Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH DESA SIAGA

Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas

Dosen : H. Dr. Omo Sutomo, SKM, M. Kes (OS)

Di Susun Oleh :

KELOMPOK I KELAS 2A

1. Aam Amelia 11. Devi Apriliani


2. Aishatul Mustagfiroh 12. Elin Paulina
3. Almasyiffa Putriana 13.Fadhilah Anjar M
4. Anggini Sally Kamaya 14. HelmiaNurhikmah
5. Arinda Miftah Ashifa 15.Iif Miftahul Jannah
6. Audrey Vanisa Rika Afifi 16. Juliati
7. Ayu Mayunah 17.LadyDayanti
8. Berliani Mega Mawarni 18. Maryati
9. Cindy Syahriani 19. Mia Minarti
10. Devi Damayanti 20. Meneng Alinda F

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN JURUSAN KEBIDANAN


RANGKASBITUNG

TAHUN AJARAN 2020/2021


 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya

kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul DESA SIAGA. Kami juga mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak H. Dr. Omo Sutomo, SKM, M. Ke selaku

dosen mata kuliahAsuhan Kebidanan Komunitasyang sudah memberikan kepercayaan kepada

kami untuk menyelesaikan tugas ini. Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam

rangka menambah pengetahuan juga wawasan mengenai hal hal yang berkaitan dengan DESA

SIAGA. Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan

dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi

perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu

yang sempurna tanpa saran yang membangun. Mudah-mudahan makalah ini dapat dipahami oleh

semua orang khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika

terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Rangkasbitung, 5 April 2021

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa siaga aktif adalah bentuk pengembangan dari desa siaga yang telah dimulai sejak

tahun 2006. Desa atau kelurahan siaga aktif adalah desa atau kelurahan yang penduduknya

dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan

setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau sarana kesehatan yang ada di

wilayah tersebut seperti Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu), Pusat Kesehatan

Masyarakat (Puskesmas) atau sarana kesehatan lainnya, penduduk mengembangkan Usaha

Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) dan melaksanakan survailans berbasis masyarakat

(Kemenkes RI, 2010).

Pengembangan desa siaga merupakan salah satu strategi dalam mewujudkan Indonesia

sehat. Desa siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk

mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat dengan

memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong menuju desa sehat (Misnaniarti,

2011).

Dunia internasional sangat memberi perhatian terhadap upaya peningkatan derajat

kesehatan masyarakat terutama yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan bayi. Hal ini

terlihat dengan adanya perubahan kebijakan dan strategi KIA melalui Konferensi Nairobi
tentang Safe Motherhood tahun 1987. Indonesia ikut berpartisipasi dalam konferensi

tersebut, tahun 1996 dikembangkan Gerakan SayangIbu (GSI) yang lebih menonjolkan

upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), tahun 2000 pemerintah RI mencanangkan

kebijakan Making Pregnancy Safer (MPS) dengan 3 pesan kunci dalam percepatan

penurunan AKI dan AKB, kemudian tahun 2006 di canangkan Program Desa Siaga dengan

konsep pemberdayaan masyarakat (Depkes RI, 2005).

Pengembangan desa siaga aktif ini telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan

RI Nomor 564/Menkes/SK/VIII/2006 tanggal 2 Agustus 2006 Tentang Pedoman

Pelaksanaan Desa Siaga. Dalam pengembangan desa siaga aktif diperlukan langkah-langkah

pendekatan edukatif, yaitu upaya mendampingi (memfasilitasi) masyarakat untuk menjalani

proses pembelajarannya yang berupa proses pemecahan masalah yang dihadapi melalui

Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) sebagai embrio atau titik awal

pengembangan desa menuju desa/kelurahan siaga aktif (Misnaniarti, 2011).

Desa atau Kelurahan Siaga Aktif memiliki kriteria dan tingkatan yang perlu dicapai,

pentahapan dari Desa Siaga Aktif terdiri dari Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri.

Semakin tinggi tingkatan Desa Siaga aktif di suatu desa maka semakin tinggi pembangunan

kesehatan di wilayah tersebut yang ditunjukkan dengan peningkatan kesadaran, kemauan,

dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan kesehatan

(Ismawati, 2010).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi desa siaga ?

2. Apa tujuan dari desa siaga ?


3. Apa konsep dasar desa siaga ?

4. Bagaimana sasaran dan kriteria pengembangan desa siaga ?

5. Apa program – program yang terdapat dalam desa siaga ?

6. Bagaimana pelaksanaan desa siaga ?

7. Bagaimana pendekatan pengembangan desa siaga ?

8. Bagaimana pembinaan dan peningkatan desa siaga ?

9. Bagaimana indicator keberhasilan desa siaga ?

1.2 Tujuan

1. Mengetahui definisi desa siaga

2. Mengetahui tujuan desa siaga

3. Mengetahui konsep dasar desa siaga

4. Mengetahui sasaran dan kriteria desa siaga

5. Mengetahui program – program yang terdapat dalam desa siaga

6. Mengetahui pelaksanaan desa siaga

7. Mengetahui peran jajaran kesehatan dan pemangku kepentingan terkait

8. Menegetahui indicator keberhasilan desa siaga

Tujuan umum desa siaga adalah terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli, dan tanggap

terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya.

Tujuan khususnya adalah sebagai berikut :

 Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya

kesehatan.
 Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko dan

bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah, kegawadaruratan

dan sebagainya)

 Peningkatan kesehatan lingkungan di desa. Meningkatnya kemampuan dan

kemauan masyarakat desa untuk menolong dirisendiri di bidang kesehatan. 


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan

kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana,

dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Desa yang dimaksud di sini adalah

kelurahan atau istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas

wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan yang diakui dan

dihormati dalam Pemerintah Kesatuan Republik Indonesia.

2.2 Tujuan dibentuknya Desa Siaga

Tujuan umum.

Terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli dan tanggap terhadap masalah-

masalah kesehatan (bencana dan kegawatdaruratan kesehatan) di desanya.

Tujuan khusus

 Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan

dan menerapkan perilaku hidup sehat.

 Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya

sendiri di bidang kesehatan


 Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko dan

bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah penyakit, dan

lainnya).

 Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.

2.3 Konsep Desa Siaga

Desa Siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk

mencegah dan mengatasi masalah kesehatan (bencana dan kegawatdaruratan kesehatan)

secara mandiri (Depkes RI,2006). Konsep desa disini serupa dengan desa, kelurahan,

nagari, dan lain-lain yang sepadan.

2.4 Sasaran dalam kriteria Pengembangan Desa Siaga

 Pihak-pihak yang dapat memengaruhi individu dan keluarga, yaitu tokoh masyarakat,

lembaga swadaya masyarakat (LSM), kader, dan media massa.

 Pihak-pihak yang dapat member dukungan atau bantuan, yaitu pejabat atau dunia usaha.

 Semua individu dan keluarga di desa.

Semua sasaran di atas diharapkan dapat lebih mandiri dlaam mengatasi masalah-masalah

kesehatan.Untuk menuju Desa Siaga, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yaitu desa

tersebut minimal mempunyai pos kesehatan desa (poskesdes).Poskesdes di sini merupakan

suatu upaya bersumber daya masyarakat (UKBM) yang minimal melaksanakan kegiatan-

kegiatan seperti berikut.


 Pengamatan epidemiologis penyakit menular dan yang berpotensi menjadi kejadian luar

biasa (KLB) serta faktor-faktor risikonya.

 Penanggulangan penyakit menular dan yang berpotensi menjadi kejadian luar biasa serta

kekurangan gizi.

 Kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana dan kegatdaruratan kesehatan.

 Pelayanan kesehatan dasar, sesuai dengan kompetensinya (jika dekat dengan puskesmas

atau pustu maka bisa diambil alih oleh salah satunya).

 Kegiatan lain-lain misalnya promosi untuk sadar gizi, perilaku hidup bersih dan sehat,

penyehatan lingkungan, dan kegiatan pengembangan.

Poskesdes di masyarakat juga berfungsi sebagai coordinator dari UKBM lainnya seperti

posyandu, warung obat desa, dan lainnya.Oleh karena itu, poskesdes perlu didukung sumber

daya tenaga (minima; satu orang perawat maternitas atau bidan dan dua orang kader) serta

sarana (fisik bangunan, peralatan dan perlengkapan, serta alat komunikasi ke masyarakat

dan puskesmas).Untuk membentuk poskesdes tidak harus memulai dari awal, tetapi bisa

dengan menggunakan sumber daya kesehatan yang sudah ada seperti berikut.

 Polindes yang sudah ada dikembangkan menjadi poskesdes.

 Memanfaatkan bangunan lain yang sudah ada misalnya balai desa.

 Dibangun baru dengan alternative (bantuan pemda atau pempus, donator, dunia usaha,

dan swadaya masyarakat).

2.5 Kegiatan Program Desa Siaga Aktif

1. Persiapan
a. Persiapan PetugasPelaksana :

 Pelatihan bidan

 Pelatihan tokoh masyarakat ( toma) dan kader

b. Persiapan Masyarakat :

 Pembentukan Forum Masyarakat Desa (FMD)

 Survey Mawas Diri (pendataan keluarga/lapangan – rembuk desa)

 Musyawarah Masyarakat Desa (di awal pembentukan)

2. Pelaksanaan

a. Pelayanan kesehatan dasar sesuai dengan kewenangan bidan, bila tidak dapat

ditangani dirujuk ke Puskesmas Pembantu atau Puskesmas.

b. Kader dan toma melakukan surveilance (pengamatan sederhana) berbasis masyarakat

tentang kesehatan ibu anak, gizi, penyakit, lingkungan dan perilaku.

c. Pertemuan Forum Masyarakat Desa untuk membahas masalah kesehatan desa

termasuk tindak lanjut penemuan pengamatan sederhana untuk meningkatkan

kewaspadaan dini masyarakat dan menyepakati upaya pencegahan dan peningkatan.

d. Alih pengetahuan dan keterampilan melalui pertemuan dan kegiatan yang dilakukan

oleh jejaring penyebaran informasi kesehatan di desa (Jejaring Promosi Kesehatan),

pelaksanaan kelas ibu, kelas remaja, pertemuan dalam rangka swa-medikasi, dsb.

e. UKBM misalnya pelaksanaan Posyandu, Posbindu, Warung Obat, Upaya Kesehatan

Kerja, UKBM Maternal (tabulin, calon donor darah, dsb.), dana sehat serta UKBM

lain sesuai kebutuhan dan kesepakatan.

f. Gerakan masyarakat dalam kesigaan bencana dan kegawatdaruratan, Kesehatan

Lingkungan, PHBS dan Keluarga Sadar Gizi.


3. Pemantauan dan Evaluasi

Keberhasilan pengembangan Desa siaga dapat dilihat dari empat (4) indikatornya

yaitu masukan, proses, keluaran dan dampak

2.6 Pendekatan Pengembangan Desa Siaga

Dilaksanakan melalui pendekatan edukatif yaitu dengan memfasilitasi masyarakat

(individu, keluarga, kelompok masyarakat) untuk menjalani proses pembelajaran pemecahan

masalah kesehatan yang dihadapinya secara terorganisasi (pengorganisasian masyarakat), dengan

tahapan :

1. Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah dan sumber daya yang dapat dimanfaatkan

untuk mengatasi masalah.

2. Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif-alternatif pemecahan masalah.

3. Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang terpilih dan layak, merencanakan dan

melaksanakannya.

4. Memantau, mengevaluasi dan membina kelestarian upaya yang telah dilakukan.

2.7 Indikator Pencapaian Keberhasilan Desa Siaga

1. Forum Masyarakat Desa

Adalah sekelompok anggota masyarakat desa/Kelurahan yang sepakat untuk

peduli memecahkan masalah dan mengembangkan program-program pembangunan

antara lain kesehatan , di wilayahnya.Forum ini secara berkala melakukan pertemuan dan

dipimpin oleh seorang ketua dan dibantu oleh sekretaris dan anggota.Jika di

desa/Kelurahan belum ada forum sejenis ini, maka desa/kelurahan dapat memulai dari
forum/lembaga yang sudah ada dan berfungsi di masyarakat misalnya : rembug desa,

kelompok yasinan/majelis taklim, persekutuan doa, kelompok karang taruna, kelompok

peduli dan sejenisnya.

2. Pelayanan Kesehatan Dasar

Adalah upaya pelayanan kesehatan dasar yang dilakukan oleh seorang petugas

keperawatan sesuai kompetensinya , dibantu oleh kader yang berasal dari masyarakat

setempat. Pelayanan kesehatan dasar disini berupa upaya promotif , preventif dan kuratif

yang dilakukan di suatu tempat/ pos yang disediakan oleh masyarakat melalui

pemberdayaan. Fasilitas tersebut bisa merupakan milik Pemerintah ataupun organisasi

swasta ataupun perorangan. Lokasi sarana pelayanan kesehatan tidak harus di dalam desa

( terutama bagi kelurahan di kota besar ) , yang penting masyarakat desa tersebut

mempunyai akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara mudah. Jika tidak ada

petugas kesehatan yang bertempat tinggal di desa tersebut , maka tugas pendampingan

dan penghubung dilakukan oleh Petugas Pembina Desa dari Puskesmas yang secara

berkala melakukan tugasnya di desa tersebut.

3. UKBM

Wujud pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang berkembang sesuai

kebutuhan setempat, misal Posyandu, Poskesja, ,TOGA, KPKIA,dsb.

4. Dibina oleh Puskesmas PONED

Puskesmas PONED (Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Dasar) adalah

puskesmas yang melayani rujukan kegawatdaruratan ibu hamil, ibu melahirkan dan bayi

baru lahir dari desa-desa yang satu wilayah maupun desa yang merupakan bagian dari

jaringan rujukan.
Desa yang mendapatbinaandariPuskesmas PONED utamanya dalam sistem

rujukan kegawatan ibu hamil, ibu bersalin,ibunifas , janin dan bayi baru lahir

(kurangdari 1 bulan) Desa tersebut tidak harus dalam satu wilayah administrasi

Puskesmas PONED, namun merupakan bagian dari jaring rujukan. Bagi suatu wilayah

dimana Puskesmas PONED tidak ada atau jumlahnya sangat terbatas atau posisi

geografisnya jauh dari lokasi desa , pembinaan Puskesmas PONED bisa diambil aliholeh

RSU utamanya RS PONEK. Yang paling penting adalah setiap kasus kegawatdaruratan

ibu hamil, ibu bersalin,ibunifas dan bayi baru lahir dapat dengan mudah mendapat

pelayanan yang adekuat.

5. Surveilans Berbasis Masyarakat

Adalah pengamatan yang dilakukan secara terus menerus oleh masyarakat

terhadap Gejala atau penyakit menular potensial KLB, penyakit tidak menular termasuk

gizi buruk serta faktor risikonya.Kejadian lain di masyarakat, dan segera melaporkan

kepada petugas kesehatan setempat untuk ditindaklanjuti.Contoh penyakit menular TBC,

HIV/AIDS, kusta. PenyakitMenularPotensial KLB antara lain diare, difteri, polio,

campak, flu burung, typhus, hepatitis, malaria, DBD, dll

6. Sistem Siap Siaga Dan Penanggulanan Bencana Berbasis Masyarakat

Suatu tatanan yang berbentuk kemandirian masyarakat dalam kesiapsiagaan

menghadapai situasi kedaruratan (bencana, situasi khusus, dll).Masyarakat sudah

dipersiapkan apabila terjadi situasi darurat maka mereka tahu harus berbuat apa,

mengetahui tempat untuk mencari maupun memberi informasi kemana.

Masyarakat diharapkan memperhatikan gejala alam pada lingkungan setempat

mampu mengenali tanda akan timbulnya bencana dan selanjutnya melakukan kegiatan
tanggap darurat sebagaimana pernah dilatihkan untuk menghindari / mengurangi jatuhnya

korban.

Informasi mengenai tanda tanda bahaya tersebut berasal dari sumber yang bisa

dipercaya, misalnya dari perangkat desa ( yang memperolehnya dari kecamatan ),

berita resmi di TV atau telepon dari Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota.

Penyebaran informasi mengikuti tatacara setempat, misalnya menggunakan titir/

kentongan, pengeras suara dari musholla atau dari mulut ke mulut

7. Sistem Pembiayaan Kesehatan Berbasis Masyarakat

Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya penggalian, pengalokasian dan

pembelanjaan dana yang bersumber dari masyarakat untuk menjamin pemeliharaan

kesehatan masyarakat.

Bentuk penggalian dana bisa berupa jimpitan , uang sukarela pada saat pertemuan

, arisan , pengajian atau tabungan sosial masyarakat dengan jumlah yang sudah

ditetapkan / disepakati.Pengalokasian dana disesuaikan dengan kebutuhan setempat ,

misalnya bantuan bagi warga yang harus dirawat di Rumah Sakit , menjalani operasi

medis, melahirkan, pemberian makanan tambahan penyuluhan ( di Posyandu ) atau

pemulihan bagi sasaran yang bergizi buruk , dan sebagainya.

Pembelanjaan dana diserahkan besar dan jenisnya sesuai kesepakatan sedangkan

dana dikelola oleh orang yang terpercaya dan dapat mempertanggung jawabkan

semua pembelanjaan kepada masyarakat.

8. Masyarakat ber-PHBS
Adalah masyarakat yang dapat menolong diri sendiri untuk mencegah dan

menanggulagi masalah kesehatan, mengupayakan lingkungan sehat, memanfaatkan

pelayanan kesehatan serta mengembangkan UKBM.

Yang dimaksud mencegah : adalah mengupayakan agar yang sehat tetap sehat

dengan mempraktikkan gaya hidup sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat

termasuk pola makan dengan gizi seimbang , menjaga kebersihan pribadi , berolah

raga, menghindari kebiasaan yang buruk, serta berperan aktif dalam pembangunan

kesehatan masyarakat. (promotif – preventif)

Yang dimaksud menanggulangi : adalah mengupayakan agar yang terlanjur

sakit atau mengalami gangguan gizi tidak menjadi semakin parah, tidak menulari

orang lain dan bahkan dapat disembuhkan, serta dipulihkan kesehatannya dengan

memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada (kuratif – rehabilitatif). Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat ini terdiri dari ratusan praktik kehidupan sehari hari, tidak

hanya terbatas pada indikator yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja program

kesehatan.

9. Lingkungan Sehat

Lingkungan yang bebas polusi, tersedia air bersih, sanitasi lingkungan memadai,

perumahan pemukiman sehat, yaitu :

- Terpeliharanya kebersihan tempat-tempat umum dan institusi yang ada di desa,

antara lain : pasar, tempat ibadah, perkantoran dan sekolah.

- Terpeliharanya kebersihan lingkungan rumah : lantai rumah bersih, sampah tak

berserakan, saluran pembuangan air limbah terawat baik


- Membuka jendela setiap hari.

- Memilikikecukupanakses air bersih (untukminum, masak, mandi dan cuci) dan

sanitasidasar.

- Mempunyaipolapendekatanpemberdayaanmasyarakatuntukpemenuhansanitasidas

ar(ada jamban, mandicuci di tempatkhusus)

2.8 Keberhasilan Program

Indikator keberhasilan pengembangan desa siaga dapat diukur dari 4 kelompok indikator, yaitu :
indikator input, proses, output dan outcome (Depkes, 2009).

1. Indikator Input

a. Jumlah kader desa siaga.

b. Jumlah tenaga kesehatan di poskesdes.

c. Tersedianya sarana (obat dan alat) sederhana.

d. Tersedianya tempat pelayanan seperti posyandu.

e. Tersedianya dana operasional desa siaga.

f. Tersedianya data/catatan jumlah KK dan keluarganya.

g. Tersedianya pemetaan keluarga lengkap dengan masalah kesehatan yang dijumpai dalam
warna yang sesuai.

h. Tersedianya data/catatan (jumlah bayi diimunisasi, jumlah penderita gizi kurang, jumlah
penderita TB, malaria dan lain-lain).

2. Indikator proses

a. Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa (bulanan, 2 bulanan dan sebagainya).

b. Berfungsi/tidaknya kader desa siaga.

c. Berfungsi/tidaknya poskesdes.

d. Berfungsi/tidaknya UKBM/posyandu yang ada.


e. Berfungsi/tidaknya sistem penanggulangan penyakit/masalah kesehatan berbasis
masyarakat.

f. Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.

g. Ada/tidaknya kegiatan rujukan penderita ke poskesdes dari masyarakat.

3. Indikator Output

a. Jumlah persalinan dalam keluarga yang dilayani.

b. Jumlah kunjungan neonates (KN2).

c. Jumlah BBLR yang dirujuk.

d. Jumlah bayi dan anak balita BB tidak naik ditangani.

e. Jumlah balita gakin umur 6-24 bulan yang mendapat M P-AS I.

f. Jumlah balita yang mendapat imunisasi.

g. Jumlah pelayanan gawat darurat dan KLB dalam tempo 24 jam.

h. Jumlah keluarga yang punya jamban.

i. Jumlah keluarga yang dibina sadar gizi.

j. Jumlah keluarga menggunakan garam beryodium.

k. Adanya data kesehatan lingkungan.

l. Jumlah kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit menular tertentu yang menjadi
masalah setempat.

m. Adanya peningkatan kualitas UKBM yang dibina.

4. Indikator outcome

a. Meningkatnya jumlah penduduk yang sembuh/membaik dari sakitnya.

b. Bertambahnya jumlah penduduk yang melaksanakan PHBS.

c. Berkurangnya jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia.

d. Berkurangnya jumlah balita dengan gizi buruk.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari apa yang telah dijabarkan pada pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
Desa siaga merupakan strategi baru pembangunan kesehatan. Desa siaga lahir sebagai respon
pemerintah terhadap masalah kesehatan di Indonesia yang tak kunjung selesai. 

Desa siaga merupakan salah satu bentuk reorientasi pelayanan kesehatan dari sebelumnya
bersifat sentralistik dan top down menjadi lebih partisipatif dan bottom up. Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor564/MENKES/SK/VI II/2006, tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa siaga, desa siaga merupakan desa yang penduduknya
memiliki kesiapan sumberdaya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi
masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.

Desasiaga adalah suatu konsep peran serta dan pemberdayaan masyarakat di tingkat desa,
disertai dengan pengembangan kesiagaan dan kesiapan masyarakat untuk memelihara
kesehatannya secara mandiri. Pelaksanaan desasiaga terdiri dari persiapan, pelakanaan,
pemantauan dan evaluasi. Dalam pendekatan pengembangan desa siaga, ada langkah pokok yang
harusdditempuh : ( pengembangan tim petugas, pengembangan tim masyarakat, survei mawas
diri, dan musyawarah masyarakat desa ) serta pelaksanaan.

3.2 Saran

Sebagai bidan kita harusMendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan


dan implementasi pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan Kerjasama dengan
masyarakat, keluarga dan individu Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan diri
sendiri pada masyarakat Memberikan bimbingan dan dukungan kepada petugas pelayanan
kesehatan dan kepada masyarakat Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat.

Bidan sebagai anggota tim kesehatan harusdapat membina kerjasama dengan anggota tim
kesehatan lainnya dan masyarakat khususnya dalam hal Melaksanakan pelayanan esensial
Meningkatkan kemampuandalam memelihara kesehatan diri sendiri melalui penyuluhan
kesehatan dan asuhan keperawatan terhadap individu, keluarga, dan masyarakat Peningkatan
derajat kesehatan masyarakat Mengaplikasikan kebijaksanaan tentang adanya Desa Binaan.

Terwujudnya Desa Siaga tentunya menjadi harapan kita bersama, oleh sebab itu penulis
sangat mengharapkan agar para pembaca tidak hanya sekedar tahu tentang DesaSiaga, namun
juga akam melakukan perubahan sesuai dengan tingkat kemampuannya untuk merealisasikan
Desa Siaga.
DAFTAR PUSTAKA

Mahfudli, EF. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam

Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Kebidanan komunitas / penulis, Syarifudin, Hamidah ; editor, Monica Ester, Esty Wahyuningsih.

– Jakarta : EGC, 2009.

Keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 564/MENKES/SK/VIII/2006 tentang

pedoman pelaksanaan pengembangan desa siaga

Buku Pedoman Desa Siaga Provinsi Jawa Timur, 2010, Dinas Kesehatan Provinsi JATIM,

Buku Pedoman Desa Siaga Aktif Provinsi Jawa Barat, 2010, Dinas Kesehatan Provinsi JABAR

Ismawati S., Cahyo dkk. 2010.Posyandu dan Desa Siaga. Yogyakarta: Nuha Medika.

Depkes RI, 2005; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 23 tahun 2005 Tentang
Kesehatan; Jakarta; Hal 1. Fisioterapi Indonesia; Jakarta; Hal.5.

Kemenkes RI. 2011. Buku Panduan Kader Posyandu Menuju Keluarga Sadar Gizi. Jakarta.

Kemenkes RI. 2011. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai