TUBERKULOMA INTRAKRANIAL
PEMBIMBING:
dr. Raden Ajeng Dwi Pujiastuti. M.Ked(Neu).Sp.S
OLEH :
ANITA FITRIANI SIREGAR
090100286
DEPARTEMENT NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan referat kasus yang
berjudul Tuberkuloma Intrakranial
Referat ini kami susun untuk memenuhi tugas Kepanitraan Klinik Ilmu
Neurologi RSUP H Adam Malik Periode 22 Juli - 22 Agustus 2014
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu,dalam pelaksanaan penulisan referat ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan referat ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu mohon kritik dan saran, guna hasil akhir yang lebih baik
nantinya.
Akhir kata penulis penulis berharap semoga referat ini dapat berguna bagi
rekan-rekan serta semua pihak yang ingin mengetahui sedikit tentang Tuberkuloma
Intrakranial
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
1.2Tujuan penulisan
2.2. Definisi
2.3. Etiologi
2.4. Epidemiologi
2.5. Patogenesis
2.7. Diagnosis
2.8. Penatalaksanaan
13
14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
yang
cepat
berdasarkan
temuan
patologis
dapat
meningkatkan
prognosisnya.
Penanganan tuberkuloma tergantung pada kondisi penderita dan lokasi
tuberkuloma. Bila kondisi penderita stabil dan tidak ada massa yang menonjol, terapi
konservatif sebaiknya dilaksanakan terlebih dahulu.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami penyakit Tuberkuloma intrakranial
2. Memenuhi sebagian syarat penilaian pada stase Radiologi RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
batang otak, yang berkerja secara simbiosis. Bila neokortex berfungsi untuk berfikir,
berhitung, memori, bahasa, maka sistek limbik berfugsi dalam mengatur emosi dan
memori emosional, dan batang otak mengarur fungsi vegetasi tubuh antara lain
denyut jantung, aliran darah, kemampuan gerak atau motorik, Ketiganya bekerja
bersama saling mendukung dalam waktu yang bersamaan, tapi juga dapat bekerja
secara terpisah.
Otak manusia mengatur dan mengkoordinir gerakan, perilaku dan fungsi
tubuh, homeostasisseperti tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, keseimbangan
cairan, keseimbangan hormonal, mengatur emosi, ingatan, aktivitas motorik dan lainlain. Otak terbentuk dari dua jenis sel: yaitu glia dan neuron. Glia berfungsi untuk
menunjang dan melindungi neuron, sedangkan neuron membawa informasi dalam
bentuk pulsa listrik yang di kenal sebagai potensial aksi. Mereka berkomunikasi
dengan neuron yang lain dan keseluruh tubuh dengan mengirimkan berbagai macam
bahan kimia yang disebut neurotransmitter. Neurotransmitter ini dikirimkan pada
celah yang di kenal sebagai sinapsis. Neurotransmiter paling mempengaruhi sikap,
emosi, dan perilaku seseorang yang ada antara lain asetil kolin, dopamin, serotonin,
epinefrin, norepinefrin.
Terdiri atas: hemisfer serebri yang disusun oleh korteks serebri, system limbic,
basal ganglia dimana basal ganglia disusun oleh
berpikir, mengingat,
dalam keseimbangan dan postur. Penerimaaan dan integrasi semua masukan sinaps
di korda spinalis, keadaan terjaga dan pengaktifan korteks serebrum.
5. Serebellum
Memiliki peran dalam menjaga keseimbangan, peningkatan tonus otot, koordinasi
dan perencanaan aktivitas otot volunter yang terlatih. Hemisfer sendiri menurut
pembagian fungsinya masih di bagi kedalam lobus-lobus yang
dibatasi oleh
gyrus dan sulkus, seperti terlihat dalam gambar dibawah ini: fungsi dari setiap
lobus ada pada tabel berikut :
2.2 Definisi
Tuberculoma intrakranial adalah suatu massa seperti tumor yang berasal dari
penyebaran secara hematogen lesi tuberkulosa pada bagian tubuh yang lain terutama
dari paru. Tuberkuloma sering multiple dan paling banyak berlokasi pada fosa
posterior pada anak dan orang dewasa tetapi dapat juga pada hemisfer serebri (Shams,
2011)
Pada CT Scan terlihat gambaran granuloma tuberkulosa merupakan low
attenuation dengan kontras yang meningkat pada kapsulnya. Biasanya dikelilingi
9
oedema dan lesi dapat multiple. Pada tuberkuloma kadang terdapat kalsifikasi.
Diagnosa preoperative biasanya diapresiasikan hanya setelah pengenalan focus
tuberkulosa pada tempat lain ditubuh.
