PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kegiatan perencanaan gizi di Indonesia telah mulai dilakukan dari Pelita I. Pada
awal-awal pelaksanaannya perencanaan gizi dilandasi oleh informasi yang sangat
terbatas, berasal dari hasil-hasil penelitian di berbagai daerah, sehingga sering
menggambarkan keadaan yang kurang tepat bagi seluruh wilayah Indonesia.
Didorong oleh permasalahan yang dihadapi terutama masalah rawan pangan
di berbagai daerah, memicu minat kalangan gizi di Indonesia untuk mulai melakukan
kegiatan-kegiatan ke arah pengembangan suatu sistem sesuai dengan kebutuhan dan
situasi di Indonesia. Pemerintah pun menganggap Sistem Kewaspadaan Pangan dan
Gizi (SKPG) penting dan sudah waktunya untuk dikembangkan untuk menunjang
usaha pembangunan yang semakin meningkat. Prinsip-prinsip yang selanjutnya
digunakan sebagai penuntun dalam upaya pengembangan SKPG di Indonesia, antara
lain: (a) SKPG dikembangkan secara bertahap dengan memperhatikan tujuan-tujuan
SKPG yang hendak dicapai, (b) pengembangan SKPG dipusatkan pada salah satu
masalah gizi yang penting dan menjadi prioritas, (c) pengembangan SKPG
semaksimal mungkin memanfaatkan apa yang sudah ada, baik data maupun
organisasi.
Pendekatan yang digunakan untuk tujuan tersebut di atas dimulai dengan
menyusun suatu rencana usulan proyek pengembangan SKPG di Indonesia pada
tahun 1979. Proyek penelitian dan pengembangan SKPG dilaksanakan di Kabupaten
Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat dan Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah dengan
dukungan dari Cornell University Amerika Serikat. Dari pilot proyek di Lombok
Tengah dan Boyolali diperoleh proses pengembangan Sistem Isyarat Dini untuk
Intervensi (SIDI). Pilot proyek ini selanjutnya diaplikasikan di seluruh Indonesia.
Dalam perkembangan selanjutnya masalah pangan dan gizi dapat terjadi setiap waktu
dan tidak hanya tergantung pada kegagalan produksi. Oleh karena itu dalam periode
1990-1997 SKPG dikembangkan dengan lingkup yang lebih luas ke seluruh
Indonesia, dengan komponen kegiatan terdiri dari: (1) Sistem Isyarat Dini untuk
Intervensi (SIDI), (2) Pemantauan Status Gizi, dan (3) Jejaring Informasi Pangan dan
Gizi (JIPG). SKPG sampai saat ini masih dirasakan sangat penting sebagaimana
dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten dan Kota, dimana sebagian aspek-aspek penanganan
kerawanan pangan merupakan urusan daerah. Pemerintahan Provinsi mempunyai
kewajiban: (1) pencegahan dan pengendalian masalah pangan akibat menurunnya
ketersediaan pangan di daerah karena berbagai sebab; (2) pencegahan dan
penanggulangan masalah 7 pangan sebagai akibat menurunya mutu, gizi dan
keamanan pangan; (3) peningkatan dan pencegahan penurunan akses pangan
masyarakat; dan (4) penanganan dan pengendalian kerawanan pangan di wilayah
provinsi. Pemerintahan Kabupaten/Kota mempunyai kewajiban penanganan urusan
ketahanan pangan yang terkait dengan SKPG seperti: (1) melakukan identifikasi
kelompok rawan pangan di kabupaten; (2) melakukan penanganan penyaluran pangan
untuk kelompok rawan pangan tingkat kabupaten; (3) melakukan pencegahan dan
pengendalian, serta penanggulangan masalah pangan sebagai akibat penurunan akses
pangan, mutu, gizi, ketersediaan dan keamanan pangan; (4) melakukan pengumpulan
dan analisis informasi ketahanan pangan kabupaten untuk penyusunan kebijakan
ketahanan pangan tingkat provinsi dan nasional.
1.2
1.3
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi?
2. Apa ruang lingkup Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi?
3. Apa Tujuan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi?
4. Apa manfaat Sistem Kewaspadaan Pangan dan Giz?
5. Apa indikator Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi?
6. Bagaimana pelaporan dan evaluasi Sistem Kewaspadaan Pangan dan
Gizi?
