Anda di halaman 1dari 10

Tugas MID

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK


“DIABETES MELITUS”

OLEH:

NAMA : ANJELI S.
NIM : P201901011
KELAS : T.1 KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2021
I. KONSEP MEDIS DIABETES MILITUS
A. Defenisi
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan”(siphon). mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau
madu. penyakit diabaetes mellitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume
urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi.
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang di tandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak,
dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivita
insilun atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular,
makrovaskular, dan neuropati.
B. Klisifikasi diabete mellitus
1. Klasifikai klinis
a. DM
-tipe 1 : IDDM
Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau Langerhans akibat proses auto imun .
-tipe 2: NIDDM
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistinsi insulin. Resitensi
insulisn adalah turunnya kemamuan insulin untuk merangkasang pengambilan
glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati :
*tipe 2 dengan obesitas
*tipe 2 tanpa obesitas
b. Gangguan toleransi glukosa
c. Diabetes kehamila
2. Klasifikasi resiko statistic :
a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
b. Berpotensi menderita kelainan glukosa
C. Etiologi
1. DM tipe 1
Diabetes yang tertanggung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta
panckreas yang disebabkan oleh:
- Factor genetic penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe 1
- Factor imunologi (auto imun), pada diabetes tipe 1terdapat bukti adanya suatu
respon autoimun. ini merupakan respon abnormal diaman antibody terarah
pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggapnya seola h-olah sebagai jaringan asing.
- Factor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapan memicu proses auto imun
yang menimbulkan estruksi sel beta
2. DM tipe 2
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Factor resiko yang
berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe 2: usia, obesitas, riwayat dan
keluarga.
Hasil pemeriksaan glikoa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi 3 yaitu:
1. <140mg/dL→ normal
2. 140−<200 mg/dL →toleransi glukosa terganngu
3. ≥200 mg/dL→ diabetes
D. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defines insulin
1. Kadar glukosa puasa tidak normal
2. Hiperglikemia berat akibat glukosuria yang akan menjadi dieresis osmotic yang
meningkatkan pengeluaran urine (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia)
3. Rasa lapar yang semain besar (polifagia), BB berkurang
4. Lelah dan mengantuk
5. Gejalah lain yang di keluhkan adalah kesemutan,gatal, mata kabur,
impotensi,peruritas vulva.
1. Kriteria diagnosis DM: 1. Gejalah klasik DM+ glukosa ≥ 200 mg/dL (11,1 mmoI/L)
2. Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan saat pada suatu hari
tanpa memperhatikan waktu
3. Gejala klasik DM + glukosa plasma ≥126mg/dL (7,0 mmo/L) puasa diartikan
pasien tidak mendapatka kalori tambahan sedikitnya 8 jam
4. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200mg/dL (11,1 mmoI/L)
TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang diserat
dengan 75 gram glukosa anhidrus dilarutkan kedalam air
E. Tanda dan gejala
1. Diabetes tipe I
a. hiperglekimia berpuasa
b. glukosasuria, diuress osmotic, polyuria, polydipsia, polifagia
c. keletihan & kelemahan
d. ketoasidosis diabetes mellitus (mual, nyeri abnomen,muntah,
hiperventilasi,nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran,koma,
kematian)
2. Diabetes tipe II
a. lambat (selama tahunan,intoleransi glukosa progresif
b. gejalah seringkali ringan mencakup keletihan, muda tersinggung, polyuria,
plidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vagina, penglihatan
kabur
c. komplikasi jangka panjang ( retinopati,neuropati,penyakit vascular perifer)
F. pemeriksaan penunjang
1. pemeriksaan darah
a. Glukosa darah puasa (GDP): lebih dari 120 mg/dl
b. Glukosa darah 2 jam PP (post prandial) : lebih dari 200 mg/dl
c. Glukosa dara acak : lebih dari 200 mg/dl
2. pemeriksaan urine
pemeriksaan reduksi biasanya 3 X sehari dilakukan 30 menit sebelum makan, dapat
juuga 4x sehari tapi lebih lazim dilakukan 3x sehari . urine reduksi normal umumnya
biru bila terdapat glukosa dalam urine
a. warna hijau (+)
b. warna kuning (++)
c. warna merah mata (++)
