Di Susun Oleh :
KELOMPOK I KELAS 2A
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul DESA SIAGA. Kami juga mengucapkan
kami untuk menyelesaikan tugas ini. Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam
rangka menambah pengetahuan juga wawasan mengenai hal hal yang berkaitan dengan DESA
SIAGA. Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi
perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun. Mudah-mudahan makalah ini dapat dipahami oleh
semua orang khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
Desa siaga aktif adalah bentuk pengembangan dari desa siaga yang telah dimulai sejak
tahun 2006. Desa atau kelurahan siaga aktif adalah desa atau kelurahan yang penduduknya
dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan
setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau sarana kesehatan yang ada di
wilayah tersebut seperti Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu), Pusat Kesehatan
Pengembangan desa siaga merupakan salah satu strategi dalam mewujudkan Indonesia
sehat. Desa siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk
memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong menuju desa sehat (Misnaniarti,
2011).
kesehatan masyarakat terutama yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan bayi. Hal ini
terlihat dengan adanya perubahan kebijakan dan strategi KIA melalui Konferensi Nairobi
tentang Safe Motherhood tahun 1987. Indonesia ikut berpartisipasi dalam konferensi
tersebut, tahun 1996 dikembangkan Gerakan SayangIbu (GSI) yang lebih menonjolkan
upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), tahun 2000 pemerintah RI mencanangkan
kebijakan Making Pregnancy Safer (MPS) dengan 3 pesan kunci dalam percepatan
penurunan AKI dan AKB, kemudian tahun 2006 di canangkan Program Desa Siaga dengan
Pengembangan desa siaga aktif ini telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Pelaksanaan Desa Siaga. Dalam pengembangan desa siaga aktif diperlukan langkah-langkah
proses pembelajarannya yang berupa proses pemecahan masalah yang dihadapi melalui
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) sebagai embrio atau titik awal
Desa atau Kelurahan Siaga Aktif memiliki kriteria dan tingkatan yang perlu dicapai,
pentahapan dari Desa Siaga Aktif terdiri dari Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri.
Semakin tinggi tingkatan Desa Siaga aktif di suatu desa maka semakin tinggi pembangunan
(Ismawati, 2010).
1.2 Tujuan
Tujuan umum desa siaga adalah terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli, dan tanggap
kesehatan.
Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko dan
dan sebagainya)
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana,
dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Desa yang dimaksud di sini adalah
kelurahan atau istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas
wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan yang diakui dan
Tujuan umum.
Terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli dan tanggap terhadap masalah-
Tujuan khusus
bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah penyakit, dan
lainnya).
Desa Siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk
secara mandiri (Depkes RI,2006). Konsep desa disini serupa dengan desa, kelurahan,
Pihak-pihak yang dapat memengaruhi individu dan keluarga, yaitu tokoh masyarakat,
Pihak-pihak yang dapat member dukungan atau bantuan, yaitu pejabat atau dunia usaha.
Semua sasaran di atas diharapkan dapat lebih mandiri dlaam mengatasi masalah-masalah
kesehatan.Untuk menuju Desa Siaga, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yaitu desa
suatu upaya bersumber daya masyarakat (UKBM) yang minimal melaksanakan kegiatan-
Penanggulangan penyakit menular dan yang berpotensi menjadi kejadian luar biasa serta
kekurangan gizi.
Pelayanan kesehatan dasar, sesuai dengan kompetensinya (jika dekat dengan puskesmas
Kegiatan lain-lain misalnya promosi untuk sadar gizi, perilaku hidup bersih dan sehat,
Poskesdes di masyarakat juga berfungsi sebagai coordinator dari UKBM lainnya seperti
posyandu, warung obat desa, dan lainnya.Oleh karena itu, poskesdes perlu didukung sumber
daya tenaga (minima; satu orang perawat maternitas atau bidan dan dua orang kader) serta
sarana (fisik bangunan, peralatan dan perlengkapan, serta alat komunikasi ke masyarakat
dan puskesmas).Untuk membentuk poskesdes tidak harus memulai dari awal, tetapi bisa
dengan menggunakan sumber daya kesehatan yang sudah ada seperti berikut.
Dibangun baru dengan alternative (bantuan pemda atau pempus, donator, dunia usaha,
1. Persiapan
a. Persiapan PetugasPelaksana :
Pelatihan bidan
b. Persiapan Masyarakat :
2. Pelaksanaan
a. Pelayanan kesehatan dasar sesuai dengan kewenangan bidan, bila tidak dapat
d. Alih pengetahuan dan keterampilan melalui pertemuan dan kegiatan yang dilakukan
pelaksanaan kelas ibu, kelas remaja, pertemuan dalam rangka swa-medikasi, dsb.
Kerja, UKBM Maternal (tabulin, calon donor darah, dsb.), dana sehat serta UKBM
Keberhasilan pengembangan Desa siaga dapat dilihat dari empat (4) indikatornya
tahapan :
1. Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah dan sumber daya yang dapat dimanfaatkan
3. Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang terpilih dan layak, merencanakan dan
melaksanakannya.
antara lain kesehatan , di wilayahnya.Forum ini secara berkala melakukan pertemuan dan
dipimpin oleh seorang ketua dan dibantu oleh sekretaris dan anggota.Jika di
desa/Kelurahan belum ada forum sejenis ini, maka desa/kelurahan dapat memulai dari
forum/lembaga yang sudah ada dan berfungsi di masyarakat misalnya : rembug desa,
Adalah upaya pelayanan kesehatan dasar yang dilakukan oleh seorang petugas
keperawatan sesuai kompetensinya , dibantu oleh kader yang berasal dari masyarakat
setempat. Pelayanan kesehatan dasar disini berupa upaya promotif , preventif dan kuratif
yang dilakukan di suatu tempat/ pos yang disediakan oleh masyarakat melalui
swasta ataupun perorangan. Lokasi sarana pelayanan kesehatan tidak harus di dalam desa
( terutama bagi kelurahan di kota besar ) , yang penting masyarakat desa tersebut
mempunyai akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara mudah. Jika tidak ada
petugas kesehatan yang bertempat tinggal di desa tersebut , maka tugas pendampingan
dan penghubung dilakukan oleh Petugas Pembina Desa dari Puskesmas yang secara
3. UKBM
puskesmas yang melayani rujukan kegawatdaruratan ibu hamil, ibu melahirkan dan bayi
baru lahir dari desa-desa yang satu wilayah maupun desa yang merupakan bagian dari
jaringan rujukan.
Desa yang mendapatbinaandariPuskesmas PONED utamanya dalam sistem
rujukan kegawatan ibu hamil, ibu bersalin,ibunifas , janin dan bayi baru lahir
(kurangdari 1 bulan) Desa tersebut tidak harus dalam satu wilayah administrasi
Puskesmas PONED, namun merupakan bagian dari jaring rujukan. Bagi suatu wilayah
dimana Puskesmas PONED tidak ada atau jumlahnya sangat terbatas atau posisi
geografisnya jauh dari lokasi desa , pembinaan Puskesmas PONED bisa diambil aliholeh
RSU utamanya RS PONEK. Yang paling penting adalah setiap kasus kegawatdaruratan
ibu hamil, ibu bersalin,ibunifas dan bayi baru lahir dapat dengan mudah mendapat
terhadap Gejala atau penyakit menular potensial KLB, penyakit tidak menular termasuk
gizi buruk serta faktor risikonya.Kejadian lain di masyarakat, dan segera melaporkan
dipersiapkan apabila terjadi situasi darurat maka mereka tahu harus berbuat apa,
mampu mengenali tanda akan timbulnya bencana dan selanjutnya melakukan kegiatan
tanggap darurat sebagaimana pernah dilatihkan untuk menghindari / mengurangi jatuhnya
korban.
Informasi mengenai tanda tanda bahaya tersebut berasal dari sumber yang bisa
kesehatan masyarakat.
Bentuk penggalian dana bisa berupa jimpitan , uang sukarela pada saat pertemuan
, arisan , pengajian atau tabungan sosial masyarakat dengan jumlah yang sudah
misalnya bantuan bagi warga yang harus dirawat di Rumah Sakit , menjalani operasi
dana dikelola oleh orang yang terpercaya dan dapat mempertanggung jawabkan
8. Masyarakat ber-PHBS
Adalah masyarakat yang dapat menolong diri sendiri untuk mencegah dan
Yang dimaksud mencegah : adalah mengupayakan agar yang sehat tetap sehat
dengan mempraktikkan gaya hidup sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat
termasuk pola makan dengan gizi seimbang , menjaga kebersihan pribadi , berolah
raga, menghindari kebiasaan yang buruk, serta berperan aktif dalam pembangunan
sakit atau mengalami gangguan gizi tidak menjadi semakin parah, tidak menulari
orang lain dan bahkan dapat disembuhkan, serta dipulihkan kesehatannya dengan
Hidup Bersih dan Sehat ini terdiri dari ratusan praktik kehidupan sehari hari, tidak
hanya terbatas pada indikator yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja program
kesehatan.
9. Lingkungan Sehat
Lingkungan yang bebas polusi, tersedia air bersih, sanitasi lingkungan memadai,
sanitasidasar.
- Mempunyaipolapendekatanpemberdayaanmasyarakatuntukpemenuhansanitasidas
Indikator keberhasilan pengembangan desa siaga dapat diukur dari 4 kelompok indikator, yaitu :
indikator input, proses, output dan outcome (Depkes, 2009).
1. Indikator Input
g. Tersedianya pemetaan keluarga lengkap dengan masalah kesehatan yang dijumpai dalam
warna yang sesuai.
h. Tersedianya data/catatan (jumlah bayi diimunisasi, jumlah penderita gizi kurang, jumlah
penderita TB, malaria dan lain-lain).
2. Indikator proses
c. Berfungsi/tidaknya poskesdes.
3. Indikator Output
l. Jumlah kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit menular tertentu yang menjadi
masalah setempat.
4. Indikator outcome
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari apa yang telah dijabarkan pada pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
Desa siaga merupakan strategi baru pembangunan kesehatan. Desa siaga lahir sebagai respon
pemerintah terhadap masalah kesehatan di Indonesia yang tak kunjung selesai.
Desa siaga merupakan salah satu bentuk reorientasi pelayanan kesehatan dari sebelumnya
bersifat sentralistik dan top down menjadi lebih partisipatif dan bottom up. Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor564/MENKES/SK/VI II/2006, tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa siaga, desa siaga merupakan desa yang penduduknya
memiliki kesiapan sumberdaya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi
masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.
Desasiaga adalah suatu konsep peran serta dan pemberdayaan masyarakat di tingkat desa,
disertai dengan pengembangan kesiagaan dan kesiapan masyarakat untuk memelihara
kesehatannya secara mandiri. Pelaksanaan desasiaga terdiri dari persiapan, pelakanaan,
pemantauan dan evaluasi. Dalam pendekatan pengembangan desa siaga, ada langkah pokok yang
harusdditempuh : ( pengembangan tim petugas, pengembangan tim masyarakat, survei mawas
diri, dan musyawarah masyarakat desa ) serta pelaksanaan.
3.2 Saran
Bidan sebagai anggota tim kesehatan harusdapat membina kerjasama dengan anggota tim
kesehatan lainnya dan masyarakat khususnya dalam hal Melaksanakan pelayanan esensial
Meningkatkan kemampuandalam memelihara kesehatan diri sendiri melalui penyuluhan
kesehatan dan asuhan keperawatan terhadap individu, keluarga, dan masyarakat Peningkatan
derajat kesehatan masyarakat Mengaplikasikan kebijaksanaan tentang adanya Desa Binaan.
Terwujudnya Desa Siaga tentunya menjadi harapan kita bersama, oleh sebab itu penulis
sangat mengharapkan agar para pembaca tidak hanya sekedar tahu tentang DesaSiaga, namun
juga akam melakukan perubahan sesuai dengan tingkat kemampuannya untuk merealisasikan
Desa Siaga.
DAFTAR PUSTAKA
Mahfudli, EF. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam
Kebidanan komunitas / penulis, Syarifudin, Hamidah ; editor, Monica Ester, Esty Wahyuningsih.
Buku Pedoman Desa Siaga Provinsi Jawa Timur, 2010, Dinas Kesehatan Provinsi JATIM,
Buku Pedoman Desa Siaga Aktif Provinsi Jawa Barat, 2010, Dinas Kesehatan Provinsi JABAR
Ismawati S., Cahyo dkk. 2010.Posyandu dan Desa Siaga. Yogyakarta: Nuha Medika.
Depkes RI, 2005; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 23 tahun 2005 Tentang
Kesehatan; Jakarta; Hal 1. Fisioterapi Indonesia; Jakarta; Hal.5.
Kemenkes RI. 2011. Buku Panduan Kader Posyandu Menuju Keluarga Sadar Gizi. Jakarta.