Anda di halaman 1dari 13

EVIDENCE BASE PRACTICE

a screening tool to identify patients needingpalliative care referral in


comprehensive cancer centers: Aprospective multicentric study

Alat skrining untuk mengidentifikasi pasien yang memerlukan rujukan


perawatan paliatif di pusat-pusat kanker yang komprehensif
: Sebuah studi prospektif multisenter

KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

Oleh :
Kelompok M’19

Anggi Suganda, S. Kep


Tiara Linalty, S.Kep
Yusnita Angraini, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas telaah jurnal ini tepat
pada waktunya. Shalawat beserta salam tak lupa pula kita hadiahkan kepada Nabi
besar kita yakninya Nabi besar Muhammad SAW. Yang telah membawa umatnya
dari zaman jahiliyah kepada zaman yang penuh ilmu pengetahuan yang kita
rasakan pada saat sekarang ini.

Evidence Base Practice ini penulis buat melatarbelakangi jurnal dengan


judul a screening tool to identify patients needingpalliative care referral in
comprehensive cancer centers: Aprospective multicentric study untuk melengkapi
tugas siklus keperawatan kegawat daruratan. Dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada pembimbing akademik dan pembimbing klinik
serta berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah
ini. Semoga menjadi ibadah dan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Amin.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, demi
kesempurnaan evidence base practice ini. Akhir kata penulis berharap semoga
dapat bermanfaat bagi kita semua dan supaya kita selalu berada di bawah
lindungan Allah SWT.

Padang, November 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan Penulis ......................................................................................... 2
D. Manfaat .................................................................................................... 3

i
BABII TINJAUAN PUSTAKA
A. Perawatan Paliatif ..................................................................................... 4
B. Peran Perawatan dalam perawatan pasien Paliatif .................................... 8
C.
BAB III TELAAH JURNAL
A. Telaah Penulisan ....................................................................................... 14
B. Telaah Konten ........................................................................................... 20

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .............................................................................................. 32
B. Saran ........................................................................................................ 32

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga
dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara
meringankan penderita dari rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian
yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik,
psikologis, sosial atau spiritual (World Health Organization (WHO), 2016).
Menurut WHO (2016) penyakit-penyakit yang termasuk dalam
perawatan paliatif seperti penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi 38.5%,
kanker 34%, penyakit pernapasan kronis 10.3%, HIV/AIDS 5.7%, diabetes
4.6% dan memerlukan perawatan paliatif sekitas 40-60%.Pada tahun 2011
terdapat 29 juta orang meninggal di karenakan penyakit yang membutuhkan
perawatan paliatif. Kebanyakan orang yang membutuhkan perawatan paliatif
berada pada kelompok dewasa 60% dengan usia lebih dari 60 tahun, dewasa
(usia 15-59 tahun) 25%, pada usia 0-14 tahun yaitu 6% (Baxter, et al., 2014)
Prevalensi penyakit kanker khususnya di Indonesia semakin meningkat
dari tahun ke tahun. Dari 240 juta penduduk Indonesia, ada sekitar 240.000
penderita kanker baru tiap tahunnya. Meski pengobatan penyakit kanker
sudah berkembang dengan baik, kebanyakan kasus kanker baru ditemukan
setelah mencapai stadium akhir. Selain itu, para penderita kanker selalu
dibayangi ketakutan bahwa kanker akan berujung pada penderitaan dan
kematian. Padahal, ada harapan bagi setiap penderita kanker untuk bertahan
dan menghindari sakit akibat kanker.
Pelaksanaan perawatan paliatif berbeda dari perawatan kanker lain pada
umumnya. Perawatan paliatif bukanlah suatu pengobatan untuk
menyembuhkan namun meringankan penderitaan pasien kanker sebelum, saat
dan setelah terapi. Dalam perawatan ini, pasien kanker tidak lagi merasakan
nyeri dan diupayakan tidak ada lagi tindakan invasif yang dapat menyakiti
pasien.
komunikasi merupakan kunci dari perawatan kanker ini, di mana
penderita kanker akan ditangani melalui metode pendekatan terapeutik. Ini
karena psikologis para penderita kanker –khususnya yang sudah mencapai
stadium terminal- cenderung berubah negatif. Selain itu, ketiadaan support
atau dukungan moril juga menjadi salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kesehatan psikologis penderita kanker.
Perawatan ini pula, dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan
keluarga yang berhadapan langsung dengan penyakit tersebut, baik secara
fisik, psikososial maupun spiritual. Dengan begitu, diharapkan angka
kesembuhan dan harapan hidup pasien kanker dapat lebih baik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penulisan jurnal “Alat skrining untuk mengidentifikasi pasien
yang memerlukan rujukan perawatan paliatif di pusat-pusat kanker yang
komprehensif “ ?

1
2. Bagaimana isi dari jurnal “Alat skrining untuk mengidentifikasi pasien
yang memerlukan rujukan perawatan paliatif di pusat-pusat kanker yang
komprehensif “ ?

C. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengembangan praktek dan pengetahuan baru terkait
dengan alat skrining untuk mengidentifikasi pasien yang memerlukan
rujukan perawatan paliatif dipertimbangkan dalam praktik klinis dunia
keperawatan agar meningkatnya profesionalitas keperawatan.
2. Tujuan khusus
a. Diketahui penulisan jurnal “Alat skrining untuk mengidentifikasi
pasien yang memerlukan rujukan perawatan paliatif di pusat-pusat
kanker yang komprehensif “
b. Diketahui isi dari jurnal “Alat skrining untuk mengidentifikasi pasien
yang memerlukan rujukan perawatan paliatif di pusat-pusat kanker
yang komprehensif “

D. Manfaat penulisan
Penulisan telaah jurnal “Intervensi Transfusi dalam Pendarahan Kritis
yang Memerlukan Transfusi Masif: Tinjauan Sistematik“diharapkan dapat
bermanfaat:
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan pembelajaran dalam merawat pasien paliatif dan
mengetahui Alat skrining untuk mengidentifikasi pasien yang
memerlukan rujukan perawatan paliatif di pusat-pusat kanker yang
komprehensif

2. Bagi Perawat
Sebagai pengetahuan terbaru dalam praktik klinik yang dapat
meningkatkan profesionalitas dari perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan dalam merawat pasien paliatif dan mengetahui Alat skrining
untuk mengidentifikasi pasien yang memerlukan rujukan perawatan
paliatif di pusat-pusat kanker yang komprehensif.
3. Bagi Ruangan
Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan mutu pelayanan
pada pasien sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan dirumah
sakit.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara aktif pada
penderita yang sedang sekarat atau dalam fase terminal akibat penyakit yang
dideritanya. Pasien sudah tidak memiliki respon terhadap terapi kuratif yang
disebabkan oleh keganasan ginekologis. Perawatan ini mencakup penderita
serta melibatkan keluarganya (Aziz, Witjaksono, & Rasjidi, 2008).
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan
kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam
menghadapi penyakit yangmengancam jiwa, dengan cara meringankan
penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna,
dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial
atau spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016).
Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan pada pasien
dengan penyakit yang dapat membatasi hidup mereka atau penyakit terminal
dimana penyakit ini sudah tidak lagi merespon terhadap pengobatan yang
dapat memperpanjang hidup(Robert, 2003).Perawatan paliatif merupakan
perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga dalam mengoptimalkan
kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan menghilangkan
penderitaan.Perawatan paliatif mencangkup seluruh rangkaian penyakit
termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial, dan kebutuhan spiritual serta
untuk memfasilitasi otonomi pasien, mengakses informasi, dan pilihan
(National Consensus Project for Quality Palliative Care, 2013).
Pada perawatan paliatif ini, kematian tidak dianggap sebagai sesuatu
yang harus di hindari tetapi kematian merupakan suatu hal yang harus
dihadapi sebagai bagian dari siklus kehidupan normal setiap yang bernyawa
(Nurwijaya dkk, 2010).
Permasalahan yang sering muncul ataupun terjadi pada pasien dengan
perawatan paliatif meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial,
konsep diri, masalah dukungan keluarga serta masalah pada aspek spiritual
(Campbell, 2013). Perawatan paliatif ini bertujuan untuk membantu pasien
yang sudah mendekati ajalnya, agar pasien aktif dan dapat bertahan
hidupselama mungkin. Perawatan paliatif ini meliputi mengurangi rasa sakit
dan gejala lainnya, membuat pasien menganggap kematias sebagai
prosesyang normal, mengintegrasikan aspek-aspek spikokologis dan spritual
(Hartati & Suheimi, 2010).
Selain itu perawatan paliatif juga bertujuan agar pasien terminal tetap
dalam keadaan nyaman dan dapat meninggal dunia dengan baik dan tenang
(Bertens, 2009). Prinsip perawatan paliatifyaitu menghormati dan menghargai
martabat serta harga diri pasien dan keluarganya (Ferrel & Coyle, 2007).
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES, 2013)dan
Aziz, Witjaksono, dan Rasjidi (2008)
prisinsip pelayanan perawatan paliatif yaitu menghilangkan nyeri dan
mencegah timbulnya gejala serta keluhan fisik lainnya, penanggulangan
nyeri, menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses

3
normal , tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian,
memberikan dukungan psikologis, sosial dan spiritual, memberikan dukungan
agar pasien dapat hidup seaktif mungkin, memberikan dukungan kepada
keluarga sampai masa dukacita, serta menggunakan pendekatan tim untuk
mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya.

B. Masalah Keperawatan Pada Pasien Paliatif


Permasalahan perawatan paliatif yang sering digambarkan pasien
yaitu kejadian-kejadian yang dapat mengancam diri sendiri eimana masalah
yang seringkali di keluhkan pasien yaitu mengenai masalah seperti nyeri,
masalah fisik, psikologi sosial, kultural serta spiritual (IAHPC, 2016).
Permasalahan yang muncul pada pasien yang menerima perawatan paliatif
dilihat dari persepktif keperawatan meliputi masalah psikologi, masalah
hubungan sosial, konsep diri, masalah dukungan keluarga serta masalah pada
aspek spiritual atau keagamaan (Campbell, 2013).
1. Masalah Fisik
Masalah fisik yang seringkali muncul yang merupakan keluhan dari
pasien paliatif yaitu nyeri (Anonim, 2017).Nyeri merupakan pengalaman
emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul akibat
rusaknya jaringan aktual yang terjadi secara tiba-tiba dari intensitas
ringan hingga berat yang dapat diantisipasi dan diprediksi. Masalah nyeri
dapat ditegakkan apabiladata subjektif dan objektif dari pasien memenuhi
minimal tiga kriteria (NANDA, 2015).
2. Masalah Psikologi
Masalah psikologi yang paling sering dialami pasien paliatif adalah
kecemasan. Hal yang menyebabkan terjadinya kecemasan ialah diagnosa
penyakit yang membuat pasien takut sehingga menyebabkan kecemasan
bagi pasien maupun keluarga (Misgiyanto & Susilawati, 2014).
Durand dan Barlow (2006) mengatakan kecemasan adalah keadaan
suasana hati yang ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan
jasmaniah dimana seseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya
bahaya atau kemalangan di masa yang akan datang dengan perasaan
khawatir.Menurut Carpenito (2000) kecemasan merupakan keadaan
individu atau kelompok saat mengalami perasaan yang sulit (ketakutan)
dan aktivasi sistem saraf otonom dalam berespon terhadap ketidakjelasan
atau ancaman tidak spesifik. NANDA (2015) menyatakan bahwa
kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang
diseratai oleh respon otonom, perasaan takut yang disebabkan
olehantisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan tanda waspada yang
member tanda individu akan adanya bahaya dan mampukah individu
tersebut mengatasinya.
3. Masalah Sosial
Masalah pada aspek sosial dapat terjadi karena adanya ketidak normalan
kondisi hubungan social pasien dengan orang yang ada disekitar pasien
baik itu keluarga maupun rekan kerja (Misgiyanto & Susilawati,
2014).Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan
mengancam ( Twondsend, 1998 ). Atau suatu keadaan dimana seseorang
individu mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu

4
berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa
ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain (Kelliat, 2006 ).
4. Masalah Spiritual
Menurut Carpenito (2006) salah satu masalah yang sering muncul pada
pasien paliatif adalah distress spiritual. Distres spiritual dapat terjadi
karena diagnose penyakit kronis, nyeri, gejala fisik, isolasi dalam
menjalani pengobatan serta ketidakmampuan pasien dalam melakukan
ritual keagamaan yang mana biasanya dapat dilakukan secara mandiri.
Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan
mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain,
seni, musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya
(Hamid, 2008).Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah
gangguan dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang
dan diintegrasikan biologis dan psikososial (Keliat dkk, 2011).

C. Dukungan Keluarga
Jenis dukungan keluarga Jenis dukungan keluarga ada empat yaitu
(Harnilawati, 2013) dan Friedman (2013) :
a. Dukungan instrumental
yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit.
Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti
pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata,
termasuk didalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi
atau meminjamkan uang, membantu kegiatan spiritual seperti
menyediakan keperluankeperluan yang bersangkutan dengan ibadah.
b. Dukungan keluarga informasional
yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator
(penyebar informasi). Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi
dan tanggung jawab bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi
dari masalah, memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik
tentang apa yang dilakukan oleh seseorang. Dimana keluarga sebagai
penghimpun informasi dan pemberi informasi. Misalnya keluarga dapat
memberikan atau menyediakan buku, mendatangkan ulama atau
rohaniawan.
c. Dukungan penilaian (appraisal)
yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah umpan balik, membimbing dan
menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator
identitas keluarga. Misalnya anggota keluarga yang sakit tidak bisa atau
tidak mampu untuk melakukan sholat/ibadah maka tugas keluarga yaitu
membantu/mengajarkan cara melakukan sholat/ibadah. d. Dukungan
emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai
untuk istirahat dan pemulihan serta penguasaan terhadap emosi.
D. Peran perawat
Fokus perawatan palliative adalah peredaman rasa sakit dan gejala
serta stress akibat penyakit kritis seperti kanker stadium lanjut.
Perawatan palliative dapat dilakukan segera setelah diputuskan terapi yang
akan diterima klien bersifat palliative sampai pasien meninggal. Perawatan

5
ini mencakup perawatan holistik bagi pasien dan keluarganya, serta
pemberian informasi terkini sehingga mereka dapat mengambil keputusan
ketika dihadapkan pada peristiwa anggota keluarganya akan meninggal.
Melalui pengawasan, keluarga maupun teman terdekat dapat membantu
memberikan perawatan paliative pada penderita.
Perawatan spesialis berlanjut setelah kematian pasien sampai anggota
keluarga yang berduka telah memulai proses pemulihan.
Perawatan palliative merupakan kombinasi unik dukungan di rumah
sakit, hospice, day-centre (tempat perawatan lansia dan orang gangguan
jiwa), dan di rumah masing-masing untuk memenuhi kebutuhan individual
pasien dan keluarganya

Jenis kegiatan perawatan palliative menurut Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia nomor 812/Menkes/sk/VII/2007 tentang kebijakan
lingkup kegiatan perawatan palliative, meliputi :
1. pengelolaan keluhan nyeri,
2. pengelolaan keluhan fisik lain,
3. asuhan keperawatan,
4. dukungan psikologis,
5. dukungan sosial, kultural dan spiritual,
6. dukungan persiapan dan selama masa duka cita (bereavement).

Perawatan palliative dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan


kunjungan /rawat. Perawatan palliative dapat dilaksanakan melalui
pendekatan sebagai berikut, :
1. Menyediakan bantuan untuk rasa sakit dan gejala lain yang menganggu
klien.
2. Menegaskan hidup dan menganggap mati sebagai proses yang normal
3. Tidak bermaksud untuk mempercepat atau menunda kematian
4. Mengintegrasikan aspek-aspek psikologis dan spiritual perawatan pasien
5. Meredakan nyeri dan gejala fisik lain yang mengganggu

Aspek medikolegal dalam Palliative Care


Masalah medikolegal lainnya pada perawatan pasien palliative:
Tim Perawatan palliative bekerja berdasarkan kewenangan yang diberikan
oleh Pimpinan Rumah Sakit, termasuk pada saat melakukan perawatan di
rumah pasien.
Tindakan yang bersifat medis harus dikerjakan oleh tenaga medis, tetapi
dengan pertimbangan yang memperhatikan keselamatan pasien tindakan-
tindakan tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga kesehatan non medis
yang terlatih.Komunikasi antara pelaksana dengan pembuat kebijakan harus
dipelihara (Kepmenkes RI Nomor: 812, 2007)

Prinsip-prinsip Paliative Care


Pelaksanaan palliative care tetap harus memperhatikan kode etik profesi, hak
dan kewajiban perawat dan pasien terutama menghormati atau menghargai
martabat dan harga diri dari pasien dan keluarga serta pemberian dukungan
untuk caregiver, karena masa-masa terminal merupakan masa yang sensitif
untuk pasien dan keluarganya.

6
Palliative care merupakan accses yang competent dan compassionnet,
pengembangan secara professional dan soisial support sangat perlu dengan
pengembangan melalui penelitian dan pendidikan (Ferrell, & Coyle, 2007:
52)

Layanan Palliative Care Cancer


1. Pain Management : sekitar seperempat dari pasien yang menderita kanker
stadium lanjut mengalami rasa sakit yang luar biasa. Rasa sakit ini sering
sulit untuk dikendalikan. Kadangkala pengobatan yang bertujuan untuk
meredam rasa sakit bisa menyebabkan banyak efek samping. Tim
spesialis hadir untuk membantu dan menangani bagaimana caranya untuk
mengurangi rasa sakit akibat kanker, serta membantu meminimalisir efek
samping akibat obat-obatan.

2. Discharge & Home Care Planning : pasien dengan kanker stadium lanjut
akan menjadi sangat lemah dan membutuhkan perhatian lebih dari yang
biasanya di rumah. Tim spesialis dapat mengevaluasi kondisi pasien serta
menentukan perawatan serta peralatan apa saja yang akan dibutuhkan
pasien di rumah. Mereka juga akan menghubungkan layanan-layanan
yang diperlukan untuk memberikan perawatan serta peralatan di rumah.

3. Advance Care Planning (ACP) adalah sebuah konsep baru yang mulai
populer di Amerika Serikat dan Australia. Tim spesialis dapat membantu
pasien untuk merencanakan dan mendokumentasikan keinginan pasien
akan pengobatan medisnya, dan menunjuk seseorang yang dapat
menggantikan pasien dalam mengambil keputusan di masa yang akan
datang.

4. End-of-life Care : Pasien dengan kanker stadium lanjut bisa menderita


beragam gejala pada masa masa akhir hidupnya. Gejala-gejala ini bisa
membuat pasien beserta anggota keluarga merasa tertekan. Tim spesialis
dapat membantu dalam mengatasi gejala-gejala ini sehingga pasien
merasa lebih nyaman di tempat ia dirawat.

5. Paliative Care Plan : Paliative Care Plan dapat dilaksanakan dengan


partnership antara pasien, keluarga, orang tua, teman sebaya dan petugas
kesehatan yang professional, suport fisik, emosinal, pycososial, dan
spiritual khususnya. Melibatkan pasien dalam kebutuhan memahami
gambaran dan kondisi penyakit terminalnya secara bertahap, tepat dan
sesuai. Menyediakan diagnostik atau kebutuhan intervensi terapeutik guna
memperhatikan/memikirkan konteks tujuan dan pengaharapan dari pasien
dan keluarga (Doyle, Hanks and Macdonald, 2003: 42)

Peran Spiritual Dalam Paliative Care


Beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan dramatis dalam
agama dan keyakinan spiritual sebagai sumber kekuatan dan dukungan dalam
penyakit fisik yang serius. Profesional kesehatan yang memberikan

