Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

HALUSINASI

Disusun Oleh :

Kelompok 1

No Nama NIM
1 Iqbal Fachruddin 17613104
2 Andik Irawan 17613027
3 Krismonita Diana P 17613024
4 Krisnadina Bunaina S 17613103
5 Camelia Marta 17613060
6 Heti Kriestana 17613109
7 RestianaNurul S 17613115
8 Umi Nurul Badriyah 17613087
9 Anisa Hidayatul R 17613043
10 Nunung Agustin 17613059

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat serta

hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul

“Terapi Aktivitas Kelompok Halusinasi” tepat pada waktunya. Tak lupa sholawat

serta salam senantiasa kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sehingga

dapat berada di zaman terang benderang ini. Kami menyadari bahwa makalah ini

masih jauh dari sempurna, tetapi kami berharap proposal ini dapat bermanfaat

bagi penulis dan pembaca. Kami mengucapkan terimakasih kepada pembimbing

lahan dan pembimbing institusi yang telah membimbing kami dalam menulis

proposal TAK ini dengan sabar. Kami berharap proposal ini dapat memberikan

pengaruh yang baik untuk pembaca. Kami menyadari bahwa proposal ini tidak

luput dari kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari

pembaca sangat kami harapkan demi penyempurnaan dan perbaikan makalah.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB 1 LATAR BELAKANG ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB 2 KONSEP TEORI ........................................................................................ 4
2.1 Konsep Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Halusinasi ............. 4
2.1.1 Pengertian Halusinasi ............................................................................. 4
2.1.2 Tujuan ..................................................................................................... 5
2.1.3 Penyebab Halusinasi ............................................................................... 5
2.1.4 Pohon Masalah ........................................................................................ 9
2.1.5 Rentang Respon .................................................................................... 10
2.1.6 Akibat Halusinasi .................................................................................. 10
2.2 Konsep Terapi Aktivitas Kelompok ............................................................ 10
2.2.1 Pengertian Terapi Aktivitas Kelompok ................................................ 10
2.2.2 Macam-Macam Terapi Aktivitas Kelompok ........................................ 11
2.2.3 Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok ...................................................... 14
2.2.4 Manfaat Masalah................................................................................... 15
BAB 3 TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI SENSORI:
HALUSINASI ....................................................................................................... 17
3.1 Landasan Teori ............................................................................................ 17
3.2 Tujuan .......................................................................................................... 23
3.3 Proses Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Halusinasi ............. 23
3.3.1 TAK Stimulasi Persepsi Mengenal Halusinasi ..................................... 23
3.3.2 TAK Stimulasi Persepsi Mengontrol Halusinasi : Menghardik ........... 26
3.3.3 TAK Stimulasi Persepsi Mengontrol Halusinasi : Minum Obat .......... 29
3.3.4 TAK Stimulasi Persepsi Mengontrol Halusinasi : Bercakap-Cakap .... 33
3.3.5 TAK Stimulasi Persepsi Mengontrol Halusinasi : Latihan Terjadwal . 36
iii
BAB 4 PENUTUP ................................................................................................ 39
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 39
3.2 Saran ....................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 40
Lampiran ............................................................................................................... 41

iv
BAB 1

LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang

Program terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu asuhan

keperawatan dengan gangguan jiwa tidak hanya difokuskan pada

aspekpsikologis, fisik, dan sosial tetapi juga kognitif. Ada beberapa terapi

modalitas yang dapat diterapkan salah satunya adalah terapi Aktivitas

Kelompok Stimulasi Persepsi. Terapi kelompok merupakan suatu

psikoterapi yang dilakukan sekelompok klien bersama-sama dengan jalan

berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang

therapis. Pengertian TAK stimulasi persepsi menurut adalah terapi yang

bertujuan untuk membantu klien yang mengalami kemunduruan orientasi,

menstimulasi persepsi dalam upaya memotivasi proses berpikir dan afektif

serta mengurangi perilaku maladaftif.

Pada pasien gangguan jiwa dengan dengan kasus skizofrenia selalu

diikuti dengan gangguan persepsi sensori, halusinasi.Terjadinya halusinasi

dapat menyebabkan klien menjadi menarik diri terhadap lingkngan

sosialnya, hanyut dengan kesendirian dan halusinasinya sehingga semakin

jauh dari sosialisasi dengan lingkungan disekitarnya.

Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan therapy aktifitas

kelompok (TAK) klien dengan gangguan persepsi sensori dapat tertolong

dalam hal sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, tentu saja klien yang

mengikuti terapi ini adalah klien yang sudah mampu mengontrol dirinya

dari halusinasi sehingga pada saat TAK klien yang sudah mampu

1
mengontrol dirinya dari halusinasi sehingga pada saat TAK klien dapat

berkerja sama dan tidak mengganggu anggota kelompok yang lain.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud terapi aktivitas kelompok persepsi halusinasi ?

1.2.2 Apa saja yang terkandung dalam terapi aktivitas kelompok persepsi

halusinasi ?

1.2.3 Bagaimana proses keperawatan terapi aktivitas kelompok persepsi

halusinasi ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui terapi aktivitas kelompok persepsi halusinasi

1.3.2 Mengetahui terkandung dalam terapi aktivitas kelompok persepsi

halusinasi

1.3.3 Mengetahui proses keperawatan terapi aktivitas kelompok persepsi

halusinasi

1.4 Manfaat

1.4.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan dari TAK stimulasi persepsi adalah pasien

mempunyaikemampuan untuk menyelesaikan masalah yang

diakibatkan oleh paparanstimulus kepadanya.

1.4.2 Tujuan khusus

1. Pasien dapat mengenal halusinasi

2. Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan menghardik.

3. Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap

denganorang lain.

2
4. Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan aktivitas terjadwal.

5. Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan meminum obat.

3
BAB 2

KONSEP TEORI

2.1 KonsepTerapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Halusinasi

2.1.1 Pengertian Halusinasi

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi

yang dialami oleh pasien dengan gangguan jiwa. Pasien merasakan

sensasi berupa suara, penglihaan, pengecapan, perabaan, atau

penghidupan tanpa stimulus nyata (Budi Anna Keliat, 2011). Halusinasi

adalah persepsi yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau

persepsi sensori yang tidak sesuai dengan relitas/kenyataan seperrti

melihat bayangan atau suara-suara yang sebenarnya tidak ada.

Pencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari panca indra, dimana

orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang disebabkan

oleh psikotik, gangguan fungsional, organic atau histerik

(Wijayaningsih, 2015).

2.1.2 Tanda dan Gejala Halusinasi

Prabowo (2014) menjelaskan perilaku paisen yang berkaitan dengan

halusinasi adalah sebagai berikut:

a. Bicara, senyum, dan tertawa sendiri

b. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, dan respon

verbal lambat

c. Menarik diri dari orang lain dan berusaha untuk menghindari diri

dari orang lain

4
d. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang

tidak nyata

e. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah

f. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik

dan berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya

g. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan

lingkungannya) serta rasa takut

h. Sulit berhubungan dengan orang lain

i. Sulit membuat keputusan

j. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung dan marah

k. Tidak mampu mengikuti perintah

l. Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik dan agitasi.

2.1.3 Penyebab Halusinasi

a. Faktor Predisposisi

Prabowo (2014) menjelaskan faktor-faktor predisposisi dari

halusinasi adalah:

1) Faktor Perkembangan

Tugas perkembangan pasien terganggu, misalnya rendahnya

kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak

mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilangnya percaya

diri dan lebih rentan terhadap stress

5
2) Faktor Sosiokultural

Seseorang yang merasa tidak diterima di lingkungannya sejak

bayi akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada

lingkungannya.

3) Faktor Biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya

stress yang berlebih dialami seseorang maka di dalam tubuh akan

dihasilkan zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia.

Akibat stress berkepanjangan menyebabakan teraktivasinya

neutransmitter otak.

4) Faktor Psikologi

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah

terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh

pada ketidakmampuan pasien dalam mengambil keputusan yang

tepat demi masa depannya. Pasien lebih memilih kesenangan

sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam khayal.

5) Faktor Genetik dan Pola Asuh

Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang

tua skizofrenia cenderung mengalamai skizofrenia. Hasil studi

menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan

yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

b. Faktor Presipitasi

Prabowo (2014) menjelaskan faktor-faktor presipitasi terjadinya

gangguan halusinasi yaitu:

6
1) Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang

mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme

pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan

untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh

otak untuk diinterprestasikan.

2) Stress Lingkungan

Ambang toleransi terhadap tress yang berinteraksi terhadap

stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan

perilaku.

3) Sumber Koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam

menamggapi stress.

4) Perilaku

Respons pasien terhadap halusinasi dapat berupa curiga,

ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku

menarik diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil

keputusan serta tidak dapat membedakan nyata dan tidak.

Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar (2012) menjelaskan:

a) Dimensi fisik

Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik

seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan,

demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan

untuk tidur dalam waktu yang lama.

7
b) Dimensi emosional

Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak

dapat diatasi merupakan penyebab halusianasi itu terjadi, isi

dari halusinasi dapat berupa peritah memaksa dan menakutkan.

Pasien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga

dengan kondisi tersebut pasien berbuat sesuatu terhadap

ketakutan tersebut.

c) Dimensi intelektual

Dalam dimensi intelektual ini menjelaskan bahwa individu

dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan

fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego

sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun

merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang

dapat mengambil seluruh perhatian pasien dan tidak jarang

akan mengotrol semua perilaku pasien.

d) Dimensi social

Pasien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal

dan comforting, pasien menganggap bahwa hidup

bersosialisasi di alam nyata sangat membahayakan. Pasien

asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat

untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri

dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi

halusinasi dijadikan kontrol oleh individu tersebut, sehingga

jika perintah halusinasi berupa ancaman bagi dirinya atau

8
orang lain individu, tindakan keperawatan pasien dengan

mengupayakan suatu proses interkasi yang menimbulkan

pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta

mengusahakan pasien tidak menyendiri sehingga pasien selalu

berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi tidak

berlangsung.

e) Dimensi spiritual

Secara spiritual pasien halusinasi mulai dengan kehampaan

hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan

jarang berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri, irama

sirkardiannya terganggu.

2.1.4 Pohon Masalah

Resiko perilaku kekerasan

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi pendengaran, halusinasi


penglihatan

Isolasi Sosial : Menarik Diri

9
2.1.5 Rentang Respon

2.1.6 Akibat Halusinasi

Akibat dari halusinasi adalah resiko mencederai diri sendiri, orang lain

dan lingkungan. Hal ini diakibatkan karena pasien berada di bawah

halusinasinya yang memintanya untuk melakukan sesuatu hal di luar

kesadarannya (Prabowo, 2014).

2.2.Konsep Terapi Aktifitas Kelompok

2.2.1 Pengertian Terapi Aktifitas Kelompok

Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan

perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan

yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok

digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika

interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi

laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk

memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.

10
2.2.2 Macam-Macam Terapi Aktivitas Kelompok

a. Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi

Berapi aktifitas kelompok stimulus kognitif/persepsi adalah terapi

yang bertujuan untuk membantu klien yang mengalami kemunduran

orientasi, menstimuli persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir

dan afektif serta mengurangi perilaku maladaptif.

Tujuan :

1) Meningkatkan kemampuan orientasi realita

2) Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian

3) Meningkatkan kemampuan intelektual

4) Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain

5) Mengemukakan perasaanya

Karakteristik :

1) Penderita dengan gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai-

nilai

2) Menarik diri dari realitas

3) Inisiasi atau ide-ide negative

4) Kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif dan mau

mengikuti kegiatan

b. Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori

Terapi aktifitas kelompok untuk menstimulasi sensori pada

penderita yang mengalami kemunduran fungsi sensoris. Teknik yang

digunakan meliputi fasilitasi penggunaan panca indera dan kemampuan

mengekpresikan stimulus baik dari internal maupun eksternal.

11
Tujuan :

1) Meningkatkan kemampuan sensori

2) Meningkatkan upaya memusatkan perhatian

3) Meningkatkan kesegaran jasmani

4) Mengekspresikan perasaan

c. Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas

Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas adalah pendekatan

untuk mengorientasikan klien terhadap situasi nyata (realitas). Umumnya

dilaksanakan pada kelompok yang menghalami gangguan orientasi

terhadap orang, waktu dan tempat. Teknik yang digunakan meliputi

inspirasi represif, interaksi bebas maupun secara didaktik.

Tujuan :

1) Penderita mampu mengidentifikasi stimulus internal (fikiran,

perasaan, sensasi somatik) dan stimulus eksternal (iklim, bunyi, situasi

alam sekitar)

2) Penderita dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan

3) Pembicaraan penderita sesuai realita

4) Penderita mampu mengenali diri sendiri

5) Penderita mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat

Karakteristik :

1) Penderita dengan gangguan orientasi realita (GOR); (halusinasi, ilusi,

waham, dan depresonalisasi ) yang sudah dapat berinteraksi dengan

orang lain

12
2) Penderita dengan GOR terhadap orang, waktu dan tempat yang sudah

dapat berinteraksi dengan orang lain

3) Penderita kooperatif

4) Dapat berkomunikasi verbal dengan baik

5) Kondisi fisik dalam keadaan sehat

d. Terapi aktifitas kelompok sosialisasi

Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan

klien dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam

lingkungan social. Sosialisasi dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis

untuk :

a. Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal

b. Memberi tanggapan terhadap orang lain

c. Mengekspresikan ide dan tukar persepsi

d. Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan

Tujuan umum :

Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok,

berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi tanggapan terhadap

orang lain, mengekpresikan ide serta menerima stimulus eksternal.

Tujuan khusus :

1) Penderita mampu menyebutkan identitasnya

2) Menyebutkan identitas penderita lain

3) Berespon terhadap penderita lain

4) Mengikuti aturan main

5) Mengemukakan pendapat dan perasaannya

13
Karakteristik :

1) Penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti

kegiatan ruangan

2) Penderita sering berada ditempat tidur

3) Penderita menarik diri, kontak sosial kurang

4) Penderita dengan harga diri rendah

5) Penderita gelisah, curiga, takut dan cemas

6) Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya,

jawaban sesuai pertanyaan

7) Sudah dapat menerima trust, mau berinteraksi, sehat fisik

e. Penyaluran energi

Penyaluran energi merupakan teknik untuk menyalurkan energi

secara kontruktif dimana memungkinkan penembanghan pola-pola

penyaluran energi seperti katarsis, peluapan marah dan rasa batin secara

konstruktif dengan tanpa menimbulkan kerugian pada diri sendiri

maupun lingkungan.

Tujuan :

1) Menyalurkan energi; destruktif ke konstrukstif.

2) Mengekspresikan perasaan

3) Meningkatkan hubungan interpersonal

2.2.3 Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok

a. Mengembangkan stimulasi kognitif

Tipe : biblioterapy

Aktivitas : menggunakan artikel, sajak, puisi, buku, surat kabar untuk

14
Merangsang dan mengembangkan hubungan dengan orang lain.

b. Mengembangkan stimulasi sensori

Tipe : music, seni, menari.

Aktivitas : menyediakan kegiatan, mengekspresikan perasaan.

Tipe : relaksasi

Aktivitas : belajar teknik relaksasi dengan cara napas dalam, relaksasi

otot, dan imajinasi.

c. Mengembangkan orientasi realitas

Tipe : kelompok orientasi realitas, kelompok validasi.

Aktivitas : fokus pada orientasi waktu, tempat dan orang, benar, salah

Bantu memenuhi kebutuhan.

d. Mengembangkan sosialisasi

Tipe : kelompok remitivasi

Aktivitas : mengorientasikan klien yang menarik diri, regresi

Tipe : kelompok mengingatkan

Aktivitas : focus pada mengingatkan untuk menetapkan arti positif.

2.2.4 Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok

a. Secara umum manfaat terapi aktivitas kelompok adalah :

1) Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui

komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.

2) Melakukan sosialisasi.

3) Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif.

b. Secara khusus manfaatnya adalah :

1) Meningkatkan identitas diri

15
2) Menyalurkan emosi secara konstruktif

3) Meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal atau social.

c. Manfaat rehabilitasinya adalah :

1) Meningkatkan keterampilan ekspresi diri.

2) Meningkatkan keterampilan sosial.

3) Meningkatkan kemampuan empati.

4) Meningkatkan kemampuan atau pengetahuan pemecahan masalah

16
BAB 3

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

STIMULASI PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

3.1 Landasan Teori

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang

menggunakan aktivitas yang menggunakan aktivitas mempersepsikan

berbagai stimulasi yang terkait dengan pengalaman dengan kehidupan untuk

didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa

kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.

Dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi dibagi

dalam 4 sesi, yaitu:

1. Sesi I : Klien mengenal halusinasi

SesiI : Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

2. Sesi II: Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap –cakap dengan

orang lain.

3. Sesi III: Mengontrol halusianasi dengan patuh minum obat.

4. Sesi IV: Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas terjadwal.

3.2 Tujuan

1. Tujuan Umum :

Adapun tujuan dari TAK stimulasi persepsi adalah pasien mempunyai

kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh

paparan stimulus kepadanya.

2. Tujuan Khusus :

17
1) Pasien dapat mengenal halusinasi

2) Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan menghardik.

3) Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang

lain.

4) Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan aktivitas terjadwal.

5) Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan meminum obat.

a. Waktu dan tempat

Hari/tanggal : Jumat, 17 Januari 2020

Jam : 09.25 – 09.45

Tempat : Bangsal Arjuna RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta

b. Metode

1. Diskusi dan Tanya jawab

2. Dinamika kelompok

3. Bermain peran atau simulasi

c. Media dan Alat

1. Papan nama sejumlah pasien dan terapis dalam TAK.

2. Whiteboard

3. Spidol

4. Formulir/jadwal kegiatan

5. Contoh obat

18
d. Setting Tempat

F P

F
P

P O
L

OP
CL F

P
F
P F

Keterangan gambar : L : Leader

CL : Co Leader

P : Pasien

F : Fasilitator

O : Observer

OP : Operator

e. Pembagian Tugas

1. Leader :

1) Menyiapkan proposal kegiatan TAK

2) Memimpin jalannya TAK

3) Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya TAK

4) Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK

5) Memimpin diskusi kelompok

19
6) Menetralisir masalah yang timbul dalam kelompok

2. Co leader

1) Mendampingi leader

2) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas

pasien.

3) Mengingatkan leader apabila kegiatan menyimpang dari

perencanaan yang telah dicapai

4) Mengambil alih posisi leader jika leader bloking dalam proses terapi

3. Fasilitator

1) Menyediakan fasilitas yang digunakan dalam kegiatan berlangsung

2) Memotivasi klien yang kurang aktif

3) Memfasilitasi dan memberikan stimulus pada anggota kelompok

untuk aktif mengikuti jalannya terapi

4. Observer

1) Mengobservasi jalannya kegiatan

2) Mengamati serta mencatat perilaku verbal dan non verbal pasien

selama kegiatan berlangsung

3) Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses

hingga penutupan

5. Pasien

1) Kriteria pasien

a. Pasien dengan halusinasi sudah menunjukan kemauan untuk

menceritakan apa yang dirasakannya

20
b. Pasien dengan halusinasi sudah mampu mengatasi halusinasi

yang muncul.

2) Proses seleksi

a. Mengidentifikasi pasien yang masuk kriteria

b. Mengumpulkan pasien yang masuk kriteria

c. Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut TAK

f. Susunan Pelaksanaan

1. Susunan perawat pelaksaan TAK

1) Leader : Krismonita

2) CO Leader :Nunung

3) Fasilitator :Krisnadina, Anisa, Andik, Heti, Iqbal, Umi

4) Observer :Camelia

5) Operator : Ristiana

6) Pasien : Pasien Halusinasi

2. Pasien peserta TAK sebagai berikut:

No Nama Masalah keperawatan


1. Aris Tri Widodo Halusinasi pendengaran dan
penglihatan
2. Bejo Legowo Halusinasi pendengaran
3. Arianto Halusinasi pendengaran dan
penglihatan
4. Stevanus Halusinasi pendengaran
5. Mansuron Halusinasi pendengaran

3. Tata Tertib dan Antisipasi Masalah

1) Tata tertib pelaksanaan

e. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK

f. Peserta wajib hadir lima menit sebelum acara dimulai

21
g. Peserta berpakaian rapi, bersih dan sudah mandi

h. Tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama kegiatan

TAK berlangsung

i. Jika ingin mengajukan atau menjawab pertanyaan, peserta

mengangkat tangan kanan dan berbicara setelah dipersilahkan

oleh pembimbing

j. Peserta dilarang keluar sebelum acara TAK selesai

g. Apabila waktu TAK sesuai kesepakatan telah habis, namun TAK

belum selesai, maka pemimpin akan meminta persetujuan anggota

untuk memperpanjang waktu TAK

2) Antisipasi kejadian yang tidak diinginkan pada proses TAK

a. Penanganan klien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok

1) Memanggil klien

2) Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab

sapaan perawat atau klien yang lain

b. Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit:

1) Panggil nama klien

2) Tanya alasan klien meninggalkan permainan

3) Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan

penjelasan pada klien bahwa klien dapat melaksanakan

keperluannya setelah itu klien boleh kembali lagi

c. Bila ada klien lain ingin ikut

1) Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada

klien yang telah dipilih

22
2) Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang

mungkin dapat diikuti oleh klien tersebut

3) Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan

tidak memberi peran pada permainan tersebut. (Eko

prabowo, 2014: 243-245)

3.3 Proses Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Halusinasi

3.3.1 TAK Stimulasi Persepsi Mengenal Halusinasi

1. Tujuan

1) Klien mengenal halusinasi

2) Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi

3) Klien mengenal frekuensi halusinasi

4) Klien mengenal perassan bila mengalami halusinasi

2. Setting

1) Kelompok berada diruang yang tenang

2) Klien duduk melingkar

3. Alat

1) Sound system

2) Spidol

3) Papan tulis (white borad)

4. Metode

1) Diskusi

2) Tanya jawab

23
5. Langkah – langkah kegiatan

1) Persiapan

a. Memilih klien sesuai dengan indikasi yaitu klien dengan

perubahan sensori persepsi; halusinasi

b. Membuat kontrak dengan klien

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2) Orientasi

a. Salam terapeutik: terapis mengucapkan salam

b. Evaluasi validasi : terapis menanyakan perasaan peserta hari ini

c. Kontrak :

a) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan

b) Terapis menjelaskan aturan main: masing masing klien

memperkenalkan diri nama, nama panggilan, jika ada klien

yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin pada

terapis lama kegiatan 45 menit setiap klien mengikuti kegiatan

dari awal sampai akhir.

3) Kerja

a. Terapis memperkenalkan diri (nama dan nama panggilan).

Terapis meminta klien memperkenalkan nama dan nama

panggilan secara berurutan, dimulai dari klien yang berada di

sebelah kiri terapis, searah jarum jam.

b. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu

masing-masing klien membagi pengalaman tentang halusinasi

yang mereka alami dengan menceritakan :

24
a) Isi halusinasi

b) Waktu terjadinya

c) Frekuensi halusinasi

d) Perasaan yang timbul saat mengalami halusinasi.

c. Meminta klien menceritakan halusinasi yang dialami secara

berurutan dimulai dari klien yang ada di sebelah kiri terapis,

seterusnya bergiliran searah jarum jam.

d. Saat seorang klien menceritakan pengalaman hausinasi, setelah

cerita selesai terapis mempersilakan klien lain untuk bertanya

sebanyak-banyaknya 3 pertanyaan.

e. Lakukan kegiatan (b) sampai semua klien selesai mendapat

giliran.

f. Setiap kali klien bisa menceritakan halusinasinya, terapis

memberikan pujian.

4) Terminasi

a. Evaluasi

a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

b) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan anggota kelompok

b. Rencana tindak lanjut

Terapis menganjurkan kepada peserta jika mengalami halusinasi

segera menghubungi perawat atau teman lain .

c. Kontrak yang akan datang

a) Terapis membuat kesepakatan dengan klien kegiatan TAK

berikutnya yaitu belajar mengontrol halusinasi.

