Dosen Pengampu :
NAZARUDDIN S.KEP.,NS.,M.KEP
Disusun Oleh :
A.ANALISA JURNAL
JUDUL PENELITIAN
Pengaruh Neurological Wake-Up Test terhadap Tekanan Intrakranial dan Tekanan Perfusi Serebral
pada Pasien Cedera Otak.
PENELITI
RINGKASAN JURNAL
NWT digunakan untuk mengevaluasi tingkat kesadaran yang menyebabkan peningkatan signifikan
pada ICP dan CPP. Pada sebagian besar pasien, perubahannya ringan dan sementara dan kami
berpendapat bahwa temuan keseluruhan dalam penelitian ini tidak menghalangi penerapan NWT
berulang dalam pengaturan perawatan neurointensif. Dalam subset pasien, NWT menginduksi
perubahan ICP dan CPP yang ditandai yang mungkin memiliki efek negatif pada otak yang cedera.
Pasien tersebut harus dikeluarkan dari NWT berulang dan informasi harus dikumpulkan dari metode
pemantauan multimodalitas lainnya dalam kombinasi dengan neuroimaging.
TUJUAN PENELITIAN
penilaian neurologis berulang setelah gangguan sedasi terus menerus (di sini disebut tes bangun tidur
neurologis; NWTs) adalah untuk mendeteksi tandatanda neurologis yang menunjukkan
perkembangan, misalnya, hematoma intrakranial atau defisit iskemik neurologis tertunda yang
memerlukan intervensi segera.
Kelebihan :
"Tes bangun" (NWT), mudah untuk dilakukan karena merupakan kegiatan sehari-hari.
Tes bangun" (NWT) ", tidak sepenuhnya membutuhkan bantuan perawat, dan keluarga pasien.
Pada jurnal ini dijelaskan secara rinci bagaimana proses Tes bangun" (NWT) " dilakukan.
Kekurangan :
Jurnal ini menggunakan metode statistic dalam penilaiannya, sehingga hasil penelitian tidak
menunjukan penelitian secara ringkas.
I. KATARAK
1. Pengertian
Katarak adalah proses degenerative berupa kekeruhan di lensa bola mata
sehingga menyebabkan menurunnya kemampuan penglihatan sampai kebutaan.
Kekeruhan ini di sebabkan oleh terjadinya reaksi biokimia yang menyebabkan
koagulasi protein lensa (Kemenkes RI, 2019).
2. Etiologi
a. Usia lanjut (senil) dan proses penuaan
b. Congenital atau bisa diturunkan (genetic)
c. Gangguan perkembangan
d. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok
atau bahan beracun lainnya.
3. Manifestasi Klinis
a. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
b. Gangguan penglihatan bisa berupa:
1) Peka terhadap sinar atau cahaya.
2) Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
3) Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
4) Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
5) Kesulitan melihat pada malam hari
6) Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan
mata
4. Penatalaksanaan
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan
menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau
kacamata yang dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan
tindakan operasi (Ilyas, 2007)
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki
lensa mata, tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi.
Operasi katarak perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan
tajam pengelihatan sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari.
Operasi katarak dapat dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi
berbarengan dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis yakni adalah
peradangan pada uvea.
5. Diagnosa keperawatan pada katarak
1. Ansietas b.d kurang terpapar informasi
2. Risiko Cedera b.d gangguan penglihatan
3. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik
4. Risiko infeksi b.d efek prosedur invasive
J. VERTIGO
1. Pengertian
Vertigo berasal dari bahasa latin, vertere, artinya memutar merujuk pada sensasi
berputar sehingga menganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya
disebabkan oleh gangguan pada sistem keseimbangan. Derajat yang lebih ringan
dari Vertigo disebut dizziness yang lebih ringan lagi disebut giddiness dan
unsteadiness (finestone, 1982).
2. Etiologi
a. Otologi
b. Neurologis
c. Interna
d. Psikiatrik
e. Fisiologis
3. Klasifikasi
a. Vertigo vestibular perifer
b. Vertigo vestibular sentral
c. Vertigo nonvestibular
4. Manifestasi klinis
Gejala pada Vertigo vestibular dengan gejala sensasi rasa berputar tempo
serangan episodik mual atau muntah, gangguan pendengaran gerakan pencetus
gerakan kepala.
5. Penatalaksanaan
a. Terapi simtomatik melalui farmakoterapi
b. Terapi kausal, mencakup:
c. Terapi rehabilitatif ( metode Brandt-Daroff, latihan visual vestibular latihan
berjalan).
d. Hindari faktor pencetus dan memperbaiki lifestyle pemilihan terapi Vertigo
angat tergantung dari tipe dan kausa Vertigo
6. Diagnosa Keperawatan Vertigo
a. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisiologis(D.0077, Hal. 172)
b. Gangguan Pola Tidur b.d Hambatan Lingkungan(D.0055, Hal. 126)
c. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan (D.0056, Hal. 128)
d. Resiko jatuh b.d Kerusakan keseimbangan (D.0143, Hal. 306)
e. Resiko defisit nutrisi b.d Ketidak mampuan mencerna makanan (D.0032, Hal.
81)