Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES

MELITUS

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4
LOKAL 2A

1. Chika rahayu
2. Khairun nisa jasman
3. Rahayu permata sari
4. Seprindo
5. Trisna afdi putri
Defenisi DM

Diabetes melitus adalah gangguan kronik metabolisme


karbohidrat, lemak dan protein.Insufisiensi relatif atau absolut
dalam respons sekretorik insulin, yang diterjemahkan menjadi
gangguan pemakaian karbohidrat (glukosa), merupakan
gambaran khas pada diabetes melitus.
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan
metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa
darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja
insulin, atau keduanya
Efek diabetes mellitus (DM)
disebabkan defisiensi atau
resistansi insulin endogen.
Insulin memungkinkan transport
glukosa ke dalam sel untuk
digunakan sebagai energy atau
disimpan sebagai glikogen.
Patofisiologi
Insulin juga menstimulasi
DM sintesis protein dan cadangan
asam lemak bebas di jaringan
adipose. Defisiensi insulin
mengganggu jaringan tubuh
mengakses nutrisi esensial
untuk bahan bakar dan
cadangan tubuh (Lippincott
Williams &wilkins 170)
Keturunan Stress

Penyebab
DM
Gaya Pola
hidup makan
Faktor resiko DM
DM tipe I DM tipe II
1. Infeksi virus 1. 1.Obesitas
2. Stress fisiologis dan 2. Gaya hidup kurang gerak
emosional 3. Ras / etnis
3. Kehamilan 4. Pada wanita, riwayat DM
gestasional, sindrom
4. Pengobatan
ovarium polikistik, atau,
5. Respon imun melahirkan bayi lebih dari
6. Lingkungan 4,5 kg
5. Hipertensi
6. Sindrom metabolic
Manifestasi
klinis DM

DM tipe 1 terjadi akibat kekurangan insulin


untuk menghantarkan glukosa menembus
membrane sel ke dalam sel. Molekul glukosa
menumpuk dalam peredaran darah, mengakibat
hiperglikemia yang menyebabkan hiporosmolaritas
serum, yang menarik air dari ruang intraseluler ke
dalam sirkulasi umum.Peningkatan volume darah
meningkatkan aliran darah ginjal dan hiperglikemi
bertindak sebagai diuretic osmosis.Diuretic osmosis
dihasilkan meningkatakan haluaran urine.
LANJUTAN........

DM tipe 2 mengalami awitan manifestasi yang


lambat dan sering kali tidak menyadari penyakit
sampai mencari perawatan kesehatan untuk
beberapa masalah lain. Hiperglikimia pada DM tipe
2 biasanya tidak seberat DM tipe 1, tetapi
manifestasi yang sama muncul, khususnya polyuria
dan polydipsia. Manifestasi lain juga akibat
hiperglikemia : penglihatan buram, keletihan,
parastesia, dan infeksi kulit.
Komplikasi lain:

1. Katosidosis
2. Sindrom
Komplikasi nonkelotik
Kompliasi utama : hiperglikemik
Hipoglikemia hyperosmolar
3. Penyakit
kardiovaskular
4. Penyakit vaskuler
perifer
5. Nefropati
penatalaksanaan

Keparawatan :
Medis :
Menurut sugondo
Menurutsugondo (2009)
(2009) 1. Diit
penatalaksanaan 2. Pemantauan
medis separti berikut : 3. Terapi insulin
1. Obat hiperglikemik 4. Penyuluhan
oral kesehatan
2. Insulin 5. Sters mekanik
3. Pembedahan 6. Tindakan
pembedahan
ASUHAN
KEPERAWATAN
PASIEN DM
Pengkajian

Data Demografi
1. Biodata, meliputi :
Nama, Usia, Jenis kelamin, Alamat, Suku / bangsa, Status pernikahan,
Agama / keyakinan, Pekerjaan, Diagnosa medik, No. medical record,
Tanggal masuk, Tanggal pengkajian.

2. Penanggung jawab, meliputi :


Nama, Usia, Jenis kelamin, Pekerjaan, Hubungan dengan klien.

