Disusun oleh :
P201901030
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur tak henti-hentinya penulis panjatkan atas kehadiran tuhan YME. Atas
berkat dan karunianya lah penulis dapat menyelesaikan tugas ini tanpa hambatan yang berarti.
Solawat serta salam semoga selalu tercurah kepada bagina nabi kita tercinta nabi Muhammad
SAW.
Terima kasih juga kepada dosen pengampu keperawatan anak II ibu Islamiah., S.Kep.,
NS., M.Kep., Sp.An yang telah memberikan tugas kepada penulis sehingga penulis bisAbanyak
belajar. Tugas yang berjudul “GLOMERULONEFRITIS AKUT” serta tak lupa juga penulis
berterima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penulisan tugas ini khususnya teman-
teman kelompok yang dapaty bekerja sama dalam tim.
Tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga tugas ini dapat bermanfaat
kedepannya. Terima kasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir
dan tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun pada dewasa ( Buku Ajar
Nefrologi Anak, edisi 2, hal.323, 2002). Terminologi glomerulonefritis yang dipakai
disini adalah untuk menunjukkan bahwa kelainan yang pertama dan utama terjadi pada
glomerulus, bukan pada struktur ginjal yang lain. Glomerulonefritis merupakan penyakit
peradangan ginjal bilateral. Peradangan dimulai dalam gromleurus dan bermanifestasi
sebagai proteinuria dan atau hematuria. Meskipun lesi utama pada gromelurus, tetapi
seluruh nefron pada akhirnya akan mengalami kerusakan, sehingga terjadi gagal ginjal.
Penyakit yang mula-mula digambarkan oleh Richard Bright pada tahun 1827 sekarang
diketahui merupakan kumpulan banyak penyakit dengan berbagai etiologi, meskipun
respon imun agaknya menimbulkan beberapa bentuk glomerulonefritis.
Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut) atau secara
menahun (kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Gejalanya
dapat berupa mual-mual, kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa
sembab kelopak mata, kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi.
Penyakit ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10%
berakibat fatal.
B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah Dalam makalah ini penulis akan membahas masalah
Glomerulonefritis akut. Dimana penyakit ini banyak di derita oleh anak yang berusia 3-7
tahun.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum Untuk memberikan sumber ilmu pengetahuan bagi pembaca dan
masyarakat umum lainnya.
2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui definisi, anatomi fisiologi, etiologi, patologis serta
Asuhan Keperawatan dari Glomerulonefritis itu sendiri.
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir
dan tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun pada dewasa (Buku Ajar
Nefrologi Anak, edisi 2, hal.323, 2002). Terminologi glomerulonefritis yang dipakai
disini adalah untuk menunjukkan bahwa kelainan yang pertama dan utama terjadi pada
glomerulus, bukan pada struktur ginjal yang lain. Glomerulonefritis akut (GNA) adalah
suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu.Yang sering
terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus. Glomerulonefritis merupakan suatu
istilah yang dipakai untuk menjelaskan berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami
proliferasi dan inflamasi glomerulus yang disebabkan oleh suatu mekanisme imunologis.
Sedangkan istilah akut (glomerulonefritis akut) mencerminkan adanya korelasi klinik
selain menunjukkan adanya gambaran etiologi, patogenesis, perjalanan penyakit dan
prognosis.
B. Etiologi
Glomerulonefritis akut didahului oleh infeksi ekstra renal terutama di traktus
respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman streptococcus beta hemoliticus golongan A
tipe 12,4,16,25,dan 29. Hubungan antara glomerulonefritis akut dan infeksi streptococcus
dikemukakan pertama kali oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alas an timbulnya
glomerulonefritis akut setelah infeksi skarlatina,diisolasinya kuman streptococcus beta
hemoliticus golongan A, dan meningkatnya titer anti- streptolisin pada serum penderita.
Antara infeksi bakteri dan timbulnya glomerulonefritis akut terdapat masa laten selama
kurang 10 hari. Kuman streptococcus beta hemoliticus tipe 12 dan 25 lebih bersifat
nefritogen daripada yang lain, tapi hal ini tidak diketahui sebabnya. Kemungkinan factor
iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan factor alergi mempengaruhi terjadinya
glomerulonefritis akut setelah infeksi kuman streptococcus. Glomerulonefritis akut pasca
streptococcus adalah suatu sindrom nefrotik akut yang ditandai dengan timbulnya
hematuria, edema, hipertensi, dan penurunan fungsi ginjal. Gejala-gejala ini timbul
setelah infeksi kuman streptococcus beta hemoliticus golongan A disaluran pernafasan
bagian atas atau pada kulit. Glomerulonefritis akut pasca streptococcus terutama
menyerang pada anak lakilaki dengan usia kurang dari 3 tahun.Sebagian besar pasien
(95%) akan sembuh, tetapi 5 % diantaranya dapat mengalami perjalanan penyakit yang
memburuk dengan cepat. Penyakit ini timbul setelah adanya infeksi oleh kuman
streptococcus beta hemoliticus golongan A disaluran pernafasan bagian atas atau pada
kulit, sehingga pencegahan dan pengobatan infeksi saluran pernafasan atas dan kulit
dapat menurunkan kejadian penyakit ini. Dengan perbaikan kesehatan masyarakat, maka
kejadian penyakit ini dapat dikurangi. Glomerulonefritis akut dapat juga disebabkan oleh
sifilis, keracunan seperti keracunan timah hitam tridion, penyakitb amiloid, trombosis
vena renalis, purpura anafilaktoid dan lupus eritematosus.
C. Manifestasi klinis
Penyakit ginjal biasanya dibagi menjadi kelainan glomerulus dan non glomerulus
berdasarkan etiologi, histology, atau perubahan faal yang utama. Dari segi klinis suatu
kelainan glomerulus yang sering dijumpai adalah hipertensi, sembab, dan penurunan
fungsi ginjal. Meskipun gambaran klinis biasanya telah dapat membedakan berbagai
kelainan glomerulus dan non glomerulus, biopsi ginjal masih sering dibutuhkan untuk
menegakkan diagnosis pasti. Tanda utama kelainan glomerulus adalah proteinuria,
hematuria, sembab, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal, yang dapat terlihat secara
tersendiri atau secara bersama seperti misalnya pada sindrom nefrotik, gejala klinisnya
terutama terdiri dari proteinuria massif dan hipoalbuminemia, dengan atau tanpa sebab.
D. Tatalaksana
a Istirahat selama 1-2 minggu
b Modifikasi diet.
c Pembatasan cairan dan natrium
d Pembatasan protein bila BUN meningkat.
e Antibiotika.
f Anti hipertensi
g Pemberian diuretik furosemid intravena (1 mg/kgBB/kali) 8. Bila anuria berlangsung
lama (5-7hari) dianjurkan dialisa peritoneal atau hemodialisa
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1) Riwayat kesehatan umum, meliputi gangguan atau penyakit yang lalu, berhubungan
dengan penyakit sekarang. Contoh: ISPA
2) Riwayat kesehatan sekarang, meliputi; keluhan/gangguan yang berhubungan dengan
penyakit saat ini. Seperti; mendadak nyeri abdomen, Pinggang, edema. -
PENGKAJIAN FISIK
1) Aktivitas/istirahat
Gejala: kelemahan/malaise
Tanda: kelemahan otot, kehilangan tonus otot
2) Sirkulasi
Tanda: hipertensi, pucat,edema
3) Eliminasi
Gejala: perubahan pola berkemih (oliguri)
Tanda: Perubahan warna urine (kuning pekat, merah)
4) Makanan/cairan
Gejala: (edema), anoreksia, mual, muntah
Tanda: penurunan keluaran urine
5) Pernafasan
Gejala: nafas pendek
Tanda: Takipnea, dispnea, peningkatan frekwensi, kedalaman (pernafasan kusmaul)
6) Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri pinggang, sakit kepala
Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah
2. Pemeriksaan Penunjang
Pada laboratorium didapatkan:
1) Hb menurun ( 8-11 )
2) Ureum dan serum kreatinin meningkat. ( Ureum : Laki-laki = 8,84-24,7 mmol/24jam
atau 1-2,8 mg/24jam, wanita = 7,9-14,1 mmol/24jam atau 0,9-1,6 mg/24jam,
Sedangkan Serum kreatinin : Laki-laki = 55-123 mikromol/L atau 0,6-1,4 mg/dl,
wanita = 44- 106 mikromol/L atau 0,5-1,2 mg/dl ).
3) Elektrolit serum (natrium meningkat, normalnya 1100 g) - Urinalisis (BJ. Urine
meningkat : 1,015-1,025 , albumin , Eritrosit , leukosit ) - Pada rontgen: IVP
abnormalitas pada sistem penampungan (Ductus koligentes)
3. Diagnosa Keperawatan
a Kelebihan voleme cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin, diet
kelebihan dan retensi cairan natrium
b Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual,muntah,anoreksia,
pembatasan diet dan perubahan mambran mukosa mulut
c Kurang pengetahuan tentang kondisidan penanganan
d Intoleransi aktivitas b/d keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur
dialisis
e Ganggua harga diri b/d ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra tubuh dan
fungsi seksual.
INTERVENSI RASIONAL
DP I : .a. Kaji status cairan : 1. pengkajian merupakan dasar dan data
Timbang berat badan tiap hari dasar berkelanjutan untuk memantau
Keseimbangan massukan dan perubahan dan mengevaluasi intervensi
haluara 2. pembatasan cairan akan menentukan
Turgorr kulit dan adanya oedema berat tubuh ideal, haluaran urin dan
Tekanan darah denyut dan irama 3. sumber kelebihan cairan yang tidak di
Nilai laboratorium (elektron serum, 2. Pola diet dahulu dan sekarang dapat di
2.Kaji pola diet nutrisi pasien faktor lain yang dapat di ubah/dihilangkan
Arfin, Behrama Kliegman, 2000. Nelson : Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EEC Brunner
and Suddarth, 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Ed.8 Vol.2. Jakarta : EEC Carpenito,
Lynda Juall, 2000. Diagnosa Keperawatan. Ed.8. Jakarta : EEC Doengoes, Marilynn E,
1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Ed.3. Jakarta : EEC Mansjoer, Arif.dkk, 2000.
Kapita Selekta Kedokteran. Ed.3. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius. FKUI
http://jovandc.multiply.com/journal/item/3, diakses pada tanggal 28 Desember 2009