25
b) Terapis membuat kesepakatan dengan klien waktu dan tempat

TAK berikutnya.

6. Evaluasi dan dokumentasi

Nama peserta TAK


No Aspek yang dinilai
Aris Bejo Arianto Stevanus Mansuron

1 Menyebutkan isi halusinasi √ √ √ √ √


2 Menyebutkan waktu halusinasi √ √ √ √ √
3 Menyebutkan frekuensi
√ √ √ √ √
halusinasi
4 Menyebutkan situasi
√ √ √ √ √
munculnya halusinasi
5 Menyebutkan perasaan bila
halusinasi timbul √ √ √ √ √

Keterangan: √ : mampu

- : tidak mampu

3.3.2 TAK Stimulasi Persepsi Mengontrol Halusinasi :Menghardik

1. Tujuan

1) Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan mangatasi

halusinansi .

2) Klien dapat memahami dinamika halusinasi.

3) Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi .

4) Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi.

2. Setting

1) Klien duduk melingkar .

2) Kelompok di tempat yang tenang.

3. Alat

Sound system

26
4. Metode

1) Diskusi

2) Tanya jawab.

3) Stimulasi.

5. Langkah langkah kegiatan

1) Persiapan

a. mempersiapkan alat

b. mempersiapkan tempat pertemuan.

2) Orientasi

a. Salam terapeutik : terapis mengucapkan salam .

b. Evaluasi/validasi:

a) Terapis menanyakan perasaan klien hari ini.

b) Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang telah terjadi

c. Kontrak

a) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan

b) Terapis menjelaskan atusan main:

 Lama kegiatan 45 menit.

 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal dan akhir.

 Jika akan meninggalkan kelompok ,klien harus meminta

izin .

3) Kerja

a. Terapis meminta massing masing klien secara berurutan searah

dengan jarum jam menceritakan apa yang dilakukan jika

27
mangalami halusinasi dan apakah itu bisa mengatasi

halusinasinya.

b. Setiap selasai klien menceritakan pengalamanya,terapis

memberikan pujian dan mengajak peserta lain memberikan

tepuktangan .

c. Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan

menghardik halusinasi saat halusinasi muncul .

d. Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi

e. Terapis meminta masing masing klien memperagakan

menghardik halusinasi dimulai dari peserta disebelah kiri terapis

berurutan searah jarum jam sampai semua peserta mendapatkan

giliran

f. Terapis memberikan pujian dan megajak semua klien bertepuk

tangan saat setiap klien selesai memperagakan menghardik

halusinasi

4) Terminasi

a. Evaluasi

a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

b) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

b. Rencana tindak lanjut

Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan cara yang

sudahdipelajari jika halusinasi muncul

c. Kontrak yang akan datang

a) Terapis membuat kesepakatan dengan klien TAK berikutnya

28
b) yaitu belajar mengontrol halusinasi dengan cara lain

c) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK

6. Evaluasi dan Dokumentasi

Nama peserta TAK


No Aspek yang Dinilai
Aris Bejo Arianto Stevanus Mansuron

1 Menyebutkan cara
yang selama ini
digunakan mengatasi
halusinasi
2 Menyebutkan
efektifitas cara yang
dilakukan
3 Menyebutkan cara
mengatasi halusinasi
dengan menghardik
4 Memperagakan
menghardik
Halusinasi

3.3.3 TAK Stimulasi Persepsi Mengontrol Halusinasi :Minum Obat

1. Tujuan

1) Klien dapat mengetahui jenis – jenis obat yang harus diminumnya

2) Klien mengetahui perlunya minum obat secara teratur

3) Klien mengetahui 5 benar minum obat

4) Klien mengetahui efek terapi dan efek samping obat

5) Klien mengetahui akibat jika putus obat

29
2. Setting

1) Klien duduk melingkar

2) Kelompok berada diruang yang tenang dan nyaman

3. Alat

1) Contoh obat – obatan

2) Spidol white board

3) White board

4. Metode

1) Diskusi

2) Tanya jawab

3) Simulasi

5. Langkah – langkah kegiatan

1) Persiapan

a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat

b. Terapis membuat kontrak dengan klien

2) Orientasi

a. Salam terapeutik : terapis mengucapkan salam kepada klien

b. Evaluasi / validasi :

a) Terapis menanyakan perasaan klien hari ini

b) Terapis menanyakan apakah jadwal aktivitas telah dikerjakan

(TL TAK sebelumnya).

c. Kontrak

a) Terapis menjelaskan tujuan TAK

b) Terapis menjelaskan aturan main TAK

30
 Klien mengikuti dari awal sampai akhir

 Jika klien akan keluar dari kelompok, harus meminta izin

kepada terapis

 Lama waktu TAK 60 menit

3) Kerja

a. Terapis membagikan contoh obat, sesuai obat yang diberikan

kepada masing – masing klien.

b. Terapis menjelaskan pentingnya minum obat secara teratur,

sesuai anjuran

c. Terapis meminta klien untuk menjelaskan ulang pentingnya

minum obat, secara bergantian, searah jarum jam, dimulai dari

klien yang berada disebelah kiri terapis

d. Terapis mejelaskan akibat jikan tidak minum obat secara teratur

e. Terapis meminta klien menyebutkan secara bergantian akibat

jika tidak minum obat secara teratur

f. Terapis menjelaskan lima benar ketika menggunakan obat:

benar obat, benar klien, benar waktu, benar cara, benar dosis.

g. Terapis menjelaskan efek terapi dan efek samping masing-

masing obat sesuai contoh obat yang yang ada pada klien.

h. Terapi meminta klien menyebutkan jenis obat, dosis masing

masing obat, cara penggunakan , waktu dan efek obat (efek

terapi dan efek samping) sesuai dengan contoh obat yang ada di

tangan klien masing-masing. Secara berurutan secara jarum

jam, dimulai dari sebelah kiri terapi.

31
i. Terapi memberikan pujian dan mengajar klien bertepuk tangan

setiap kali klien menyebutkan dengan benar.

4) Terminasi

a. Evaluasi

a) Menayakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

b) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b. Tindak lanjut

a) Menganjurkan klien untuk meminum obat secara teratur

b) Menganjurkan jika ada pertanyaan lain tentang obat, klien

dapat menghubungi perawat yg saat itu bertugas.

c. Kontrak yang akan datang

a) Terapi menyepakati kegiatan TAK berikutnya.

b) Terapi menyepakati tempat dan waktu TAk

6. Evalusi dan dokumentasi

Nama peserta TAK


Aspek yang
No
Dinilai
Aris Bejo Arianto Stevanus Mansuron

1 Menyebutkan
pentingnya
minum obat
secara teratur
2 Menyebutkan
akibat jika tidak
minum obat
secara teratur
3 Menyebutkan
jenis obat
4 Menyebutkan
dosis obat
5 Menyebutkan
waktu minum
32
obat
6 Menyebutkan
cara minum
obat yang tepat
7 Menyebutkan
efek terapi obat
8 Menyebutkan
efek samping
obat
3.3.4 TAK Stimulasi Persepsi Mengontrol Halusinasi :Bercakap-Cakap

1. Tujuan

1) Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain

2) Klien menerapkan cara menghubungi orang lain ketika mulai

mengalami halusinasi

2. Setting

1) Tempat TAK di ruangan yang tenang dan nyeman.

2) Klien duduk melingkar

3. Alat

1) Spidol

2) White board

4. Metode

1) Diskusi kelompok

2) Simulasi

5. Langkah-langkah kegiatan

1) Persiapan

a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat TAK

b. Terapis membuat kontrak dengan klien

2) Orientasi

a. Salam; terapi mengucapkan salam ke klien


33
b. Evalusi/validasi;

a) Terapis menanyakan kabar klien hari ini;

b) Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi

setelah menerapkan 3 cara lainya

c. Kontrak

a) Terapi menjelaskan tujuan TAK

b) Terapi menjelaskan waktu kegiatan

c) Terapi menjelaskan aturan maen

3) Kerja

a. Terapi menjelaskan pentingnya berbincang dengan orang lain

untuk mengatasi halusinasi.

b. Terapi meminta kepada klien setiasi yang sering dialami sehingga

mengalami halusinasi. Klien secara bergantian bercerita

c. Terapi memperagakan becakap cakap dangan orang lain jika ada

tanda halusinasi muncul

d. Klien meminta memperagakan hal yang sama secara bergantian.

e. Terapi memberikan pujian kepada klien setiap selesai

memperagakan

4) Terminasi

a. Evalusi;

a) Terapi menyakan perasaan klien setelah selesai mengikuti

TAK

b) Terapi memberikan pujian atas kebersihan kelompok

b. Tindak lanjut

34
a) Terapi menganjurkan klien untuk menerapkan bercakap

cakap dengan orang lain bila mulai mengalami halusinasi

b) Mendorong klien untuk memulai bercakap cakap bila ada

klien lain yang mulai mengalami halusinasi

c. Kontrak yang akan datang

a) Terapi menyepakati kegiatan TAK berikutnya

b) Terapi menyapakati tempat dan waktu TAK berikutnya.

6. Evaluasi dan dokumentasi

Nama peserta TAK


Aspek yang
No
Dinilai
Aris Bejo Arianto Stevanus Mansuron
1 Menyebutkan
pentingnya
bercakapcakap
ketika
halusinasi
muncul
2 Menyebutkan
cara bercakap –
cakap
3 Memperagakan
saat mulai
percakapan

3.3.5 TAK Stimulasi Persepsi Mengontrol Halusinasi :Latihan Terjadwal

1. Tujuan

1) Klien dapat memahamai pentingnya melakukan aktivitas untuk

mencegah munculnya halusinasi

2) Klien dapat menyusun jadwal aktivitas dari pagi sampai tidur malam

2. Setting

1) Klien duduk melingkar mengelilingi meja

2) Lingkungan tenang dan nyaman


35
3. Alat

1) Kertas HVS sejumlah peserta

2) Pensil

3) Spidol

4) White board

4. Metode

1) Diskusi

2) Latihan

5. Langkah -langkah kegiatan

1) Persiapan

a. Terapis mempersiapkan alat dari temapat TAK

b. Terapis membuat kontrak dengan klien

2) Orientasi

a. Salam terapeutik : terapis mengucapkan salam

b. Evaluasi / validasi :

a) Terapis menanyakan keadaan klien hari ini

b) Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara

menghardik halusinasi

3) Kontrak

a. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan

b. Terapis menjelaskan aturan permainan

a) Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

b) Jika klien ingin meninggalkan kelompok harus meminta izin

kepada terapis

36
c) Waktu TAK adalah 90 menit

4) Kerja

a. Terapis menjelaskan langkah – langkah kegiatan

b. Terapis membagikan kertas satu lembar dan masing – masing

sebuah pensil untuk masing – masing klien

c. Terapis menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur dalam

mencegah terjadinya halusinasi

d. Terapis memberikan cara menyusun jadwal dengan

menggambarkan dipapan tulis

e. Terapis meminta masing – masing klien menyusun jadwal

aktivitas dari bangun pagi sampai dengan tidur malam

f. Terapis membimbing masing – masing klien sampai barhasil

menyusun jadwal

g. Terapis memberikan pujian kepada masing – masing klien setelah

berhasil menyusun jadwal

5) Terminasi

a. Evaluasi

a) Terapis menanyakan perasaam klien setelah bisa menyusun

jadwal

b) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

b. Tindak lanjut

Terapis menganjurkan klien melaksanakan jadwal aktivitas

tersebut

c. Kontrak yang akan datang

37
a) Terapis membuat kesepakatan dengan klien TAK berikutnya

b) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK

6. Evaluasi dan Dokumentasi

NO Aspek yang Dinilai Nama peserta TAK


Aris Bejo Arianto Stevanus Mansuron
1 Menyebutkan
pentingnya aktivitas
mencegah
halusinasi
2 Membuat jadwal
kegiatan harian

38
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada rangsangan

yang menimbulkannya (tidak ada objeknya). Halusinasi muncul sebagai suatu

proses panjang yang berkaitan dengan kepribadian seseorang. Karena itu,

halusinasi dipengaruhi oleh pengalaman psikologi sseseorang (Baihaqi, 2007).

Halusinasi pendengaran yaitu perasaan stimulus yang sebenarnya tidak ada. Pada

pasien dengan halusinasi pendengaran, pasien merasa ada suara, padahal tidak ada

stimulus suara(Yosep, 2009).

4.2 Saran

Sebagai pemberi asuhan keperawatan, sebaiknya perawat selalu melakukan

pendekatan terus menerus dan bertahap kepada pasien dengan halusinasi

pendengaran untuk mengontrol halusinasi yang muncul. Pasien dengan halusinasi

pendengaran biasanya sering menyendiri atau melamun, kebiasaan tersebut

merupakan faktor pencetus munculnya kembali halusinasi, dalam hal ini

sebaiknya perawat sering melakukan interaksi dengan pasien untuk mengurangi

halusinasi yang muncul.

39
DAFTAR PUSTAKA

Budi Anna Keliat, A. (2005). Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok.


Jakarta:EGC.
Budi Anna Keliat, S. M. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas.
Jakarta:EGC.
Keliat, B.A dan Akemat. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Lilik. (2011). Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wati. (2011). TAK Stimulasi Persepsi: Halusinasi. Universitas Sumatera Utara, 5-
14.
Wijayaningsih, K. S. (2015). Panduan Lengkap Praktek Klinik Keperawatan
Jiwa. Jakarta: Trans Info Media.

40
Lampiran

Nama peserta TAK


Aspek yang
No
dinilai Aris Bejo Arianto Stevanus Mansuron

1 Menyebutkan Melihat
isi halusinasi bayangan Mendengar
dan suara Mendengar bisikan dan Mendengar Mendengar
orang bisikan bayangan suara bisikan
yang seperti perempuan menyeduh disuruh
mengolok- mendengaung dan laki- teh minum obat
olok laki
dirinya
2 Menyebutkan
Malam Siang dan
waktu Tidak tentu Pagi Sore
hari malam
halusinasi
3 Menyebutkan
Kadang-
frekuensi Sering Sering Sering 1 hari sekali
kadang
halusinasi
4. Menyebutkan
situasi
Sendirian Sendirian Sendirian Sendirian Melamun
munculnya
halusinasi
5. Menyebutkan
perasaan bila Marah- Menutup Merasa
Menghardik Menghardik
halusinasi marah telinga kesal
timbul

41

Anda mungkin juga menyukai