Anda di halaman 1dari 59

PRESENTASI JURNAL

KEEFEKTIFAN POSISI SEMI FOWLER TERHADAP


PENURUNAN SESAK NAPAS PADA PASIEN DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN YANG DISERTAI
KELUHAN SESAK NAPAS

Laporan Presentasi Jurnal


Diajukan untuk memenuhi Laporan Tugas Praktek Belajar Lapangan

Dosen Pembimbing :
Popy, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 1
IRA AYULIANTI NIM.402019050
NURIYAH NIM. 402019086
RATU DEWIANA F. NIM. 402019057
DODI ANDIKA NIM. 402019074

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2
(SARS-CoV-2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang
belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Ada setidaknya
dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat
menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Tanda dan
gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan
akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6
hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang
berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal
ginjal, dan bahkan kematian.
Penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) adalah infeksi saluran
pernapasan yang disebabkan oleh coronavirus yang baru muncul yang
pertama dikenali muncul di Wuhan, Tiongkok, pada bulan Desember
2019. Corona virus dapat menular melalui hewan, salah satu contohnya
kelelawar, kucing, untan dan lain lain. Virus ditularkan melalui kontak
langsung dengan tetesan pernapasan dari orang yang terinfeksi (dihasilkan
melalui batuk dan bersin), dan menyentuh permukaan yang terkontaminasi
virus. Virus dapat bertahan hidup di permukaan selama beberapa jam,
tetapi disinfektan sederhana dapat membunuhnya (Unicef, Indonesia).
Masa inkubasi COVID-19 rata-rata 5-6 hari, dengan range antara 1 dan 14
hari namun dapat mencapai 14 hari. Risiko penularan tertinggi diperoleh
di hari-hari pertama penyakit disebabkan oleh konsentrasi virus pada
sekret yang tinggi. Orang yang terinfeksi dapat langsung dapat menularkan
sampai dengan 48 jam sebelum onset gejala (presimptomatik) dan sampai
dengan 14 hari setelah onset gejala (Kemenkes, 2020).
Sebuah studi Du Z et. al, (2020) melaporkan bahwa 12,6%
menunjukkan penularan presimptomatik. Penting untuk mengetahui
periode presimptomatik karena memungkinkan virus menyebar melalui
droplet atau kontak dengan benda yang terkontaminasi. Sebagai tambahan,
bahwa terdapat kasus konfirmasi yang tidak bergejala (asimptomatik),
meskipun risiko penularan sangat rendah akan tetapi masih ada
kemungkinan kecil untuk terjadi penularan.
Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul
secara bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala
apapun dan tetap merasa sehat. Gejala COVID-19 yang paling umum
adalah demam, rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin
mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, nyeri kepala,
konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, hilang penciuman dan pembauan
atau ruam kulit.
Sampai tanggal 15 September 2020, penderita Covid-19 di
Indonesia mencapai 252.923 orang. Para pasien penderita Covid-19 ada
yang mengalami kesulitan bernapas atau sesak napas. Sesak napas yang
dialami penderita Covid-19 biasanya terjadi pada hari ke 4 dan 10 setelah
infeksi terjadi dalam tubuh, mengikuti gejala yang lebih ringan, seperti
demam, rasa kelelahan, dan pegal-pegal. Namun, ada juga penderita yang
tidak menunjukkan gejala ini sama sekali.
Pada kondisi normal di mana paru-paru sehat, oksigen akan
melintasi alveoli dan memasuki pembuluh darah kecil yang dikenal
sebagai pembuluh kapiler, tempat sebelum oksigen dialirkan ke seluruh
tubuh. Namun, pada mereka yang menderita Covid-19, transfer oksigen
akan terganggu oleh respons imun yang muncul. Sel darah putih
melepaskan molekul inflamasi yang disebut kemokin atau sitokin. Mereka
akan mengumpulkan lebih banyak sel kekebalan demi membunuh sel yang
terinfeksi virus corona. Proses tersebut menyisakan nanah yang
merupakan campuran dari cairan dan sel-sel mati di dalam paru-paru.
Keberadaan nanah tersebut menyebabkan terjadinya sesak napas, batuk,
juga demam. Namun, khusus untuk gejala sesak napas pada Covid-19,
risiko terjadinya jauh lebih tinggi pada mereka yang berusia di atas 65
tahun, perokok, punya riwayat diabetes, dan penyakit kardiovaskular, serta
sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Untuk meminimalisir gejala sesak napas pada Covid-19 terdapat
beberapa metode yang non farmakologi yang dapat dicoba, yaitu dengan
pengaturan posisi saat istirahat. Posisi yang paling efektif bagi pasien
dengan penyakit TB paru adalah diberikannya posisi semi fowler dengan
derajat kemiringan 30-45° (Prastika, 2019). Posisi semi fowler dengan
derajat kemiringan 45°, yaitu dengan menggunakan gaya gravitasi untuk
membantu pengembangan paru dan mengurangi tekanan dari abdomen
pada diafragma, posisi semi fowler pada pasien TB paru telah dilakukan
sebagai salah satu cara untuk membantu mengurangi sesak napas (Aini,
2017).
Tujuan dari tindakan ini adalah untuk menurunkan konsumsi O2
dan menormalkan ekspansi paru yang maksimal, serta mempertahankan
kenyamanan. Semi fowler dapat meminimalkan upaya penggunaan otot
paru dan memaksimalkan ekspansi paru. Dengan semi fowler, membantu
penderita sesak napas bernapas dengan ringan karena pengembangan paru
dibantu oleh gaya gravitasi.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka
kami tertarik untuk mengalanalisis jurnal mengenai pengaruh pemberian
posisi semi fowler terhadap penurunan sesak pada pasien penderita Covid-
19. Maka dari itu hasil analisis ini diharapkan dapat menjadi salah satu
acuan untuk memilih intervensi yang tepat untuk pasien Covid-19 dalam
rangka mengatasi sesak napas.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah kami susun menggunakan metode PICO, yaitu:
P: Pasien Covid-19 dengan keluhan sesak napas
I: Posisi semifowler
C: Tidak ada pembanding intervensi
O: Efektif menurunkan sesak napas
Dari uraian di atas, maka rumusan masalah yang kami ambil yaitu
“Keefektifan posisi semi fowler terhadap penurunan sesak napas pada
pasien dengan gangguan sistem pernafasan yang disertai keluhan sesak
napas”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Studi literature review ini bertujuan untuk mengidentifikasi
efektifitas posisi semi fowler terhadap penurunan sesak napas berdasarkan
dari beberapa bukti penelitian yang telah ditemukan dengan hasil akhir
untuk dapat dijadikan sebuah data dan dapat menjadi suatu sumber
informasi yang bermanfaat
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi definisi intervensi posisi semi fowler terhadap
penurunan sesak napas dari beberapa bukti penelitian yang telah
ditemukan
b. Mengidentifikasi prosedur intervensi posisi semi fowler terhadap
penurunan sesak napas dari beberapa bukti penelitian yang telah
ditemukan
c. Mengidentifikasi karakteristik responden yang diberikan intervensi
posisi semi fowler terhadap penurunan sesak napas dari beberapa
bukti penelitian yang telah ditemukan
d. Mengidentifikasi alat ukur yang digunakan dalam pemberian
intervensi posisi semi fowler terhadap penurunan sesak napas dari
beberapa bukti penelitian yang telah ditemukan
BAB II
METODE

A. Pencarian Literature
Literature review ini bertujuan untuk melihat efektifitas intervensi posisi
semi fowler terhadap penurunan sesak napas pada pasien dengan diagnosa medis
terkait gangguan pernapasan disertai keluhan sesak napas. Review ini dikaitkan
dengan kasus Covid-19 dengan gejala sesak napas yang diakibatkan oleh transfer
oksigen yang terganggu oleh respons imun yang muncul. Sel darah putih
melepaskan molekul inflamasi yang disebut kemokin atau sitokin. Mereka akan
mengumpulkan lebih banyak sel kekebalan demi membunuh sel yang terinfeksi
virus corona. Proses tersebut menyisakan nanah yang merupakan campuran dari
cairan dan sel-sel mati di dalam paru-paru. Keberadaan nanah tersebut
menyebabkan terjadinya sesak napas. Pencarian literature dilakukan pada tanggal
22 September s.d 23 September 2020. Data yang diambil merupakan data
sekunder yang didapatkan bukan hasil dari pengamatan sendiri, melainkan
didapatkan dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya. Sumber data yang didapat
berupa artikel jurnal penelitian yang bereputasi baik pada jurnal intenasional dan
jurnal nasional dengan topik yang telah ditentukan. Pencarian literatur dalam
penelitian ini menggunakan 4 (empat) database dengan kriteria kualitas sedang
dan rendah, yaitu PubMed, Sinta, Research Gate dan Google Scholar.
Pencarian artikel menggunakan kata kunci yang digunakan untuk
mempersempit hasil pencarian sehingga mempermudah dalam menentukan artikel
atau jurnal yang akan digunakan. Artikel penelitian dalam penelitian ini
didapatkan dari media online di PubMed, Research gate dan Google Scholar
dengan menggunakan kata kunci pencarian “dyspnea, semi fowler, breathing”
untuk jurnal internasional dan untuk jurnal nasional kata kunci pencarian yang
digunakan yaitu “posisi semi fowler, sesak napas”.
Tabel 2.1 Format PICOS dalam Literature Review
Kriteria Inklusi Ekslusi
Populasi Pasien dengan gangguan Selain pasien dengan
pernapasan, diagnosa medis gangguan pernapasan,
terkait gangguan pernapasan diagnosa medis terkait
disertai keluhan sesak napas gangguan pernapasan
disertai keluhan sesak
napas
Intervensi Intervensi posisi semi fowler Bukan intervensi semi
fowler
Comparison Tidak ada perbandingan
Outcomes Mengidentifikasi efektifitas Bukan mengidentifikasi
posisi semi fowler terhadap efektifitas posisi semi
penurunan sesak napas fowler terhadap
penurunan sesak napas
Desain penelitian Menggunakan desain quasy Penelitian kualitatif dan
experiment, randomized korelasional
control and trial dan systemic
review
Tahun terbit Hasil penelitian dipublikasikan Sebelum 2015
dalam rentang tahun 2015-
2020
Bahasa Indonesia dan Inggris Selain Indonesia dan
Inggris

Berdasarkan hasil pencarian literature artikel penelitian di media online


yaitu di PubMed, Sinta, Research Gate dan Google Scholar dengan kata kunci
pencarian yang telah disesuaikan dengan topik penelitian yaitu “dyspnea, semi
fowler, semi fowler 45°” untuk jurnal internasional dan untuk jurnal nasional kata
kunci pencarian yang digunakan yaitu “posisi semi fowler, sesak napas”, jumlah
artikel yang muncul pada keempat database publikasi jurnal tersebut yaitu 755
artikel. Selanjutnya artikel tersebut di skrining dan di seleksi kembali oleh peneliti
disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan sebelumnya
sehingga didapatkan 8 artikel yang menurut peneliti telah sesuai dengan kriteria
inklusi dan topik penelitian ini.
Berikut merupakan diagram alir dari proses penelusuran literatur mengenai
efektifitas posisi semifowler terhadap penurunan sesak napas.

Penelusuran Database Elektronik


PubMed, Sinta, Research Gate dan
Google Scholar
(2015-2020)

755 artikel

Penerapan kriteria eksklusi (artikel yang


respondennya bukan pasien dengan
diagnosa medis terkait gangguan
pernapasan disertai keluhan sesak napas,
artikel yang intervensinya bukan
mengenai posisi semi fowler, artikel Review metode penelitian quasi
dengan desain penelitian korelasi, artikel experimental, true experimental dan
yang tahun terbitnya kurang dari tahun randomized controlled trial
2015)

8 artikel
747 artikel

Penerapan kriteria inklusi (artikel yang


respondennya pasien dengan diagnosa
medis terkait gangguan pernapasan Pemilihan judul, abstrak dan tujuan
disertai keluhan sesak napas, artikel yang (intervensi posisi semi fowler
intervensinya mengenai posisi semi terhadap penuruan sesak napas)
fowler, artikel yang tahun terbitnya 2015-
2020, bahasa Indonesia atau Inggris)
15 artikel

21 artikel

Gambar 2.1 Diagram Alir dari Proses Penelusuran Literatur


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelusuran Bukti

Berdasarkan hasil penelusuran literature mengenai keefektifan posisi semifowler terhadap penurunan sesak napas yang
didapatkan dari 4 (empat) database yaitu di PubMed, Sinta, Research Gate dan Google Scholar, didapatkan 8 artikel penelitian yang
sesuai dengan kriteria inklusi dan topik penelitian. Kedelapan artikel penelitian tersebut dianalisis melalui kaidah Validity,
Importancy dan Applicability (VIA). Berikut ini adalah analisis artikel penelitian melalui kaidah VIA.
Tabel 3.1 Hasil Penelahaan Jurnal Melalui Kaidah VIA
No Jurnal Validity Importancy Applicability
1 Judul: V1: Jurnal ini tidak mencantumkan Hasil penelitian dapat Intervensi ini mudah
Position of Fowler and kriteria inklusi dan ekslusi yang memberikan kontribusi diimplementasikan dalam
Semi-fowler to Reduce of digunakan besar terhadap ilmu proses keperawatan pada
Shortness of Breath keperawatan dan dapat pasien dengan keluhan
(Dyspnea) Level While Kesimpulan: kriteria inklusi tidak menjadi intervensi bagi sesak napas yaitu
Undergoing Nebulizer dicantumkan sehingga pembaca pasien terkait posisi memposisikan kepala dan
Therapy tidak mengetahui responden yang terbaik untuk mengurangi tubuh 45°
diberikan intervensi sesuai dengan sesak napas
Penulis: penelitian yang dilakukan atau tidak Penelitian ini pun dapat
Chanif, Dewi Prastika menambah pengetahuan
V2: Posisi semi-fowler adalah posisi bagi para penelitidan
Tahun: 2019 dengan mengangkat kepala 45°, menerapkan pengetahuan
posisi biasanya diberikan kepada yang diperoleh dalam
pasien yang mengalami sesak napas. proses pembelajaran,
Alat ukur yang digunakan adalah serta dapat menambah
Modified Borg Scale. wawasan dan
pengetahuan masyarakat
Kesimpulan: jurnal ini tentang posisi terbaik
mencantumkan cara memposisikan yang dapat dilakukan
pasien semi fowler sehingga untuk mengurangi sesak
pembaca dapat napas terutama pasien
mengimplementasikannya kepada yang menjalani terapi
pasien dengan keluhan sesak napas. nebulizer.
Alat ukur yang digunakan pun jelas
yaitu menggunakan skala sesak
napas Modified Borg Scale.
V3: Jurnal ini memiliki faktor
perancu yaitu peneliti tidak dapat
mengkategorikan sesak napas
responden berdasarkan faktor-faktor
yang mempengaruhi sesak napas.
Peneliti cukup memilih responden
sesuai dengan kriteria inklusi yang
sudah ditetapkan dan berkonsentrasi
pada responden yang mengalami
sesak napas dan menjalani terapi
nebulizer. Para peneliti tidak dapat
mengontrol homogenitas usia di
mana usia responden adalah faktor
penting yang berkontribusi pada
skala sesak napas. Jurnal ini pun
tidak mencantumkan kriteria inklusi
dan ekslusinya.

Kesimpulan: jurnal ini belum


mewakili semua kategori sesak
napas karena beberapa faktor
perancu tersebut

V4: Penelitian ini menggunakan


metode quasy experiment two group
pre test dan post test dengan posisi
intervensi fowler dan semi fowler
saat menjalani terapi untuk PPOK
nebulizer pada pasien yang
mengalami sesak napas. Sampel
dalam penelitian ini adalah pasien
PPOK yang mengeluh sesak napas
dan mendapatkan terapi nebulizer di
RSUD K.R.M. T Wongsonegoro
Semarang dengan total 32
responden.
Data dianalisis menggunakan Mann
Whitney menunjukkan nilai P 0,000
(p < 0,05) sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan
dalam skala rata-rata sesak napas
antara posisi fowler dan semi-
Fowler Group pada terapi nebulizer
PPOK pasien saat menjalani RSUD
provinsi di K.R.M. T
Wongsonegoro Semarang. Analisis
menunjukkan bahwa semi fowler
lebih efektif jika dibandingkan
dengan Fowler. Hal ini dapat
dibuktikan dengan hasil peringkat
rata-rata masing-masing dari
delapan esehata di mana rata-rata
perubahan terbesar terjadi dalam
kelompok semi fowler yaitu 20,03.

Kesimpulan: Metode penelitian


yang digunakan sudah tepat dengan
membandingkan kelompok posisi
semi fowler dan fowler.

V5: Penelitian ini menggunakan 32


responden, eseha pengambilan
sampel menggunakan purposive
sampling, yaitu responden yang
dipilih sesuai dengan kriteria inklusi
dan pengecualian yang telah
ditentukan peneliti.
Penelitian ini konsisten dengan
penelitian sebelumnya yaitu
keefektifan pemberian semifowler
terhadap penurunan skala sesak
napas memiliki hasil bahwa posisi
semifowler dapat menurunkan sesak
napas (Majampoh, 2015)

Kesimpulan:
Terdapat pembahasan causal
internal validity, pembahasan
external validity, namun tidak
terdapat pembahasan non causal
internal validity terkait karakteristik
subjek penelitian.
2 Judul: V1: Peneliti tidak mencantumkan Penelitian ini dapat Di dalam jurnal ini
Pengaruh perubahan posisi kriteria inklusi dan ekslusi yang meningkatkan dijelaskan bahwa
semi fowler terhadap digunakan pengetahuan dan penerapan intervensi ini
respiratory rate pasien memberikan masukan dapat dilakukan dengan
Tuberculosis Paru di ruang Kesimpulan: kriteria inklusi tidak bagi perawat dalam menggunakan tempat tidur
flamboyant RSUD dicantumkan sehingga pembaca memberikan edukasi atau dan bantal yang cukup
Soewondo Kendal tidak mengetahui responden yang Pendidikan esehatan untuk menyangga daerah
diberikan intervensi sesuai dengan tentang pemberian posisi punggung sehingga dapat
Penulis: penelitian yang dilakukan atau tidak semi fowler dalam memberikan kenyamanan
Dwi Nur Aini, Arifianto, menurunkan respiratory saat tidur dan dapat
Sapitri V2: Pemberian asuhan keperawatan rate sebagai salah satu mengurangi kondisi sesak
dalam pemberian posisi semi fowler gejala sesak napas, napas
Tahun: 2017 dengan menggunakan tempat tidur sehingga penting bagi
dan fasilitas bantal yang cukup perawat untuk
untuk menyangga daerah punggung, memberikan intervensi
sehingga dapat memberi tersebut kepada pasien
kenyamanan saat tidur dan dapat dengan sesak napas
mengurangi kondisi sesak napas.
Instrumen pada penelitian ini
menggunakan lembar observasi.

Kesimpulan: Jurnal ini


mencantumkan cara pemberian
intervensi posisi semi fowler dengan
alat sederhana dan mudah
diimplementasikan

V3: Variabel perancu pada jurnal ini


adalah tidak dicantumkan kriteria
responden yang dipilih meliputi
kriteria inklusi dan ekslusinya.
Kesimpulan: Kriteria inklusi dan
ekslusi tidak dicantumkan sehingga
pembaca tidak dapat
mengidentifikasi homogenitas
dengan kasus yang akan dibahas

V4: Metode penelitian yang


digunakan adalah quasy eksperimen
dengan menggunakan pendekatan
one group pretest-posttest. Hasil
penelitian dalam artikel ini disajikan
dalam bentuk analisis univariat
untuk melihat distribusi dan
presentasi masing-masing variabel
dan analisa bivariat untuk melihat
apakah ada perbedaan bermakna
pada kelompok intervensi. Variabel
independennya adalah posisi semi
fowler dan variabel dependennya
adalah respiratory rate pada pasien
TB Paru. Instrumen pada penelitian
ini menggunakan lembar observasi.
Uji bivariat yang digunakan adalah
Wilcoxon signed rank test dengan p
value 0,020 (<0,05)

Kesimpulan: Uji bivariat yang


digunakan sudah tepat karena
membanding kelompok data yang
berpasangan (sebelum dan sesudah
diberikan intervensi semi fowler),
tetapi tidak ada pembanding hanya
one group (tanpa kelompok kontrol)
saja. Terdapat sajian data univariat
sebagai baseline

V5: Teknik pengambilan sampel


yang digunakan dalam penelitian ini
adalah accidental sampling dengan
jumlah responden 22 orang.
Penelitian ini konsisten dengan
penelitian sebelumnya yaitu
pengaruh pemberian posisi semi
fowler terhadap kestabilan pola
napas pada pasien TB dengan p
value 0,000 (Majampoh, 2015)

Kesimpulan: Terdapat pembahasan


causal internal validity,
pembahasan external validity,
namun tidak terdapat pembahasan
non causal internal validity terkait
karakteristik subjek penelitian.
3 Judul: V1: Kriteria inklusi pada penelitian Jurnal ini menjelaskan Intervensi yang dijelaskan
Posisi semi fowler terhadap ini adalah pasien yang sedang bahwa menurunkan sesak dalam jurnal ini mudah
respiratory rate untuk dirawat di RS Pelni, bersedia napas tidak hanya dengan diaplikasikan dengan
menurunkan sesak pada menjadi responden dan mengikuti pemberian obat-obatan memposisikan kepala dan
pasien TB paru penelitian, pasien dengan keluhan saja, tetapi dengan tubuh dinaikkan 45° dan
sesak napas, kesadaran baik, pemberian terapi non dapat memnggunakan
Penulis: berjenis kelamin laki-laki yang farmakologis yaitu posisi bantal sebagai sanggahan
Suhartridjas, Isnayati dapat dijaka bekerjasama. Kriteria semifowler. Perawat di punggung pasien
ekslusinya adalah pasien TB Paru berperan penting dalam
Tahun: 2020 dengan komplikasi, dengan pemberian intervensi ini
gangguan psikologis, penurunan untuk mengurangi sesak
kesadaran. dan membuat oksigen di
dalam paru semakin
Kesimpulan: Pada jurnal ini, meningkat sehingga
peneliti mencantumkan kriteria kesulitan bernapas
inklusi dan ekslusi yang jelas dan berkurang
sesuai penelitian yang dilakukan

V2: Kegiatan penelitian ini


dilakukan 3 hari, 2x pertemuan/
hari. Memberikan intervensi posisi
semi fowler menggunakan bantal
untuk menyangga punggung kepada
3 subjek penelitian. Alat ukur
menggunakan jam tangan untuk
menghitung respitaory rate

Kesimpulan: Pada jurnal ini


dicantumkan cara pemberian
intervensi posisi semifowler
sehingga pembaca dapat
mengimplementasikannya dengan
mudah

V3: Variabel perancu pada jurnal ini


adalah jumlah sampel yaitu 3 orang
dan jumlah metode yang digunakan

Kesimpulan: Jurnal ini


menunjukkan adanya bias pada
penelitian ini dengan jumlah sampel
dan metode yang kurang tepat
V4: Desain rancangan yang
digunakan adalah pre dan post
desain jumlah frekuensi pernapasan
sesudah diberikan posisi semi
fowler terhadap perubahan sesak.
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan studi
kasus.

Kesimpulan: pendekatan pre dan


post test sudah tepat tetapi metode
yang digunakan kurang tepat yaitu
desktriptif dengan pendekatan studi
kasus

V5: Jumlah sampel yang digunakan


adalah 3 responden. Tidak ada
teknik pemilihan sampel. Penelitian
yang dilakukan oleh Aini et al
(2016) ditemukan bahwa 15 orang
(68,2%) RR 16-24 x/menit setelah
diberikan intervensi posisi semi
fowler, 5 orang dengan RR
>23x/menit, 2 orang dengan
bradipnea.

Kesimpulan: Terdapat pembahasan


non causal internal validity,
pembahasan external validity (tetapi
jumlah sampel kurang tepat) dan
pembahasan causal internal validity
4 Judul: V1: Kriteria inklusi pada penelitian Penelitian ini didapatkan Intervensi ini mudah
Perbedaan posisi semi ini adalah Pasien yang mengalami bahwa posisi semi fowler diaplikasikan pada pasien
fowler dan posisi orthopneic keluhan sesak, pasien yang dalam dapat digunakan dalam dengan sesak napas
terhadap penanganan sesak keadaan sadar, pasien yang menangani pasien sesak mengatur posisi duduk
di RSUP DR R D Kandou menggunakan terapi oksigen nasal napas dengan dengan kemiringan 45°
Manado canule, pasien yang berumur 20-70 menurunkan HR, RR dan atau dengan menggunakan
tahun, dan bersedia menandatangani skala sesak. Penelitian ini bantal sebagai sanggahan
Penulis: Eva Prisilla lembar persetujuan penelitian memberikan kontribusi di punggung pasien
Manopopo (informed consent). Kriteria besar dalam
ekslusinya adalah Pasien yang penatalaksanaan posisi
Tahun: 2017 dalam keadaan tidak sadar, pasien untuk mengurangi sesak
yang memakai alat bantu napas yaitu posisi semi
pernapasan, dan pasien yang tidak fowler karena dapat
bersedia menjadi responden. meningkatkan curah
jantung dan
Kesimpulan: Pada jurnal ini peneliti mengembangkan ventilasi
telah mencantumkan kriteria inklusi
dan ekslusi dengan jelas

V2: Pada jurnal ini, peneliti


mencantumkan cara pemberian
intervensi posisi semi fowler dengan
bersandar menggunakan bantal
sebagai sanggahan di punggung
pasien dan intervensi orthopneic
yaitu posisi duduk di tempat tidur
dengan kepala disandarkan di atas
over-bed table yang di atasnya
diletakkan beberapa bantal. Cara
pengambilan data menggunakan
lembar observasi yang mencakup
heart rates (HR), respiratory rates
(RR), saturasi perifer oksigen
(SpO2), dan skala sesak yang
menggunakan skala Borg dimana
pembagiannya adalah skala 0-2
tergolong pada level I (klien dapat
berjalan sepanjang 1 mil sebelum
terjadinya sesak napas), skala 3-4
tergolong pada level II (klien akan
sesak napas jika berjalan 100 meter
atau jika menaiki tangga), skala 5-6
tergolong pada level III (klien akan
sesak napas jika sedang berbicara
atau melakukan aktivitas biasa atau
Activity Daily Living (ADL)), skala
7-9 tergolong pada level IV (klien
akan sesak napas saat sedang tidak
beraktivitas), dan skala 10 tergolong
pada orthopnea (sesak napas yang
terjadi apabila klien dalam posisi
berbaring).

Kesimpulan: Pada jurnal ini,


peneliti telah memberikan informasi
yang jelas mengenai cara pemberian
intervensi

V3: Terdapat variable perancu pada


penelitian ini yaitu tidak ada
homogenitas usia, rentang usia 20-
70 tahun dan tidak ada hasil
distribusi usia.

V4: Jenis penelitian yang digunakan


dalam penelitian ini adalah quasi
experiment prepost test design.
Hasil penelitian disajikan dengan
analisis univariat untuk melihat
distribusi frekuensi responden. Uji
bivariat paired t test digunakan
untuk mengenalisis perbedaan pre
dan post posisi semi fowler serta pre
dan post posisi orthopneic. Untuk
membandingkan posisi semi fowler
dan orthopneic menggunakan uji
independent t test.
Terdapat perbedaan yang sinifikan
antara pre dan post posisi semi
fowler terhadap penanganan sesak
yaitu HR, RR dengan p value <0,05.
Terdapat perbedaan yang signifikan
antara pre dan post posisi
orthopneic terhadap penanganan
sesak yaitu HR, RR dengan p value
<0,05.
Terdapat perbedaan antara posisi
semi fowler dan orthopneic terhadap
penanganan sesak yaitu HR, RR
dengan p value <0,05 tetapi pada
spO2 tidak terdapat perbedaan yang
signikan

Kesimpulan: Metode penelitian


yang digunakan tepat yaitu quasi
experiment prepost test design. Uji
bivariat yang digunakan untuk
kelompok berpasangan sudah
sesuai, sedangkan untuk kelompok
tidak berpasangan pun sudah sesuai
V5: Metode pengambilan sampel
adalah non probability sampling
jenis consecutive sampling. Jumlah
sampel yang diambil adalah 30
responden, dimana 15 responden
diberikan posisi semi fowler dan 15
responden diberikan posisi
orthopneic.
Penelitian ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya yaitu
pemberian semi fowler dapat
mengurangi sesak (Safitri dan
Andriyani, 2011). Pemberian posisi
orthopneic dapat mengurangi
frekuensi RR, meningkatkan PEFR
dan meningkatkan ventilasi paru
(Agussalim, 2013)
Kesimpulan:Terdapat pembahasan
non causal internal, causal internal
validity dan external validity.
5 Judul: V1: Kriteria inklusi pasien TB Paru Penelitian ini menambah Intervensi ini mudah
Pengaruh pemberian posisi usia 45-65 tahun, kesadaran cm, pengetahuan bagi tenaga diaplikasikan dengan cara
semi fowler 30° dan 45° Pasien dengan TB Paru BTA (+), esehatan sehingga dapat memposisikan kepala dan
terhadap keefektifan pola mengalami sesak napas, tidak dilakukan edukasi bagi tubuh 45° dengan
napas pada pasien TB Paru terpasang oksigen. Kriteria ekslusi pasien sesak untuk menggunakan bantal
di Ruang Anggrek RS Paru pasien TB Paru yang rawat jalan memposisikan dirinya sebagai sanggahan di
Dungus dan kondisi tidak sadar dalam posisi sesmi fowler punggungnya
untuk mengurangi sesak
Penulis: Kesimpulan: Dalam jurnal ini,
Shinta Erry Yuliana peneliti mencantumkan kriteria
inklusi dan ekslusi dengan jelas
Tahun: 2017
V2: Cara pemberian intervensi
posisi 30° dan 45° yang diberikan
tidak dijelaskan perbedaan
posisinya. Alat ukurnya
menggunakan lembar observasi
dengan menggunakan stestoskop
dan jam tangan.

