Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Di Indonesia sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat. Angka kesakitan penyakit ini masih cukup tinggi, terutama di daerah
Indonesia bagian timur. Di daerah trasmigrasi dimana terdapat campuran penduduk
yang berasal dari daerah yang endemis dan tidak endemis malaria, di daerah endemis
malaria masih sering terjadi letusan kejadian luar biasa (KLB) malaria Oleh karena
kejadian luar biasa ini menyebabkan insiden rate penyakit malaria masih tinggi di
daerah tersebut.

Malaria merupakan penyakit yang terdapat di daerah Tropis. Penyakit ini sangat
dipengarhi oleh kondisi.kondisi lingkungan yang memingkinkan nyamuk untuk
berkembang biak dan berpotensi melakukan kontak dengan manusia dan menularkan
parasit malaria. Contoh faktor-faktor lingkungan itu antara lain hujan, suhu,
kelembaban, arah dan kecepatan angin, ketinggian. Salah satu faktor lingkungan yang
juga mempengaruhi peningkatan kasus malaria adalah penggundulan hutan terutama
hutan-hutan bakau di pinggir pantai. Akibat rusaknyalingkungan ini, nyamuk yang
umumnya hanya tinggal di hutan, dapat berpindah dipemukiman manusia, kerusakan
hutan bakau dapat menghilangkan musuh-musuh alami nyamuk sehingga kepadatan
nyamuk menjadi tidak terkontrol.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Determinan Sosial Kesehatan?
2. Apa pengertian Malaria?
3. Apa penyebab Malaria?
4. Bagaimana cara penularan Malaria?
5. Bagaimana hubungan Detrminan Sosial Kesehatan dengan Malaria?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui pengertian Determinan Sosial Kesehatan

1
2. Untuk mengetahui pengertian Malaria
3. Untuk mengetahui penyebab Malaria
4. Untuk mengetahui cara penularan Malaria
5. Untuk mengetahui hubungan Detrminan Sosial Kesehatan dengan Malaria

BAB II

PEMBAHASAN

2
2.1. Pengertian Determinan Sosial Kesehatan
WHO (2008) mendefinisikan determinan sosial kesehatan adalah keadaan dimana
orang dilahirkan, tumbuh, hidup dan sistem dimasukkan ke dalam tempat untuk
menangani penyakit. Keadaan ini pada gilirannya dibentuk oleh satu set yang lebih
luas dari kekuatan ekonomi, kebijakan sosial dan politik (Bradly, 2012).

Sebagian besar model yang sering digunakan dalam determinan sosial kesehatan
adalah model yang dibuat oleh Dahlgren dan Whitehead (1991), yang mana model ini
berusaha untuk menggambarkan cara dimana determinan sosial kesehatan
membangun hubungan satu sama lain atau secara berlapis-lapis seperti gambar 1
dibawah ini :

Gambar 1 Model Dahlgren dan Whitehead (1991) dalam Detereminan Kesehatan

Dalam teori ekonomi-sosial kesehatan, Dahlgreen dan Whitehead (1991)


menjelaskan bahwa kesehatan atau penyakit yang dialami oleh individu dipengaruhi
oleh faktor-faktor yang terletak diberbagai lapisan lingkungan, sebagian besar
determinan kesehatan tersebut sesungguhnya dapat diubah (modifiable factors).
3
Gambar 2.1 memeragakan, individu yang kesehatannya ingin ditingkatkan terletak
dipusat, dengan faktor konstitusional (gen), dan sistem lingkungan mikro pada level
sel/molekul.

Lapisan pertama (level mikro, hilir/downstream) determinan kesehatan meliputi


perilaku dan gaya hidup individu, yang meningkatkan ataupun merugikan kesehatan.
Pada level mikro, faktor konstitusional genetik berinteraksi dengan paparan
lingkungan dan memberikan perbedaan apakah individu lebih rentan atau lebih kuat
menghadapi paparan lingkungan yang merugikan. Perilaku dan karakteristik individu
dipengaruhi oleh pola keluarga, pola pertemanan dan norma-norma di komunitas.

