Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONSEP MENGENAI NEUROSAINS KOGNITIF

DI SUSUN OLEH :
Agung Sutrisno (21310410149)
Ferianto Aryo Nugroho (21310410049)

DOSEN PENGAMPU :
Sapta Kurniawati, S.Psi.,M.Psi..

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

Tambak Bayan, Jl. Proklamasi Jl. Babarsari No.1, Tambak Bayan, Caturtunggal, Kec. Depok,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dibekali oleh Yang Maha Kuasa dengan organ tubuh yang sangat berguna
bernama otak. Otak merupakan pusat dari segala tingkah laku manusia baik itu
berhubungan dengan kognisi, afeksi, dan lain sebagianya. Dengan kemampuan otak
inilah manusia dapat memahami susunan susunan dalam bumi yang rumit ini, otak
manusia memiliki banyak saraf saraf yang disebut neuron. Dengan bantuan neuron
yang menyebar dalam otak ini, manusia dengan mudah dapat menerima informasi
melalui alat indra seperti, mulut telinga,hidung,mata, dan kulit sehingga informasi lewat
alat sensoris itu di kelola dalam otak yang disalurkan lewat sambungan sambungan
neuron sehingga menghasilkan pemahaman pada manusia dan berpersepsilah
manusia.
Oleh karena itu, kami disini membahas tentang bagaimana proses neuron itu
berlangsung dari yang awalnya hanya sebuah informasi menjadi sebuah tingkah laku.
Dan dalam makalah ini kita lebih memfokuskan bagaimana otak sangat berpengaruh
dalam kognitif seseorang baik dari segi psikisnya atau faalnya.. Seperti yang tertera
dalam teori Piaget bahwa proses berfikir manusia dari bayi sampi dewasa adalah
berbeda. Otak mereka berkembang dan terus berkembang, bahkan semakin banyak
informasi yang kita dapat dari dunia luar semakin sering pula neuro ini bekerja untuk
menyampaikan informasi yang berupa listrik listrik, dari hal itu akan membuat semakin
tebalnya saluran neuro jika semakin tebal saluran neuro ini maka cara berfikir
seseorang dan mengingat akan semakin berkualitas. Itukah salah satu pentingnya kita
mempelajari ilmu tentang neurosains dalam bidang psikologis, untuk lengkapnya kita
jelaskan di bab bab selanjutnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah sistem saraf pusat ?
2. Apakah neurosains kognitif ?
3. Bagaimana hubungan antara neurosains dan psikologi kognitif ?
4. Bagaimana peralatan para ilmuwan neurosains ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui sistem saraf pusat
2. Mengetahui neurosains kognitif
3. Mengetahui hubungan antara neurosains dan psikologi kognitif
4. Mengetahui peralatan para ilmuwan neurosains
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Saraf Pusat

Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan
rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf
memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam. Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga
komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu:

1) Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang
bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.
2) Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas
serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus
yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.
3) Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh
penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan
kelenjar

a) Sel Saraf (Neuron)

Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron bergabung
membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan). Satu sel saraf
tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson.

b) Badan sel
Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf. Badan sel
berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson. Pada
badan sel saraf terdapat inti sel, sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi,
lisosom, dan badan nisel. Badan nisel merupakan kumpulan retikulum endoplasma
tempat transportasi sintesis protein.

c) Dendrit

Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang-cabang. Dendrit merupakan
perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan
rangsangan ke badan sel.

d) Akson

Akson disebut neurit. Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan
perjuluran sitoplasma badan sel. Di dalam neurit terdapat benang-benang halus yang
disebut neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang
banyak mengandung zat lemak dan berfungsi untuk mempercepat jalannya
rangsangan. Selaput mielin tersebut dibungkus oleh sel-sel sachwann yang akan
membentuk suatu jaringan yang dapat menyediakan makanan untuk neurit dan
membantu pembentukan neurit. Lapisan mielin sebelah luar disebut neurilemma yang
melindungi akson dari kerusakan. Bagian neurit ada yang tidak dibungkus oleh lapisan
mielin. Bagian ini disebut dengan nodus ranvier dan berfungsi mempercepat jalannya
rangsangan. Ada tiga macam sel saraf yang dikelompokkan berdasarkan struktur dan
fungsinya, yaitu:

1. Sel saraf sensorik, adalah sel saraf yang berfungsi menerima rangsangan dari
reseptor yaitu alat indera.
2. Sel saraf motorik, adalah sel saraf yang berfungsi mengantarkan rangsangan ke
efektor yaitu otot dan kelenjar. Rangsangan yang diantarkan berasal atau diterima
dari otak dan sumsum tulang belakang.
3. Sel saraf penghubung Sel saraf penghubung adalah sel saraf yang berfungsi
menghubungkan sel saraf satu dengan sel saraf lainnya. Sel saraf ini banyak
ditemukan di otak dan sumsum tulang belakang. Sel saraf yang dihubungkan adalah
sel saraf sensorik dan sel saraf motorik.

Perbedaan struktur dan fungsi dari ketiga jenis sel saraf tersebut lebih jelasnya bisa
dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel Perbedaan sel saraf sensorik, penghubung, dan motorik

No Pembeda Sensorik Penghubung Motorik

Ukuran
1 Panjang Pendek Pendek
Dendrit

Ukuran
2 Panjang Pendek Panjang
Neurit

Menerima Menerima
Fungsi Menerima dan
3 rangsangan dari rangsangan dari sel
Dendrit merusak rangsangan
reseptor saraf lain

5 Fungsi Meneruskan Menerima dan Meneruskan


Neurit rangsangan ke sel meneruskan rangsangan ke
saraf lain rangsangan efektor

Saraf yang satu dengan saraf lainnya saling berhubungan. Hubungan antara saraf
tersebut disebut sinapsis. Sinapsis ini terletak antara dendrit dan neurit. Bentuk sinapsis
seperti benjolan dengan kantung-kantung yang berisi zat kimia seperti asetilkolin (Ach)
dan enzim kolinesterase. Zat-zat tersebut berperan dalam mentransfer impuls pada
sinapsis.

e) Impuls

Impuls adalah rangsangan atau pesan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan luar,
kemudian dibawa oleh neuron. Impuls dapat juga dikatakan sebagai serangkaian pulsa
elektrik yang menjalari serabut saraf. Contoh rangsangan adalah sebagai berikut.

1) Perubahan dari dingin menjadi panas.


2) Perubahan dari tidak ada tekanan pada kulit menjadi ada tekanan.
3) Berbagai macam aroma yang tercium oleh hidung.
4) Suatu benda yang menarik perhatian.
5) Suara bising.
6) Rasa asam, manis, asin dan pahit pada makanan.

Impuls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan menyebabkan
terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan tersebut adalah sebagai
berikut.

i) Gerak sadar

Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau disadari.
Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang panjang.
Bagannya adalah sebagai berikut.
i) Gerak refleks

Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang
menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan tidak
melewati otak. Bagannya sebagai berikut.

Contoh gerak refleks adalah sebagai berikut.

1) Terangkatnya kaki jika terinjak sesuatu.


2) Gerakan menutup kelopak mata dengan cepat jika ada benda asing yang
masuk ke mata.
3) Menutup hidung pada waktu mencium bau yang sangat busuk.
4) Gerakan tangan menangkap benda yang tiba-tiba terjatuh.
5) Gerakan tangan melepaskan benda yang bersuhu tinggi.

f) Susunan System Saraf

Sistem saraf pusat merupakan salah satu bagian dari sistem saraf pada manusia.
Fungsi sistem saraf bagian pusat adalah untuk memegang segala kendali dan
pengaturan atas kerja jaringan saraf sampai kepada sel saraf. Bagian dari sistem saraf
pusat adalah otak besar, otak kecil, sumsum tulang belakang, dan sumsum lanjutan.

Selain itu, pada sistem saraf pusat juga terdapat jembatan varol yang tersusun atas
serabut saraf yang menghubungkan antara otak kecil bagian kiri dengan otak kecil
bagian kanan, dan menghubungkan antara otak besar dengan sumsum tulang
belakang. Jembatan varol ini akan menghantarkan rangsangan diantara kedua bagian
yang saling dihubungkan tersebut.

Pada bagian otak dan sumsum yang merupakan penyusun sistem saraf pusat terdapat
suatu lapisan yang menyelubungi, lapisan tersebut disebut sebagai lapisan meninges.
Lapisan tersebut terdiri atas beberapa bagian sebagai berikut ini:

1) Durameter atau selaput yang terletak pada bagian paling luar dari otak dan
melekat pada bagian tengkorak bagian dalam.
2) Arakhnoid atau lapisan yang berbentuk seperti sarang laba laba yang
menyelubungi bagian otak dan sumsum.
3) Piameter atau lapisan yang terdapat pada bagian dalam lapisan meninges,
lapisan ini merupakan bagian yang paling tipis dan mengandung banyak sel
darah merah.
4) Ruang Subarakhnoid atau ruangan yang berisi cairan untuk melindungi otak.
Cairan ini disebut sebagai cairan serebrospinal yang nantinya akan
melindungi sistem saraf pusat dari goncangan dan dapat menyerasikan
semua tekanan otak.

Bagian bagian sistem saraf pada manusia memiliki fungsi yang berbeda beda, namun
tetap saling melengkapi. Berikut ini adalah bagian bagian yang menyusun sistem saraf
pusat manusia beserta kegunaan atau fungsinya:

1) Otak besar

Otak besar merupakan bagian dari sistem saraf yang mengandung cairan
serebrospinal di sekelilingnya yang berguna untuk memberikan makanan
otak dan melindunginya dari goncangan. Selain itu, di dalam otak besar juga
terdapat banyak pembuluh darah yang berguna untuk memasok oksigen.

2) Otak kecil
Otak kecil berfungsi sebagai pusat koordinasi gerakan antar otot yang terjadi
secara sadar, seimbang, dan posisi tubuh. Dengan kata lain, otak kecil
adalah pusat keseimbangan tubuh.

3) Sumsum tulang belakang

Sumsung tulang belakang berfungsi sebagai pusat gerak refleks, sebab di


dalam sumsum tulang belakang terdapat saraf sensorik, motorik dan saraf
penghubung. Fungsi saraf saraf tersebut adalah sebagai pengantar impuls
dari dan ke otak.

4) Sumsum lanjutan

Sumsum lanjutan berfungsi untuk mengatur suhu tubuh, pengendali mutah,


dan pengatur beberapa gerakan refleks seperti batuk, bersin, dan berkedip.
Selain itu, sumsum ini juga berfungsi untuk pusat pernafasan.

2.2 Neurosains Kognitif

Neurosains merupakan satu bidang kajian mengenai sistem saraf yang ada di dalam
otak manusia. Bagi teori Neurosains, sistem saraf dan otak merupakan asas fisikal bagi
proses pembelajaran manusia. Neurosains dapat membuat hubungan diantara proses
kognitif yang terdapat di dalam otak dengan tingkah laku yang akan dihasilkan. Hal ini
dapat diartikan bahwa, setiap perintah yang diproses oleh otak akan mengaktifkan
daerah-daerah penting otak (Harun, 2003).

Neurosains kognitif adalah pendekatan dalam psikologi kognitif yang memusatkan


kajiannya pada otak. Kemampuan otak dalam memproses informasi seolah tak
terbatas. Padahal beratnya hanya sekitar tiga pon. Otak mampu menyusun ulang
informasi dengan informasi yang telah ada sebelumnya sehingga akhirnya tercipta ide
atau gagasan yang telah diperbarui. Jaringan neuron yang rumit dalam otak manusia,
yang saling terhubung satu sama lain, adalah sistem paling rumit yang dikenal manusia.
Kemampuan manusia untuk melakukan analisis perhitungan terhadap sinyal-sinyal
sensoris dan pemahamannya sungguh rumit. Sebagian besar kegemparan dalam
psikologi kognitif ditimbulkan oleh perkembangan sebuah ilmu yang menggabungkan
psikologi kognitif dengan neurosains, yakni ilmu neurosains kognitif.

Penelitian-penelitian awal tentang lobotomi, frenologi, dan lokalisasi fungsi adalah


pendahulu ilmu neurosains kognitif modern. Ilmuwan neurosains (neuroscientists)
adalah para ilmuwan yang mempelajari neurosains, atau cabang dari ilmu yang meliputi
studi terhadap neuroanatomi, neurofisiologi, fungsi otak, dan model cara otak kerja otak
dari disiplin psikologi maupun dari disiplin ilmu computer. Sebagai akibat jerih payah
para ilmuwan neurosains, konstruk-konstruk hipotesis seperti jenis memori dan
pemrosesan bahasa tidak lagi sukar dipelajari melainkan memiliki korelasi neurofisologi
yang spesifik. Lebih jauh lagi, struktur-struktur mikroskopik otak, ketika diamati sebagai
jaringan-jaringan neural, tampaknya berhubungan dengan komponen-komponen
kognisi manusia yang lebih besar, seperti memori, persepsi, pemecahan masalah, dan
sejenisnya. Dalam batasan-batasan tertentu, neurosains kognitif adalah ilmu yang
menediakan dasar-dasar untuk lebih jauh lagi menyelidiki isu-isu lama terkait pikiran
dan tubuh. Ilmu neurosains kognitif, sebagaimana dikatakan Richard Thompson dari
University of Southern California, “…adalah perkawinan alami antara neurosains dan
ilmu kognitif, secara bebas dapat disebut juga ilmu tentang otak dan pikiran” (2000, hal.
411).

Tugas neurosains kognitif adalah membongkar ulang otak, membedah arsitektur


komputasionalnya menjadi unit-unit pemrosesan informasi yang terisolasi, dan
kemudian menentukan bagaimana unit-unit tersebut bekerja, secara komputasi
maupun secara fisik.

2.3 Psikologi Kognitif dan Neurosains Kognitif

Penelitian-penelitian awal tentang lobotomi, frenologi, dan lokalisasi fungsi adalah


pendahulu ilmu neurosains kognitif modern. Neurosains kognitif adalah ilmu yang
menyediakan dasar-dasar untuk lebih jauh lagi menyelidiki isu-isu lama terkait pikiran
dan tubuh. Ilmu Neurosains Kognitif, sebagaimana dikatakan Richard Thompson dari
University of Southern California, adalah perkawinan alami antara neurosains dan ilmu
kognitif – secara bebas dapat disebut juga ilmu tentang otak dan pikiran (2000, hal.
411).

Ada beberapa alasan dibalik hubungan erat psikologi kognitif dan neurosains. Alasan –
alasan inilah meliputi kebutuhan untuk menemukan bukti – bukti fisik yang mampu
menunjang karakteristik teoritis pikiran, kebutuhan para ilmuwan untuk menemukan
model otak dan perilaku yang lebih komprehensif, kebutuhan untuk menemukan
hubingan pathologi otak dan perilaku, penggunaan model neural yang semakin
meningkat dalam membuat model fungsi neurologis, dan penemuan teknik yang
meningkatkan kemampuan menggambar struktur otak yang lebih detail. Tugas
neurosains kognitif adalah membongkar ulang otak, membedah arsitektur
komputasionalnya menjadi unit pemrosesan informasi yang terisolasi, dan kemudian
menentukan bagaimana unit tersebut bekerja secara komputasi maupun secara fisik.

Ada sejumlah alasan yang membuat para psikolog kontemporer meminjam informasi
dan teknik-teknik dari neurosains, dan sebaliknya.

1. Kebutuhan untuk menemukan bukti – bukti fisik yang mengandung struktur


pikiran (yang bersifat teoritik).
2. Kebutuhan para ilmuwan neurosains untuk menghubungkan penemuan –
penemuan mereka dengan model – model fungsi otak dan kognisi yang lebih
komprehensif.
3. Meningkatnya keterlibatan fungsi – fungsi neurologis dalam model – model yang
menggambarkan kinerja pikiran.
4. Sasaran klinis untuk menemukan korelasi antara pathologi otak dan perilaku
(simtom). Selama beberapa generasi, para neurolog telah menyelidiki pengaruh
trauma, cedera, infraksi, thrombosis, dan tumor di otak terhadap perilaku dan
jenis prosedur yang dapat meredam simtom – simtom tersebut.
5. Upaya para ahli computer untuk membuat simulasi kognisi dengan
megembangkan piranti lunak yang mampu berperilaku seperti otak manusia.
6. Berkembangnya teknik – teknik yang memungkinkan para ilmuwan untuk
“megintip” ke dalam otak manusia dan mengungkap struktur dan proses yang
belum pernah terlihat sebelumnya.

2.4 Peralatan Para Ilmuan

Lima puluh tahun yang lalu, para ilmuan neirosains hanya memiliki sedikit peralatan
teknik yang dapat digunakan untuk mengamati dan mengeksplorasi otak manusia
secara langsung. Peralatan dan teknik tersebut meliputi ablasi (perusakan atau
pembuangan semua atau sebagai organ dengan cara pembedahan maupun
pembekuan dengan tujuan mempelajari fungsi-funsi organ tersebut), perekam sel
tunggal, pemeriksaan postmortem (pasca kematian), dan studi menggunakan subjek
hewan. Para psikolog, di sisi lain, menemukan beragam teknik yang mampu
mengungkap misteri pikiran, se[erti penyajian stimuli secara sekilas yang diikuti
pengukuran waktu reaksi. Instument-instrument baru telah ditemukan dab
instrument-instrument tersebut secara signifikan mempercepat pemahaman kita
tentang otak dan, sesuai tujuan-tujuan telah menghasilkan generasi ilmuan baru
yang merupakan gabungan ilmuan neurosains dan ilmuan psikologi kognitif.
Teknologi baru tersebut pada mulanya dikembangkan untuk mendiagnose
gangguan otak, namun sekarang menjadi menjadi sebuah alat yang berguna bagi
para peniliti yang berminat untuk mempelajari pikiran manusia.

1) EEG (electroencephalography)

Elektroencephalogram (EEG) adalah rekaman-rekaman tentang frekuensi dan


intensitas listrik otak yang hidup, biasanya direkam di sebuah periode yang relatif
lama. melalui EEG dimungkinkan untuk mempelajari aktivitas gelombang otak yang
menindikasikan perubahan konsisi-kondisi mental seperti tidur lelap atau bermimpi.

Cara kerja EEG :


a) Elektroda dipasangkan di beberapa titik kulit kepala
b) Aktivitas listrik di otak kemudian direkam
c) Contohnya rekaman-rekaman EEG yang diambil selama tidur
menyingkapkan pola-pola perubahan aktivitas listrik yang melibatkan seluruh
bagian otak. Pola-pola yang muncul ketika sesorang bermimpi sangat
berbeda ketika dia tertidur lelap.
d) CT (Computed axial tomography)

Menghasilkan citra struktur otak tiga dimensi pada media gambar X-ray yang datar.
Mesin CT berputar mengelilingi tempurung kepala, menghujani kepala dengan
bekas-bekas sinar X yang tipis, berbentuk kipas. Sinar-sinar tersebut menembus
otak dan direkam di detektor-detektor sensitiv yang terletak di sisi berlawanan dari
sumber sinar. Prosedur tersebut berbeda dengan pemeriksaan X-ray standart, yang
hanya menampilkan satu gambaran bagian tubuh. Slain itu, pada pemeriksaan X-
ray standar, molekul-molekul besar (seperti kalsium di otak) menyerat berkas sinar
X sehingga menutupi sebagian organ dibelakang molekul tersebut. Mesin pemindai
CT memutar berkas sinar X sebesar 180 derajat, sehingga mampu membuat
sejumlah besar “gambar” dari organ yang sama, sekaligus menghasilkan tampilan
internal dari bagian tubuh tertentu (slice ; irisan), yang refresentatif. Tampilan
refresentatif ini, yang disebut tomogram, terbukti sangat penting dalam diagnosis
medis. Sebuah versi CT yang bahkan lebih canggih DSR (dynamic spatial
reconstructor). DSR (dynamic spatial reconstructor) adalah CT yang lebih canggih
yang mampu menampilkan struktur internal dalam tiga dimensi.

Salah satu keunggulan CT adalah mesin CT mudah didapat (pada pertengahan


1990-an, lebih dari 10.000 pemindai CT telah digunakan di rumah-rumah sakit di
Amerika.

2) PET (Positron emission tomology)

Berfungsi untuk memindai penggunaan glukosa didalam otak. Menggunakan


detektor-detektor yang mengukur partikel-partikel radioaktif dalam aliran darah,
untuk mengukur aliran darah regional.bagian-nagian otak yang aktif memerlukan
aliran darah sehingga partikel radioaktif juga akan terhimpun dalam jumlah lebih
banyak di area-area otak yang aktif tersebut. Partikel-partikel radioaktif ini
memancarkan cahaya, yang dapat dikonversi ke peta-peta visual. Menggunakan
tampilan 3D yang diberi kode-kode berwarna dan mendapatkan informasi melalui
fungsi otak.

3) MRI dan fMRI

Untuk memnghasilkan citra-citra tak bergerak struktur-struktur otak. Para peneliti


dapat menyimpulkan kepadatan atom-atom hydrogen yang berbeda-beda
tingkatannya serta interaksi atom-atom hydrogen tersebut dengan jaringan
disekelilingnya. Kelemahannya adalah perlu waktu lama untuk membentuk suatu
citra. Sekarang telah tersedia fMRI yang mampu memperoleh citra hanya dalam
waktu 30 milidetik. fMRI mendeteksi peningkatan aliran darah ke area-area yang
aktif, sehingga menampilkan fungsi dan struktur MEG (Magnetoencephalography).

Mengunakan sebuah alat mesin yang berfungsi mengukur aktifitas otak dari luar
kepala dengan mendeteksi medan magnetic yang samar, yang telah dihasilkan oleh
aktifitas otak.

4) MEG (Magnetoencephalography)

MEG menggunakan sebuah mesin yang menukur aktivitas otak dari luar kepala
dengan cara mendeteksi medan magnetik yang samar-samar yang dihasilkan oleh
aktivitas otak. MEG menghasilkan sebuah peta aktivitas atau citra kerja otak. Dari
seluruh metode pemindaian otak, MEG menyediakan resolusi aktivitas sel saraf
yang paling akurat (hingga hitungan milidetik).

5) TMS (Transranial magnetic stimulation)

Digunakan bersamaan dengan EEG, yang berfungsi untuk mengevaluasi efek


perubahan pada aktivitas elektrik otak dalam proses persepsi dan berfikir. Muatan
magnetic dialirkan ke otak melalui sebuah tongkat yang diletakkan di kepala dan
diarahkan ke lokasi spesifik di otak dalam jangka waktu yang sangat singkat.
Muatan magnetic ini mengubah fungsi neural; efek-efek yang ditimbulkan terhadap
kinerja otak dapat di lihat pada output EEG atau MEG, selain juga dapat diamati dari
respon pasien yang bersangkutan dalam tugas-tugas kognitif dan perseptual yang
sedang dikerjakan saat itu.

6) Micro CT

Sebuah teknik pencitraan CT yang terbaru dinamai X-ray microtomography.


Teknologi ini menggunakan CT untuk memindai melalui mikroskop yang
menghasilakan citra 3D dari struktur-struktur yang amat kecil. Informasi yang
direkam yaitu kepadatan material.
Daftar Pustaka
Solso, Robert L., dkk. 2008. Psikologi Kognitif. Jakarta: Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai