurun untuk pemberian insulin, jaringan granulasi yang
10. Nekrosis menurun pemeriksaan kultur pus timbul, sisa balutan
11. Suhu kulit membaik pemeriksaan gula darah jaringan nekrosis dapat
12. Sensasi membaik pemberian antibiotik. menghambat proses
13. Tekstur membaik granulasi.
3. Insulin akan
menurunkan kadar gula
darah, pemeriksaan
kultur pus untuk
No Diagnosis Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
mengetahui jenis kuman
dan anti biotik yang tepat
untuk pengobatan,
pemeriksaan kadar gula
darah untuk mengetahui
perkembangan penyakit.

3. Nyeri Akut b.d. Setelah dilakukan 1. Keluhan nyeri Manajemen Nyeri (I.08238) 1. Observasi
Agen Pencedera asuhan keperawatan menurun 1. Observasi a. Penilaian pengalaman
Fisik (Mis. Abses, selama ….x 24 jam, 2. Meringis menurun a. Identifikasi lokasi, nyeri merupakan
Amputasi, Terbakar, tingkat nyeri pasien 3. Kesulitan tidur karakteristik, durasi, Langkah awal dalam
Terpotong, dapat menurun. menurun frekuensi, kualitas, perencanaan strategi
Mengangkat Berat, (L.08066) 4. Nafsu makan intensitas nyeri manajemen
Prosedur Operasi, membaik b. Identifikasi skala nyeri nyeri.sumber informasi
Trauma, Latihan 5. pola tidur membaik c. Identifikasi respons yang paling baik
Fisik Berlebihan) nyeri non verbal tentang rasa sakit
(D. 0077) 2. Terapeutik adalah pasien.
a. Berikan teknik Mengurangi rasa sakit
nonfarmakologis untuk b. Penilaian skala nyeri
No Diagnosis Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
mengurangi rasa nyeri seperti skala deskriptif
b. Fasilitasi istirahat dan dapat dimanfaatkan
tidur intuk membedakan
3. Edukasi tingkat rasa sakit.
a. Jelaskan penyebab, c. Mengetahui tingkat nyeri
periode, dan pemicu nyeri yang dirasakan dari
b. Jelaskan strategi ekspresi pasien saat
meredakan nyeri merasakan nyeri
c. Ajarkan teknik 2. Terapeutik
nonfarmakologis untuk a. Dengan teknik
mengurangi rasa nyeri nonfarmakologis,
4. Kolaborasi pasien dapat
Kolaborasi pemberian mengurangi rasa nyeri
analgetik, jika perlu b. Dengan memfasilitasi
istirahat tidur
diharapkan pola tidur
pasien membaik

3. Edukasi
No Diagnosis Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
a. Dengan menjelaskan
penyebab, periode, dan
pemicu nyeri pasien
dapat mengetahui
kenapa pasien tersebut
merasa nyeri.
b. Agar pasien dapat
meminimalisir rasa
nyeri dan merasa lebih
rileks
c. Agar pasien tidak
selalu mengandalkan
obat – obatan kimiadan
dapat melakukan teknik
relaksasi agar rasa
nyerinya berkurang.

4. Kolaborasi
No Diagnosis Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Analgesik dapat
memblok lintasan
nyeri sehingga
mengurangi nyeri
4. Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan 1. Pergerakan ekstremitas Dukungan Ambulasi 1. Untuk mengetahui
Fisik b.d. Nyeri asuhan keperawatan meningkat (I.06171) level mobility pasien
(D. 0054) selama ….x 24 jam, 2. Rentang gerak (ROM) 1. Kaji kemampuan pasien 2. Mempertahankan
tingkat mobilitas fisik meningkat dalam mobilisasi mobilitas pasien
pasien dapat 3. Nyeri menurun 2. Ajarkan pasien bagaimana 3. Memandirikan pasien
meningkat (L.05042) 4. Kecemasan menurun merubah posisi dan berikan dalam pemenuhan
bantuan jika diperlukan ADLnya
3. Dampingi dan Bantupasien 4. Memandirikan
saat mobilisasi dan bantu keluarga pasien untuk
penuhi kebutuhan ADLs memenuhi kebutuhan
pasien secara mandiri sesuai pasien
kemampuan. 5. Memudahkan pasien
4. Ajarkan pasien atau dalam aktivitas
keluarga pasien tentang 6. Melatih kemampuan
teknik ambulasi pasien dan mencegah
5. Berikan alat bantu jika
No Diagnosis Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
klien memerlukan. cedera
6. Bantu pasien untuk 7. Mengetahui
menggunakan tongkat saat perkembangan setelah
berjalan dan cegahterhadap dilakukannya latihan
cedera 8. Memenuhi kebutuhan
7. Monitor tanda-tanda vital aktivitas pasien sesuai
sebelum / sesudah latihan dengan kemampuannya
dan lihat respon pasien saat
latihan
8. Konsultasikan dengan
terapi fisik tentang rencana
ambulasi sesuai dengan
kebutuhan