7
perawatan medis menyadari pentingnya memenuhi 'kebutuhan spiritual dan
keagamaan' pasien (Woodruff , 2004)
Sebuah pendekatan kasih sayang akan meningkatkan kemungkinan
pemulihan atau perbaikan. Dalam contoh terburuk, ia menawarkan
kenyamanan dan persiapan untuk individu melalui proses traumatis penyakit
terakhir sebelum kematian (Doyle, Hanks and Macdonald, 2003 :101). Studi
pasien dengan penyakit kronis atau terminal telah menunjukkan kejadian
insiden tinggi depresi dan gangguan mental lainnya. Dimensi lain
menunjukkan bahwa tingkat depresi sebanding dengan tingkat keparahan
penyakit dan hilangnya fungsi tambahan. Sumber depresi adalah sekitar isu
yang berkaitan dengan spiritualitas dan agama. Pasien di bawah perawatan
palliative dan dalam keadaan seperti itu sering mempunyai keprihatinan
rohani yang berkaitan dengan kondisi mereka dan mendekati kematian
(Ferrell & Coyle, 2007: 848).
Spiritual dan keprihatinan keagamaan dengan pasien biasanya
bersinggungan dengan isu sehari-hari penyakit yang tidak dapat
disembuhkan, dengan orang tua dan mereka yang menghadapi kematian yang
akan datang. Kekhawatiran semacam itu telah diamati, bahkan pada pasien
yang telah dirawat di rumah sakit dengan penyakit serius non-terminal
(Ferrell & Coyle, 2007: 52). Studi lain telah menunjukkan bahwa persentase
yang tinggi dari pasien di atas usia 60 tahun menemukan hiburan dalam
ketekunan bergama yang memberi mereka kekuatan dan kemampuan untuk
mengatasi kehidupan, sampai batas tertentu. Kekhawatiran di saat sakit parah
mengasumsikan berbagai bentuk seperti hubungan seseorang dengan Allah,
takut akan neraka dan perasaan ditinggalkan oleh komunitas keagamaan
mereka. Sering menghormati dan memvalidasi individu pada dorongan
agama dan keyakinan adalah setengah perjuangan ke arah menyiapkan
mereka pada sebuah kematian yang baik (Ferrell & Coyle, 2007: 1171 8).

E. Cara Mengukur Paliativ Care


No Pertanyaan Komentar tambahan Ya / tidak
1 Pasien saat ini menderita Sebuah respon positif
penyakit yang tidak adalah kondisi yang
tersembuhkan pada diperlukan untuk menjawab
pengetahuan terkini pertanyaan – pertanyaan
berikut
2 Ada faktor prognastik negatif faktor-faktor yang telah
divalidasi dalam onkologi :
hipoalbuminemia
inflamasi sindroma,
limfopenia, status kinerja >
3 atau sesuai indeks
karnofsky
3 Penyakit ini adalah penyakit
progresif cepat
4 Pasien ataunya pengasuh yang Jaminan hak-hak mereka
mencari perawatan dukunga untuk mengakses
paliative perawatan paliative
5 Gejala gigih dan tak henti- Spontan atau perawatan
hentinya yang dilakukan diinduksi nyeri : dyspnea,

8
walaupun ini pengobatan yang muntah, sindrom oklusif,
pertama kebingungan, agitasi dll
6 Anda perhatikan faktor Kesehatan, kegelisahan,
kelemahan psikologis melihat ke dalam sikap,
padapasien dan atau agresivitas, masalah prilaku,
lingkungannya masalah komunikasi,
7 Anda perhatikan faktor Isolasi situasi genting,
psikologis pada pasien dan atau ketergantungan fisik,
pengasuhnya dampak kesehatan,
kesulitan keuangan,
kehadiran orang tergantung
di lingkungan anak-anak.
8 Pasien dan lingkungannya Menghadapi kecemasan
mengalami kesulitan untuk yang disebabkan oleh
informasi asimilatpada penyakit perkembangan penyakit,
dan atau prognosisnya pasien dan ataunya
mekanisme pertahanan
psikologis membuat
komunikasi sulit dan inisiasi
perawatan paliatif lebih
rumit.
9 Anda mengamati pertanyaan Pertanyaan ini mungkin
dan atau divergensi dalam tim perhatian :
kesehatan mengenai konsistensi  Resep diantisipasi
rencana perawatan  Indikasi : hidrasi,
makan,
antibiotherapy,
kateter insersi,
transfusi,
pengawasan
(monitoring
Glikemia)
 Indikasi dan inisiasi
sedasi
 Layanan di titik
perawatan
 Status perawatan
krisis
10 Anda bertanya-tanya tentang Hukum Perancis yang
yang sesuai dengan pendekatan Leonetti relatif terhadap hak
mengenai : pasien dan pengaturan
 Penolakan pengobatan kehidupan diluar masalah
 Pembatasan dan relatif terhadap penolakan
penghentian pengobatan dan modalitas
pengobatan keputusasaan untuk
 Permintaan euthanasia menghentikan pengobatan
 Konflik nilai-nilai dan keterbatasan pada
pasien yang mampu atau
tidak untuk
mengekspresikan keinginan

9
mereka.

Jika nilai lebih dari 3itu berarti pasien termasuk dalam pasien paliative
care.

10

Anda mungkin juga menyukai