Lapisan kedua (level meso) adalah pengaruh sosial dan komunitas, yang meliputi
norma komunitas, nilai-nilai sosial, lembaga komunitas, modal sosial, jejaring sosial,
dan sebagainya. Faktor sosial pada level komunitas dapat memberikan dukungan bagi
anggota-anggota komunitas pada keadaan yang menguntungkan bagi kesehatan.
Sebaliknya faktor yang ada pada level komunitas dapat juga memberikan efek negatif
bagi individu dan tidak memberikan dukungan sosial yag diperlukan bagi kesehatan
anggota komunitas.

Lapisan ketiga (level ekso) meliputi faktor-faktor struktural: lingkungan


pemukiman atau perumahan papan yang baik, ketersediaan 9 pangan, ketersediaan
energi, kondisi di tempat bekerja, kondisi sekolah, penyediaan air bersih dan sanitasi
lingkungan, akses terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu, akses terhadap
pendidikan yang berkualitas, lapangan kerja yang layak.

Lapisan terluar (level makro, hulu/upstream) meliputi kondisikondisi dan


kebijakan makro sosial-ekonomi, budaya, dan politik umumnya, serta lingkungan
fisik. Termasuk faktor-faktor makro yang terletak di lapisan luar adalah kebijakan
publik, stabilitas sosial, ekonomi, dan politik, hubungan internasional atau kemitraan
global, investasi pembangunan eknomi, peperangan atau perdamaian, perubahan
iklim dan cuaca, ekosistem, bencana alam (maupun bencana buatan manusia/ man
made disaster seperti kebakaran hutan).

4
Berdasarkan model determinan ekonomi-sosial kesehatan Dahlgren dan
Whitehead (1991) dapat disimpulkan bahwa kesehatan individu, kelompok dan
komunitas yang optimal membutuhkan realisasi potensi penuh dari individu, baik
secara fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan ekonomi, pemenuhan ekspektasi peran
seorang dalam keluarga, komunitas, tempat bekerja, dan realisasi kebijakan makro
yang dapat memperbaiki kondisi lingkungan makro.

2.2. Pengertian Malaria


Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus
plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Istilah
malaria diambil dari dua kata bahasa Italia yaitu mal (buruk) dan area (udara) atau
udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan
bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai nama lain, seperti demam roma, demam
rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kura dan paludisme
(Prabowo, 2008).

WHO mencatat setiap tahunnya tidak kurang dari 1 hingga 2 juta penduduk
meninggal karena penyakit yang disebarluaskan nyamuk Anopheles. Penyakit malaria
juga dapat diakibatkan karena perubahan lingkungan sekitar seperti adanya
Pemanasan global yang terjadi saat ini mengakibatkan penyebaran penyakit parasitik
yang ditularkan melalui nyamuk dan serangga lainnya semakin mengganas.
Perubahan temperatur, kelembaban nisbi, dan curah hujan yang ekstrim
mengakibatkan nyamuk lebih sering bertelur sehingga vector sebagai penular
penyakit pun bertambah dan sebagai dampak muncul berbagai penyakit, diantaranya
demam berdarah dan malaria.

Soemirat (2009) mengatakan malaria yang disebabkan oleh protozoa terdiri dari
empat jenis species yaitu plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana,
plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana, plasmodium falciparum
menyebabkan malaria tropika dan plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale.

Menurut Achmadi (2010) di Indonesia terdapat empat spesies plasmodium, yaitu:

5
a Plasmodium vivax, memiliki distribusi geografis terluas, mulai dari wilayah
beriklim dingin, subtropik hingga daerah tropik. Demam terjadi setiap 48 jam
atau setiap hari ketiga, pada siang atau sore. Masa inkubasi plasmodium vivax
antara 12 sampai 17 hari dan salah satu gejala adalah pembengkakan limpa atau
splenomegali.
b Plasmodium falciparum, plasmodium ini merupakan penyebab malaria tropika,
secara klinik berat dan dapat menimbulkan komplikasi berupa malaria celebral
dan fatal. Masa inkubasi malaria tropika ini sekitar 12 hari, dengan gejala nyeri
kepala, pegal linu, demam tidak begitu nyata, serta kadang dapat menimbulkan
gagal ginjal.
c Plasmodim ovale, masa inkubasi malaria dengan penyebab plasmodium ovale
adalah 12 sampai 17 hari, dengan gejala demam setiap 48 jam, relatif ringan dan
sembuh sendiri.
d Plasmodium malariae, merupakan penyebab malaria quartana yang memberikan
gejala demam setiap 72 jam. Malaria jenis ini umumnya terdapat pada daerah
gunung, dataran rendah pada daerah tropik, biasanya berlangsung tanpa gejala,
dan ditemukan secara tidak sengaja. Namun malaria jenis ini sering mengalami
kekambuhan (Achmadi, 2010).

2.3. Penyebab Malaria


Penyakit malaria disebabkan oleh bibit penyakit yang hidup di dalam darah manusia.
Bibit penyakit tersebut termasuk binatang bersel satu, tergolong amuba yang disebut
Plasmodium. Kerja plasmodium adalah merusak sel-sel darah merah. Dengan
perantara nyamuk anopheles, plasodium masuk ke dalam darah manusia dan
berkembang biak dengan membelah diri.

6
Ada empat macam plasmodium yang menyebabkan malaria:
a. Plasmodium vivax, penyebab malaria tersiana. Penyakit ini sukar disembuhkan
dan sulit kambuh.
b. Plasmodium falciparum, penyebab penyakit malaria tropika. Jenis malaria ini
bisa menimbulkan kematian.
c. Plasmodim ovale, penyebab penyakit malaria Ovale. Tidak terdapat di Indonesia.
d. Plasmodium malariae, penyebab malaria quartana. Di Indonesia penyakit ini
tidak banyak ditemukan.

2.4. Cara Penularan Malaria


1. Penularan Secara Alamiah (Natural Infection)
Penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles. Nyamuk ini jumlahnya
kurang lebih ada 80 jenis dan dari 80 jenis itu, hanya kurang lebih 16 jenis yang
menjadi vektor penyebar malaria di Indonesia. Penularan secara alamiah terjadi
melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi oleh Plasmodium.
Sebagian besar spesies menggigit pada senja dan menjelang malam hari.
Beberapa vektor mempunyai waktu puncak menggigit pada tengah malam dan
menjelang fajar. Setelah nyamuk Anopheles betina mengisap darah yang
mengandung parasit pada stadium seksual (gametosit), gamet jantan dan betina
bersatu membentuk ookinet di perut nyamuk yang kemudian menembus di
dinding perut nyamuk dan membentuk kista pada lapisan luar dimana ribuan
sporozoit dibentuk. Sporozoit-sporozoit tersebut siap untuk ditularkan. Pada saat
menggigit manusia, parasit malaria yang ada dalam tubuh nyamuk masuk ke
dalam darah manusia sehingga manusia tersebut terinfeksi lalu menjadi sakit.

2. Penularan Yang Tidak Alamiah


a) Malaria bawaan (congenital)terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena
ibunya menderita malaria. Penularan terjadi melalui tali pusat atau plasenta.
b) Secara mekanik : penularan terjadi melalui transfusi darah melalui jarum
suntik. Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para morfinis yang
menggunakan jarum suntik yang tidak steril.
c) Secara oral (melalui mulut): cara penularan ini pernah dibuktikan pada
burung, ayam (P. gallinasium), burung dara (P. relectum) dan monyet (P.
knowlesi). Pada umumnya sumber infeksi bagi malaria pada manusia adalah

7
manusia lain yang sakit malaria, baik dengan gejala maupun tanpa gejala
klinis.

Penyebaran keempat plasmodium malaria berbeda menurut geografi dan iklim.


Plasmodium Palciparum banyak ditemukan didaerah tropik beriklim panas dan basah.
Plasmodium vivax banyak ditemukan didaerah beriklim dingin, sub tropik sampai
daerah tropik, plasmodium ovale lebih banyak ditemukan di Afrika yang beriklim
tropik dan pasifik barat. Spesies yang banyak dijumpai di Indonesia adalah
plasmodium palciparum dan plasmodium vivax sedangkan plasmodium ovale pernah
ditemukan di Papua dan Nusa Tenggara Timur. Penyakit malaria dapat berakibat
menurunkan status kesehatan dan kemampuan bekerja penduduk dan menjadi
hambatan penting untuk pembangunan sosial dan ekonomi. Penduduk yang paling
berisiko terkena malaria adalah anak balita, wanita hamil dan penduduk non-imun
yang mengunjungi daerah endemik malaria seperti pekerja migran (khususnya
kehutanan, pertanian, pertambangan), pengungsi, transmigran dan wisatawan.

Seorang penderita malaria dapat diinfeksi oleh lebih dari satu jenis Plasmodium
yang disebut infeksi campuran (mixed infection). Biasanya paling banyak dua jenis
parasit, yakni campuran antara P. falciparum dengan P. vivax atau P. malariae.
Kadang-kadang dijumpai tiga jenis parasit sekaligus, meskipun hal ini jarang terjadi.
Infeksi campuran biasanya terdapat di daerah yang tinggi angka penularannya.

2.5. Determinan Sosial Terhadap Penyakit Malaria


Hubungan antara kondisi rumah dengan kejadian malaria dan orang yang tinggal
pada kondisi rumah yang kurang baik mempunyai risiko terkena malaria 8 kali lebih
besar dibanding dengan orang yang tinggal dengan kondisi rumah yang baik. Kondisi
rumah bukan faktor risiko malaria melainkan merupakan konfounding faktor yang
keberadaanya meningkatkan risiko terkena malaria.

Kejadian malaria berpengaruhi apabila penduduk rumah penduduk terbuat dari


papan,dengan lantai pasir pantai atau semen dan atap rumbia tanpa plafon/ langit-
langit yang merupakan kategori kondisi rumah yang kurang baik dan berpotensi

8
besar untuk masuknya nyamuk untuk beristirahat dan mencari darah. Makin tidak
baik kondisi perumahan, semakin besar risiko individu yang tinggal dirumah tersebut
untuk terinfeksi malaria.

Laporan WHO dalam Pusdatin menyatakan bahwa ketidaklengkapan rumah,


diantaranya dinding rumah tidak rapatakan menyebabkan nyamuk masuk,
beristirahat, dan menggigit manusia dalam rumah. Rumah dengan konstruksi yang
baik, dapat mengurangi kontak nyamuk dengan manusia sehingga memperkecil
risiko penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, sekalipun disekitar rumah tersebut
terdapat perindukan nyamuk.

Kondisi lingkungan luar rumah juga berhubungan dengan kejadian malaria dan
orang yang kondisi lingkungan rumahnya berisiko yaitu sekitar pantai, rawa-rawa,
bekas galian timah (kolong),genangan air, mempunyai risiko terkena malaria 15 kali
lebih besar dibanding dengan orang yang kondisi lingkungan luar rumahnya tidak
berisiko (daerah pemukiman penduduk, jauh dari pantai, rawa-rawa dan bekasgalian
timah).

Kondisi lingkungan luar rumah merupakan faktor risiko kejadian malaria,


orang yang tinggal dengan kondisi lingkungan luar rumah yang berisiko, mempunyai
risiko 6 kali lebih besar untuk terkena malaria dibandingkan orang yang tinggal
dengan lingkungan luar rumah yang tidak berisiko. Hal ini dikarenakan terdapat
hubungan antara adanya tempat perkembangbiakan (breeding place) nyamuk dengan
kejadian malaria.

Status sosial ekonomi tidak ada hubungan dengan kejadian malaria, hal ini karena
kejadian malaria tidak memandang status sosial ekonomi untuk terkena malaria,
faktor yang paling dominan adalah perilaku (baik kebiasaan keluar rumah malam hari
dan perilaku pencegahan malaria) serta kondisi lingkungan luar rumah.

Kondisi lingkungan kerja, juga memiliki hubungan dengan kejadian malaria dan
orang yang bekerja pada kondisi lingkungan kerja yang berisiko (daerah lubang

9
bekas galian timah (kolong), rawa-rawa, hutan, pantai), 4 kali lebih berisiko untuk
terkena malaria dari pada orang yang bekerja pada kondisi lingkungan kerja yang
tidak berisiko (dalam gedung). Kondisi lingkungan kerja bukan merupakan faktor
risiko malaria, melainkan merupakan konfounding faktor yang keberadaannya dapat
meningkatkan risiko, semakin dekat tempat tinggal dan tempat kerja dengan tempat
perkembangbiakan nyamuk (breeding place), semakin tinggi risiko terkena malaria.

Kondisi kerja merupakan determinan sosial kesehatan yang penting karena


sebagian besar waktu yang kita habiskan ada di tempat kerja kita. Orang yang paling
rentan terhadap masalah kesehatan yang rendah (buruk) adalah karena pendapatan
dan juga pendidikan mereka yang rendah yang mana paling mungkin untuk
mengalami kondisi kerja yang merugikan.

Kebiasaan keluar malam hari berhubungan dengan kejadian malaria dan orang
yang mempunyai kebiasaan keluar rumah pada malam hari 19 kali lebih berisiko
untuk terkena malaria dari pada orang yang tidak mempunyai kebiasaan keluar rumah
pada malam hari. Kebiasaan keluar rumah pada malam hari adalah faktor risiko yang
paling dominan untuk kejadian malaria.

Pelayanan kesehatan berhubungan dengan kejadian malaria dan orang dengan


dukungan pelayanan kesehatan yang rendah berisiko 4 kali lebih besar terkena
malaria dibandingkan orang dengan dukungan pelayanan kesehatan yang tinggi.
Pelayanan kesehatan bukan merupakan faktor risiko kejadian malaria, namun
merupakan faktor protektif yang mana pelayanan kesehatan yang rendah dapat
menurunkan risiko kejadian malaria sebesar 0,4 kali.

Kualitas pelayanan kesehatan yang tinggi adalah determinan sosial dari kesehatan
dan juga sebagai hak dasar manusia. Tujuan utama dari sistem pelayanan kesehatan
yang universal adalah untuk melindungi kesehatan warga dan penyebaran biaya
kesehatan pada seluruh masyarakat. Sebuah sistem pelayanan kesehatan universal
sangat efektif dalam melindungi warga negara yang berpendapatan rendah yang tidak
mampu membayar asuransi kesehatan swasta.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. WHO (2008) mendefinisikan determinan sosial kesehatan adalah
keadaan dimana orang dilahirkan, tumbuh, hidup dan sistem dimasukkan ke
dalam tempat untuk menangani penyakit.
2. Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit
(protozoa) dari genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk
Anopheles.
3. Penyakit malaria disebabkan oleh bibit penyakit yang hidup di dalam
darah manusia. Bibit penyakit tersebut termasuk binatang bersel satu, tergolong
amuba yang disebut Plasmodium.
4. Cara penularan malaria:
a. Penularan Secara Alamiah (Natural Infection): Penularan ini terjadi melalui
gigitan nyamuk Anopheles.
b. Penularan Yang Tidak Alamiah

11
a) Malaria bawaan (congenital)terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena
ibunya menderita malaria. Penularan terjadi melalui tali pusat atau
plasenta.
b) Secara mekanik : penularan terjadi melalui transfusi darah melalui jarum
suntik. Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para morfinis
yang menggunakan jarum suntik yang tidak steril.
c) Secara oral (melalui mulut): cara penularan ini pernah dibuktikan pada
burung, ayam (P. gallinasium), burung dara (P. relectum) dan monyet (P.
knowlesi). Pada umumnya sumber infeksi bagi malaria pada manusia
adalah manusia lain yang sakit malaria, baik dengan gejala maupun tanpa
gejala klinis.
5. Kondisi kerja merupakan determinan sosial kesehatan yang penting
karena sebagian besar waktu yang kita habiskan ada di tempat kerja kita. Orang
yang paling rentan terhadap masalah kesehatan yang rendah (buruk) adalah
karena pendapatan dan juga pendidikan mereka yang rendah yang mana paling
mungkin untuk mengalami kondisi kerja yang merugikan.

3.2 Saran
Demikianlah makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Masih banyak kesalahan dari penulisan kelompok kami karena terbatasnya
pengetahuan dan kami juga butuh saran/ kritikan yang membangun agar bisa menjadi
motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Determinan Sosial Kesehatan. Retrivied from


http://abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S021408029_bab1.pdf. Diakses pada
tanggal 4 September 2017

Aristanti, et al. 2014. Analisis Determinan Sosial Kesehatan dengan Kejadian


Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Puput. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Vol. 5, No. 2, Juli 2014. https://media.neliti.com/media/publications/57953-ID-
social-determinants-of-malaria-in-the-wo.pdf. (Diakses online pada tanggal 4
September 2017).

Arsin, A Arsunan. 2012. Malaria Di Indonesia. Makassar: Massagena Press

Hiswani. 2004. Gambaran Penyakit dan Vektor Malaria Di Indonesia. Retrivied from
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani11.pdf. Diakses pada tanggal 4
September 2017

13
14

Anda mungkin juga menyukai