Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat. Angka kesakitan penyakit ini masih cukup tinggi, terutama di daerah
Indonesia bagian timur. Di daerah trasmigrasi dimana terdapat campuran penduduk
yang berasal dari daerah yang endemis dan tidak endemis malaria, di daerah endemis
malaria masih sering terjadi letusan kejadian luar biasa (KLB) malaria Oleh karena
kejadian luar biasa ini menyebabkan insiden rate penyakit malaria masih tinggi di
daerah tersebut.
Malaria merupakan penyakit yang terdapat di daerah Tropis. Penyakit ini
sangat dipengarhi oleh kondisi.kondisi lingkungan yang memingkinkan nyamuk
untuk berkembang biak dan berpotensi melakukan kontak dengan manusia dan
menularkan parasit malaria. Contoh faktor-faktor lingkungan itu antara lain hujan,
suhu, kelembaban, arah dan kecepatan angin, ketinggian. Salah satu faktor
lingkungan yang juga mempengaruhi peningkatan kasus malaria adalah
penggundulan hutan terutama hutan-hutan bakau di pinggir pantai. Akibat
rusaknyalingkungan ini, nyamuk yang umumnya hanya tinggal di hutan, dapat
berpindah dipemukiman manusia, kerusakan hutan bakau dapat menghilangkan
musuh-musuh alami nyamuk sehingga kepadatan nyamuk menjadi tidak terkontrol.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Malaria?
2. Bagaimana epidemiologi Malaria?
3. Bagaimana etiologi Malaria?
4. Bagaimana patofisiologi Malaria?
5. Bagaimana siklus Malaria?
6. Bagaimana inkubasi Malaria?
7. Bagaimana cara penularan Malaria?
8. Bagaimana tindakan pencegahan Malaria?
9. Bagaimana pemberantasan Malaria?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengetian malaria
2. Untuk mengetahui epidemiologi malaria
3. Untuk mengetahui etiologi malaria
4. Untuk mengetahui patofisiologi Malaria
5. Untuk mengetahui siklus Malaria
6. Untuk mengetahui inkubasi Malaria
7. Untuk mengetahui cara penularan Malaria
8. Untuk mengetahui tindakan pencegahan Malaria
9. Untuk mengetahui pemberantasan Malaria

1
BAB II
PEMBAHASAN

2
2.1 Pengertian Malaria
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus
plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Istilah
malaria diambil dari dua kata bahasa Italia yaitu mal (buruk) dan area (udara) atau
udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan
bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai nama lain, seperti demam roma, demam
rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kura dan paludisme
(Prabowo, 2008).
WHO mencatat setiap tahunnya tidak kurang dari 1 hingga 2 juta penduduk
meninggal karena penyakit yang disebarluaskan nyamuk Anopheles. Penyakit malaria
juga dapat diakibatkan karena perubahan lingkungan sekitar seperti adanya
Pemanasan global yang terjadi saat ini mengakibatkan penyebaran penyakit parasitik
yang ditularkan melalui nyamuk dan serangga lainnya semakin mengganas.
Perubahan temperatur, kelembaban nisbi, dan curah hujan yang ekstrim
mengakibatkan nyamuk lebih sering bertelur sehingga vector sebagai penular
penyakit pun bertambah dan sebagai dampak muncul berbagai penyakit, diantaranya
demam berdarah dan malaria.
Soemirat (2009) mengatakan malaria yang disebabkan oleh protozoa terdiri
dari empat jenis species yaitu plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana,
plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana, plasmodium falciparum
menyebabkan malaria tropika dan plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale.
Menurut Achmadi (2010) di Indonesia terdapat empat spesies plasmodium,
yaitu:
a Plasmodium vivax, memiliki distribusi geografis terluas, mulai dari wilayah
beriklim dingin, subtropik hingga daerah tropik. Demam terjadi setiap 48 jam
atau setiap hari ketiga, pada siang atau sore. Masa inkubasi plasmodium vivax
antara 12 sampai 17 hari dan salah satu gejala adalah pembengkakan limpa
atau splenomegali.
b Plasmodium falciparum, plasmodium ini merupakan penyebab malaria
tropika, secara klinik berat dan dapat menimbulkan komplikasi berupa malaria
celebral dan fatal. Masa inkubasi malaria tropika ini sekitar 12 hari, dengan
gejala nyeri kepala, pegal linu, demam tidak begitu nyata, serta kadang dapat
menimbulkan gagal ginjal.
c Plasmodim ovale, masa inkubasi malaria dengan penyebab plasmodium ovale
adalah 12 sampai 17 hari, dengan gejala demam setiap 48 jam, relatif ringan
dan sembuh sendiri.
d Plasmodium malariae, merupakan penyebab malaria quartana yang
memberikan gejala demam setiap 72 jam. Malaria jenis ini umumnya terdapat
pada daerah gunung, dataran rendah pada daerah tropik, biasanya berlangsung