2.3 Etiologi
Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman
yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 4 m dan tebal 0,3 0,6 m dan
digolongkan dalam basil tahan asam (BTA).
2.4 Epidemiologi
Pada awal abad 20, tuberculoma pada Central Nervus System (CNS)
merupakan 34 % dari semua lesi massa intrakranial diidentifikasi pada otopsi. Rasio
ini ditemukan sekitar 0,2 % di semua tumor otak yang dibiopsi antara tahun 1955 dan
1980 pada lembaga neurologis pada negara maju. Frekuensi keterlibatan CNS
berdasarkan literature berkisar dari 0,5 % sampai 5,0 %, dan banyak ditemukan pada
Negara berkembang. Manifestasi yang sering dari tuberculosis CNS adalah
tuberculosis meningitis, diikuti oleh tuberkuloma dan abses tuberculosis.
Tuberkuloma ditemukan hanya 15% sampai 30% dari kasus tuberkulosis CNS
dan kebanyakan terjadi pada hemisfer. Sejauh ini berdasarkan literatur hanya empat
kasus yang dilaporkan terjadi pada sinus kavernosus. Lokasi yang jarang lainnya
adalah pada area sellar, sudut cerebellopontin, Merckels cave, sisterna suprasellar,
region hypothalamus. Tuberkuloma yang berlokasi pada sisterna prepontin belum ada
laporan berdasarkan literatur. Walaupun tuberculoma biasanya lebih banyak pada
negara berkembang dapat juga meningkat pada negara maju dalam kaitan dengan
efek infeksi HIV dari tampakan klinis TBC (Yanardag et al, 2005).
10
11
2) Vaskulitis dengan berbagai kelainan serebral, antara lain infark dan edema
vasogenik.
3) Ensefalopati atau mielopati akibat proses alergi.
Gambaran klinis penderita dibagi menjadi 3 fase. Pada fase permulaan
gejalanya tidak khas, berupa malaise, apati, anoreksia, demam, nyeri kepala. Setelah
minggu kedua, fase meningitis dengan nyeri kepala, mual, muntah dan mengantuk
(drowsiness). Kelumpuhan saraf knanial dan hidrosefalus terjadi karena eksudat yang
mengalami organisasi, dan vaskulitis yang menyebabkan hemiparesis atau kejangkejang yang juga dapat disebabkan oleh proses tuberkuloma intrakranial. Pada fase ke
tiga ditandai dengan mengantuk yang progresif sampai koma dan kerusakan fokal
yang makin berat (Mulyono & santoso, 1997).
Tuberkulosis
adalah
penyakit
airbone
disebabkan
oleh
bakteri
12
Meskipun
demikian
tumor
metastase
seperti
malignant
gliomas,
17
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Tuberkulosis merupakan penyakit endemi di negara berkembang dan 30%
dari space occupation lesi adalah tuberkuloma.
Tuberculoma intrakranial berasal dari penyebaran secara hematogen dari lesi
tuberkulosa pada bagian tubuh yang lain terutama dari paru.
Gejala klinisnya serupa dengan tumor intrakranial, dengan adanya
peningkatan tekanan intracranial, tanda neurologic fokal, dan kejang epileptic,
symptom sistemik dari tuberculosis seperti demam, lesuh dan keringat berlebihan,
terjadi kurang dari 50% dari kasus
Diagnosis Tuberkoloma intra cranial meliputi penemuan infeksi sistemik dan
laboratorium umum Neuroradiological imaging dengan CT and MRI (mempunyai
sensitifitas yang tinggi untuk tuberkuloma, tetapi spesifitas untuk diagnose defenifnya
rendah), radiografi dada, serologis, biopsy. Diagnosis pasti tuberkuloma ditegakkan
dengan operasi dan pemeriksaan histologi akan mengungkapkan suatu tuberkuloma.
Pengobatan optimal adalah excise tuberkuloma, jika tersebut merupakan
region yang dapat di akses dan kemoterapi antituberkulosa.
18
DAFTAR PUSTAKA
Lee WY, KY Pang, CK Wong, 2002. Case Report; Tuber Brain tuberculoma in Hong
Kong
HKMJ 2002;8:52-6
Mulyono, Djoko, Djoko Iman Santoso, 1997. Tuberkulosis Milier dengan
Tuberkuloma Intrakranial Laporan Kasus. PPDS I Ilmu Penyakit Paru,
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Rumah Sakit Umum Daerah Dr
Sutomo, Surabaya.
Shams,
Shahzad.
2011.
Intracranial
Tuberculoma.
Omar
Hospital,
19