d. warna coklat (+++)
pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan fehling benedict dan
ansipatik (paper strip)
3. pemeriksaan penunjang
perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk diabetes mellitus yaitu
a. kelompok usia dewasa tua (>40 tahun)
b. kegemukan
c. tekanan darah tinggi
d. riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi >4000 gr
e. riwayat keluarga diabetes mellitus
f. riwayat diabetes mellitus pada kehamilan
g. dislipidema
G. Penatalaksanaan
Insulin pada DM tipe 2 diperlukan pada keadaan
1. Penurunan berat badan yang cepat
2. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
3. Ketoasidosis diabetic (KAD) atau hiperglekimia hiporosmolar non ketotik( HONK)
4. Hiperglikemia dengan asidosis laktat
5. Gagal dengan kombinasi OHO dosis aptimal
6. Stress berat (infeksi sistemik, oprasi besar, IMA, stroke)
7. Kehamilan dengan DM / diabetes mellitus gestasional yang tidak terkendali dengan
perencanan makan
8. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
9. Kontatraidikasi dan atau elergi terhadap OHO
10.
II. Asuhan keperawatan Diabetas mellitus
A. Pengkajian
Focus utama pengkajian pada klien diabetes mellitus adalah melakukan pegkajian
dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan
perawatan diri. Pengkajian secara rinci
1. Pengkajian primer
Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistematik, antara lain
a. Airway, Lidah jatuh kebelakang(comahipoglimik), benda asing/ darah pada
rongga mulut
b. cerfical control : -
c. Breathing : ekspos dada, evaluasi pernafasan
d. Oxygenation : kanula, tube, mask
e. Circulacion : tanda dan gejala schok dan resusitasi : kristaloit, koloit, akses vena.
f. Hemorrhage control : -
g. Disability : pemeriksaan neurologis e GCS
A : alert → sadar penuh, respon bagus
V : voice respon → kesadaran menurun, berspon terhadap suara
P : pain respon → kesadaran menurun, tidak berespon pada suara, berespon
terhadap rangsangan nyeri
U : unresponsive → kesadaran menurun, tidak berespon terhadapa suara, tidak
terspon terhadap nyeri.
2. Pengkajian sekunder
Pemeriksaan sekunder dilakukan setelah memberikan pertolongan atau penangan
pada pemeriksaa primer.
Pemeriksaan sekunder meliputi :
a. AMPLE : alergi, medication, past illness, lastmeal, event
b. Pemeriksaan seluruh tubuh: heatdtoe
c. Pemeriksaan penunjang : lebih detail evaluasi ulang
3. Pemeriksaan diagnostic
a. Tes toleransi glukosa (TTG) memanjang ( lebih besar dari 200 mg/dL). Biasanga,
tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukan kadar glukosa meningkat
dibawa kondisi stress.
b. Gula darah puasa normal atau diatas normal.
c. Essei hemoglobin glikolsat diatas tentang normal
d. Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton
e. Kolestrol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan
ketidakkadekuatan control glikemik dan peningkatan propensitas pada
terjadinya aterosklerosis
4. Anamnese
a. Keluhan utama
Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abnomen, nafas pasien munkin
berbau aseton pernafasan cussamul, poliuri,polidipsi,penglihatan yang kabur,
kelemahan dan sakit kepala
b. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya penyakit (comahipoglikemik,
KAD/HONK),penyebab terjadinya penyakit (comahipoglekemik,KAD/HONK),
serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya
c. Riwayat kesehatan dulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lainya yang ada kaitannya
dengan defenisi insulin misalnya penyakit prancreas. Adanya penyakit jantung,
obesitas, maupun arteroskelorosis, tindakan medis yang pernah didapat maupun
obat- obat yang digunakan penderita.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Or resiko, riwayat keluarga tentang penyakit, obesitas, riwayar pracreastitis
kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4 kg , riwayat glukosurian selama
stress (kehamilan, pembedaan, trauma, infeksi, penyakit) atau terapi
obat(glukokorkostoroit, diuretic tiasid, kontrasepsi oral).
e. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serata tanggapan keluarga terhadap penyakit
penderita
f. Kaji terhadap manifestasi diabetes mellitus: polyuria,polydipsia, polifagia,
penurunan berat badan, prulitas vulvalar, kelelahan, gangguan penglihatan, peka
rangsang, dank ram otot temua ini menunjukan ganguan eletrolit dan terjadinya
komplikasi etorosklorosis.
g. Kaji pemahaman pasien tentag kondisi, tindakan, pemeriksaan diagnostic dan
tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi.

B. Diagnosa keperawatan
1. Ketidak stabilan kadar gula darah berhubungan dengan disfunsi pangkreas
2. Perkusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglekimia
3. Resiko shok berhubungan dengan kekurangan volume cairan
4. Ganguan intergritas jaringan berhubungan dengan neuropati perifer
C. Rencanaan keperawatan

N Diagnose Tujuan dan kritrian hasil Intervensi


o keperawatan
1. Ketidak Luaran utam Intervensi utama
stabilan Kestabilan kadar gula darah Managemen hiperglikemia
kadar gula KH : - Monitor kadar glukosa
darah - Kesadaran meningkat darah R/mengetahui
berhubungan - Kadar glukosa dalam kadar gula darah
dengan darah membaik - Ajarkan pengelolaan
disfungsu - Kadar glukosa dalam diabetes
pangkreas urin membaik (mis,penggunaan
Luaran tambahan insulin, obat oral,
Control resiko mempertahankan berat manitor asupan cairan
badan status nutrisi tingkat penggatian
pengetahuan karbahidrat,dan
bantuan professional
kesehatan ) R/
menambah
pengetahuan pasien
- Kolaborasi pemberian
insulisn jika perlu
R/menurunkan
glukosan darah secara
farmakologis.
Intervesi pendukung
Edukasi diet, edukasi latihan fisik,
dukungan kepatuhan program
pengobatan
2. Perfusi Luaran utam Intervensi utama
jaringan Perkusi perifer Perawatan sirkulasi
tidak efektif KH: - Perawatan sirkulasi
berhubungan - Denyut nadi perifer perifer (mis, nadi
dengan meningkat perifer, edema,
hiperglikemi - Penyembuahan luka brachial indeks) R/
a meningkat mengetahui kondisi
- Sensasi meningkat perfusi perifer
- Nekrosis menurun - Anjurkan berhenti
- Pengisian kapiler merokok R/ mengurusi
membaik resiko penyumbatan
- Akral membaik pembuluh darah
- Indeks ankle barcial - Anjurakan
membaik pengguanaan anti
Luaran tambahan koagulan, jika perlu R/
Fungsi sensori mobilotas fisik status mengencerkan darah
sirkulasi penyembuahan luka. Intervensi pendukung
Manajemen medikasi bantuan
berhenti merokok, pengambialan
sampel darah vena edukasi diet terapi
bekam
3. Ganguan Luaran utama Intervensi utama
integritas Integritas kulit dan jaringan Perawatan luka
jaringan KH: - Monitor karakteristik
berhubungan - Kerusakan jaringan luka (mis,derainnase,
dengan menurun warna, ukura, bau) R/
neuropati - Perfusi jaringan mengetahu kondisi
perifer meningkat luka
- Nekrosis menurun - Monitor tanda- tanda
- Sensai membaik infeksi
Luaran tambahan - Berisi jaringan nekrotik
Penyembuhan luka perfusi perifer, R/jaringan granulasi
status nutrisi, status sirkulasi bias tembus
- Pasang baluan sesuai
jenis luka R/ dressing
yang diberikan sesuai
dengan kondisi luka
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi R/
menambah
pengetahuan pasien
tentang gejala infeksi
- Kolaborasi pemberian
antibiotic jika perlu
R/mengatasi infeksi
secara farmakologis
Intervensi pendukung
Manajemen nyeri latihan rentang
gerak pemberian obat terapi lintah.
4. Resiko syok Berhubungan dengan kekurangan Intevensi utama
volume cairan Pencegahan syok
- Monitor status cairan
Luaran utam R/mengetahui status
Tingkat syok caitran
KH: - Monitor tingkat
- Kekuatan nadi kesadaran dan respon
meningkat pupil R/ mengetahui
- Output urin meningkat kesadaran pasien
- Tingkat kesadaran - Monitor status
meningkat kardiopulmonal( freku
- Akral dingin menurun ensi dan kekuatan
- Tekanan darah sistol nadi, frekuensi nafas,
membaik TD, MAP) R/
Luaran tambahan mengetahui status
Kesimbangan asam basa, status cairan, perkusi dan pernafasan
status sirkulasi, tingkat infeksi. - Pasang jalur IV , jika
perlu R/ menambah
asupan cairan melalui
parenteral
- Pasang kateter urun
untuk menilai produksi
urine jika perlu
R/menilai produksi
urine
- Jelaskan tanda dan
gejala awal syok R/
menambah
pengetahuan pasien
tentang syok
- Kolaborasi pemberian
IV jika perlu R/
memasukan caian
melalui vena
- Kolaborasi transfuse
darah jika perlu R/
menambah darah
Intervensi pendukung
Managemen hipoglikimi, managemen
hiperglekimia, pencegahan infeksi,
pencegahan elergi, persusitasi cairan,
managemen cairan .
DAFTAR PUSTAKA

PPNI (2018), standar intervensi keperawatan Indonesia: definisi dan tindakan keperawatan,
edisi 1, Jakarta : DPP PPNI.

PPNI (2016), standar diagnosis keperawatan Indonesia : defenisi dan indikator diagnosis, edisi
1, Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2018), standar luaran keperawatan Indonesia: Defenisi dan kriteria hasil keperawatan,
edisi 1, Jakarta : DPP PPNI .

rab, T.2016. Agenda Gawat Darurat (critical care). Bandung : Penerbit PT Alumni

Yuliana elin, andradjati Retnosari,ddk. ISO farmakoterapi.ISFI, Jakarta,2009

Sudoyono Aru,dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid 1,2,3, edisi empat internal publishing,
Jakarta

Price, Wilson, patofisiologi konsep klinis proses –prose penyakit, Ed.6, Volume 1&2 EGC,Jakarta

Anda mungkin juga menyukai