3
tanpa gejala, dan ditemukan secara tidak sengaja. Namun malaria jenis ini
sering mengalami kekambuhan (Achmadi, 2010).

2.2 Epidemiologi Malarai


1. Faktor Host
Secara alami, penduduk disuatu daerah endemis malaria yang mudah dan ada
yang sukar terinfeksi malaria, meskipun gejala klinisnya ringan. Perpindahan
penduduk dari dan ke daerah endemis malaria hingga kini masih
menimbulkan masalah. Sejak dahulu telah diketahui bahwa wabah penyakit
ini sering terjadi didaerah pemukiman baru, seperti di daerah perkebunan dan
transmigrasi. Hal ini terjadi karena para pekerja yang datang dari daerah lain
belum mempunyai kekebalan sehingga rentan terinfeksi.
Kerentanan manusia terhadap penyakit malaria berbeda-beda. Ada
manusia yang rentan, yang dapat tertular oleh penyakit malaria, tetapi ada
pula yang lebih kebal dan tidak mudah tertular oleh penyakit malaria.
2. Faktor Agent (penyebab)
Penyakit malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk
anopheles betina. Spesies anopheles diseluruh dunia terdapat sekitar 2.000
spesies dan 60 spesies diantaranya diketahui sebagai penular malaria. Spesies
anopheles di Indonesia ada sekitar 80 jenis dan 24 spesies diantaranya telah
terbukti penular penyakit malaria.
Nyamuk anopheles hidup di daerah beriklim tropis dan subtropis,
tetapi juga bisa hidup di daerah yang beriklim sedang. Nyamuk ini jarang
ditemukan pada daerah ketinggian lebih dari 2.000-2.500 m. Tempat
perindukannya bervariasi (tergantung spesiesnya) dan dapat dibagi menjadi
tiga kawasan yaitu pantai, pedalaman, dan kaki gunung.Nyamuk anopheles
betina biasanya menggigit manusia pada malam hari atau sejak senja hingga
subuh. Jarak terbangnya tidak lebih dari 0,5-3 km dari tempat perindukannya
(Prabowo, 2008 dalam Natalia, 2010).
Nyamuk anopheles biasa meletakkan telurnya diatas permukaan air
satu persatu.Telur dapat bertahan hidup dalam waktu cukup lama dalam
bentuk dorman. Bila air cukup tersedia, telur-telur tersebut biasanya menetas
2-3 hari setelah diletakkan. Nyamuk anopheles sering disebut nyamuk malaria
karena banyak jenis nyamuk ini yang menularkan penyakit malaria (Sembel,
2009 dalam Natalia, 2010).
3. Faktor environment (lingkungan)
Keadaan lingkungan berpengaruh besar terhadap ada tidaknya malaria di
suatu daerah. Keberadaan air payau,genangan air hutan, persawahan, tambak
ikan, pembukaan hutan dan pertambangan di suatu daerah akan meningkatkan
kemungkinan timbulnya penyakit malaria karena tempat-tempat tersebut

4
merupakan tempat perindukan nyamuk malaria (Prabowo, 2008 dalam
Natalia, 2010). Hal ini diperburuk dengan adanya perpindahan penduduk dari
daerah endemis ke daerah bebas malaria dan sebaliknya (Mursito, 2002 dalam
Natalia, 2010).
Tidak semua daerah yang dimasuki penderita malaria akan terjangkit
malaria. Jika di daerah tersebut tidak terdapat nyamuk malaria, penularan
penyakit tersebut tidak akan terjadi. Demikian pula sebaliknya, sekalipun di
suatu daerah terdapat nyamuk malaria tetapi jika di daerah tersebut tidak ada
penderita malaria, penularan malaria tidak akan terjadi. Suatu daerah akan
terjangkit penyakit malaria apabila di daerah itu ada nyamuk malaria yang
pernah menggigit penderita malaria (Mursito, 2002 dalam Natalia 2010)

2.3 Etiologi Malaria


Penyakit malaria disebabkan oleh bibit penyakit yang hidup di dalam darah manusia.
Bibit penyakit tersebut termasuk binatang bersel satu, tergolong amuba yang disebut
Plasmodium. Kerja plasmodium adalah merusak sel-sel darah merah. Dengan
perantara nyamuk anopheles, plasodium masuk ke dalam darah manusian dan
berkembang biak dengan membelah diri.
Ada empat macam plasmodium yang menyebabkan malaria:
a. Plasmodium vivax, penyebab malaria tersiana. Penyakit ini sukar
disembuhkan dan sulit kambuh.
b. Plasmodium falciparum, penyebab penyakit malaria tropika. Jenis malaria ini
bisa menimbulkan kematian.
c. Plasmodim ovale, penyebab penyakit malaria Ovale. Tidak terdapat di
Indonesia.
d. Plasmodium malariae, penyebab malaria quartana. Di Indonesia penyakit ini
tidak banyak ditemukan.

2.4 Patofisiologi Malaria


Ada 4 patologi yang terjadi pada malaria, yaitu demam, anemia, imunopatologi dan
anoksia jaringan, yang disebabkan oleh perlengketan eritrosit yang terinfeksi pada
endotel kapiler.
Demam paroksimal berbeda untuk keempat spesies tergantung dari lama
manutaskizonnya. Serangan demam disebabkan pecahnya eritrosit sewaktu fase
skizogom eritrositik dan masuknya merozoit kedalam sirkulasi darah. Demam
mengakibatkan terjadinya vasoaktif yang diproduksi oleh parasit. Setelah merozoit
masuk dan menginfeksi eritrosit yang baru, demam turun dengan cepat sehingga
penderita merasa kepanasan dan berkeringat banyak. Anemia disebabkan oleh
destruksi eritrosit yang berlebihan, hemolisis autoimun dan gangguan eritropoesis.

5
Diduga terdapat toksin malaria yang disebabkan gangguan fungsi eritrosit dan
sebagian eritrosit pecah saat melalui limpa dan keluarlah parasit. Splenomegali
disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah eritrosit yang ter infeksi parasit sehingga
terjadi aktivitas system RES untuk memfagositosis eritrosit baik yang terifeksi
maupun yang tidak. Kelainan patologik pembuluh darah kapiler disebabkan karena
eritrosit yang terinfeksi menjadi kaku dan lengket, perjalanannya dalam kapiler
terganggu sehingga mekat pada endotel kapiler, timbul hipoksia atau anoriksia
jaringan. Juga terjadi gangguan integritas kapiler sehingga terjadi pembesaran
plasma. Monosit atau makrofag merupakan partisipan selalu terpenting dalam
fagositosis eritrosit yang terinfeksi (Soegijanto, 2004: 5).

2.5 Siklus Malaria


Plasmodium akan mengalami dua siklus. Siklus aseksual (skizogoni) terjadi pada
tubuh manusia, sedangkan siklus seksual (sporogoni) terjadi pada nyamuk. Siklus
seksual dimulai dengan bersatunya gamet jantan dan betina untuk membentuk
ookinet dalam perut nyamuk. Ookinet akan menembus dinding lambung untuk
membentuk kista di selaput luar lambung nyamuk. Waktu yang diperlukan sampai
pada proses ini adalah 8-35 hari, tergantung dari situasi lingkungan dan jenis parasit.
Pada tempat inilah kista akan membentuk ribuan sporozoit yang terlepas dan
kemudian tersebar ke seluruh organ nyamuk termasuk kelenjar ludah nyamuk. Pada
kelenjar inilah sporozoit menjadi matang dan siap ditularkan bila nyamuk menggigit
manusia (Widoyono, 2005).
Menurut Garcia dkk (1996), apabila nyamuk yang terinfeksi plasmodium dari
penderita menggigit manusia yang sehat maka sporozoit yang terdapat dalam kelenjar
12 ludah nyamuk dimasukkan melalui luka tusuk. Dalam satu jam bentuk efektif ini
terbawa oleh darah menuju hati kemudian masuk ke sel parenkim hati dan mulai
perkembangan siklus preeritrosit atau ekso-eritrositik primer. Sporozoit akan menjadi
bulat atau lonjong dan mulai membelah dengan cepat. Hasil skizogoni tersebut adalah
merozoit eksoeritrosit dalam jumlah besar.
Manusia yang tergigit nyamuk infektif akan mengalami gejala sesuai dengan
jumlah sporozoit, kualitas plasmodium, dan daya tahan tubuhnya. Sporozoit akan
memulai stadium eksoeritrositer dengan masuk ke sel hati. Di hati sporozoit matang
menjadi skizon yang akan pecah dan melepaskan merozoit jaringan. Merozoit akan
memasuki darah dan menginfeksi eritrosit untuk memulai siklus eritrositer. Merozoit
dalam eritrosit akan mengalami perubahan morfologi yaitu : merozoit menjadi bentuk
cincin selanjutnya trofozoit dan terakhir menjadi merozoit. Proses perubahan ini
memerlukan waktu 2-3 hari. Di antara merozoit-merozoit tersebut akan ada yang
berkembang membentuk gametosit untuk kembali memulai siklus seksual menjadi

6
mikrogamet (jantan) dan makrogamet (betina). Eritrosit yang terinfeksi biasanya
pecah yang bermanifestasi pada gejala klinis (Widoyono, 2005).
Pecahnya sel darah merah yang terinfeksi plasmodium ini menyebabkan
timbulnya gejala demam disertai mengigil dan menyebabkan anemia (Depkes, 2001
dalam Moonti, 2012). Jika ada nyamuk yang menggigit manusia yang terinfeksi ini,
maka gametosit yang ada pada darah manusia akan terhisap oleh nyamuk. Dengan
demikian, siklus seksual pada nyamuk dimulai, demikian seterusnya penularan
malaria (Widoyono, 2005)

2.6 Masa Inkubasi Malaria


Umumnya gejala dimulai dari hari ke 10 hingga 4 minggu sesudah infeksi, meskipun
ada juga yang jatuh sakit pada hari ke 8 atau hingga 1 tahun kemudian (Tapan, 2004).
Masa inkubasi malaria sekitar 7-30 hari tergantung spesiesnya. P. falciparum
memerlukan waktu 7-14 hari, P. vivax dan P. ovale 8-14 hari, sedangkan P. malariae
memerlukan waktu 7-30 hari (Widoyono, 2005).
Infeksi dapat terjadi dengan 2 cara : yaitu 1) secara alami melalui vektor, bila
sporozoit dimasukkan ke dalam badan manusia dengan tusukan nyamuk dan 2) secara
14 induksi (incuded), bila stadium aseksual dalam eritrosit tidak sengaja masuk dalam
badan manusia melalui darah, misalnya dengan transfusi, suntikan, secara kongen
(bayi baru lahir mendapat infeksi dari ibu yang menderita malaria melalui darah
plasenta)
2.7 Cara Penularan Malaria
Penyakit malaria dikenal ada berbagai cara penularan malaria:
1. Penularan secara alamiah (natural infection) penularan ini terjadi melalui
gigitan nyamuk anopheles. Sumber infeksi malaria pada manusia selalu sangat
dekat dengan seseorang, apakah sebagai penderita malaria atau
karier(pembawa).
2. Penularan yang tidak alamiah.
a. Malaria bawaan (congenital). Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan
karena ibunya menderita malaria, penularan terjadi melalui tali pusat atau
placenta.
b. Secara mekanik. Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui
jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik yang tidak steril lagi. Cara
penularan ini pernah dilaporkan terjadi disalah satu rumah sakit di
Bandung pada tahun 1981, pada penderita yang dirawat dan mendapatkan
suntikan intra vena dengan menggunakan alat suntik yang dipergunakan
untuk menyuntik beberapa pasien, dimana alat suntik itu seharusnya
dibuang sekali pakai (disposeble).