3. Riwayat Kesehatan
a.Riwayat Kesehatan Sekarang
b.Riwayat Kesehatan Dahulu
c.Riwayat Kesehatan keluarga
Pemeriksaan fisik

1. Pembentukan retinopati atau katarak


2. Gangguan kulit, khususnya tungkaidan kaki
3. Obesitas, terutama pada daerah abdomen
4. Tugor kulit buruk
5. Membrane mukosa kering
6. Penurunan nadi perifer
7. Suhu kulit dingin
8. Penurunan reflek tendon profunda
9. Hipotensis ortostatik
10. Bau nafas beraroma “buah” pada katoasidosis
11. Mungkin terjadi hipovilemia dan syok pada katoasidosis sarta
kondisi hiperglikemik hyperosmolar
Terapi

1. Umum
a. Latihan dan control diet
b. Control glokemik ketat untuk mencegah komplikasi
c. Retriksi kalori sedang untuk menurunkan berat
badan dan terapi remutan
d. Latihan aerobic yang teratur

2. Pengobatan
a. Insulin eksogen (tipe 1 atau mungkin tipe 2)
b. Antidiabetic oral ( tipe 2)
c. Pembedahan
d. Trasplantasi pancreas
Hasil
pemeriksaan

a. Laboratorim
1. Kadar gula plasma puaa lebih besar atau sama dengan 126 mg/dl,
pada sedikitnya dua kali pemeriksaan
2. Kadar glukosa darah acak lebih besar atau sama dengan 200
mg/dl
3. Gula darah postprandial lebih besar dari atau sama dengan 200
mg/dl
4. Hemoglobin glikosilasi meningkat
5. Urinalis dapat menunjukan aseton atau glukosa

b. Prosedur diagnostic
1. Pemeriksaan oftalmogis apat menunjukan retinopatik diabetic
Diagnosa

1. Ketidak berdayaan yang berhubungan dengan


perasaan kurang mengontrol DM akibat tuntutan
waktu saat ini
2. Kurang pengetahuan : penatalaksanaan dari pada
DM
3. Risiko penampilan peran tidak efektif yang
berhubungan dengan ketidakpastian tentang
kemampuan mencapai peran yang diharapkan
sebagai perawat terdaftar
Intervensi

1. Beri obat yang diprogramkan


2. Beri karbohidrat yang diabsorpsi dengan cepat untuk hipoglekimia
atau, jika pasien tidak sadarkan diri, glukosa atau dekstrosa per IV
jika diprogramkan
3. Beri cairan IV atau pengganti insulin untuk krisis hiperglikemik, jika
diprogramkan
4. Beri perawatan kulit dengan cermat, khususnya pada kaki dan
tungkai
5. Obati semua cidera, sayatan, dan lepuh dengan segera
6. Hindari kaos kaki, sandal atau seprai yang sempit
7. Tingkatkan asupan cairan yang adekuat
8. Dukung pengungkapan perasaan
9. Beri dukungan emosional
10. Bantu mengembangkan strategi koping yang efektif
implementasi

1. Bersama – sama menetapkan tujuan jangka pendek dan jangka


panjang individual terkait penatalaksanaan glukosa darah mandiri
2. Memberikan kesempatan untuk mengungkapkan perasaan
tentang diri dan penyakitnya
3. Menggali persepsi terhadap kemampuannya untuk mengontrol
penyakit dan masa depannya, dan mengklarifikasi persepsi
tersebut dengan memberikan informasi tentang sumber – sumber
dan kelompok dukungan
4. Memberi penguatan positif untuk meningkatkan keterlibatan dalam
aktivitas perawatan diri
5. Memfasilitasi kemampuan pengambilan keputusan dalam
penatalaksanaan mandiri regimen pengobatan yang di
programkan
6. Memberikan aktifitas belajar yang releva tenytang pemberian
insulin, penata laksanaan diet, olah raga, pemantauan, mandiri
glukosa darah, dan upaya hidup sehat
Evaluasi

1. Evaluasi formatif disebut juga evaluasi berjalan dimana


evaluasi dilakukan dengan tujuan tercapai
2. Evaluasi somatif, merupakan evaluasi akhir dimana
dalam metode evaluasi ini menggunakan SOAP
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai