1. Histologi Cerebrum
Korteks serebri adalah bagian yang terdiri dari lapisan abu-abu otak yang memiliki
ketebalan bervariasi antara 1,5 – 4,55 mm, terbagi menjadi 6 lapis:
1) Molecular layer (zonal layer); lapisan ini sebagian besar berisi sel neuron kecil
(Cajal-Retzius cells) yang berperan dalam perkembangan kortikal pola laminar
2) External granular layer; lapisan ini berisi banyak sel neuron bergranular
(nonpyramidal cells) dan sedikit sel piramidal yang dendrit keduanya bercabang
di dalam lapisan granular eksternal dan naik ke atas ke lapisan molekuler
3) External pyramidal layer; lapisan ini mengandung banyak sel piramidal dimana
akson dari masing-masing sel akan muncul dari dasar sel dan bergerak ke bawah
menuju korteks putih, sedangkan dendritnya akan muncul dari puncak sel dan
bergerak menuju lapisan granular eksterna serta lapisan molekuler dan terbagi
menjadi cabang terminal
4) Internal granular layer; seperti lapisan granular eksternal, lapisan ini mengandung
banyak sel nonpiramidal yang akan menerima impuls aferen dari neuron thalamus
dan membentuk external band of Baillarger
5) Internal pyramidal layer; lapisan ini memiliki sel piramidal berukuran sedang dan
besar dimana sel terbesarnya disebut Betz cells, sel pada lapisan ini akan
membentuk internal band of Baillarger
6) Multiform layer; lapisan ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu, bagian dalam, bagian
bersel kecil dan bagian luar bersel besar.
Sel-sel piramidal merupakan tipe neuron “major excitatory” yang
menggunakan glutamat sebagai neurotransmitter. Glutamat adalah major
excitatory neurotransmitter dari sistem saraf pusat, yang terbukti berperan penting
di jaringan komunikasi yang kompleks, yang ditetapkan di antara semua sel-sel
yang mendiami otak, termasuk berbagai neuron, astrosit, oligodendrosit dan
mikroglia. Karena itu, gangguan homeostasis glutamat dapat mempengaruhi
semua fungsi fisiologis dan interaksi sel-sel otak, menuju berbagai kejadian
patologis yang heterogen
2. Histologi Cerebellum
Korteks serebeli, yang mengoordinasikan aktivitas otot di seluruh tubuh, memiliki
tiga lapisan lapisan molekular luar, suatu lapisan tengah yang terdiri atas neuron
berukuran besar yang disebut sel Purkinje, (Nama untuk abad ke-19 histolog
kebangsaan Jan Purkinje), dan lapisan granular internal. Badan sel Purkinje terlihat
jelas, bahkan pada sediaan yang dipulas dengan H&E dan dendritnya menjalar di
seluruh lapisan molekular sebagai jala serabut saraf yang bercabang Lapisan granular
dibentuk oleh neuron yang sangat kecil (Hanya dengan diameter 4-5 μm), yang
berhimpitan, berbeda dengan badan sel neuron di lapisan molekular yang tidak begitu
padat.
3. Histologi Sel Neuroglia
Neuroglia merupakan sel-sel selain neuron yang berada dalam sistem saraf yang tidak
berperan dalam sistem pengantaran impuls namun sebagai sawar, fagosit dan
sebagainya. Adapun diantaranya :
Sumber :
1. Mescher, A. L. (2012). Histologi Dasar Junqueira. edisi 12. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
2. V. P. Eroschenko. Atlas Histologi diFiore. Ed. 11. .Jakarta: EGC, 2010.
DERAJAT PENURUNAN KESADARAN
Derajat kesadaran, dibagi atas beberapa bagian dan dapat diperhitungkan melihat tanda
yang dialami pasien. Diantaranya :
1. Composmentis, Merupakan kondisi normal yaitu kondisi seseorang yang sadar sepenuhnya, baik
terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya dan dapat menjawab pertanyaan yang
ditanyakan pemeriksa dengan baik.
2. Apatis, Kondisi ini terjadi ketika seseorang sulit untuk berpikir jernih dan membuat keputusan.
Orang yang mengalami kondisi ini biasanya lebih sering berbicara melantur atau tidak
nyambung. adapun kondisi seseorang yang tampak segan dan acuh tak acuh terhadap
lingkungannya.
3. Delirium, Delirium adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan kebingungan
akut yang disertai dengan gangguan perilaku. Kondisi ini dapat menyebabkan seseorang sulit
berpikir, tidur, hiperaktif (agitasi), hipoaktivtias (apatis), halusinasi, dan delusi. Adapun kondisi
seseorang yang mengalami kekacauan gerakan, siklus tidur bangun yang terganggu dan tampak
gaduh gelisah, kacau, disorientasi serta meronta-ronta.
4. Somnolen (Lethargy), Merupakan penurunan kesadaran yang ditandai dengan rasa kantuk parah,
lemas, lesu, dan tidak bertenaga, sehingga kesulitan untuk melakukan aktivitas. Kondisi ini
memengaruhi kemampuan berpikir dan emosi seseorang. yaitu kondisi seseorang yang
mengantuk namun masih dapat sadar bila dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti akan tertidur
kembali.
5. Stupor, yaitu kondisi seseorang yang mengantuk yang dalam, namun masih dapat dibangunkan
dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi tidak terbangun sempurna dan tidak
dapat menjawab pertanyaan dengan baik.
6. Semi-coma yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan respons terhadap pertanyaan,
tidak dapat dibangunkan sama sekali, respons terhadap rangsang nyeri hanya sedikit, tetapi
refleks kornea dan pupil masih baik.
7. Coma, yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam dimana sudah tidak memberikan respon
dalam rangsangan apapun, memberikan respons terhadap pertanyaan, tidak ada gerakan, dan tidak
ada respons terhadap rangsang nyeri.
Dalam parameter pengukuran kesadaran sampai sekarang menggunakan
Glasglow Coma Scale (GCS) yakni :
Sumber :
3. Tindall SC. Level of Consciousness. In: Walker HK, Hall WD, Hurst JW, editors.
Clinical Methods: The History, Physical, and Laboratory Examinations. 3rd edition.
Boston: Butterworths; 1990. Chapter 57
ENSEFALITIS
1. Definisi1
Human herpes simplex virus encephalitis (HSVE) adafah suatu penyakit inflamasi
pada jaringan parenkim otak yang non epidemik viral yang bisa melibatkan anak dan
dewasa. Penyakit ini disebabkan virus golongan DNA, yang biasanya 70 % kasus bisa
fatal jika tidak mendapat pengobatan yang adekuat.
2. Epidemiologi1,2,3
3. Etiologi1,2,3
1) Viral :
Virus DNA: herpes simplex virus (HSV-1, HSV-2), virus herpes lainnya
(HHV-6, EBV,VZV, cytomegalovirus) dan adenovirus (sebagai contoh
serotipe 1,6,7,12,32)
Virus RNA: virus influenza (serotipe A), enterovirus (serotipe 9,71), virus
polio, measles,rubella, mumps, rabies, arbovirus (contoh: Japanese B
encephalitis virus, lymphoticchoriomeningitis virus, Eastern, Western dan
Venezuelan equine encephalitis virus),
retrovirus(ColoradoickFevervirus),danretrovirus(HIV)
3) Rickettsia:
5) Parasit
Sumber :
3. Behrman,R., Kliegman, R., Arvin, A., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Nelson (Nelson
Textbook of Pediatrics) . 15th Edition. EGC.2007