7
c. Secara oral (Melalui Mulut). Cara penularan ini pernah dibuktikan pada
burung, ayam (P.gallinasium) burung dara (P.Relection) dan monyet
(P.Knowlesi).
Pada umumnya sumber infeksi bagi malaria pada manusia adalah manusia
lain yang sakit malaria baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis. Kecuali bagi 5
simpanse di Afrika yang dapat terinfeksi oleh Penyakit Malaria, belum diketahui ada
hewan lain yang dapat menjadi sumber bagi plasmodia yang biasanya menyerang
manusia Infeksi malaria pada waktu yang lalu sengaja dilakukan untuk mengobati
penderita neurosifilis yaitu penderita sifilis yang sudah mengalami kelainan pada
susunan sarafnya cara ini sekarang tidak pernah lagi dilakukan. Beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya penularan alamiah seperti adanya gametosit pada penderita,
umur nyamuk kontak antara manusia dengan nyamuk dan lain-lain.

2.8 Tindakan Pencegahan


Pencegahan malaria secara garis besar mencakup tiga aspek sebagai berikut:
a. Mengurangi pengandung gametosit yang merupakan sumber infeksi (reservoar).
Hal tersebut dapat dicegah dengan jalan mengobati penderita malaria akut
dengan obat yang efektif terhadap fase awal dari siklus eritrosit aseksual
sehingga gametosit tidak sempat terbentuk didalam darah penderita. Selain itu,
jika gametosit telah terbentuk dapat dipakai jenis obat yang secara spesifik dapat
membunuh gametosit (obat gametosida).
b. Memberantas nyamuk sebagai vektor malaria
Memberantas nyamuk dapat dilakukan dengan menghilangkan tempat-tempat
perindukan nyamuk, membunuh larva atau jentik dan membunuh nyamuk
dewasa. Pengendalian tempat perindukan dapat dilakukan dengan menyingkirkan
tumbuhan air yang menghalangi aliran air, melancarkan aliran saluran air dan
menimbun lubang-lubang yang mengandung air.
Jentik nyamuk diberantas dengan menggunakan solar atau oli yang
dituangkan ke air, memakai insektisida, memelihara ikan pemangsa jentik
nyamuk (ikan kepala timah atau Gambusia Affinis), memelihara Crustacea kecil
pemangsa jentik (Genus Mesocyclops) atau memanfaatkan bakteri Bacillus
thuringiensis yang menginfeksi dan membunuh jentik nyamuk. Untuk negara-
negara berkembang, telah ditemukan teknologi sederhana untuk
mengembangbiakkan bakteri di atas dengan memakai air kelapa sebagai media
kulturnya.
Nyamuk dewasa dapat diberantas dengan menggunakan insektisida, biasanya
dengan cara disemprotkan. Peran DDT sekarang diganti oleh insektisida sintetis
dari golongan kimia lain, yang masih efektif. Akhir-akhir ini telah dikembangkan

8
teknik genetika untuk mensterilkan nyamuk Anopheles dewasa (Putu Sutisna,
2003).
c. Melindungi orang yang rentan dan berisiko terinfeksi malaria
Secara prinsip upaya ini dikerjakan dengan cara sebagai berikut:
1. Mencegah gigitan nyamuk
2. Memberikan obat-obat untuk mencegah penularan malaria
3. Memberi vaksinasi (belum diterapkan secara luas dan masih dalam tahap
riset atau percobaan di lapangan).

2.9 Pemberantasan Malaria


Global Fund menetapkan strategi pemberantasan malaria berdasarkan pada hasil
penelitian para ahli malaria di seluruh dunia. Prinsip strategi tersebut adalah:
1. Mencegah gigitan nyamuk (jenis anopheles, yang membawa parasit malaria);
2. Mengobati sumber parasit malaria (jenis plasmodium), yang adalah para
penderita Malaria yang sedang sakit;
3. Memberantas sarang nyamuk.
Oleh karena itu, program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Mendorong penduduk di daerah endemis malaria untuk menghindarkan diri dari
gigitan nyamuk, khususnya pada waktu tidur memakai kelambu. Global Fund
menyediakan kelambu-kelambu yang dicelup obat anti nyamuk. Departemen
Kesehatan dan PERDHAKI di persilakan untuk membagikan kelambu-kelambu
tersebut kepada penduduk yang hidup di daerah endemis malaria.
b. Setiap orang yang positif mengidap penyakit malaria diobati sampai tuntas,
menggunakan obat anti malaria yang ampuh. Positif atau tidaknya seseorang
yang diduga sakit malaria, harus dibuktikan dengan pemeriksaan darah penderita,
baik dengan pemeriksaan mikroskop atau dengan kertas tes (RDT= Rapid
Diagnostic Test, apabila tidak tersedia peralatan mikroskop atau tidak tersedia
tenaga laboratorium/analis yang mampu melakukan pemeriksaan dengan
mikroskop).
c. Menganjurkan penduduk untuk memberantas sarang nyamuk yang berada di
sekitar rumahnya, seperti kubangan-kubangan air atau wadah-wadah bekas yang
berisi air tergenang.
Pemberantasan penyakit menular dilakukan dengan 4 fase yakni:
1. Fase persiapan: fase ini biasanya dilakukan dengan pengenalan pada wilayah,
penyediaan tenaga, bahan, alat serta kendaraan yang disiapkan
2. Fase penyerangan: fase ini dilakukan dengan teknik penyemprotan rumah dengan
menggunakan insektisida yang memiliki efek dari residual yang disertai dengan
PCD dan juga ACD
3. Fase konsplidasi: fase ini biasanya dimulai jika Annual Parasite Insidence yang
terjadi kurang dari 1%. Kegiatan yang paling penting adalah misalnya PCD dan

9
juga ACD. Fase ini biasanya akan berakhir selama 3 tahun dengan berturut-turut
tidak ditemukan lagi adanya kasus penyakit malaria indigenous
4. Fase pemeliharaan atau maintenance. Fase ini biasanya akan berjalan dengan
beberapa tahun untuk bisa terbebas penyakit malaria oleh tim WHO setelah
memenuhi beberapa syarat antara lain dengan berfungsinya suatu jaringan
pelayanan kesehatan secara primer
Pemberantasan vektor dilakukan dengan cara membunuh nyamuk dewasa
(penyemprotan rumah dengan menggunakan insektisida), membunuh jentik
kegiatan anti larva) dan menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan.
Penyemprotan rumah prinsipnya memperpendek umur nyamuk dengan dibunuhnya
nyamuk maka parasit yang ada dalam tubuh, pertumbuhannya tidak sampai selesai,
sehingga penyebarannya/transmisi penyakit dapat terputus. Demikian juga kegiatan
larva dan mengurangi atau menghilangkan tempat-tempat perindukan, sehingga
perkembangan jumlah (density) nyamuk dapat dikurangi dan akan berpengaruh
terhadap terjadinya transmisi penyakit malaria.

BAB III
PENUTUP

10
3.1 Kesimpulan
1. Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari
genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles.
2. Epidemiologi malaria: Faktor host, faktor agent, faktor environment
3. Penyakit malaria disebabkan oleh bibit penyakit yang hidup di dalam darah
manusia. Bibit penyakit tersebut termasuk binatang bersel satu, tergolong
amuba yang disebut Plasmodium. Kerja plasmodium adalah merusak sel-sel
darah merah. Dengan perantara nyamuk anopheles, plasodium masuk ke
dalam darah manusian dan berkembang biak dengan membelah diri
4. Ada 4 patologi yang terjadi pada malaria, yaitu demam, anemia,
imunopatologi dan anoksia jaringan, yang disebabkan oleh perlengketan
eritrosit yang terinfeksi pada endotel kapiler.
5. Plasmodium akan mengalami dua siklus. Siklus aseksual (skizogoni) terjadi
pada tubuh manusia, sedangkan siklus seksual (sporogoni) terjadi pada
nyamuk.
6. Masa inkubasi malaria sekitar 7-30 hari tergantung spesiesnya. P. falciparum
memerlukan waktu 7-14 hari, P. vivax dan P. ovale 8-14 hari, sedangkan P.
malariae memerlukan waktu 7-30 hari
7. Penyakit malaria dikenal ada berbagai cara penularan malaria:
a. Penularan secara alamiah (natural infection) penularan ini terjadi melalui
gigitan nyamuk anopheles. Sumber infeksi malaria pada manusia selalu
sangat dekat dengan seseorang, apakah sebagai penderita malaria atau
karier(pembawa).
b. Penularan yang tidak alamiah.
1. Malaria bawaan (congenital). Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan
karena ibunya menderita malaria, penularan terjadi melalui tali pusat
atau placenta.
2. Secara mekanik. Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui
jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik yang tidak steril lagi.
Cara penularan ini pernah dilaporkan terjadi disalah satu rumah sakit
di Bandung pada tahun 1981, pada penderita yang dirawat dan
mendapatkan suntikan intra vena dengan menggunakan alat suntik
yang dipergunakan untuk menyuntik beberapa pasien, dimana alat
suntik itu seharusnya dibuang sekali pakai (disposeble).
3. Secara oral (Melalui Mulut). Cara penularan ini pernah dibuktikan
pada burung, ayam (P.gallinasium) burung dara (P.Relection) dan
monyet (P.Knowlesi).
8. Tindakan pencegahan
1. Mengurangi pengandung gametosit yang merupakan sumber infeksi
(reservoar).
2. Memberantas nyamuk sebagai vektor malaria

11
3. Melindungi orang yang rentan dan berisiko terinfeksi malaria
9. Pemberantasan penyakit menular dilakukan dengan 4 fase yakni:
a. Fase persiapan: fase ini biasanya dilakukan dengan pengenalan pada
wilayah, penyediaan tenaga, bahan, alat serta kendaraan yang disiapkan
b. Fase penyerangan: fase ini dilakukan dengan teknik penyemprotan rumah
dengan menggunakan insektisida yang memiliki efek dari residual yang
disertai dengan PCD dan juga ACD
c. Fase konsplidasi: fase ini biasanya dimulai jika Annual Parasite Insidence
yang terjadi kurang dari 1%. Kegiatan yang paling penting adalah
misalnya PCD dan juga ACD. Fase ini biasanya akan berakhir selama 3
tahun dengan berturut-turut tidak ditemukan lagi adanya kasus penyakit
malaria indigenous
d. Fase pemeliharaan atau maintenance. Fase ini biasanya akan berjalan
dengan beberapa tahun untuk bisa terbebas penyakit malaria oleh tim
WHO setelah memenuhi beberapa syarat antara lain dengan berfungsinya
suatu jaringan pelayanan kesehatan secara primer

3.2 Saran
Demikianlah makalah yang saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Masih banyak kesalahan dari penulisan kelompok saya karena terbatasnya
pengetahuan dan saya juga butuh saran/ kritikan yang membangun agar bisa menjadi
motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Hiswani. 2004. Gambaran Penyakit dan Vektor Malaria Di Indonesia.


(Online)
(http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani11.pdf)

12
Arsin, A Arsunan. 2012. Malaria Di Indonesia. (online)
(http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3109/MALARIA_Layout.
pdf)

Anonim. Pemberantasan dan Pengobatan Penyakit Malaria. (online)


(http://penyakitmalaria.org/pemberantasan-dan-pengobatan-penyakit-malaria/)

PERDHAKI. 2015. Program Pemberantasan Malaria Di Kalimantan dan Sulawesi.


(online)
(http://www.perdhaki.org/content/program-pemberantasan-malaria-di-kalimantan-
dan-sulawesi)

13

Anda mungkin juga menyukai