Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUSHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN OBTRUKSI JOUNDICE

Disusun untuk memenuhi tugas profesi


Departemen Keperawatan Medikal Bedah Ruang Rajawali VI A RSUP Dr. Karyadi
Semarang

Disusun oleh:

MAIMUNATUZAHRO ALMUNAWAROH

NIM 1708486

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA

SEMARANG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Definisi
Ikterus (icterus) berasal dari bahasa Greek yang berarti kuning. Nama lain
ikterus adalah “jaundice” yang berasal dari bahasa Perancis “jaune” yang juga berarti
kuning. Dalam hal ini menunjukan peningkatan pigmen empedu pada jaringan dan
serum. Jadi ikterus adalah warna kuning pada sclera, mukosa dan kulit yang disebabkan
oleh akumulasi pigmen empedu di dalam darah dan jaringan (> 2 mg / 100 ml serum). 1.4
B. Etiologi
Obstruksi jaundice dapat terjadi akibat adanya hambatan saluran empedu.
Sumbatan saluran empedu dapat terjadi karena kelainan pada dinding saluran misalnya
adanya tumor atau penyempitan karena trauma (iatrogenik). Batu empedu dan cacing
askaris sering dijumpai sebagai penyebab sumbatan di dalam lumen saluran.
Pankreatitis, tumor kaput pankreas, tumor kandung empedu atau anak sebar tumor
ganas di daerah ligamentum hepatoduodenale dapat menekan saluran empedu dari luar
menimbulkan gangguan aliran empedu.5 Beberapa keadaan yang jarang dijumpai
sebagai penyebab sumbatan antara lain kista koledokus, abses amuba pada lokasi
tertentu, divertikel duodenum dan striktur sfingter papila vater.6
Penyebab terjadinya jaundice obstruktif adalah adanya obstruktif post hepatik
yang antara lain disebabkan oleh 6 :
1. Obstruksi dalam lumen saluran empedu:
 Batu
 Parasit (ascaris)
2. Kelainan di dinding saluran empedu
 Atresia bawaan
 Striktur traumatic
 Tumor saluran empedu
3. Penekanan saluran empedu dari luar
 Tumor caput pancreas
 Tumor ampula Vateri
 Pankreatitis
 Metastasis di dalam ligamentum hepaoduodenale
C. Klasifikasi Jaundice
Klasifikasi umum jaundice: pre-hepatik, hepatik dan post-hepatik. Jaundice
obstruktif selalu ditunjuk sebagai post-hepatik sejak defeknya terletak pada jalur
metabolisme bilirubin melewati hepatosit. Bentuk lain jaundice ditunjuk sebagai
jaundice non-obstruktif. Bentuk ini akibat defek hepatosit (jaundice hepatik) atau
sebuah kondisi pre-hepatik.2

D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang timbul antara lain:
a. Ikterus, hal ini disebabkan penumpukkan bilirubin terkonjugasi yang ada dalam
darah yang merupakan pigmen warna empedu.
b. Nyeri perut kanan atas, nyeri yang dirasakan tergantung dari penyebab dan beratnya
obstruktif. Dapat ditemui nyeri tekan pada perut kanan atas maupun kolik bilier.
c. Warna urin gelap (Bilirubin terkonjugasi). Urin yang berwarna gelap karena adanya
bilirubin dalam urin.
d. Feces seperti dempul (pucat/akholis). Hal ini disebabkan karena adanya sumbatan
aliran empedu ke usus yang mengakibatkan bilirubin di usus berkurang atau bahkan
tidak ada sehingga tidak terbentuk urobilinogen yang membuat feces berwarna pucat.
e. Pruritus yang menetap. Adanya pruritus menunjukkan terakumulasinya garam
empedu di subkutan yang menyebabkan rasa gatal.
f. Anoreksia, nausea dan penurunan berat badan. Gejala ini menunjukkan adanya
gangguan pada traktus gastrointestinal.
g. Demam
h. Pembesaran hepar dan kandung empedu (Courvoisier sign).7

E. Patofisiologi Obstruksi Jaundice


Empedu merupakan sekresi multi-fungsi dengan susunan fungsi, termasuk
pencernaan dan penyerapan lipid di usus, eliminasi toksin lingkungan, karsinogen, obat-
obatan, dan metabolitnya, dan menyediakan jalur primer ekskresi beragam komponen
endogen dan produk metabolit, seperti kolesterol, bilirubin, dan berbagai hormon.2
Pada obstruksi jaundice, efek patofisiologisnya mencerminkan ketiadaan
komponen empedu (yang paling penting bilirubin, garam empedu, dan lipid) di usus
halus, dan cadangannya, yang menyebabkan tumpahan pada sirkulasi sistemik. Feses
biasanya menjadi pucat karena kurangnya bilirubin yang mencapai usus halus.
Ketiadaan garam empedu dapat menyebabkan malabsorpsi, mengakibatkan steatorrhea
dan defisiensi vitamin larut lemak (A, D, K); defisiensi vitamin K bisa mengurangi level
protrombin. Pada kolestasis berkepanjangan, seiring malabsorpsi vitamin D dan Ca bisa
menyebabkan osteoporosis atau osteomalasia.2
Retensi bilirubin menyebabkan hiperbilirubinemia campuran. Beberapa bilirubin
terkonjugasi mencapai urin dan menggelapkan warnanya. Level tinggi sirkulasi garam
empedu berhubungan dengan, namun tidak menyebabkan, pruritus. Kolesterol dan
retensi fosfolipid menyebabkan hiperlipidemia karena malabsorpsi lemak (meskipun
meningkatnya sintesis hati dan menurunnya esterifikasi kolesterol juga punya andil);
level trigliserida sebagian besar tidak terpengaruh.3
Penyakit hati kolestatik ditandai dengan akumulasi substansi hepatotoksik,
disfungsi mitokondria dan gangguan pertahanan antioksidan hati. Penyimpanan asam
empedu hidrofobik mengindikasikan penyebab utama hepatotoksisitas dengan
perubahan sejumlah fungsi sel penting, seperti produksi energi mitokondria. Gangguan
metabolisme mitokondria dan akumulasi asam empedu hidrofobik berhubungan dengan
meningkatnya produksi oksigen jenis radikal bebas dan berkembangnya kerusakan
oksidatif.1

F. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Dalam
mengkaji, harus memperhatikan data dasar pasien. Informasi yang didapat dari
klien (sumber data primer), data yang didapat dari orang lain (sumber data
sekunder), catatan kesehatan klien, informasi atau laporan laboratorium, tes
diagnostik, keluarga dan orang terdekat atau anggota tim kesehatan lain merupakan
pengkajian data dasar.
Pengkajian pasien Post Operatif ikterus obstruktif meliputi :
a. Aktifitas/Istirahat
1) Gejala :
a) Kelemahan, atau keletihan
b) Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari;
adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas,
rasa gatal.

b. Sirkulasi
1) Tanda :
a) Takikardia (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi, dan nyeri).
b) Kulit/membran mukosa: Turgor buruk, kering, lidah pecah-pecah
(dehidrasi/malnutrisi).
c) Berkeringat
c. Eliminasi
1) Gejala
Perubahan warna urine dan feses.
2) Tanda
a) Distensi abdomen
b) Teraba massa pada kuadran kanan atas
c) Urine gelap, pekat
d) Feses berwarna seperti tanah liat
d. Makanan dan cairan
1) Gejala
a) Anoreksia, mual/muntah
b) Tidak toleran terhadap lemak dan makanan “pembentuk gas”; regurgitasi
berulang, nyeri epigastrium, tidak dapat makan, flatus, dispepsia.
c) Berdahak
2) Tanda
Kegemukan, adanya penurunan berat badan.
e. Nyeri/kenyamanan
1) Gejala
a) Nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke punggung atau bahu kanan.
b) Kolik epigastrium tengah sehubungan dengan makan.
c) Nyeri mulai tiba-tiba dan biasanya memuncak dalam 30 menit.
2) Tanda
Nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadran kanan atas ditekan.
f. Pernafasan
1) Tanda
a) Peningkatan frekuensi pernafasan
b) Pernafasan tertekan ditandai oleh nafas pendek, dangkal.

g. Keamanan
1) Tanda
a) Demam, menggigil
b) Ikterik dengan kulit berkeringat dan gatal ( pruritus )
c) Kecendrungan perdarahan ( kekurangan vitamin K )
h. Penyuluhan dan pembelajaran
1) Gejala
a) Kecendrungan keluarga untuk terjadi batu empedu.
b) Adanya kehamilan atau melahirkan; riwayat DM, penyakit inflamasi usus,
diskrasias darah.
G. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik ( pembedahan didaerah
perut)
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (post op laparastomy)
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.

H. Rencana Tindakan Keperawata

No Tujuan dan NOC NIC


DP

1 Tujuan : setelah dilakukan NIC I :


tindakan keperawatan semala 3 x 24 Manajemen  Nyeri
jam maka masalah nyeri akut Akan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
teratasi dengan Kreteria Hasil menyeluruh meliputi lokasi, durasi,
NOC I : Pengendalian nyeri kualitas, keparahan nyeri dan faktor
1. Mengetahui faktor pencetus nyeri.
penyebab nyeri, terjadinya 2. Posisikan pasien senyaman mungkin
nyeri, tindakan 3. ajarkan untuk teknik nonfarmakologi
pencegahan, gejala , kontrol misal relaksasi, terapi musik,
nyeri distraksi.
2. Melaporkan nyeri 4. Kolaborasi :  pemberian Analgetik
berkurang atau hilang, sesuai indikasi
Frekuensi nyeri berkurang,
Lamanya nyeri
berlangsung, Ekspresi
wajah saat nyeri,

2 Setelah dilakukan tindakan NIC :


keperawatan selama 3x 24 jam - Kaji adanya faktor yang menyebabkan
masalah intoleransi aktivitas dapat kelelahan
teratasi dengan Kriteria Hasil : - Bantu klien untuk mengidentifikasi
- Berpartisipasi dalam aktivitas aktivitas yang mampu dilakukan
fisik tanpa disertai peningkatan - Bantu untuk memilih aktivitas
tekanan darah, nadi dan RR - Monitor respon fisik, emosi, sosial
- Mampu melakukan aktivitas dan spiritual
sehari hari (ADLs) secara - Kolaborasikan dengan Tenaga
mandiri Rehabilitasi Medik dalam
- Keseimbangan aktivitas dan merencanakan progran terapi yang
istirahat tepat.

3 Setelah dilakukan tindakan asuhan Proteksi terhadap infeksi


keperawatan selama 3x 24 jam  Monitor tanda dan gejala infeksi
masalah resiko infeksi dapat teratasi sistemik dan lokal.
dengan KH:  Monitor hitung granulosit dan WBC.
 bebas dari gejala infeksi,  Monitor kerentanan terhadap infeksi.
 angka lekosit normal (4-  Pertahankan teknik aseptik setiap
11.000) tindakan.
 Inspeksi kulit dan mebran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase.
 Ajarkan keluarga/klien tentang tanda
dan gejala infeksi.dan melaporkan
kecurigaan infeksi.
Konrol infeksi :
 Lakukan perawatan luka dan dresing
infus, DC setiap hari.
 Tingkatkan intake nutrisi. Dan cairan
yang adekuat
 berikan antibiotik sesuai program.
I. Kesimpulan

Secara umumnya, obstruksi jaundice adalah perubahan warna kulit, sclera mata
atau jaringan lainnya (mebran mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan
bilirubin yang meningkat konsentrasinya dalam sirkulasi darah. Obstruksi jaundice
dapat terjadi akibat adanya hambatan saluran empedu. Sumbatan saluran empedu dapat
terjadi karena kelainan pada dinding saluran empedu misalnya adanya tumor atau
penyempitan karena trauma (iatrogenik).
Manifestasi klinis dari obtruksi jaundice dapat berupa mata, badan menjadi
kuning, urine berwarna pekat seperti teh, badan terasa gatal (pruritus), disertai atau
tanpa kenaikan suhu badan, disertai atau tanpa kolik perut kanan atas, kadang-kadang
feses berwarna keputih-putihan seperti dempul. Tergantung dari penyebab ikterus
obstruksi. Untuk diagnosis dari obetruksi jaundice bisa dilakukan dengan anamnesa,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dilakukan pemeriksaan labolatorium
yang meliputi pemeriksaan darah, urine dan feses rutin. Pemeriksaan fungsi hati bisa
dijumpai adanya kenaikan dari bilirubin direct (tekonjugasi), alkali fosfatase meningkat
2-3 kali diatas normal. Serum transminase (SGOT, SGPT) dan Gamma GT sedikit
meninggi. Selain itu juga bisa dilakukan pencitraan untuk menentukan penyebab
obstruksi seperti pemeriksaan USG, CT Scan abdomen, ERCP (Endoskopic Retrograde
Cholangio Pancreatography) dll. Pengobatan ikterus sangat bergantung penyakit dasar
penyebabnya.
DAFTAR PUSTAKA

Lesmana L.: Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid I. Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2000. 380-384.

I J Beckingham. 2001. ABC Of Diseases Of Liver, Pancreas, And Biliary System


Gallstone Disease. Dalam: British Medical Journal Vol 13, Januari 2001: 322
(7278): 91–94. Available from :
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=1119388 [diakses
pada tanggal 10 April 2014].

Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2005. 570-579.

Price, Sylvia Anderston. Patofisiologi Konsep Klinis Preose-Proses Penyakit. Jilid 1.


Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1994. Schwartz S, Shires G, Spencer
F. Prinsip-prinsip Ilmu Bedah (Principles of Surgery). Edisi 6. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 2000. 459-464.

Schwartz S, Shires G, Spencer F. Prinsip-prinsip Ilmu Bedah (Principles of Surgery).


Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000. 459-464.

Kasper Dennis, Harrison Tinsley Randolph. 2005. Harrison Principle’s of Internal


Medicine 16th. New York: Mc Graw Hills Publishing. 1880-1890

Sujono Hadi. 1983. Nyeri Epigastrik Penyebab dan Pengelolaannya. Dalam: Cermin
Dunia Kedokteran No. 4, 1983: 29. Available From:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/03_NyeriEpigastrik.pdf/03_NyeriEpigastri
k.html [diakses pada tanggal 10 April 2014.

Anda mungkin juga menyukai