Kesimpulan: Pembaca tidak


mengetahui perbedaan cara
pemberian posisi 30° dan 45°

V3: Terdapat variable perancu tidak


adanya prosedur pemberian
intervensi

V4: Metode penelitian yang


digunakan adalah pra eksperimental
dengan pendekatan one group pre-
post test design. Hasil penelitian
disajikan dalam bentuk analisis
univariat dengan menunjukkan
distribusi frekuensi karakteristik
responden. Uji bivariat yang
digunakan adalah Mann Whitney.
Dari hasil uji statistik dapat dilihat
nilai rata-rata frekuensi napas posisi
semi fowler 45° lebih efektif
dibandingkan dengan semi fowler
30° dengan p value 0,002 (<0,05)

Kesimpulan: Uji bivariat yang


digunakan sudah sesuai karena
membandingkan kelompok tidak
berpasangan dengan distribusi tidak
normal

V5: Teknik pengambilan sampling


yang digunakan adalah teknik
accidental sampling dengan 32
responden.
Pada jurnal ini tidak dicantumkan
penelitian yang sejalan dengan
penelitian ini

Kesimpulan: Terdapat
pembahasan, causal internal
validity tetapi tidak pembahasan
external validity yang dikaitkan
dengan penelitian yang sejalan
dengan penelitian ini dan non
causal internal validity dikaitkan
dengan cara posisi semi fowler 30°
dan 45 °
6 Judul: V1: Kriteria inklusi dan ekslusi Penelitian ini menambah Intervensi ini mudah
Pengaruh teknik pursed lip tidak dicantumkan pada jurnal ini pengetahuan bagi perawat diaplikasikan yaitu dengan
breathing dan posisi semi karena menggunakan semua sehingga dapat cara memposisikan kepala
fowler dalam mengurangi populasi yaitu semua pasien yang memberikan intervensi dan tubuh pasien 45°
sesak pada pasien dengan mengalami sesak napas , usia terhadap pasien sesak dengan menggunakan 2
gangguan respirasi di RSUD dewasa awal s.d dewasa akhir napas dengan gangguan bantal yang disanggah di
dr. Chasbullah Abdul respirasi untuk bagian kepala dan
Madjid Kota Bekasi Tahun mengurangi punggung. Tidak
2019 Kesimpulan: Responden pada sesaknya sehingga dapat membutuhkan alat yang
penelitian ini adalah semua pasien memberikan pelayanan sulit dan dapat
Penulis: yang mengalami sesak napas di kesehatan dan diedukasikan kepada
Iwan Maulana ruang Tulip sehingga tidak mempertahankan pasien dan keluarga pasien
dicantumkan kriteria inklusi dan hubungan kerja yang baik sebagai upaya mengurangi
Tahun: 2019 ekslusi antara tim kesehatan sesak
maupun
V2: Pada jurnal ini dijelaskan klien sehingga dapat
bagaimana intervensi dilakukan meningkatkan mutu
posisi semi fowler tetapi tidak pelayanan asuhan
dijelaskan bagaimana pursed lip keperawatan yang
breathing dilakukan. Intervensi optimal pada umumnya.
posisi semifowler dilakukan dengan
cara memposisikan kepala dan
tubuh pasien 45° dengan
menggunakan 2 bantal yang
disanggah di bagian kepala dan
punggung. Instrumen yang
digunakan adalah Modified Borg
Scale.

Kesimpulan: pembaca tidak melihat


apakah intervensi pursed lip
breathing yang dilakukan peneliti
betul atau tidak tetapi untuk
intervensi posisi semi fowler sudah
jelas instrumen yang digunakan
sudah tetap untuk menilai skala
sesak yaitu Modified Borg Scale.

V3: Tidak ada variabel perancu


pada penelitian ini hanya tidak ada
penjelasan intervensi pursed lip
breathing dan pada literature
review ini tidak berfokus pada
intervensi tersebut
V4: Metode penelitian yang
digunakan adalah quasy
experimen dengan desain two
group pre test dan post test.
Hasil penelitian didapatkan pre
test sebelum intervensi pursed
lips breathing mean 24,95 dan
didapatkan hasil post test mean
22,77 dan uji T Paired, p value =
0,000. Artinya adanya pengaruh
intervensi pursed lips breathing
terhadap penuruan respiratory
rate. Dan pada pre test intervensi
posisi semi fowler mean 24,73
dan didapatkan hasil post test
mean 22,68 dan uji T Paired test,
p value = 0,000. Artinya adanya
pengaruh intervensi posisi semi
fowler terhadap penuruan
respiratory rate.
Hasil penelitian disajikan dalam
bentuk analisis univariat untuk
mengidentifikasi distribusi
karakteristik responden. Uji
bivariat yang digunakan adalah
Uji T-Paired untuk menganalisis
masing-masing kelompok
(kelompok intervensi pursed lip
breathing dan posisi semi fowler)

Kesimpulan: Metode penelitian


yang digunakan sudah tepat. Uji
bivariat pun sudah tepat karena
kelompok berpasangan (pre-post
test) dan dijelaskan bahwa
berditribusi normal menggunakan
T-Paired dan berdistribusi tidak
normal menggunakan Wilcoxon
V5: Teknik pengambilan sampel
adalah total sampling yaitu semua
populasi dalam penelitian ini
(semua pasien yang sesak napas)
berjumlah 44 orang.
Penelitian ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya yaitu
penelitian yang dilakukan oleh
Azizah, Nataliswati, dan Anantasari
(2018) yang menyatakan bahwa
adanya pengaruh pemberian pursed
lips breathing (PLB) terhadap
penurunan respiratory rate (RR)
dan Majampoh, Randonuwu, dan
Onibala (2013) yang adanya
pengaruh pemberian posisi semi
fowler terhadap penurunan
respiratory rate (RR).
Kesimpulan: Terdapat pembahasan
causal internal validity dan external
validity serta non causal internal
validity
7 Judul : V1 : Kriteria inklusi pada penelitian Penelitian ini dapat Di dalam jurnal ini
Pengaruh pemberian posisi ini adalah pasien yang mengalami menjadi alternatif dijelaskan bahwa
semi fowler terhadap asma dan pasien yang kooperatif, intervensi non penerapan intervensi
respiration rate pada pasien usia 21-55 tahun, pasien dalam farmakologi dan pemberian posisi semi
asma bronkial di Puskesmas keadaan sadar sederhana sehingga fowler itu sendiri dengan
Air Upas Ketapang pasien bisa melakukan menggunakan tempat tidur
Kesimpulan : Pada jurnal ini, secara mandiri pada saat orthopedik (diposisikan
Penulis : peneliti hanya mencantumkan mengalami sesak napas. 45°) dan fasilitas bantal
Luhur Arifin kreteria inklusinya saja akan tetapi yang cukup untuk
Joko Kismanto untuk kreteria eksklusinya tidak menyangga
peneliti cantumkan . daerah punggung.
Tahun : 2018
V2 : Pemberian asuhan keperawatan
dalam pemberian posisi semi fowler
dengan menggunakan tempat tidur
orthopedik (diposisikan 45°) dan
fasilitas bantal yang cukup untuk
menyangga punggung, sehingga
dapat memberi kenyamanan saat
tidur dan dapat mengurangi kondisi
sesak nafas pada pasien. Instrumen
pada penelitian ini menggunakan
lembar observasi frekuensi
pernapasan

Kesimpulan : Jurnal ini


mencantumkan pemberian
intervensi posisi semi fowler dengan
alat sederhana sehingga mudah
untuk mengimplementasikannya.

V3 : Variabel perancu pada jurnal


ini adalah tidak dicantumkannya
kreteria eksklusi hanya kriteria
inklusi saja

Kesimpulan : Kriteria eksklusi tidak


dicantumkan sehingga pembaca
tidak dapat mengidentifikasi
homogenitas dengan kasus yang
akan dibahas

V4 : Metode penelitian yang


digunakan adalah Quasi
Eksperimental dengan Pre dan Post
test with control group design. Hasil
penelitian dalam artikel ini disajikan
dalam bentuk analisis univariat
untuk melihat distribusi dan
presentasi masing masing variabel
dan analisa bivariat untuk melihat
apakah ada perbedaan bermakna
pada kelompok intervensi. Uji
bivariat menggunakan Wilcoxon
dengan p value (0,000)

Kesimpulan : Uji bivariat yang


digunakan sudah tepat karena
membandingkan kelompok data
yang berpasangan (sebelum dan
sesudah diberikan intervensi posisi
semi fowler), dengan pembanding
control group (dengan kelompok
kontrol).

V5 : Teknik pengambilan sampel


menggunakan purpose sampling
dengan jumlah responden sebanyak
42 responden dengan pembagian 21
responden pada kelompok
perlakuan dan 21 responden pada
kelompok kontrol.

Kesimpulan : Terdapat pembahasan


non causal internal, causal internal
validity dan eksternal validity.
8 Judul : V1 : Kriteria inklusi pada penelitian Jurnal ini menjelaskan Dalam jurnal ini dijelaskan
The Effect of Semi Fowler ini adalah pasien asma yang tentang intervensi bahwa posisi semi fowler
Position on the Stability of mengalami sesak (RR > 24x/menit), keperawatan mandiri yaitu pemberian posisi
Breathing among Asthma pasien dengan kesadaran penuh, 7-8 dengan posisi semi fowler dengan kemiringan tempat
Patients at Ratu Zalecha jam setelah pemberian terapi untuk menurunkan tidur 45º atau
Hospital Martapura ventolin, usia 31 s.d 60 tahun, ketergantungan O2 dan menggunakan 2 bantal
dalam keadaan sadar. Kriteria inhalasi kortikosteroid yang disanggah pada
eksklusinya adalah pasien yang serta untuk kepala dan punggung
Penulis : tidak kooperatif dan pasien yang mengoptimalkan ekspansi pasien, mudah
Insana Maria mendapat terapi kortikosteroid. paru-paru, untuk diaplikasikan dan dapat
Asni Hasaini menyediakan patensi diedukasikan kepada
Agianto Kesimpulan : Pada jurnal ini, jalan napas, dan untuk pasien
peneliti mencantumkan kreteria menjaga kenyamanan.
Tahun : 2019 inklusi dan kreteria eksklusi yang
jelas dan sesuai dengan penelitian
yang dilakukan.

V2 : Kegiatan penelitian ini


dilakukan selama 15 menit pada
pasien yang mengalami sesak nafas.
Dengan intervensi semi fowler
dengan berbaring terlentang dengan
tempat tidur dinaikkan 45° atau
menggunakan 2 bantal pada kepala
dan punggung pasien. Alat ukurnya
adalah lembar observasi.

Kesimpulan : Pada jurnal ini


dicantumkan cara pemberian
intervensi posisi semi fowler
sehingga pembaca dapat
mengimplementasikan dengan
mudah. Alat ukur yang digunakan
pun dijelaskan pada jurnal ini

V3 : Tidak terdapat variabel


perancu pada jurnal ini

V4 : Metode penelitian ini


menggunakan pra eksperimental
dengan desain one group pre-post
test. Alat ukurnya menggunakan
lembar observasi. Hasil penelitian
disajikan dalam bentuk analisis
univariat dengan menunjukkan
distribusi frekuensi karakteristik
responden. Uji bivariat
menggunakan Wilcoxon. Dari hasil
uji statistik dapat dilihat bahwa
nilai rata-rata frekuensi napas posisi
semi fowler 30-45º efektif terhadap
kestabilan napas pada pasien asma
dengan p value (0,000).

Kesimpulan : Uji bivariat yang


digunakan sesuai karena
membandingkan kelompok tidak
berpasangan dengan distribusi tidak
normal.

V5 : Pengambilan sampling yang


digunakan adalah simple random
sampling dengan jumlah responden
sebanyak 30.

Penelitian ini sejalan dengan


penelitian Kim (2004) bahwa posisi
semi fowler efektif dalam
mengurangi srsak nafas pada pasien
asma. Supardi dkk (2008)
mengemukakan bahwa posisi semi
fowler dimana kepala dan badan
dinaikkan 45º membuat oksigen di
paru meningkat sehingga kesulitan
bernafas berkurang.

Kesimpulan : Terdapat pembahasan


non causal internal, causal internal
validity dan eksternal validity.

Setelah dilakukan critical appraisal, maka telaah jurnal yang paling baik dari segi VIA jurnal adalah Jurnal dari Manopo
(2017), Maulana (2019), Arifian (2018) dan Maria (2019) lalu disusun matriks telaah jurnal untuk menjawab tujuan telaah literatur
yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.2 Matrik Telaahan Jurnal
Aspek Outcome Telaahan Jurnal Manopo, 2017 Maulana, 2019 Arifian, 2018 Maria, 2019
Definisi intervensi posisi semi Posisi semi fowler dengan Posisi semi fowler Posisi semi fowler 45° Posisi semi fowler 45°
fowler derajat kemiringan 45°, mengandalkan gaya mampu meredakan untuk mengurangi
yaitu dengan gravitasi untuk membantu penyempitan jalan napas ketergantungan konsumsi
menggunakan gaya melancarkan jalan nafas dan memenuhi O2 dalam O2 dan inhalasi
gravitasi untuk membantu menuju ke paru sehingga darah. Saat terjadi kortikosteroid serta untuk
pengembangan paru dan oksigen akan mudah serangan sesak biasanya mengoptimalkan ekspansi
mengurangi tekanan dari masuk. Posisi semi fowler pasien merasa sesak dan paru-paru, untuk
abdomen pada diafragma. 45° mampu tidak dapat tidur dengan menyediakan saluran
Pemberian posisi semi memaksimalkan ekspansi posisi berbaring. udara patency, dan untuk
fowler telah dilakukan paru dan menurunkan Melainkan harus dalam menjaga kenyamanan
sebagai salah satu cara upaya penggunaan alat posisi duduk atau setengah
untuk membantu bantu otot duduk untuk meredakan
mengurangi sesak napas pernafasan,hal ini dapat penyempitan jalan napas
meningkatkan oksigen dan memenuhi O2 dalam
yang diinspirasi atau darah. Dengan posisi
dihirup pasien. tersebut pasien lebih rileks
saat makan dan berbicara
sehingga kemampuan
berbicara pasien tidak
terputus – putus dan dapat
menyelesaikan kalimat
Prosedur intervensi posisi semi Pada jurnal ini, peneliti Intervensi posisi Pemberian asuhan Kegiatan penelitian ini
fowler mencantumkan cara semifowler dilakukan keperawatan dalam dilakukan selama 15 menit
pemberian intervensi dengan cara memposisikan pemberian posisi semi pada pasien yang
posisi semi fowler dengan kepala dan tubuh pasien fowler dengan mengalami sesak nafas.
bersandar menggunakan 45° dengan menggunakan menggunakan tempat tidur Dengan intervensi semi
bantal sebagai sanggahan 2 bantal yang disanggah di orthopedik (diposisikan fowler dengan berbaring
di punggung pasien bagian kepala dan 45°) dan fasilitas bantal terlentang dengan tempat
sebanyak 45° punggung. yang cukup untuk tidur dinaikkan 45° atau
menyangga punggung, menggunakan 2 bantal
sehingga dapat memberi pada kepala dan punggung
kenyamanan saat tidur dan pasien. Cuci tangan
dapat mengurangi kondisi sebelum dan sesudah
sesak nafas pada pasien memberikan intervensi
Karakteristik responden yang Kriteria inklusi pada Kriteria inklusi dan ekslusi Kriteria inklusi pada Kriteria inklusi pada
diberikan intervensi posisi semi penelitian ini adalah tidak dicantumkan pada penelitian ini adalah penelitian ini adalah pasien
fowler Pasien yang mengalami jurnal ini karena pasien yang mengalami asma yang mengalami
keluhan sesak, pasien yang menggunakan semua asma dan pasien yang sesak (RR > 24x/menit),
dalam keadaan sadar, populasi yaitu semua kooperatif, usia 21 s.d 55 pasien dengan kesadaran
pasien yang menggunakan pasien yang mengalami tahun, pasien dalam penuh, 7-8 jam setelah
terapi oksigen nasal sesak napas, pasien dalam keadaan sadar, tidak pemberian terapi ventolin,
canule, pasien yang keadaan sadar, usia dicantumkan kriteria usia 31-60 tahun. Kriteria
berumur 20-70 tahun, dan dewasa awal s.d dewasa ekslusi eksklusinya adalah pasien
bersedia menandatangani akhir yang tidak kooperatif dan
lembar persetujuan pasien yang mendapat
penelitian (informed terapi kortikosteroid.
consent). Kriteria
ekslusinya adalah Pasien
yang dalam keadaan tidak
sadar, pasien yang
memakai alat bantu
pernapasan, dan pasien
yang tidak bersedia
menjadi responden.
Alat ukur yang digunakan dalam Alat ukur yang digunakan Alat ukur yang digunakan Alat ukur yang digunakan Alat ukurnya adalah
pemberian posisi semi fowler Modified Borg Scale Modified Borg Scale adalah lembar observasi lembar observasi.
frekuensi pernapasan
B. Pembahasan
Berdasarkan telaah melalui kaidah Validity, Importancy dan
Applicability (VIA) kedelapan artikel diatas, maka keputusan klinis yang
diambil dipersempit menjadi 4 (artikel) yang memenuhi VIA terlengkap. Dari
segi non causal internal validity terdapat penjelasan definisi intervensi
pemberian posisi semifowler yaitu intervensi non farmakologis untuk
mengatasi sesak napas yaitu memposisikan pasien pada posisi tidur semi
fowler. Menurut Manopopo (2017) posisi semi fowler dengan derajat
kemiringan 45°, yaitu dengan menggunakan gaya gravitasi untuk membantu
pengembangan paru dan mengurangi tekanan dari abdomen pada diafragma.
Manfaat lain yang dapat diperoleh yaitu untuk mengurangi ketergantungan
konsumsi O2 dan inhalasi kortikosteroid (Maria, 2019). Pada penelitian yang
dilakukan oleh Yuliana (2017) diperoleh hasil bahwa pemberian posisi semi
fowler 45° lebih efektif jika dibandingkan dengan posisi semi fowler 30°
terhadap penurunan sesak napas. Pada semua jurnal di atas, posisi semi
fowler yang diberikan yaitu derajat 45°.
Karekteristik responden yang diberikan intervensi posisi semi fowler
dapat dilihat dari kriteria inklusi pada jurnal di atas yaitu yang pasien dengan
sesak napas, Maria (2019) mengkategorikan pasien sesak dengan RR >
24x/menit, usia terkategori dewasa awal s.d dewasa akhir yaitu 20 s.d 70
tahun, dan pasien dalam keadaan sadar.
Dari segi causal internal validity, dapat dilihat dari penjelasan hasil
penelitian. Tipe validitas eksperimen dibagi menjadi 4 (empat) permasalahan
praktis yang dihadapi peneliti yaitu terdapat hubungan antara variabel posisi
semi fowler terhadap penurunan sesak napas responden pada masing-masing
jurnal, posisi semi fowler berpengaruh pada penurunan sesak napas responden
dengan p value 0,000 pada masing-masing jurnal, posisi semi fowler
menggunakan gaya gravitasi untuk membantu pengembangan paru dan
mengurangi tekanan dari abdomen pada diafragma sehingga dapat membantu
mengurangi sesak dan menambah kenyamanan bagi pasien, intervensi ini
dapat diberikan kepada pasien dengan keluhan sesak baik pada gangguan
napas akibat infeksi atau degenaratif.
Pada pasien Covid-19 yang mengalami sesak, intervensi posisi semi
fowler ini dapat diaplikasikan untuk mengurangi keluhan sesak yang dialami.
Sesak napas pada pasien Covid-19 diakibatkan transfer oksigen terganggu
oleh respons imun yang muncul. Sel darah putih melepaskan molekul
inflamasi yang disebut kemokin atau sitokin. Mereka akan mengumpulkan
lebih banyak sel kekebalan demi membunuh sel yang terinfeksi virus corona.
Proses tersebut menyisakan nanah yang merupakan campuran dari cairan dan
sel-sel mati di dalam paru-paru. Kriteria responden yang dilakukan intervensi
posisi semi fowler pada keempat artikel yang terpilih yaitu pasien dengan
keluhan sesak atau yang mengalami gangguan pernapasan.
Dari segi eksternal validity, sampel yang digunakan pada beberapa
jurnal di atas adalah ≥ 30 orang. Untuk penentuan sampel pada penelitian
eksperimen dan komparatif, diperlukan 15-30 responden pada setiap
kelompok karena probabilitas sampling tidak diperlukan atau mungkin tidak
dapat dilakukan pemilihan subjek dari populasi yang besar (Borg & Gall
dalam Idris, 2015). Semua jurnal mencantumkan penelitian yang sesuai
dengan penelitian yang dilakukan kecuali pada penelitian yang dilakukan oleh
Yuliana (2017).
Dari segi importancy, intervensi ini penting dan memiliki kontribusi
besar terhadap perkembangan ilmu keperawatan terkait kasus Covid-19
dimana banyak posisi yang dianjurkan untuk mengatasi sesak pada pasien
Covid-19 tetapi yang paling banyak menunjukkan evidence based dalam
penanganan sesak napas adalah intervensi posisi semi fowler ini. Pada
penelitian Manopopo (2017) dilakukan intervensi posisi semi fowler dan
orthopneic untuk menangani sesak napas. Kedua intervensi ini berpengaruh
terhadap penurunan sesak terkait HR, RR dan skala sesak menggunakan
Modified Borg Scale. Intervensi orthopneic lebih efektif karena dapat
mempengaruhi SpO2 pada responden tetapi bukti di atas (berpengaruh pada
HR, RR dan skala sesak) cukup membuktikan penurunan sesak pada
responden dapat dilakukan dengan intervensi posisi semi fowler. Pada
penelitian dari Maulana (2019) pun melakukan 2 (dua) intervensi yaitu
pursed lip breathing dan posisi semi fowler tetapi tidak dilihat perbandingan
dari kedua intervensi tersebut. Intervensi pursed lip breathing berpengaruh
pada penurunan sesak napas dengan p value 0,000 sedangkan intervensi
posisi semi fowler berpengaruh juga terhadap penurunan sesak napas dengan
p value 0,000.
Alat ukur yang digunakan untuk pemberian intervensi posisi semi
fowler adalah lembar observasi frekuensi napas dan Modified Borg Scale
dimana pembagiannya adalah skala 0-2 tergolong pada level I (klien dapat
berjalan sepanjang 1 mil sebelum terjadinya sesak napas), skala 3-4 tergolong
pada level II (klien akan sesak napas jika berjalan 100 meter atau jika menaiki
tangga), skala 5-6 tergolong pada level III (klien akan sesak napas jika sedang
berbicara atau melakukan aktivitas biasa atau Activity Daily Living (ADL)),
skala 7-9 tergolong pada level IV (klien akan sesak napas saat sedang tidak
beraktivitas), dan skala 10 tergolong pada orthopnea (sesak napas yang
terjadi apabila klien dalam posisi berbaring).
Dari segi applicability, intervensi ini mudah dilakukan yaitu dengan
cara kepala dan tubuh pasien diposisikan 45° dengan cara menggunakan
bantal (jumlah disesuaikan dengan derajat kemiringan 45°) untuk dijadikan
penopang pada kepala dan punggung pasien. Tidak memerlukan alat yang
sulit didapat dan dapat diedukasikan kepada pasien dan keluarga pasien baik
di rumah sakit atau di rumah pasien.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

