Anda di halaman 1dari 5

KONSEP APENDIKSITIS

1.1 Latar Belakang

Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada usus buntu atau


apendiks. Apendisitis termasuk penyakit yang berbahaya apabila tidak
ditangani dengan cepat. Kemungkinan yang terjadi jika penyakit apendisitis
tidak ditangani dengan baik yaitu infeksi akan semakin parah dan dapat
memicu pecahnya lumen usus (Soewito, 2017). Penyakit apendisitis dapat
disebabkan oleh adanya sumbatan pada apendiks, adanya cacing askaris,
hiperplasia jaringan limfoid, adanya tumor apendiks, adanya parasit seperti E.
Histolytica, dan kebiasaan memakan makanan rendah serat (Arifuddin dkk.,
2017).
Indonesia merupakan negara tertinggi dengan angka kejadian
apendisitis di South East Asian Nation (ASEAN). Kejadian apendisitis
menyerang 10 juta penduduk Indonesia setiap tahunnya. Pada saat ini
morbiditas angka apendisitis sebanyak 95 per 1000 penduduk. Jumlah kasus
apendisitis di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad (RSUD AA) yaitu
102 kasus pada tahun 2012 dan pada tahun selanjutnya mengalami
peningkatan sebesar 120 kasus (Indri dkk., 2014).
Apendisitis terjadi salah satunya disebabkan oleh makanan yang
dikonsumsi tidak cukup mengandung serat. Salah satu fungsi serat yaitu
memperlancar proses pencernaan. Apabila tubuh kekurangan serat maka akan
terjadi konstipasi. Konstipasi akan meyebabkan sumbatan saluran apendiks.
Penyumbatan ini akan meningkatkan pertumbuhan kuman di dalam usus
sehingga lama-kelamaan akan timbul peradangan (Arifuddin dkk., 2017).
Penyakit apendisitis dapat dicegah sejak dini dengan cara
mengkonsumsi makanan yang tinggi serat seperti buah-buahan dan sayuran
yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Cara lainnya yaitu dengan cara menjaga
agar makanan yang kita olah atau konsumsi tidak tercemar oleh parasit
(Arifuddin dkk., 2017).

1
1.2 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami apendisitis.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Menjelaskan dan memahami konsep dasar apendisitis.
1.3.2.2 Menjelaskan konsep asuhan keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa, intervensi, imlpementasi dan evaluasi
pada klien yang mengalami apendisitis.

2
BAB II
KONSEP DASAR

2.1 Definisi Apendiksitis


Apendiks merupakan organ tambahan kecil yang seperti jari
melekat pada sekum tepat dibawah katup ileosekal. Apendiks cenderung
mengosongkan diri secara tidak sempurna dan ditambah sifat lumen yang
kecil akan menyebabkan apendiks mudah terinfeksi. Peristiwa ini
merupakan definisi dari apendisitis (Mayo, 2018 )

2.2 Anatomi Fisiologi Apendiksitis

Apendiks adalah organ berbentuk tabung yang menonjol dari


ujung sekum. Apendiks memiliki panjang kira-kira 3-15 cm (Warsinggih,
2016). Apendiks memiliki 4 lapisan dinding yaitu serosa (bagian paling
luar), lapisan otot, submukosa, dan mukosa (bagian terdalam). Pada
bagian submukosa terdapat jaringan limfe (Pearce, 2009). Biasanya lumen
apendiks sempit pada bagian proksimal dan melebar pada bagian distal.
Tetapi pada bayi apendiks berbentuk seperti kerucut yaitu melebar pada
bagian proksimal dan menyempit pada bagian distal (Warsinggih, 2016).
Setiap harinya apendiks dapat menghasilkan lendir sebanyak 1-2
ml. Lendir tersebut dicurahkan kepada lumen dan nantinya mengalir ke
bagian cecum. Lendir yang dihasilkan mengandung immunoglobulin
sekretori yaitu IgA yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated

3
Lymphoid Tissue). IgA berfungsi melindungi apendiks dari infeksi.
Apabila apendiks dipotong, hal tersebut tidak akan mempengaruhi sisitem
kekebalan tubuh karena jumlah immunoglobulin sekretori yang dihasilkan
sangat kecil jika dibandingkan dengan saluran pencernaan lainnya
(Warsinggih, 2016)

4
5

Anda mungkin juga menyukai