5. Defisit Nutrisi b.d. Setelah dilakukan 1. Serum Albumin Manajemen Hiperglikemia 1. Observasi
(I.15506)
Peningkatan asuhan keperawatan meningkat a. Mengetahui penyebab
1. Observasi
Metabolisme selama ….x 24 jam, 2. Pengetahuan tentang hiperglikemia pasien
a. Identifikasi
(D. 0019) status nutrisi pasien pemilihan makanan b. Mengetahui kapan
kemungkinan penyebab
dapat meningkat sehat meningkat kebutuhan insulin
(L.03030) hiperglikemia
No Diagnosis Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
3. Pengetahuan tentang b. Identifikasi situasi yang meningkat
pemilihan minuman menyebabkan c. Memantau kadar
sehat meningkat kebutuhan insulin glukosa pasien
4. Pengetahuan tentang meningkat d. Mengetahui tanda dan
standar asupan nutrisi c. Monitor kadar glukosa, gejala hiperglikemia.
yang tepat meningkat jika perlu
5. Frekuensi makan d. Monitor tanda dan 2. Terapeutik
membaik gejala hiperglikemia a. Agar pasien tidak
6. Membrane mukosa (mis. Polyuria, mengalami defisit
membaik polydipsia, polifagia, nutrisi
kelemahan, malaise, b. Agar pasien
pandangan kabur, sakit mendapat penanganan
kepala) lebih lanjut
2. Terapeutik
a. Berikan asupan oral 3. Edukasi
b. Konsultasi dengan a. Agar kadar glukosa
medis jika tanda dan dalam darah pasien
gejala hiperglikemia stabil
tetap ada atau b. Agar pasien paham
No Diagnosis Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
memburuk mengenai
1. Edukasi pengelolaan diabetes
a. Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan
Pemantauan Nutrisi
olahraga
1. Observasi
b. Ajarkan pengelolaan
a. Mengetahui faktor yang
diabetes (mis.
mempengaruhi asupan
Penggunaan insulin, obat
gizi
oral, monitor asupan
b. Mengetahui perubahan
cairan, penggantian
berat badan
karbohidrat, dan bantuan
c. Mengetahui pola
professional Kesehatan)
makan pasien, apakah
Pemantauan Nutrisi teratur atau tidak
1. Observasi d. Mengetahui status
a. Identifikasi faktor yang cairan pasien
mempengaruhi asupan e. Mengetahui apa yang
gizi bermasalah dalam hasil
b. Identifikasi perubahan pemeriksaan
berat badan laboratorium untuk
No Diagnosis Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
c. Identifikasi pola makan dibuat intervensi
d. Monitor asupan oral selanjutnya.
e. Monitor hasil
laboratorium (mis. 2. Edukasi
Kadar kolesterol, a. Pasien mengetahui
albumin serum, tindakan apa yang
transferrin, kreatinin, akan kita lakukan
hemoglobin, b. Pasien mengetahui
hematokrit, dan perkembangan
elektrolit darah) kesembuhannya

2. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

6. Ketidakstabilan Setelah dilakukan 1. Koordinasi meningkat Manajemen Hipoglikemia 1. Observasi


(I.03115)
Kadar Glukosa asuhan keperawatan 2. Kesadaran meningkat a. Mengetahui tanda dan
1. Observasi
No Diagnosis Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Darah b.d. selama ….x 24 jam, 3. Mengantuk menurun a. Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemia
Hipoglikemia kestabilan kadar 4. Pusing menurun gejala hipoglikemia b. Mengetahui tanda dan
(D. 0027) glukosa darah pasien 5. Lelah/lesu menurun b. Identifikasi gejala hipoglikemia
dapat meningkat 6. Keluhan lapar menurun kemungkinan penyebab 2. Terapeutik
(L.03022) 7. Kadar glukosa dalam hipoglikemia a. Agar pasien tidak
darah membaik 2. Terapeutik mengalami defisit
8. Kadar glukosa dalam a. Berikan asupan oral nutrisi
urine membaik b. Berikan karbohidrat b. Agar kadar glukosa
9. Jumlah urine membaik sederhana, jika perlu dalam darah pasien
10. Rasa haus menurun c. Berikan karbohidrat dapat kembali normal
kompleks dan protein c. Agar pasien mendapat
sesuai diet asupan glukosa lebih
3. Edukasi baik
a. Jelaskan interaksi antara
3. Edukasi
diet, insulin dan olahraga
a. Agar pasien
b. Ajarkan pengelolaan
mengetahui cara
hipoglikemia (mis. Tanda
menjaga kadar glukosa
dan gejala, faktor risiko,
dalam darah pasien
dan pengobatan
tetap stabil
No Diagnosis Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
hipoglikemia) b. Agar pasien paham
c. Ajarkan perawatan mengenai pengelolaan
mandiri untuk mencegah hipoglikemia
hipoglikemia (mis. c. Agar pasien dapat
Mengurangi insulin/agen melakukan secara
oral) mandiri jika sewaktu –
waktu terjadi
hipoglikemia
DAFTAR PUSTAKA
Adli (2021). Diabetes Mellitus Gestasional: Diagnosis dan Faktor Risiko. Jurnal
Medika Hutama, 03(01), 1545–1551.
Asman, A., Sinthania, D., & Marni, L. (2020). Perawatan Diabetes Mellitus Di
Komunitas (Mellitus Diabetes Care in the Community). Jurnal Kesehatan
Medika Saintika, 11(1), 125. https://doi.org/10.30633/jkms.v11i1.425
Awaliyah, F. N., & Yunita Dyah Puspita Santik. (2020). Kejadian diabetes mellitus tipe
i pada usia 10-30 tahun. Higeia Journal of Public Health Research and
Development, 1(3), 84–94.
Lestari, Zulkarnain, & Sijid, A. (2021). Diabetes Melitus: Review etiologi, patofisiologi,
gejala, penyebab, cara pemeriksaan, cara pengobatan dan cara
pencegahan. Prosiding Seminar Nasional Biologi, 7(1), 237–241.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
dan Implementasi Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
PERKENI. (2021). Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
Dewasa di Indonesia. In Global Initiative for Asthma (pp. 1–119).
www.ginasthma.org.

Anda mungkin juga menyukai