I. KESIMPULAN
Dari keempat jurnal yang dianggap paling efektif untuk diaplikasikan
menurut penulis, terdapat 1 jurnal yang sangat jelas dan kompeten yaitu jurnal
menurut Manopopo (2017), yang menjabarkan posisi semi fowler dengan
derajat kemiringan 30-45°, yaitu dengan menggunakan gaya gravitasi untuk
membantu pengembangan paru dan mengurangi tekanan dari abdomen pada
diafragma. Pemberian posisi semi fowler telah dilakukan sebagai salah satu
cara untuk membantu mengurangi sesak napas. Pada jurnal ini, peneliti
mencantumkan cara pemberian intervensi posisi semi fowler dengan bersandar
menggunakan bantal sebagai sanggahan di punggung pasien. Kriteria inklusi
pada penelitian ini adalah Pasien yang mengalami keluhan sesak, pasien yang
dalam keadaan sadar, pasien yang menggunakan terapi oksigen nasal canule,
pasien yang berumur 20-70 tahun, dan bersedia menandatangani lembar
persetujuan penelitian (informed consent). Kriteria ekslusinya adalah pasien
yang dalam keadaan tidak sadar, pasien yang memakai alat bantu pernapasan,
dan pasien yang tidak bersedia menjadi responden.
Dari segi applicability, intervensi ini mudah dilakukan yaitu dengan cara
kepala dan tubuh pasien diposisikan 45° dengan cara menggunakan bantal
(jumlah disesuaikan dengan derajat kemiringan 45°) untuk dijadikan
penopang pada kepala dan punggung pasien. Tidak memerlukan alat yang
sulit didapat dan dapat diedukasikan kepada pasien dan keluarga pasien baik
di rumah sakit atau di rumah pasien.
Dari segi importancy, intervensi ini penting dan memiliki kontribusi besar
terhadap perkembangan ilmu keperawatan terkait kasus Covid-19 dimana
banyak posisi yang dianjurkan untuk mengatasi sesak pada pasien Covid-19
tetapi yang paling banyak menunjukkan evidence based dalam penanganan
sesak napas adalah intervensi posisi semi fowler ini. Pada penelitian
Manopopo (2017) dilakukan intervensi posisi semi fowler dan orthopneic
untuk menangani sesak napas. Kedua intervensi ini berpengaruh terhadap
penurunan sesak terkait HR, RR dan skala sesak menggunakan Modified
Borg Scale. Intervensi orthopneic lebih efektif karena dapat mempengaruhi
SpO2 pada responden tetapi bukti di atas (berpengaruh pada HR, RR dan
skala sesak) cukup membuktikan penurunan sesak pada responden dapat
dilakukan dengan intervensi posisi semi fowler.
Dari segi biaya dan keamanan, penelitian ini sangat ekonomis karena
menggunakan alat (bantal) yang sudah tersedia baik di kamar perawatan
maupun dirumah, sehingga dapat diaplikasikan dengan cara yang baik oleh
pihak keluarga dirumah setelah dilakukan edukasi, serta aman untuk
dilakukan dalam pengawasan pihak keluarga karena bukan merupakan
tindakan invasif yang membutuhkan keahlian khusus.

II. SARAN
Studi literature review telah dapat mengidentifikasi efektifitas posisi semi
fowler terhadap penurunan sesak napas berdasarkan dari beberapa bukti
penelitian yang telah ditemukan dengan hasil akhir untuk dapat dijadikan
tambahan intervensi keperawatan dalam mengatasi penurunan sesak nafas.
Intervensi orthopneic lebih efektif karena dapat mempengaruhi SpO2 pada
responden tetapi bukti di atas (berpengaruh pada HR, RR dan skala sesak)
cukup membuktikan penurunan sesak pada responden dapat dilakukan
dengan intervensi posisi semi fowler. Adapun studi literature review ini dapat
menjawab tujuan khusus yang penulis sampaikan di awal, yaitu
a. Dapat mengidentifikasi definisi intervensi posisi semi fowler terhadap
penurunan sesak napas dari beberapa bukti penelitian yang telah
ditemukan.
b. Dapat mengidentifikasi prosedur intervensi posisi semi fowler terhadap
penurunan sesak napas dari beberapa bukti penelitian yang telah
ditemukan.
c. Dapat mengidentifikasi karakteristik responden yang diberikan intervensi
posisi semi fowler terhadap penurunan sesak napas dari beberapa bukti
penelitian yang telah ditemukan.
d. Dapat mengidentifikasi alat ukur yang digunakan dalam pemberian
intervensi posisi semi fowler terhadap penurunan sesak napas dari
beberapa bukti penelitian yang telah ditemukan
DAFTAR PUSTAKA

Aini, DN.,Arifianto, Sapitri. (2017). Pengaruh perubahan posisi semi fowler


terhadap respiratory rate pasien Tuberculosis Paru di ruang flamboyant
RSUD Soewondo Kendal. Jurnal Ners Widya Husada Semarang.
http://stikeswh.ac.id:8082/journal/index.php/jners/article/view/174
Aisyah, P. S. (2020). Modul keperawatan medikal bedah edisi 2 Program Studi
Profesi Ners Stikes ‘Aisyiyah Bandung. Stikes ‘Aisyiyah Bandung
Arifin, L & Kismanto, J. (2018). Pengaruh pemberian posisi semi fowler
terhadap respiration rate pada pasien asma bronkial di Puskesmas Air Upas
Ketapang. .Jurnal Kesehatan Kusuma Husada, 2018. http://jurnal.ukh.ac.id.
Chanif & Prastika, D. (2019). Position of Fowler and Semi-fowler to Reduce of
Shortness of Breath (Dyspnea) Level While Undergoing Nebulizer Therapy.
South East Asia Nursing Research.
https://core.ac.uk/download/pdf/234038232.pdf
Dewi, I.P. (2020). Membuat evidence based nursing practice Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan ‘Aisyiyah Bandung. Stikes ‘Aisyiyah Bandung
Manoppo, E. P. (2017). Perbedaan posisi semi fowler dan posisi orthopneic
terhadap penanganan sesak di RSUP DR R D Kandou Manado.
Maria, I. (2019). The Effect of Semi Fowler Position on the Stability of Breathing
among Asthma Patients at Ratu Zalecha Hospital Martapura. 15(IcoSIHSN),
242–245.
Maulana, I. (2019). Pengaruh teknik pursed lip breathing dan posisi semi fowler
dalam mengurangi sesak pada pasien dengan gangguan respirasi di RSUD
dr. Chasbullah Abdul Madjid Kota Bekasi Tahun 2019.
http://ecampus.imds.ac.id.
Suhartridjas & Isnayanti. (2020). Posisi semi fowler terhadap respiratory rate
untuk menurunkan sesak pada pasien TB paru. Jurnal Keperawatan
Silampari. https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JKS/article/view/1116
Yuliana, S.E. (2017). Pengaruh pemberian posisi semi fowler 30° dan 45°
terhadap keefektifan pola napas pada pasien TB Paru di Ruang Anggrek RS
Paru Dungus. http://repository.stikes-bhm.ac.id.

Anda mungkin juga menyukai