7. Bagaimana pengorganisasia Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi?
Tujuan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pedoman Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi merupakan serangkaian proses untik
mengantisipasi kejadian rawan pangan dan gizi melalui pengumpulan, pemprosesan,
penyimpanan, analisis, dan penyebaran informasi situasi pangan dan gizi.
Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) adalah suatu sistem
pendeteksian dan pengelolaan informasi tentang situasi pangan dan gizi yang berjalan
terus menerus. Informasi yang dihasilkan menjadi dasar perencanaan, penentuan
kebijakan, koordinasi program, dan kegiatan penanggulangan rawan pangan dan gizi.
Kerawanan pangan di Indonesia dapat diketahui dari tingkat kecukupan gizi
masyarakat yang diukur dari Angka Kecukupan Gizi (AKG). AKG merupakan tingkat
konsumsi zat- zat gizi esensial yang dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi
hampir semua orang sehat di suatu negara. AKG diperoleh dari data Susenas BPS
yang dikumpulkan setiap triwulan dalam tahun. Angka kecukupan konsumsi kalori
penduduk Indonesia per kapita per hari berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan
dan Gizi VIII (WNPG) 2004 adalah 2000 kkal. Persentase rawan pangan berdasar
angka kecukupan gizi (AKG) suatu daerah, dihitung dengan menjumlahkan penduduk
dengan konsumsi kalori kurang dari 1400 kkal (70% AKG) perkapita dibagi dengan
jumlah penduduk pada golongan pengeluaran tertentu. Tahun 2008 sampai dengan
saat ini terjadi peningkatan persentase jumlah penduduk rawan pangan setiap tahun
(Tabel 1).
2008
2009
2010
70%-89,9% AKG
N (x1
%
juta)
25,11
33,29
35,71
juta)
62,38
72,72
72,74
11,07
14,47
15,34
27,50
31,62
31,12
90% AKG
N (x1 juta)
%
139,34
123,96
124,61
61,43
53,90
53,53
2011
42,08
17,41
2012
47,64
19,46
Keterangan: N = Jumlah penduduk Indonesia;
78,48
80,57
32,48
32,91
121,01
116,61
50,10
47,63
2.3
2.4
a
b
c
2.5
dibagi menjadi dua komponen, yaitu situasi pangan dan situasi gizi. Situasi pangan
mencakup dua aspek pembahasan, yaitu aspek ketersediaan dan aspek akses. Aspek
ketersediaan berkaitan dengan kenaikan atau penurunan produksi bahan pangan yang
berpengaruh pada kecukupan konsumsi bahan pangan. Sedangkan aspek akses
berkaitan dengan fluktuasi harga pangan dan berpengaruh pada daya beli masyarakat
untuk mengakses bahan pangan. Situasi gizi suatu masyarakat berkaitan dengan
kondisi kesehatan balita, dimana berpengaruh pada tumbuh kembang balita. Situasi
tersebut akan menggambarkan kondisi kecukupan pangan suatu daerah dan potensi
terjadinya ketidakcukupan pangan.
1. Analisis SKPG Bulanan
a. Ketersediaan Pangan
Indikator yang digunakan pada aspek ketersediaan adalah luas tanam dan luas puso
dari empat komoditas, yaitu padi, jagung, ubi kayu dan ubi jalar. Berdasarkan
analisis, akan diperoleh persentase luas tanam dan luas puso pada bulan
berjalan/bulan analisis dibanding dengan rata-rata luas tanam bulan bersangkutan
lima tahun terakhir. Nilai persentase yang dihasilkan akan menunjukan tingkat rawan
pangan wilayah tersebut.
Tabel 2. Presentase Peningkatan/Penurunan Luas Tanam dan Luas Puso
No
1
Persentase (r)
Indikator
Persentase luas tanam bulan
berjalan dibandingkan dengan ratarata
luas tanam bulan
bersangkutan 5 tahun terakhir
9
(%)
r5
-5 r < 5
-r < -5
Bobot
1= aman
2= waspada
3= rawan
r < -5
5 r < -5
r>5
1= aman
2= waspada
3= rawan
b. Akses Pangan
Aspek akses pada analisis SKPG bulanan menggunakan indikator fluktuasi delapan
komoditas harga pangan. Hasil analisis akan menghasilkan persentase rata-rata harga
bulan berjalan delapan komoditas dibandingkan dengan rata-rata harga tiga bulan
sebelumnya. Berdasarkan nilai persentase yang dihasilkan akan menunjukan tingkat
rawan pangan wilayah tersebut.
Persentase (r)
(%)
Indikator
Persentase rata-rata harga bulan
berjalan komoditas beras
dibandingkan dengan rata-rata harga
3 bulan terakhir
Persentase rata-rata harga bulan
berjalan komoditas jagung
dibandingkan dengan rata-rata harga
3 bulan terakhir
Persentase rata-rata harga bulan
berjalan komoditas ubi kayu
dibandingkan dengan rata-rata harga
3 bulan terakhir
Persentase rata-rata harga bulan
berjalan komoditas ubi jalar
dibandingkan dengan rata-rata harga
3 bulan terakhir
Persentase rata-rata harga bulan
berjalan komoditas gula
10
Bobot
r<5
5 r 20
r > 20
1= aman
2= waspada
3= rawan
r<5
5 r 15
1= aman
2= waspada
> 15
r<5
5 r 15
>15
r<5
5 r 15
> 15
r<5
5 r 15
3= rawan
1= aman
2= waspada
3= rawan
1 = Aman
2 = Waspada
3 = Rawan
1 = Aman
2 = Waspada
> 15
3 = Rawan
r<5
5 r 15
1 = Aman
2 = Waspada
> 15
3 = Rawan
r<5
5 r 15
1 = Aman
2 = Waspada
> 15
3 = Rawan
r<5
5 r 15
1 = Aman
2 = Waspada
> 15
3 = Rawan
Persentase (r)
Indikator
1 = Aman
2 = Waspada
3 = Rawan
r<5
1 = Aman
5 r 10
2 = Waspada
> 10
11
Bobot
(%)
r > 90
80 r 90
< 80
3 = Rawan
r < 10
10 r 20
1= Aman
2= Waspada
> 20
3= Rawan
Nilai (r)
r > 1,14
Bobot
1
Warna
Hijau
Kuning
r < 0,90
Merah
12
Bobot
1
Warna
Hijau
Sejahtera I
20 r < 40
Kuning
40
Merah
2.6
Bobot
1
2
3
Warna
Hijau
Kuning
Merah
13
14
BAB III
15
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) adalah suatu sistem
pendeteksian dan pengelolaan informasi tentang situasi pangan dan gizi yang
berjalan terus menerus. Informasi yang dihasilkan menjadi dasar perencanaan,
penentuan kebijakan, koordinasi program, dan kegiatan penanggulangan
rawan pangan dan gizi
2. Tujuan sistem kewaspadaan pangan dan gizi: (a). Menyediakan data dan
informasi tentang keadaan pangan dan gizi secara rutin yang digunakan
pengambilan keputusan pemerintah di berbagai tingkat administrasi yang
berkaitan dengan penyusunan prioritas dan pengaturan sumberdaya dan dana
dalam memenuhi kebutuhan program pangan dan gizi. (b). Menghasilkan
benchmark setiap indikator yang digunakan yang digunakan dalam
menentukan situasi pangan dan gizi di suatu daerah
3. Manfaat sistem kewaspadaan pangan dan gizi: (a). bagi kepala daerah. (b).
Bagi pengelola program. (c). Bagi masyarakat
4. Ruang lingkup kegiatan SKPG terdiri dari pengumpulan, pemrosesan,
penyimpanan, analisis, dan penyebaran informasi situasi pangan dan gizi serta
investigasi mendalam (indepth investigation) bagi desa yang diindikasikan
akan terjadi kerawanan pangan dan gizi.
5. Pelaksanaan sistem kewaspadaan pangan dan gizi: data yang dikumpilkan
dan pengolahan, analisis data
3.2
Saran
Makalah ini dibuat oleh kami, yang hanyalah seorang manusia dan sudah
pasti masih belum sempurna. Untuk itu, disarankan kepada pembaca agar ketika
masih belum mengerti tentang materi ini, pembaca bisa mencaritahu melalui media-
16
media yang lain. Dan kami berharap ada kritik dan nasehat yang membangun untuk
perbaikan makalah ini selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi. (online),
(http://bkp.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/PENGANTARSKPG.pdf)
17
18