Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN SPIRITUAL MUSLIM PADA Tn.

DI RUANG SARTIKA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SARTIKA

ASIH BANDUNG

Laporan Presentasi Kasus

Diajukan untuk memenuhi Laporan Tugas Praktek Belajar Lapangan

stase Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim

Dosen Pembimbing :

Inggriane Puspita Dewi, S.Kep., Ners, M.Kep

Disusun oleh :

Dodi Andika H NIM. 402019074

Nuriyah NIM. 402019086

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH Subhanahu Wa Taa’la,

karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan

tugas asuhan keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim

Pada Tn. I Di ruang Sartika Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih Bandung”.

Dalam proses penyusunan asuhan keperawatan ini, tidak sedikit hambatan

dan kesulitan yang penulis jumpai, akan tetapi alhamdulillah berkat hidayah-Nya

serta kesungguhan yang disertai bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, segala

kesulitan dan hambatan apapun dapat diatasi dengan baik.

Penulis menyadari bahwa asuhan keperawatan ini masih belum sempurna,

dari isi maupun sistematika penulisannya maka daripada itu penulis

mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif untuk kesempurnaan asuhan

keperawatan ini. Akhir kata, semoga asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat

bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Bandung, 06 Oktober

2020

Kelompok

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................................................4
A. Konsep Insomnia.......................................................................................................................4
1. Pengertian.................................................................................................................................4
B. Konsep Spiritual dalam Islam.....................................................................................................6
C. Konsep Asuhan Keperawatan Spiritual......................................................................................8
D. Konsep Dzikir...........................................................................................................................11
E. Konsep SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique)..........................................................15
4. Prosedur Terapi SEFT...............................................................................................................17
BAB III..................................................................................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pentingnya Spiritualitas dalam kesehatan dapat dilihat dari batasan

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1984 yang menyatakan bahwa aspek

agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari empat pilar kesehatan yang

meliputi : sehat jasmani/fisik (biologi), sehat secara kejiwaan

(psikiatrik/psikologi), sehat secara sosial, dan sehat secara spiritual

(kerohanian/agama). Dengan kata lain manusia yang sehat seutuhnya adalah

manusia yang beragama dan hal ini sesuai dengan fitrah manusia (Samsualam

dkk,2018). Makhija (2002) mendeskripsikan bahwa tiap individu manusia adalah

mahluk yang holistik yang tersusun atasbody, maindan spirit.Dari pandangandi

atas, menyatakan esensi yang sama bahwa manusia adalah mahluk unik yang utuh

menyeluruh, yangtidak saja terdiri atas aspek fisik, melainkan juga psikologis,

sosial, kultural dan spiritual.

Tidak terpenuhinya kebutuhan manusia pada salah satu dimensi di

atasakan menyebabkan ketidaksejahteraan atau keadaan tidak sehat. Kondisi

tersebut dapatdipahami mengingat dimensi fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan

kultural atau dimensibody, maindan spirit merupakan satu kesatuan yang utuh.

Tiap bagian dari individu tersebuttidaklah akan mencapai kesejahteraan tanpa

keseluruhan bagian tersebut sejahtera. Terkaitkonsep ini, Plato dalam Makhija

(2002) mengungkapkan bahwa tidak sepatutnya berusahamengobati dan

1
2

menyembuhkan mata tanpa kepala, atau mengobati kepala tanpa badan,demikian

juga badan tanpa jiwa, karena bagian-bagian tersebut tidak akan pernah

sejahterakecuali keseluruhannya sejahtera. Kesadaran akan konsep ini melahirkan

keyakinan dalamkeperawatan bahwa pemberian asuhan keperawatan hendaknya

bersifat komprehensif atauholistik, yang tidak saja memenuhi kebutuhan fisik,

psikologis, sosial, dan kultural tetapi jugakebutuhan spiritual klien.

Profesi keperawatan memiliki paradigma tentang holistic care dalam

pemberian asuhan keperawatan dengan mempertimbangkan unsur atau variabel

body, mind and spirit dalam pelayanan yang diberikan. Selain hal tersebut, saat ini

bidang garap ilmu keperawatan di beberapa literatur semakin tertarik untuk

mengkaji hubungan ketiga variabel tadi dikaitkan dengan status kesehatan.(Van

Dover & Bacon, 2006).

Inggriane (2005) menyatakan dalam penelitiannya, menemukan fenomena

menarik dari pasien – pasien dewasa yang sedang menjalani rawat inap, dimana

ekspresi spiritual pasien dengan penyakit akut maupun kronis sangat beragam,

mulai dari kondisi pasien yang pasrah dan menerima takdir penyakitnya sampai

dengan kondisi menggugat tuhannya melalui ekspresi kemarahan dan menolak

pengobatan maupun perawatan yang diberikan, ketidaktahuan maupun

ketidakmampuan pasien dalam melaksanakan ibadah praktis yang diyakininya,

sementara dukungan spiritual dari perawat menurut pengakuan pasien tersebut

tidak mereka dapatkan.

Dukungan spiritual dari seorang perawat sangat diperlukan melihat

fenomena diatas untuk itu perawat selayaknya memperhatikan dan memenuhi


3

kebutuhan spiritual pasien muslim karena perawat senantiasa hadir selama 24 jam

mendampingi pasien, mereka dalam posisi yang tepat untuk memelihara integritas

pasien sesuai variabel mind, body dan spiritnya. (Isep, 2006). Dukungan spiritual

yang diberikan oleh perawat dalam hal ini diwujudkan melalui asuhan

keperawatan spiritual secara komprehensif meliputi pengkajian, perencanaan,

implementasi dan evaluasi. Bagi pasien muslim, asuhan yang diberikan

disesuaikan dengan keyakinan hidup seorang muslim yaitu berlandaskan Al-

qur’an dan as-sunnah.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penulisan laporan ini adalah penulis mampu menerapkan asuhan

keperawatan spiritual muslim pada klien Tn. I di Ruang Sartika Rumah Sakit

Bhyangkara Sartika Asih Bandung.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian keparawatan spiritual muslim pada pasien

Tn. I di Ruang Sartika Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih Bandung.

b. Mampu menegakan diagnosa keparawatan spiritual muslim pada pasien

Tn. I di Ruang Sartika Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih Bandung

c. Menyusun rencana Tindakan keparawatan spiritual muslim pada pasien

Tn. I di Ruang Sartika Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih Bandung.

d. Melakukan Implementasi keparawatan spiritual muslim pada pasien Tn. I

di Ruang Sartika Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih Bandung.


4

e. Mengevaluasi Tindakan keparawatan spiritual muslim pada pasien Tn. I di

Ruang Sartika Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih Bandung.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Insomnia

1. Pengertian

Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur

baik kualitas maupun kuantitas. Jenis insomnia ada 3 macam yaitu insomnia

inisial atau tidak dapat memulai tidur, insomnia intermitten atau tidak bisa

mempertahankan tidur atau sering terjaga dan insomnia terminal atau bangun

secara dini dan tidak dapat tidur kembali (Potter, 2005).

Untuk menyembuhkan insomnia, maka terlebih dahulu harus dikenali

penyebabnya. Artinya, kalau disebabkan penyakit tertentu, maka untuk

mengobatinya maka penyakitnya yang harus disembuhkan terlebih dahulu

(Aman, 2005).

2. Penyebab insomnia

Sebab-sebab terjadinya insomnia antara lain :

a. Suara atau bunyi : Biasanya orang dapat menyesuaikan dengan suara atau

bunyi sehingga tidak mengganggu tidurnya. Misalnya seseorang yang takut

diserang atau dirampok, pada malam hari terbangun berkali-kali hanya suara

yang halus sekalipun.

b. Suhu udara : Kebanyakan orang akan berusaha tidur pada suhu udara yang

menyenangkan bagi dirinya. Bila suhu udara rendah memakai selimut dan

bila suhu tinggi memakai pakaian tipis, insomnia ini sering dijumpai didaerah

tropic.

5
6

c. Tinggi suatu daerah ; Insomnia merupakan gejala yang sering dijumpai pada

mountain sickness (mabuk udara tipis), terjadi pada pendaki gunung yang

lebih dari 3500 meter diatas permukaan air laut.

d. Penggunaan bahan yang mengganggu susunan saraf pusat : insomnia dapat

terjadi karena penggunaan bahan-bahan seperti kopi yang mengandung

kafein, tembakau yang mengandung nikotin dan obatobat pengurus badan

yang mengandung anfetamin atau yang sejenis.

e. Penyakit psikologi : Beberapa penyakit psikologi ditandai antara lain dengan

adanya insomnia seperti pada gangguan afektif, gangguan neurotic, beberapa

gangguan kepribadian, gangguan stress pascatrauma dan lain-lain (Joewana,

2006).

3. Tipe-tipe insomnia

Insomnia terdiri atas tiga tipe :

a. Tidak bisa masuk atau sulit masuk tidur yang disebut juga insomnia inisial

dimana keadaan ini sering dijumpai pada orang-orang muda. Berlangsung

selama 1-3 jam dan kemudian karena kelelahan ia bisa tertidur juga. Tipe

insomnia ini bisa diartikan ketidakmampuan seseorang untuk tidur.

b. Terbangun tengah malam beberapa kali, tipe insomnia ini dapat masuk tidur

dengan mudah, tetapi setelah 2-3 jam akan terbangun dan tertidur kembali,

kejadian ini dapat terjadi berulang kali. Tipe insomnia ini disebut jaga

intermitent insomnia.
7

c. Terbangun pada waktu pagi yang sangat dini disebut juga insomnia terminal,

dimana pada tipe ini dapat tidur dengan mudah dan cukup nyenyak, tetapi

pada saat dini hari sudah terbangun dan tidak dapat tidur lagi (Erry 2000)

4. Dampak insomnia

Insomnia dapat memberi efek pada kehidupan seseorang, antara lain :

a. Efek fisiologis : Karena kebanyakan insomnia diakibatkan oleh stress

b. Efek psikologis : Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi,

kehilangan motivasi, depresi dan lain-lain.

c. Efek fisik/somatic : Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi dan

sebagainya.

d. Efek sosial : Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah

mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati

hubungan sosial dan keluarga.

e. Kematian orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka

harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam.

Hal ini mungkin disebabkan karena penyakit yang mengindiksi

insomnia yang memperpendek angka harapan hidup atau karena high arousal

state yang terdapat pada insomnia. Selain itu, orang yang menderita insomnia

memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu

lintas jika dibandingkan dengan orang yang normal (Turana, 2007).


8

C. Konsep Spiritual dalam Islam

Spiritual adalah sesuatu yang berhubungan dengan kejiwaan, rohani dan

batin. Spiritual berhubungan dengan hati, jiwa, semangat, kepedulian antar

sesama manusia, makhluk lain dan alam sekitar berdasarkan keyakinan adanya

Tuhan Yang Maha Esa (Yusuf, 2016).

Spiritual adalah sesuatu yang dipercayai seseorang dalam hubungannya

dengan kekuatan yang lebih tinggi dan dapat menimbulkan kebutuhan serta

kecintaan terhadap adanya Tuhan dan permohonan maaf atas segala kesalahan

yang pernah dibuat. Spiritual memiliki beberapa aspek diantaranya berhubungan

dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan,

menemukan arti dan tujuan hidup, menyadari kemampuan menggunakan sumber

dan kekuatan dalam diri sendiri, serta mempunyai perasaan keterkaitan dengan

diri sendiri dan dengan Yang Maha Tinggi (Yusuf, 2016).

Konsep spiritual dalam terminologi Islam berhubungan langsung dengan

Al-Qur’an dan sunnah Nabi. Ayat-ayat Al-Qur’an dan perilaku Nabi

Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam mempunyai kandungan praktik-praktik

dan makna-makna spiritual untuk meraih kehidupan spiritual yang tinggi. Dalam

sejarah Islam, aspek tradisi ini lebih dikenal sebagai jalan menuju Tuhan atau

Tasawuf. Tasawuf bertujuan untuk tetap mempertahankan nilai-nilai Al-Qur’an

dan sunnah Nabi melalui sikap hidup yang baik (Dewi, 2016).

Spiritualitas Islam adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Allah

sebagai Pencipta, Yang Maha Kuasa, menggunakan instrumen syahadat, sholat,

zakat, puasa, haji, do’a dan sebagainya. Proses pemabangunan spiritual Islam
9

mempunyai penekanan pada jiwa melalui elemen yang bersifat mengikat dengan

ikatan yang kukuh yaitu iman, islam dan ihsan (Yusuf, 2016).

Allah Subhanahu wata’ala berfirman :

“Dan barang siapa beriman kepada Allah, diberikan hidayah (petunjuk)

kepadanya.” (Q.S At Taghabun, 11).

Menurut Baharudi (2004), dalam konsep psikologi Islam ada istilah Al-

Ruh, yaitu sebagai dimensi spiritual psikis. Dimensi yang dimaksudkan ialah sisi

psikis yang mempunyai kadar dan nilai tertentu dalam sistem “organisasi jiwa

manusia”. Dimensi spiritual yang dimaksud adalah sisi jiwa yang memiliki sifat-

sifa Ilahiyah (keTuhanan) dan memiliki kekuatan untuk menarik dan mendorong

dimensi yang lain untuk mewujudkan sifat-sifat Tuhan dalam dirinya. Pemilihan

sifat-sifat Tuhan bermakna memiliki potensi luhur batin yang melekat pada

dimensi-dimensi psikis manusia dan memerlukan aktualisasi.

Sebagai makhluk Allah Subhanahu wata’ala yang sempurna manusia

diciptakan untuk menjadi khalifah Allah di bumi dengan tujuan semata-mata

untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wata’ala yang tertuang dalam firman

Allah sebagai berikut (Dewi, 2016): “Sesungguhnya Kami telah menciptakan

manusia, dalam bentuk yang yang sebaik-baiknya.”(QS. At-Tin : 4). “Dan

(ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada Malaikat : Sesungguhnya Aku

hendak menjadikan di bumi seorang khalifah. Mereka berkata : Apakah Engkau

hendak menjadikan padanya orang yang merusak di dalam nya dan

menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan


10

memuliakan Engkau? Dia berkata: Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa

yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah : 30).

Ayat-ayat tersebut mengambarkan komponen atau aspek spiritual

pengalaman ibadah (prayer fulfilment) sebagai bentuk keintiman antara hamba

dengan Tuhannya (hubungan transenden), connectedness (keyakinan antara

keterkaitan diri sendiri dengan generasi lain lintas waktu) dan universality

(manusia merupakan satu kesatuan dengan alam sekitarnya). Berikut ini adalah

firman Allah Subhanahu wata’ala yang memperkuat spiritualitas manusia dalam

Islam (Dewi, 2016): “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan

supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.

Konsep tersebut adalah dasar dari tasawuf dalam Islam. Rassulullah

Shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan bahwa hendaknya setiap muslim untuk

selalu berhubungan yang khusyuk dengan Allah Subhanahu wata’ala setiap saat.

Selain itu, manusia perlu menyadari makna hidup dan kehidupan setelah mati

dengan firman Allah Subhanahu wata’ala tentang kembalinya makhluk hidup

kepada-Nya melalui kematian. Firman tersebut ialah: Artinya: (yaitu) orang-

orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Innalillahi wa

innaa ilaihi raaji’uun”.

D. Konsep Asuhan Keperawatan Spiritual

1. Biodata Pasien

Nama, usia, jenis kelamin, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan,

diagnosa medis dan tanggal pengkajian.


11

2. Riwayat Kesehatan Dahulu dan Sekarang

Kaji riwayat perjalanan penyakit pasien dari pertama keluhan sampai

masuk rumah sakit.

3. Pengkajian Spiritual

a. Hubungan Kesehatan dengan Spiritual

Kaji persepsi sehat dan sakit menurut pasien, situasi sakit terhadap

perasaannya, bagian tubuh yang dirasakan paling mengganggu, tindakan medis

atau keperawatan yang bertentangan dengan keyakinan pasien, sumber kekuatan

atau harapan pasien, harapan tentang kesembuhan dan upaya yang dilakukan.

b. Konsep Ketuhanan

Kaji persepsi pasien tentang Allah SWT ketika sakit apakah menganggap

sebagai hukuman atau kasih saying Allah SWT, merasa dibantu oleh Allah SWT

atau sebaliknya, perasaan terhadap Allah ketika sakit, makna hidup bagi pasien,

upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT ketika situasi sakit dan kebiasaan

berdo’a.

c. Kebiasaan Praktik Ibadah di Rumah

Kaji kebiasaan ibadah ketika dirumah saat sebelum sakit, jenis ibadah

wajib dan sunnah, persepsi ibadah menurut pasien.

d. Kebiasaan Praktik Ibadah ketika sakit

Kaji kebiasaan ibadah ketika dirumah sakit saat setelah kondisi sakit,

jenis ibadah wajib dan sunnah yang dilakukan, hambatan religious yang

dirasakan pasien, persepsi ibadah menurut pasien dan kebutuhan ibadah ketika

sakit.
12

e. Support System dan Dukungan

Kaji dukungan yang di dapatkan, bentuk dukungan yang diberikan,

makna dukungan bagi pasien, identifikasi kebutuhan dukungan spiritual pasien

oleh tenaga kesehatan dan ustadz.

4. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan data-data objektif dan

subjektif yang didapatkan. Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan

kondisi spiritual pasien dalam NANDA 2017 adalah:

a. Domain 6 : Persepsi Diri

b. Domain 7 : Hubungan Peran

c. Domain 9 : Koping

d. Domain 10 : Prinsip Hidup

Diagnosa yang muncul pada pasien ini yaitu ansietas kematian dan

distress spiritual.

1) Ansietas Kematian

Perasaan tidak nyaman atau gelisah yang samara tau yang ditimbulkan

oleh persepsi tentang ancaman nyata atau imajinasi terhadap eksistensi

seseorang. Dengan batasan karakteristik, antara lain:

a) Ketakutan menderita karena menjelang ajal

b) Ketakutan cepat mati

c) Kesedihan yang terminal

d) Ketakutan mengalami sakit yang terminal


13

2) Distress Spiritual

Suatu keadaan menderita yang berhubungan dengan hambatan

kemampuan untuk mengalami makna hidup melalui hubungan dengan diri

sendiri, dunia atau kekuatan yang maha tinggi. Dengan batasan karakteristik,

antara lain:

a) Ansietas

b) Menangis

c) Ketakutan

E. Konsep Dzikir

1. Definisi Dzikir

Dzikir ditinjau dari segi bahasa (lughatan) menurut Ibn Faris bin Zakaria

adalah mengingat, sedangkan dzikir secara istilah adalah membasahi lidah dengan

ucapan-ucapan pujian kepada Allah, Ibrahim Mustafa dalam Al Mu’jam al Wasith

menyatakan dzikir mempunyai arti menjaga atau memelihara, menghadirkan,

nama baik dan menyebut sesuatu dari lisan setelah melupakannya.

Pada hakikatnya, orang yang sedang berdzikir adalah orang yang sedang

berhubungan dengan Allah. Dengan melakukan dzikir merupakan penggerak

emosi perasaan, dzikir ini muncul melalui rasa tentang penzahiran keagungan dan

keindahan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sehingga akan dapat pula mempengaruhi

pola koping seseorang dalam menghadapi nyeri sebagai sressor, sehingga stres

respon yang berbeda. Koping yang adaptif akan mempermudah seseorang

mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptif akan menyulitkan

seseorang mengatasi nyeri.


14

Secara fisiologis, terapi spiritual dengan berdzikir atau mengingat asma

Allah menyebabkan otak akan bekerja ketika otak mendapat rangsangan dari luar,

maka otak akan memproduksi zat kimia yang akan memberi rasa nyaman yaitu

neuropeptida. Setelah otak memproduksi zat tersebut, maka zat ini akan

menyangkut dan diserap didalam tubuh yang kemudian akan memberi umpan

balik berupa kenikmatan atau kenyamanan[ CITATION WHO10 \l 1033 ]. Berdzikir

menghasilkan beberapa efek medis dan psikologis yaitu akan menyeimbangkan

keseimbangan kadar serotonin di dalam tubuh, dimana fenomena ini merupakan

morfin alami yang bekerja didalam otak serta akan menyebabkan hati dan pikiran

merasa tenang dibandingkan sebelum berzikir (Hidayat, 2014). Sebagaimana

Allah berfirman:

“Orang-orang yang beriman danhati mereka menjadi tentram denganmengingat

Allah Subhanahu Wa Ta’ala (dzikrullah). Ingatlah, hanya dengan

mengingatAllahlah hati menjadi tentram” (QS. Ar-Ra’du: 28).

2. Keutamaan Dzikrulloh

Berdzikir kepada Allah adalah ibadah sunnah yang teramat mulia lagi

utama[ CITATION Lut11 \l 1033 ] . Adapun keutamaan dan manfaat dzikir antara

lain:

a. Mengingat Allah juga adalah ibadah yang memiliki kualitas nilai yang sangat

tinggi dan berlipat ganda. Inilah yang dikemukakan dalam sebuah hadist yang

diriwayatkan At- Tirmidzi dari Abu Darda dan Ibnu Majah, bahwa dzikir

kepada Allah salah satunya alam yang paling baik. (HR. At-Tirmidzi).
15

b. Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menyediakan ampunan dan pahala yang

besar bagi mereka yang berdzikir. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

“Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah, Allah telah

menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzab:

35)

c. Dzikir kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan memberi ketenangan dalam

hati. “Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi

tenteram.”(QS. Ar-Ra`du:28)

d. Akan diliputi oleh para Malaikat, ketenangan dan Allah akan menyebut mereka

di hadapan para Malaikat di langit

َ ُ‫ ِكينَة‬V ‫الس‬
َ V‫و َذ َك‬،
‫رهُ ُم هللاُ فِي َم ْن‬V ْ َ‫ َونَ َزل‬،ُ‫ َو َغ ِشيَ ْتهُ ُم الرَّحْ َمة‬،ُ‫إِاَّل َحفَّ ْتهُ ُم ْال َماَل ئِ َكة‬،َ‫اَل يَ ْق ُع ُد قَوْ ٌم يَ ْذ ُكرُونَ هللا‬
َّ ‫ت َعلَ ْي ِه ُم‬

ُ‫ِع ْن َده‬

“Tidaklah suatu kaum duduk berdzikir kepada Allah, melainkan mereka

dinaungi oleh para malaikat, diliputi oleh rahmat, turun kepada mereka

ketengan dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyebut-nyebut mereka di

hadapan para malaikat (di langit).” (HR. Muslim)

e. Mereka akan mendapatkan kemenangan atau keberuntungan

ُ ‫ال َّذا ِكرُونَ هَّللا َ َكثِيرًا َوال َّذا ِك َر‬ ‫ قَالُوا َو َما ْال ُمفَ ِّر ُدونَ يَا َرسُو َل هَّللا ِ قَا َل‬.(( َ‫ق ْال ُمفَ ِّر ُدون‬
‫ات‬ َ َ‫)) َسب‬

“Beruntunglah al-Mufarridun” para sahabat bertanya, siapa mereka al-

Mufarridun wahai Rasulullah? beliau Sallallahu Alaihi Wasallam menjawab,

“Laki-laki dan perempuan yang banyak berdzikir kepada Allah.” (HR.

Muslim).

f. Dzikir adalah sebaik-baik amal di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala .


16

ُ
‫ب‬ ِ َ‫لَ ُك ْم ِم ْن إِ ْنف‬ ‫ ٌر‬VVْ‫ اتِ ُك ْم َو َخي‬VV‫ا فِي َد َر َج‬VVَ‫ َوأَرْ فَ ِعه‬،‫ َد َملِي ِك ُك ْم‬VV‫ا ِع ْن‬VVَ‫ َوأَ ْز َكاه‬،‫الِ ُك ْم‬VV‫ر أَ ْع َم‬VVْ
ِ َ‫ َّذه‬VV‫اق ال‬VV ِ ‫أالَ أنَبِّئُ ُك ْم بِ َخي‬

ِ‫ ُر هللا‬V‫ ِذ ْك‬:‫ا َل‬VVَ‫ ق‬.‫ بَلَى‬:‫الُوا‬VVَ‫ َو َخ ْي ٌر لَ ُك ْم ِم ْن أَ ْن ت َْلقَوْ ا َع ُد َّو ُك ْم فَتَضْ ِربُوا أَ ْعنَاقَهُ ْم َويَضْ ِربُوا أَ ْعنَاقَ ُك ْم ؟ ق‬،‫ق‬
ِ ‫َوال َو ِر‬

‫تَ َعالَى‬

“Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang sebaik-baik amal, lebih suci

di sisi Allah, akan mengangkat derajat kalian, ia lebih baik daripada berinfak

dengan emas dan perak dan lebih baik bagi kalian dari pada bertemu dengan

musuh lalu kalian memenggal leher mereka dan mereka memenggal lehar

kalian?” mereka menjawab, tentu. Beliau Sallallahu Alaihi Wasallam

bersabda: “Dzikir kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.”  (HR. Bukhari dan

Muslim).

3. Jenis-Jenis Bacaan Dzikir

Dzikrullah adalah salah satu sarana dan media yang sangat tepat untuk

menciptakan pribadi-pribadi yang sehat secara mental dan spiritual [ CITATION

Ism08 \l 1033 ]. Sebagaimana telah Al-Qur’an informasikan kepada kita bahwa

salah satu dari sekian banyak manfaat mengingat Allah adalah menjadikan jiwa

dan hati manusia mampu merasakan ketentraman dan kedamaian batin yang luar

biasa[ CITATION KHM12 \l 1033 ]. Adapun jenis-jenis bacaan dzikir menurut

Nawawi (2008), dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Al-Baqiyyatu Ash-Shalihat

Lafazh ini terdiri atas empat bacaan dzikir yakni bacaan tasbih, bacaan

tahmid, bacaan takbir dan bacaan tahlil [ CITATION Ism08 \l 1033 ]. Pertama bacaan

tasbih. Tasbih adalah bacaan dzikir yang bertujuan memuji Allah dengan

mensucikan dzat-Nya yaitu Subhanallah wa bihamdihi (maha suci Allah yang


17

maha agung). Bacaan mengandung makna nafi yang berarti menolak hal hal yang

buruk dari Allah, karena Allah tidak memiliki aib, keburukan ataupun kekurangan

dan hal yang buruk lainnya. Ini menunjukkan dan membuktikan bahwa seseorang

telah mengakui bahwa Allah adalah Tuhan yang maha suci, suci dzat dan sifat-

Nya, karena itu hanya Dia-lah yang paling layak dan patut untuk disucikan dzat-

Nya[ CITATION Jok12 \l 1033 ].

Kedua bacaan tahmid. Tahmid adalah salah satu bacaan dzikir yang sangat

baik dan dianjurkan dibaca untuk mengakhiri setiap aktivitas yang dilakukan

seseorang. Bacaan ini juga mengisyaratkan ungkapan rasa syukur dan terimakasih

seseorang kepada Allah yang telah melimpahkan berbagai karunia dan nikmat

kepadanya[ CITATION Lut11 \l 1033 ]. Dengan mensyukuri nikmat yang telah

diberikan Allah, maka seseorang akan terbebas dari perasaan gelisah,

kekecewaan, merasa kurang puas, dan rendah diri yang disebabkan karena tidak

mampu meraih sesuatu yang menjadi harapan dan keinginannya, yang selanjutnya

melahirkan sikap hidup yang qana’ah[ CITATION Jok12 \l 1033 ] . Adapun kalimat

dzikir ini merupakan ucapan yang paling dicintai Allah sebagaimana yang

diriwayatkan Abu Dzar Giffari yang bermakna isbat, yaitu memuji kesempurnaan

dan menetapkan seluruh kebaikan sifat Allah.

Ketiga bacaan takbir. Takbiradalah membaca lafazh Allahu Akbar yang

artinya Allah Maha Besar. Bacaan ini adalah bacaan untuk mengagungkan Allah

dan mengisyaratkan pengakuan seorang muslim akan keagungan dan

kemahabesaran Allah[ CITATION Jok12 \l 1033 ] . Dengan membaca takbir secara

tidak langsung seseorang telah mengakui bahwa dirinya hanyalah makhluk yang
18

lemah, hina dan serba terbatas dalam kemampuan dan pengetahuan, yang tidak

berkuasa untuk menolak kemudharatan dan tidak pula mampu mendatangkan

kebajikan walaupun untuk dirinya sendiri[ CITATION Ism08 \l 1033 ].

Keempat bacaan tahlil. Tahlil adalah membaca lafazh Laa ilaaha illallah

(Tiada Tuhan selain Allah). Tahlil adalah bacaan dzikir yang mengisyaratkan

pengakuan seseorang akan adanya Tuhan yang maha tunggal dan sekaligus

sebagai bentuk pernyataan seseorang bahwa tidak ada Tuhan yang akan disembah

dan akan ditaati perintah serta dijauhi larangan-Nya selain hanya Allah [ CITATION

Jok12 \l 1033 ]. Dengan membaca tahlil serta meresapi makna yang terkandung di

dalamnya juga akan dapat melahirkan prinsip dalam hidup seseorang yakni

prinsip yang esa, menyembah pada yang esa, menyembah pada yang esa, meminta

pertolongan dan bergantung kepada Tuhan Yang Maha Esa. Prinsip ini dapat

membebaskan manusia dari ketergantungan kepada selain Allah[ CITATION Ism08 \l

1033 ].

2) Istighfar (Memohon Ampun)

Istighfar adalah membaca kalimat astaghfirullah (aku memohon ampunan

Allah), atau lebih lengkap adalah astaghfirullahaladzim (aku memohon ampunan

Allah Yang Maha Agung). Istighfar dapat dimaknai dengan menundukkan hati,

jiwa dan pikiran kepada Allah seraya memohon ampun dari segala dosa yang

pernah dilakukan kepada-Nya. Baik dosa yang dilakukan dengan sengaja maupun

dosa yang dilakukan sebab lupa[ CITATION Ibn13 \l 1033 ]. Sesungguhnya Allah

telah memberikan jaminan akan memberikan ampunan-Nya bagi setiap orang


19

yaang bersedia memohon ampunan kepada-Nya. Allah berfirman: (QS An Nisa:

10).

Bagi orang yang senantiasa memohon ampun kepada Allah, selain segala

dosanya akan dihapuskan, Allah juga akan meluaskan rezeki kepadanya dari arah

yang tidak disangka-sangka, demikian ini sebagaimana ditunjukkan oleh Nabi

dalam sabdanya:

“ Barang siapa yang melazimkan istighfar, maka Allah Ta’ala akan menjadikan

jalan keluar baginya dari segala kesempitan. Dan kelapangan dari segala

kesempitan. Selain itu ia akan diberi rezeki oleh-Nya dari jalan yang tidak

disangka-sangka olehnya.” (HR. Abu Daud).

Adapun terhadap penyakit, kalimat istighfar ini mampu mengeluarkan CO2 yang

berada dalam tubuh, dimana dapat menurunkan nyeri dan menumbuhkan

ketenangan bagi pasien.

F. Konsep SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique)

1. Sejarah Singkat Terapi SEFT

Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) merupakan

penggabungan sekaligus penyempurnaan dari beberapa terapi atau metode yang

telah ada sebelumnya. Metode-metode tersebut adalah akupuntur, akupresur,

applied kinesiologi, energy psychology, Tought Fieled Therapy (TFT) dan

Emotional Freedom Techinique (Zainuddin, 2009).

SEFT adalah terapi yang memanfaatkan teknik akupuntur dan akupresur

dengan merangsang titik-titik bagian tubuh di sepanjang 12 jalur energi (energi

meridian). SEFT merupakan metode baru dalam melakukan SEFT yang


20

ditemukan oleh Ahmad Faiz Zainuddin secara spontan dan ternyata berhasil ada

manfaatnya. Larry Dossey MD melakukan penelitian ekstentif tentang efek doa

terhadap kesembuhan pasien. Penelitian ini sempat mengguncang dunia

kedokteran barat yang dijelaskan secara rinci dan meyakinkan dalam bukunya

“The Healing Word : The Power of Prayer and The Practice of Medicine”. Intinya

dokter Dossey ingin menyampaikan bahwa doa dan spiritualitas terbukti dalam

penelitian ilmiah memiliki kekuatan yang sama besar dengan pengobatan dan

pembedahan (Zainuddin, 2009).

2. Definisi SEFT

Spiritual emotional freedom technique (SEFT) adalah gabungan dari

spitirual dan energi psikologi dengan cara melakukan tapping ringan di beberapa

titik tubuh tertentu. Prinsip yang digunakan pada terapi SEFT ini hampir sama

dengan akupuntur dan akupresur yaitu dengan merangsang 12 titik meridian yang

ada di dalam tubuh. Hal yang membuat terapi SEFT berbeda dengan terapi yang

lainnya adalah terapi SEFT melibatkan unsur spitirual dan cara yang digunakan

jauh lebih mudah, aman cepat dan sederaha karena hanya menggunakan tapping

atau ketukan ringan. Terapi SEFT mampu menyembuhkan masalah dengan

spektrum yang lebih luas yaitu masalah fisik maupun psikologis atau emosi. Hal

ini tentu saja membuat terapi SEFT lebih berbeda dengan terapi yang ada

sebelumnya (Fajri, 2015).

3. Manfaat dan Syarat Terapi SEFT

Menurut Faiz (2008), terapi SEFT berfokus pada kata atau kalimat yang

diucapkan berulang kali dengan ritme yang teratur disertai sikap pasrah kepada
21

Allah SWT. Ketika seorang pasien berdoa dengan tenang (disertai dengan hati

ikhlas & pasrah) maka tubuh akan mengalami relaksasi dan menyebabkan seorang

pasien menjadi tenang. Pernafasan menjadi teratur, denyut jantung menjadi teratur

dan stabil akan melancarkan sirkulasi darah yang mengalir kedalam tubuh dan

mereka benar-benar berada dalam keadaan yang luar biasa rileks. Keadaan

relaksasi menurunkan kecemasan pasien sehingga stimulus ke RAS menurundan

beberapa bagian, BSR mengambil alih yang dapat menyebabkan tidur.

Sementara itu ketukan (tapping) ringan yang dilakukan pada titik-titik

energi meridian sesuai dengan teori gate control yang dikemukakan oleh Melzack

& Well (1965) akan menutup substansi gelatinosa (SG) pada medulla spinalis dan

menghalangi impuls nyeri menuju otak. Ketukan dapat menutup SG karena

dihantarkan melalui serabut syaraf yang memiliki diameter lebih besar daripada

serabut syaraf nyeri. Jika ada suatu zat dapat mempengaruhi substansi gelatinosa

didalam gate control, zat tersebut dapat digunakan untuk pengobatan nyeri

(Potter, 2008).

4. Prosedur Terapi SEFT

Terdapat dua versi untuk melakukan terapi SEFT, yaitu versi lengkap dan

versi singkat(short-cut).Perbedaan dari kedua versiter sebutialah pada tahap

tapping. Pada versi lengkap dilakukan pada 18 titik, sedangkan versi singkat

hanya dilakukan pada9 titik. Kedua versi dalam melakukan terapi SEFT terdiri

dari 3 langkah sederhara,yaituthe set-up, the une-in dan the tapping

(Zainuddin,2009).

a) TheSet-Up
22

The Set-Up bertujuan untuk memastikan agar aliran energi tubuh dapat

diarahkan dengan tepat. Langkah ini dilakukan untuk menetralisir “psychological

reversal” atau “perlawanan psikologis” yang biasanya berupa pikiran negatif

spontan atau keyakinan bawah sadar negatif.

Contoh psychological reversal diantaranya ialah :

1) Saya tidak bisa mencapai impian saya.

2) Saya tidak dapat bicara di depan publik dengan percaya diri.

3) Saya tidak bisa menghindari rasa bersalah yang terus menghantui hidup saya.

4) Saya tidak bisa melepaskan diri dari kecanduan rokok.

5) Saya tidak mungkin bisa memenangkan pertandingan ini.

6) Saya mernyerah, saya tidak mampumelakukannya.

7) Saya.....saya.....saya.....

Beberapa keyakinan dan pikiran negatif memerlukan obat untuk

mengatasinya, salah satu yang dapat dilakukan yaitu berdo’a dengan khusyu’,

ikhlas dan pasrah sambil mengucapkan “Ya Allah... meskipun saya(keluhan yang

dialami), saya ikhlas menerima sakit/masalah saya ini, saya pasrahkan pada-Mu

kesembuhan saya.” Kata-kata tersebut adalah the set-up words, yaitu beberapa

kata yang perlu diucapkan dengan penuh perasaan untuk menetralisir

psychological reversal (keyakinan dan pikiran negatif). Dalam bahasa religius, the

set-up adalah doa kepasrahan pada Allah SWT bahwa apapun masalah dan rasa

sakit yang dialami saat ini, harus menjadikannya ikhlas dan memasrahkan

kesembuhannya pada Allah SWT (Zainuddin, 2009).

Theset-up terdiri dari dua aktivitas, pertama adalah mengucapkan kalimat


23

theset- up words dengan penuh rasa khusyu’, ikhlas dan pasrah. Kemudian yang

kedua, sambil mengucapkan the set-up words, dilakukan penekanan pada bagian

“sore sport” (titik nyeri = daerah di sekitar dada atas yang jika ditekan terasa agak

sakit) atau mengetuk dengan dua ujung jari di bagian “karate chop”

(Zainuddin,2009).

2) The Tune In

Untuk masalah fisik, dilakukan tune-in dengan cara merasakan sakit yang

dialami, kemudian arahkan pikiran ke tempat rasa sakit, dibarengi dengan hati dan

mulut mengatakan “Ya Allah Saya ikhlas, Saya pasrah.....” atau “Ya Allah Saya

ikhlas menerima sakit ini, Saya pasrahkan pada-Mu kesembuhan saya”

(Zainuddin,2009).

Sedangkan untuk masalah emosi, dilakukan tune-in dengan cara

memikirkan sesuatu atau peristiwa spesifik tertentu yang dapat menghentikan

emosi negatif yang ingin dihilangkan. Ketika terjadi reaksi negatif (marah, sedih,

takut, ataupun perasaan yang lainnya) hati dan mulut mengatakan “Ya Allah.....

Saya ikhlas..... Saya pasrah ” (Zainuddin, 2009)

3) TheTapping

Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik

tertentu di tubuh kita sambil terus tune-in. Titik-titik ini adalah titik-titik kunci

dari “The Major Energy Meridians”, yang jika diketuk beberapa kali akan

berdampak pada ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang dirasakan.

Karena aliran energi tubuh berjalan dengan normal dan seimbang kembali.
24
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. BIODATA PASIEN

Insial Pasien : Tn. I

Usia : 25 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : SMA

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Turangga

Diagnosa medis : Sirosis Alkoholik

Tanggal masuk RS : 5 Oktober 2020 Jam 20.45 wib

Tanggal Pengkajian : 6 Oktober 2020 Jam 09.00 wib

B. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU DAN SEKARANG

a. Keluhan Utama

Klien mengeluh sulit tidur disertai pusing dan sakit badan

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien mengatakan sudah 3 hari tidak bisa tidur dan sering gelisah

diketahui klien memiliki kebiasaan meminum obat tidur sudah 6 bulan

dan sekarang walapun minum obat tidur klien masih susah tidur, Pada

saat di lakukan pengkajian tanggal 6 oktober 2020 jam 09.00 wib klien

mengatakan sulit tidur di sertai pusing dan sakit badan, karna sangat

25
26

terganggu klien meminum obat tidur dan di rasakan hampir setiap

malam sulit tidur dirasakan terus menerus.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Keluarga klien dan klien mengatakan bahwa klien memiliki kebiasaan

minum obat tidur sudah semejak 6 bulan terakhir

C. PENGKAJIAN SPIRITUAL

a. Hubungan Kesehatan dengan Spiritual

Klien mengatakan sakit yang ia alami saat ini adalah suatu harapan bagi

klien dapat menjadi kifarat baginya. Klien jarang mengeluh tentang

penyakitnya dan menghadapinya dengan perasaan yang tenang karena

klien sadar jika klien terlalu banyak memikirkan tentang penyakitnya

akan memperparah keadaanya. Selama klien dirawat klien sudah

mempasrahkan segala tindakan yang diberikan rumah sakit untuk

kesembuhannya karena ini adalah salah satu ikhtiar bagi klien untuk

sembuh.

b. Konsep Ketuhanan

Klien mengatakan bahwa skait yang dideritanya adalah sebagai bentuk

hukuman dari Allah karena di usia klien masih muda dan menjalani

hidup yang jauh dari Allah, dan sakitnya sekarang adalah penghapus

baginya untuk diampuni dosanya.

c. Kebiasaan Praktik Ibadah di rumah


27

Klien mengatakan kegiatan ibadah sholat dirumah dan juga mengaji

klien sudah sejak lama klien meninggalkannya terlebih lagi ditempat

kerjanya tidak tersedianya mushola.

d. Kebiasaan Praktik Ibadah ketika sakit

Klien mengatakan untuk ibadah sholat klien mengaku belum tahu cara

sholat ketika keadaan klien sakit, dan klien juga tidak mengetahui cara

berwudhu ketika klien tidak mampu mengambil air, sedangkan klien

tidak mengetahui cara bertayamum.

e. Support system dan dukungan

Dukungan yang klien dapat yaitu dari ibunya yang paling utama karena

keluarga yang lain tinggal di kota yang berbeda. Dukungan tersebut

klien maknai sangat berarti dan sebagai bentuk kasih sayang dari ibunya

untuk klien.

D. ANALISA DATA

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF DIAGNOSA

KEPERAWTAN
• Klien mengatakan sampai • Klien terlihat berbaring Resiko Distres Spiritual

saat ini belum bisa di tempat tidur selama

memaknai hidup dirawat

• Klien mengatakan belum • Klien tampak gelisah,

bisa menjabarkan makna sulit tidur dan merasa

hidupnya seperti apa pusing

• Pasien mengatakan bahwa

belum bisa menerima


28

kondisi dirinya
• Klien mengatakan sudah • Klien terlihat belum Kurang pengetahuan

sejak lama meninggalkan bersedia untuk tentang pelaksanaan

kewajiban sholat maupun dibimbing perawat praktek ibadah

membaca Al-Qur’an maupun rohaniawan

• Klien mengatakan tidak

tahu tata cara sholat ketika

sakit

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko Distres spiritual berhubungan dengan kondisi penyakit kronis

2. Kurang pengetahuan tentang pelaksanaan praktek ibadah berhubungan

dengan diri sendiri

F. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Dx Keperawatan Outcome Intervensi


Resiko distres spiritual Setelah dilakukan tindakan 1. Bina trust dengan pasien

berhubungan dengan asuhan keperawatan dan keluarga

kondisi penyakit kronis spiritual muslim selama 3 x 2. Diskusikan dengan klien

24 jam, distres spiritual tentang hubungan agama,

yang klien rasakan akan spiritual, dengan

berkurang dengsan kreteria kesehatan

hasil : 3. Diskusikan dengan klien

1. Klien mampu tentang harapan dan

mengungkapkan makna kekuatan klien

dan tujuan hidup 4. Diskusikan dengan kliem


29

2. Klien mampu tentang keyakinan, makna

mengungkapkan dan tujuan hidup

kepuasan terhadap 5. Identifikasi kebutuhan

makna hidup pelaksanaan ibadah pasien

3. Klien mampu menerima 6. Ajarkan teknik non

keadaan sakitnya farmakologis teknik

4. Klien mampu relaksasi/SEFT untuk

melaksanakan kegiatan mengatasi kegelisahan

ibadah 7. Lakukan terapi zikir

8. Sediakan sarana yang

aman dan nyaman untuk

pelaksanaan ibadah :

tempat wudhu,

perlengkapan sholat, arah

kiblat

9. Beri dukungan klien

terhadap pengambilan

keputusan

10. Berikan klien

dukungan emosional

11. Lakukan terapi dzikir

12. Anjurkan keluarga

memberikan motivasi
30

klien
Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi pengetahuan,

tentang pelaksanaan asuhan keperawatan kemauan dan kemampuan

praktek ibadah spiritual muslim selama 3 x klien dalam meningkatkan

berhubungan dengan diri 24 jam, pengetahuan kegiatan ibadah

sendiri pelaksanaan pratek ibadah 2. Observasi eliminasi pasien

klien teratasi dengan (BAB/BAK) untuk

kreteria hasil : membantu pasien Istinja

1. Klien memahami kaitan sebagai syarat sah ibadah

agama, spiritual dengan sholat sesuai situasi

kesehatan kondisi pasien

2. Pasien menunjukkan 3. Ajarkan atau dampingi

kemampuan orientasi pasca cara thaharah sesuai

waktu ibadah dengan kondisinya

3. Kebutuhan istinja 4. Ciptakan lingkungan yang

terpenuhi untuk syarat menunjang kegiatan

sah pelaksanaan ibadah ibadah : bersih

sholat 5. Diskusi dengan klien

4. Pasien berdoa sebelum tentang hubungan agama,

melaksanakan aktivitas spiritual dengan kesehatan

sehari-hari 6. Motivasi klien untuk dapat

5. Klien dapat menentukan menentukan praktik sholat

praktik shalat dengan sesuai dengan keadaan

keadaan sakitnya sakitnya


31

G. IMPLEMENTASI

Hari dan tanggal Dx Implementasi dan catatan perkembangan Paraf


Selasa, 2 07.00 WIB : Dodi

06 Oktober 2020 1. Bina trust

2. Menanyakan keadaan klien

3. Mengukur tanda-tanda vital

4. Memberikan klien obat dan membimbing

do’a minum obat dan sesudah minum obat

Catatan perkembangan :

1. Klien mengatakan sulit tidur, merasa pusing

dan sakit badan

2. TTV : TD : 120/80 mmHg, Nadi :

88x/menit, RR : 19x/menit, S :36,3ºC

3. Klien mengikuti do’a yang diajarkan

1&2 09.00 WIB Nuriyah

1. Menanyakan keadaan klien

2. Melakukan diskusi tentang makna hidup

dan tujuan hidup

3. Menggali sumber harapan dan kekuatan

4. Mengkaji kebutuhan spiritual

Catatan perkembangan :
32

1. Klien mengatakan masih merasa pusing,

sakit badan dan sulit tidur

2. Klien mengatakan bahwa makna hidupnya

adalah untuk beribadah kepada Allah, serta

meyakini bahwa semua makhluk hidup akan

kembali pada Allah SWT

3. Klien mengatakan yang menjadi sumber

harapan dan kekuatannya adalah keluarga

terutama ibunya.

4. Klien mengatakan belum tau cara tayamum

dan melakukan ibadah saat terbaring

ditempat tidur

1&2 11.00 WIB Dodi dan

1. Menanyakan keadaan klien Nuriyah

2. Membantu klien untuk istinja

3. Membimbing klien untuk bertayamum

4. Membimbing klien untuk sholat di tempat

tidur

5. Membimbing klien untuk berdo’a

Catatan perkembangan :

1. Klien belum bersedia untuk melakukan

praktek ibadah (sholat, tayamum ataupun

berdoa)
Rabu, 1&2 14.00 WIB Nuriyah
33

07 Oktober 2020 1. Menanyakan keadaan klien

2. Mengukur TTV

3. Mengevaluasi mengenai tayamum

4. Mengevaluasi mengenai sholat ditempat

tidur

5. Mengevaluasi berdo’a

Catatan perkembangan :

1. Klien mengatakan masih sulit tidur

2. TTV : TD : 120/70 mmHg, Nadi :

90x/menit, RR : 19x/menit, S :36,7ºC

3. Klien sudah bersedia untuk melakukan

praktek ibadah (tayamum, sholat, berdo’a)

1 16.00 WIB

1. Memfasilitasi untuk pelaksanaan ibadah Dodi

klien

2. Memberikan terapi dzikir

Catatan perkembangan :

Klien merasa kesulitan tidurnya berkurang

dengan terapi dzikir

18.00 WIB

1. Mengingatkan sholat maghrib Nuriyah dan

2. Memberikan penjelasan tentang spikoterapi Dodi

islam : SEFT
34

3. Memberikan motivasi kepada klien untuk

tetap semangat, tetap tenang dalam kondisi

sakitnya saat ini

Catatan perkembangan :

1. Klien melaksanakan sholat maghrib

2. Klien mengatakan sangat tertarik dan ingin

melakukan psikotherapy islami terutama

SEFT

H. EVALUASI

Tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf

Keperawatan
06/10/20 I,II S : Klien mengatakan sulit tidur, merasa Dodi dan

pusing dan sakit badan Nuriyah

sulit tidur, merasa pusing dan sakit badan

dan sakit badan

O : Klien tampak gelisah

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

1. Monitoring TTV

2. Mengkaji kebutuhan spiritual


07/10/20 I,II S : Klien masih mengeluh sulit tidur Nuriyah dan

O : Klien tampak tenang dan klien Dodi

kooperatif dalam menceritakan masalahnya


35

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

1. Monitoring TTV

2. Lanjutkan terapi dzikir

3. Terapi SEFT

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan kasus asuhan keperawatan spiritual muslim yang

dilakukan pada Tn. I dengan diagnosa Sirosis Alkoholik di Ruang Sartika


36

Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih Bandung maka pada bab ini akan

membahas kasus yang ditemukan dilapangan,

Pada saat di lakukan pengkajian tanggal 6 oktober 2020 jam 09.00

wib klien mengatakan sulit tidur di sertai pusing dan sakit badan, karna

sangat terganggu klien meminum obat tidur dan di rasakan hampir setiap

malam sulit tidur dirasakan terus menerus, Aktifitas pasien bekerja di

perusahaan swasta, dan sering bekerja lembur, Pasien mengatakan bahwa

sakit yang di deritanya adalah sebagai bentuk hukuman dari Tuhannya

karena ia sering mabuk dan begadang. Pasien mengatakan belum bisa

menerima kondisi dirinya , harus dirawat di rumah sakit karena tuntutan

pekerjaannya akan semakin menumpuk, pasien ingin sembuh dan segera

bekerja kembali, juga meninggalkan kebiasaan tergantung minum obat

tidur. Sampai saat ini pasien belum bisa memaknai hidup, belum bisa

menjabarkan makna hidup saya itu apa. Pasien mengatakan sudah sejak

lama meninggalkan kewajiban sholat maupun membaca al-qur’an karena

tidak tersedia mushola di tempatnya bekerja. Pasien menyatakan tidak tahu

tata cara sholat ketika sakit, namun juga belum bersedia untuk dibimbing

perawat maupun rohaniawan

Masalah yang pertama yang muncul pada klien adalah resiko distress

spiritual, dengan data yang menunjang adalah klien mengatakan sampai

saat ini belum bisa memaknai hidup, klien mengatakan belum bisa

menjabarkan makna hidup, klien mengatakan bahwa belum bisa menerima

kondisi Pasien mengatakan sudah sejak lama meninggalkan kewajiban


37

sholat maupun membaca al-qur’an karena tidak tersedia mushola di

tempatnya bekerja. Pasien menyatakan tidak tahu tata cara sholat ketika

sakit, namun juga belum bersedia untuk dibimbing perawat maupun

rohaniawan, sehingga untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut

intervensi yang dilakukan adalah memfasilitasi kegiatan ibadah, konseling,

melakukan terapi relaksasi zikir dan SEFT.

Berdasarkan intervensi yang telah dilakukan yaitu terapi relaksasi

zikir pada Tn. I diharapkan dapat berpengaruh signifikan yaitu merasakan

ketenangan dalam hati sehinngga klien merasa lebih tenang saat seseorang

menerima stimulus atau rangsangan berupa terapi zikir terjadi proses

kognator (persepsi, informasi) dan regulator (kimiawi, saraf, endokrin)

yang mempengaruhi cerebral cortex dalam aspek kognitif maupun emosi

sehingga menghasilkan persepsi positif dan peningkatan relaksasi hingga

65% secara tidak langsung menjaga keseimbangan homeostatis tubuh

melalui HPA Axis (sistem neuroendokrin hipotalamus yang mengatur

stres). Sistem neuroendokrin hipotalamus berfungsi untuk menghasilkan

Corticotropin Releasing Factor (CRF) yang merangsang kelenjar pituari

untuk menurunkan produksi ACTH (Adreno Corticotropic Hormone)

menstimulasi produksi endorphin. Endorphin merupakan polipeptida yang

mengandung 30 unit asam amino yang mengikat pada reseptor opiat di

otak yang memiliki efek natural analgesik kemudian menurunkan produksi

kortisol dan hormon-hormon stres lainnya. Wahida, 2015 dalam Fadly,

Reski dan Andi Sastria, 2019).


38

Sedangkan dari segi pandang agama islam Dzikir sebagai salah satu

bentuk ibadah dalam agama Islam merupakan relaksasi religius, dengan

mengucapkan lafadz Allah secara terus menerus dengan pelan dan ritmis

akan dapat menimbulkan respon relaksasi. Dzikir akan membuat sesorang

menjadi tenang sehingga menekan kerja saraf simpatis dan meningkatkan

kerja saraf parasimpatis. Saat tenang maka tubuh akan menjadi rileks

(Sangkan, A. 2012).

Dzikir akan membuat seseorang merasa tenang sehingga kemudian

menekan kerja sistem saraf simpatis dan mengaktifkan kerja sistem saraf

parasimpatis. Allah berfirman “Orang-orang yang beriman dan hati

mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah SWT (dzikrullah).

Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tentram” (QS.

Ar-Ra’du: 29). Menurut Lloyd & Dunn (2007) relaksasi dan doa (prayer)

menggunakan keterpaduan dan hubungan (interconnectedness) tubuh dan

jiwa (mind and body) untuk perbaikan kesehatan, dalam arti lain pikiran

dapat dilatih untuk menginisiasi saraf parasimpatik memulai perbaikan

secara natural untuk menurunkan metabolisme tubuh yang terlalu tinggi,

denyut nadi, kecepatan pernafasan, tekanan darah, dan ketegangan otot

sehingga kembali normal sehingga memicu relaksasi dan kesembuhan

(Kuswandari & Afsah, 2016).

Intervensi SEFT terbukti mampu secara signifikan menurunkan

intensitas nyeri pada klien, karena SEFT merupakan terapi pengobatan

yang menggabungkan sistem energi tubuh dengan terapi spiritual dengan


39

menggunakan metode tapping pada beberapa titik tertentu pada tubuh, cara

kerja SEFT bekerja dengan cara merangsang titik kunci pada sepanjang 12

jalur energi tubuh, aspek spiritual klien disentuh dengan membimbing

klien mengucapkan kalimat kepasrahan dan keikhlasan yang akhirnya

membimbing mereka dalam kondisi khusyu. Kondisi ini dianalogikan

sebagai kondisi meditatif yang dapat mempengaruhi perubahan fisiologis

seseorang. Zainudin (2008) menyatakan Tindakan tapping akan

mempengaruhi sistem saraf pusat. jika pusat otak yang lebih tinggi

teraktivasi maka gerbang di spinal cord akan menutup.

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
40

Berdasarkan hasil implementasi Asuhan Keperawatan Spiritual

Muslim pada Tn. I dengan diagnosa medis Sirosis Alkoholic maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil Pengkajian Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim pada Tn.

I didapatkan keluhan spiritual pada Konsep Ketuhanan,

Kebiasaan Praktek Ibadah ketika sakit, Support System dan

Dukungan

2. Diagnosa Keperawatan yang muncul pada pasien Tn. I adalah

Resiko Distress Spiritual dan Kurang pengetahuan tentang

pelaksanaan praktek ibada.

3. Rencana Tindakan keperawatan dan implementasi keperawatan

yang diberikan pada Tn. I meliputi Konseling, Memfasilitasi

pelaksanaan ibadah, Pemberian therapi Dzikir dan Pembelajaran

therapi SEFT.

4. Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim pada Tn. I memberikan

hasil signifikan terhadap kualitas kesehatan Tn. I terutama pada

gangguan sulit tidur dan pada pelaksanaan praktek ibadah.

B. Saran
41

Beberapa saran yang diberikan berdasarkan hasil implementasi

Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim pada Tn. I adalah sebagai

berikut :

1. Bagi Perawat

a. Diharapkan perawat yang berkerja di garis terdepan harus

mampu memenuhi semua kebutuhan klien termasuk juga

kebutuhan spiritual klien

b. Diharapkan agar para perawat senantiasa meningkatkan dan

mengembangkan pengetahuannya dalam asuhan keperawatan

spiritual muslim melalui kegiatan membaca jurnal, diskusi

refleksi kasus (DRK), mengikuti kegiatan pelatihan dan

seminar keperawatan spiritual muslim

c. Diharapkan agar para perawat mampu mengaplikasikan

pengetahuannya mengenai asuhan keperawatan spiritual

muslim dalam pelaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien

kelolaan.

2. Bagi Institusi Rumah Sakit

a. Hendaknya Rumah Sakit bisa membuat kebijakan serta SOP

dalam pemberian asuhan keperawatan spiritual muslim

b. Rumah sakit diharapkan untuk selalu meningkatkan kualitas

dan kapabilitas perawat melalui pelatihan asuhan keperawatan

spiritual muslim

DAFTAR PUSTAKA
42
43

Anda mungkin juga menyukai