Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEBIJAKAN NASIONAL KEPERAWATAN KANKER PAYUDARA

Disusun oleh :

Anggy Suci Okta Noviolita 20200910170002

Dani Akbari 20200910170008

Dwi Merdika Hariyani 20200910170013

Hurfatul Gina 20200910170019

Luh Indah Deviana 20200910170028

Nurul Humairoh 20200910170052

Syahriani Fitri Siagian 20200910170054

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2021
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Kebijakan Nasional pada Pasien Kanker
Payudara tepat pada waktunya.

Makalah ini dibuat berdasarkan penilaian dalam studi Keperawatan Menjelang Ajal
dan Paliatif pada semester dua sebagai bahan presentasi kelompok juga sebagai pengetahuan
bagi penulis maupun pembaca makalah ini untuk lebih mengetahui bagaimana kebijakan
nasional pada pasien kanker payudara di Indonesia.

Kami sangat menyadari akan kekurangan yang dimiliki begitu pula dengan
pembuatan makalah ini. Karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan guna memperbaiki
segala kekurangan dalam makalah ini.

Ucapan terimakasih tak lupa penulis haturkan kepada dosen mata kuliah Keperawana
Menjelang Ajal dan Paliatif yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna oleh
karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat.

Jakarta, 23 Februari 2021

Kelompok 3

1
DAFTAR Isi

Kata Pengantar....................................................................................................................................1
DAFTAR Isi.........................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN................................................................................................................................3
A. Latar Belakang........................................................................................................................3
B. Tujuan Penulisan.....................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................5
TINJAUAN TEORITIS..................................................................................................................5
A. Definisi......................................................................................................................................5
B. Etiologi......................................................................................................................................6
C. Tanda dan gejala.....................................................................................................................7
D. Penatalaksanaan......................................................................................................................8
E. Pencegahan...............................................................................................................................8
F. Pemeriksaan kanker Payudara...............................................................................................9
BAB III...............................................................................................................................................10
PEMBAHASAN.................................................................................................................................10
1. Pengendalian Penyakit Kanker............................................................................................10
2. Penanggulangan Kanker Payudara......................................................................................11
BAB IV...............................................................................................................................................18
PENUTUP..........................................................................................................................................18
A. Kesimpulan............................................................................................................................18
B. Saran.......................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker payudara merupakan salah satu penyebab utama kematian akibat kanker pada
wanita. Kanker payudara merupakan keganasan terbanyak kedua pada wanita setelah
kanker mulut rahim. Tingginya angka kematian akibat kanker payudara disebabkan
penderita kanker payudara datang ke pelayanan kesehatan dalam stadium inoperabel atau
stadium lanjut dan sukar disembuhkan, padahal pemeriksaan terhadap kemungkinan
adanya gejala kanker secara dini dapat dilakukan oleh diri sendiri sehingga dapat
dilakukan sewaktu-waktu dan tanpa biaya.
Menurut WHO terdapat dua metode untuk mendeteksi kanker payudara yaitu dengan
deteksi secara dini dan skrening. Deteksi dini dimulai dengan melakukan SADARI,
pemeriksaan payudara klinis, dan Mamografi. Program skrining adalah upaya yang jauh
lebih kompleks daripada program diagnosis dini. Skrining mamografi adalah satu-satunya
metode skrining yang telah terbukti efektif. Meskipun mammografi merupakan Gold
Standart pemeriksaan kanker payudara tetapi SADARI merupakan langkah deteksi dini
yang paling mudah dilakukan. Praktik SADARI telah memberdayakan perempuan untuk
mengambil tanggung jawab terhadap kesehatan mereka sendiri. Oleh karena itu SADARI
direkomendasikan untuk meningkatkan kesadaran di kalangan wanita
Pentingnya melakukan SADARI sudah menjadi program pemerintah dalam upaya
penanggulangan kejadian kanker payudara. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 34 tahun 2015 tentang “Penanggulangan
Kanker Payudara dan Kanker Rahim”. Pada perempuan sejak pertama mengalami haid
dianjurkan melakukan SADARI, sedangkan pada perempuan yang lebih tua (diatas 40
tahun) dianjurkan melakukan pemeriksaan payudara klinis (SADANIS) yang dilakukan
tiap tiga tahun sekali. Untuk perempuan yang mendapatkan kelainan pada saat SADARI
dianjurkan dilaksanakan SADANIS sehingga dapat lebih dipastikan apakah ada
kemungkinan keganasan.
Penatalaksanaan kanker telah berkembang dengan pesat. Walaupun demikian, angka
kesembuhan dan angka harapan hidup pasien kanker belum seperti yang diharapkan.
Sebagian besar pasien kanker akhirnya akan meninggal karena penyakitnya. Pada saat
pengobatan kuratif belum mampu memberikan kesembuhan yang diharapakan dan usaha
preventif baik primer maupun sekunder belum terlaksana dengan baik sehingga sebagian
besar pasien ditemukan dalam stadium lanjut, pelayanan paliatif sudah semestinya
3
menjadi satu satunya layanan fragmatis dan jawaban yang manusiawi bagi mereka yang
menderita akibat penyakit-penyakit tersebut di atas. pelayanan paliatif merupakan filosofi
dan bentuk layanan kesehatan yang perlu terus dikembangkan, sehingga penatalaksanaan
pasien kanker menjadi efektif dan efisien.

B. Tujuan Penulisan
Mahasiswa dapat memahami tentang kebijakan yang di ambil oleh pemerintah dalam
penanganan penyakit kanker sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien kanker
dan mendapatkan pelayanan secara paripurna.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar,
dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. Estimasi International
Agencies for Research on Cancer (IARC) tahun 2005, kasus baru di Indonesia sekitar 26
per 100.000 perempuan setiap tahun, sebagian besar ditemukan sudah dalam stadium
lanjut (>50%).
Kanker merupakan suatu kondisi sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme
normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak
terkendali. Kanker 22 payudara merupakan pertumbuhan dan perkembangan sel yang
abnormal yang terjadi pada jaringan payudara.
Berdasarkan data yang didapatkan dari PERABOI (Perhimpunan Ahli Bedah
Onkologi Indonesia) pada Tahun 2003, didapatkan data prognosis daya tahan hidup
penderita kanker payudara (survival rate) per stadium sebagai berikut :
 Stadium I
Tumor terbatas pada payudara dengan ukuran < 2cm, tidak terfiksasi pada kulit
tanpa dengan metastasis aksila.
 Stadium II
Tumor dengan diameter > 5cm dengan metastasis aksila atau tumor dengan
diameter 2-5cm dengan/tanpa metastasis aksila
 Stadium IIIa
Tumor dengagn diameter > 5 cm tapi masih bebas dari jaringan sekitarnya dengan
/tanpa metastasis aksila yang masih bebas satu sama lain atau tumor dengan
metastasis aksial yang melekat
 Stadium IIIb
Tumor dengan metastasis infrak atau supraklavikuka atau tumor yang telah
mengilfiltrasi kulit atau dinding thoraks
 Stadium IV
Tumor yang telah mengadakan metastasis jauh, misalnya ke tulang punggung,
paru-paru, hari, dan panggul
Sampai saat ini patofisiologi kanker payudara masih belum diketahui secara pasti,
sehingga upaya deteksi dini yang dilakukan hanya bertujuan untuk menemukan penderita

5
kanker pada stadium yang masih rendah (down staging) dan presentase kemungkinan
untuk dapat disembuhkan tinggi. Kegiatan deteksi dini kanker payudara dapat dilakukan
oleh tenaga kesehatan terlatih di puskesmas yang disebut dengan pemeriksaan payudara
klinis (CBE=Clinical Breast Examination) yang diikuti dengan pengajaran cara
melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dengan cara yang benar.

B. Etiologi
Penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan, tetapi banyak penelitian yang
menunjukkan adanya beberapa faktor yang berhubungan dengan peningkatan risiko atau
kemungkinan untuk terjadinya kanker payudara. Faktor-faktor itu disebut faktor risiko.
Perlu diingat, apabila seseorang perempuan mempunyai faktor risiko, bukan berarti
perempuan tersebut pasti akan menderita kanker payudara, tetapi factor resiko tersebut
akan meninkatkan kemungkinan untuk terkena kanker payu dra. Banyak perempuan yang
mengalami satu atau beberapa faltor resiko tidakakan pernah menderita kanker payudara
sampai akhir hidupnya.
Faktor risiko yang utama berhubungan dengan keadaan hormonal (estrogen dominan)
dan genetik. Penyebab terjadinya keadaan estrogen dominan dapat terjadi karena
beberapa faktor risiko tersebut di bawah ini dan dapat digolongkan berdasarkan :
1. Diet dan Faktor Yang Berhubungan Dengan Diet: Faktor risiko ini dapat dibagi
dalam 2 (dua) katagori yaitu faktor risiko yang memperberat terjadinya kanker
dan yang mengurangi terjadinya kanker. Beberapa faktor yang memperberat
seperti :
a. Peningkatan berat badan yang bermakna pada saat paska menopause
b. Diet ala berat yang tinggi lemak (we stren style)
c. Minum beratalkohol
d. Perokok aktif amaupun pasif
- Faktor risiko yang mempunyai dampak positif seperti :
a. Peningkatan konsumsi serat
b. Peningkatan konsumsi buah dan sayur
2. Hormon dan Faktor Reproduksi
a. Menarche atau menstruasi pertama pada usia relatif muda (kurang dari 12
tahun)
b. Menopause atau mati haid pada usia relatif lebih tua (lebih dari 50 tahun)
c. Belum pernah melahirkan
d. Infertilitas
e. Melahirkan anak pertama pada usia relative lebih tua (lebih dari 35 tahun)
f. Pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama
g. Tidak menyususi
3. Radiasi Pengion Pada Saat Pertumbuhan Payudara
Pada masa pertumbuhan, perubahan organ payudara sangat cepat dan rentan
terhadap radiasi pengio
4. Riwayat Keluarga
Pada kanker payudara, telah diketahui beberapa gen yang dikenali mempunyai
kecenderungan untuk terjadinya kanker payudara yaitu gen BRCA1, BRCA2 dan
juga pemeriksaan histopatologi factor proliferasi P53 germline mutation.
Pada masyarakat umum yang tidak dapat memeriksakan gen dan factor
proliferasinya, maka riwayat kaner pada kleuarga merupakan salah satu factor
resiko terjadinya penyakit :
a. Tiga atau lebih kleuarga (saudara ibu/klien atau bibi) dari sisi keluarga yang
sma aterkena kanker payudara atau ovarium
b. Dua atau lebih keluarga dari sisis yang sam aterkena kanker payudra atau
ovarium usia di bawah 40 tahun
c. Adanya kluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara dan ovarium
d. Adanyariwayat kleuarga payudara bilateral pada keluarga
5. Riwayat adanya penyakit tumor jinak
Beberapa tumor jinak pada payudara dapat bermutasi menjadi ganas, seperti
termasuk atipikel ductal hyperplasia.

C. Tanda dan gejala


1. Nyeri pada payudara adalah fisiologis kalau timbul sebelum atau sewaktu haid dan
dirasakan oleh kedua payudara. Kanker Payudara dalam taraf permulaan tidak
menimbulkan rasa nyeri. Nyeri baru terasa kalau infiltrasi ke sekitar sudah mulai.
2. Adanya benjolan/massa di kelenjar payudara pembesaran pada kelenjar payudara
yang terjadi pada pada waktu sebelum atau pada waktu haid saja merupakan keadaan
yang fisiologis.
3. Gejala retraction merupakan panarikan ke dalam oleh putting payudara.

7
4. Nipple discharge yang disebut sebagai Nipple discharge ialah cairan yang dikeluarkan
putting payudara secara spontan dan memberikan bekas di kutang. Cairan yang keluar
berupa darah.
5. Timbulnya kelainan kulit Kelainan kulit berupa kemerahan pada suatu tempat di
payudara, edema kulit, peau d’orange (gambaran seperti kulit jeruk).
6. Pembesaran kelenjar getah bening atau tanda metastasis jauh.

D. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Bedah kuratif yang mungkin dilakukan ialah mastektomi radikal dan bedah
konservatif merupakan eksisi tumor luas. Terapi kuratif dilakukan jika tumor terbatas
pada payudara dan tidak ada infiltrasi ke dinding dada dan kulit mamma atau infiltrasi
dari kelenjar limfe ke struktur sekitarnya.
2. Radioterapi
Radioterapi untuk kanker payudara biasanya digunakan sebagai terapi kuratif
dengan mempertahankan mamma, dan sebagai terapi tambahan.
3. Kemoterapi
Merupakan terapi sistemik yang digunakan bila ada penyebaran sisitemik dan
sebagai terapi ajuvan. Kemoterapi ajuvan diberikan 26 kepada pasien yang pada
pemeriksaan histopatologik pascabedah mastektomi ditemukan metastasis di sebuah
atau beberapa kelenjar.
4. Terapi hormonal
Diberikan bila penyakit menjadi sistemik akibat metastasis jauh. Biasanya
diberikan secara paliatif sebelum kemoterapi karena efek terapinya lebih lama dan
efek sampingnya kurang

E. Pencegahan
Kanker payudara dapat dicegah dengan beberapa cara. Menurut Shadine (2009), kanker
payudara dapat dicegah dengan cara :
1. Kesadaran akan payudara itu sendiri
2. Berikan ASI pada bayi
3. Jika dalam pemeriksaan payudara sendiri ditemukan gumpalan, segera periksa
kedokter,
4. Hindari mengkonsumsi alcohol
5. Memperhatikan berat badan
6. Lakukan olahraga secara teratur
7. Mengurangi makanan berlemak
8. Lakukan screening pada payudara secara teratur setelah berumur 50 tahun
9. Mengatasi stres dengan baik
10. Konsumsi buah dan sayur

F. Pemeriksaan kanker Payudara


1. Pemeriksaan Payudara Klinis Oleh Tenaga Medis Terlatih (SADANIS)
- Pada perempuan sejak pertama mengalami haid dianjurkan melaksanakan
SADARI, sedangkan pada perempuan yang lebih tua dianjurkan SADANIS yang
dilakukan setiap tiga tahun sekali. Untuk perempuan yang mendapatkan kelainan
pada saat SADARI dianjurkan dilaksanakan SADANIS sehingga dapat lebih
dipastikan apakah ada kemungkinan keganasan.
- Pada perempuan berusia di atas 40 tahun, dilakukan SADANIS setiap tahun
2. Pemeriksaan Ultrasonography (USG)
- Apabila pada pemeriksaan SADANIS terdapat benjolan dibutuhkan pemeriksaan
lanjutan dengan USG maupun Mammografi
- USG dilakukan terutama untuk membuktikan adanya massa kistik dan solid/padat
yang mengarah pada keganasan, dan pada perempuan di bawah usia 40 tahun
3. Pemeriksaan Skrining Mammografi
- Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan secara berkala, yaitu pada perempuan
usia 40 – 50 tahun setiap 2 tahun sekali dan setiap 1 tahun sekali pada perempuan
di atas 50 tahun kecuali yang mempunyai faktor risiko.
- Dilakukan pada perempuan yang bergejala maupun pada perempuan yang tidak
bergejala (opportunistic screening dan organized screening).

9
BAB III
PEMBAHASAN

1. Pengendalian Penyakit Kanker


Pengendalian masalah penyakit kanker akibat transisi epidemiologi di
Indonesia perlu di lakukan peningkatan secara nasional. Menurut Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 430/MENKES/SK/IV/2007,
Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa
penyakit kanker sebagai penyakit non infeksi merupakan penyebab kematian
nomor lima (5) di Indonesia setelah penyakit kardiovaskuler, infeksi, pernafasan,
dan pencernaan. Kemudian berdasarkan data statistik rumah sakit dalam Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2004, kanker payudara menempati urutan
pertama dalam golongan neoplasma pada pasien rawat inap (sebanyak 5.563
pasien) maupun rawat jalan (sebesar 8.613 pasien). Data RS kanker Dharmais di
tahun yang sama menunjukkan gambaran yang serupa yaitu kanker payudara
menempati urutan pertama, yaitu 27,25% dan kanker leher rahim pada urutan
kedua, yaitu 12,78% dari seluruh jumlah kasus kanker baru. Data terbaru yang
dirilis dari Global Cancer Observatory pada 2018, jumlah penderita kanker
mencapai 18 juta orang dengan jumlah kematian sebesar 9,6 juta kasus setiap
tahunnya. Artinya, setiap 2 detik, akan ada 1 orang baru ang mebderita kanker dan
setiap 3 detik, ada 1 orang yang meninggal dunia karena kanker. Sementara itu,
penderita kanker di Indonesia mencapai 348.000 kasus atau 1.362 kasus per 1 juta
penduduk, dengan total kematian sebanyak 207.000 kasus. Dari total tersebut,
angka kejadian tertinggi pada perempuan adalah kanker payudara dengan total
58.256 kasus (30,9%), disusul kanker serviks sebanyak 32.469 kasus (17,2%), dan
kanker ovarium 13.310 kasus (7,1%). Data ini menunjukkan bahwa sampai saat
ini kanker payudara masih menjadi kanker dengan penderita terbanyak di
Indonesia.
Upaya pengendalian penyakit kanker yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 430/MENKES/SK/IV/2007 adalah kegiatan
kesehatan masyarakat yang dirancang untuk menurunkan angka kesakitan,
kecacatan, dan kematian akibat penyakit kanker dan meningkatkan kualitas hidup
dari penderita melalui upaya-upaya yang sistematis dan sesuai dengan kondisi
setempat berdasarkan data (evidence-based) dengan cara pencegahan, deteksi dini,
pengobatan dan perawatan paliatid dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia. Dalam melaksanakan pengendalian penyakit kanker harus menjunjung
nilai-nilai :
a. Berpihak pada rakyat
Sesuai dengan amanat UUD 1945 bahwa setiap orang berhak untuk
hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
b. Bertindak cepat dan tepat
Masalah kesehatan yang dihadpi makin bertambah kompleks dan
berubah cepat, karena itu bertindak cepat dan tepat snagat dibutuhkan
sehingga tidak akan memperburuk keadaan.
c. Kerjasama tim
Untuk mengoptimalkan sumber daya manusia dalam pengendalian
penyakit kanker harus dilakukan kerja sama tim yang utuh dan
kompak, dengan menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi
dan sinergisme.
d. Integritas yang tinggi
Dalam pengendalian penyakit kanker, seluruh sumber saya manusia
yang terlibat didalamnya harus memiliki komitmen yang tinggi dalam
upaya mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan dan memilikihati,
kejujuran, berkepribadian yang teguh, dan bermoral tinggi.
e. Transparan dan akuntabel
Sesuai dengan tuntutan atas pelaksanaan tugas yang transparan dan
dapat dipertanggung-gugatkan (akuntabel) terus meningkat di era
demokrasi, kegiatan pengendalian penyakit kanker harus dilaksanakan
secara transparan, dapat dipertanggung-jawabkan dab dipertanggung-
gugatkan kepada publik.

2. Penanggulangan Kanker Payudara


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Replublik Indonesia Nomor 34 Tahun 2015
tentang penanggulangan kanker payudara dan kanker leher rahim. Peraturan ini
menjadi salah satu dasar di bidang keperawatan dalam penanggulangan kanker
payudara. Dalam peraturan ini membahas bahwa penanggulangan kanker
11
payudara dan kanker leher rahim merupakan program pelayanan kesehatan
masyarakat berkesinambungan di bidang penyakit kanker payudara dan kanker
leher rahim yang mengutamakan aspek promotif dan preventif kepada masyarakat
disertai pelayanan kesehatan perorangan secara kuratif dan rehabilitatif secara
paliatif yang berasal dari masyarakat sasaran program maupun atas inisiatif
perorangan itu sendiri yang dilaksanakan secara komprehensif, efektif, dan
efisien.
Adapun peraturan penanggulangan kanker payudara dan kanker leher rahim
dalam perauran menteri ini bertujuan untuk :
a. Meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi dampak sosial, budaya,
serta ekonomi akibat penyakit kanker payudara dan kanker leher rahim
pada individu, keluarga dan masyarakat.
b. Memberikan kepastian hukum dalam pelayanan kesehatan masyarakat
maupun pelayanan kesehatan perorangan yang efisien dan efektif untuk
membudayakan jaga kesehatan dan meningkatkan perilaku sehat
masyarakat, mengurangi faktor risiko kesehatan masyarakat,
mendiagnosis dan mengobati kasus agar terjadi penurunan angka
kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat penyakit kanker payudara dan
kanker leher rahim
c. Menjamin keberlanjutan probram melalui perolehan data dan informasi
status dan derajat kesehatan masyarakat serta peningkatan mutu
penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat maupun perorangan di
bidang penyakit kanker payudara dan kanker leher rahim.
d. Memperluas cakupan penapisan massal pada masyarakat sesuai dnegan
sasaran program yang ditetapkan oleh menteri, dan
e. Meningkatkan mutu profesionalisme pejabat kesehatan masyarakat dan
profesi dalam bidang penyakit kanker payudara dan kanker leher rahim di
Indonesia.
Seperti yang sudah dibahas bahwa program penanggulangan kanker payudara dan
kanker leher rahim mengutamakan aspek promotif dan preventif. Dimana
kegiatan promotif berupa penyuluhan kepada anggota masyarakat dan
lembaga/kelompok masyarakat di fasilitas umum, jejaring/media dalam ruang
maupun di luar ruang, media cetak, media elektronik, media sosial, perkumpulan
sosial budaya, keagamaan, dan kegiatan/lembaga publik lainnya. Kegiatan
promotif ini dapat dilaksanakan oleh tokoh/kelompok masyarakat dan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kegiatan yang bersifat
promotif dapat disupervisi atau dikoordinasi secara berkala oleh tenaga promosi
kesehatan yang diakui oleh pemerintah atau pemerintah daerah. Kegiatan tersebut
merupakan upaya agar peduli dan menjaga kesehatan dan meningkatkan perilaku
sehat individu masing-masing melalui perilaku CERDIK yaitu Cek kesehatan
berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat, Istrirahat cukup,
serta Kelola stress.
Dalam perwujudannya upaya kegiatan promotif terus dilakukan oleh tenaga
kesehatan dan lembaga terkait kepada masyarakat di fasilitas umum maupun
fasilitas kesehatan. Salah satu kegiatan penyuluhan yang sering dilakukan adalah
penyuluhan tentang kanker payudara dan pentingnya melakukan SADARI.
Melakukan SADARI dapat membantu individu dalam mendeteksi tanda dan
gejala kanker payudara, dimana jika terdeteksi secara dini dan segera diterapi,
maka diharapkan kanker bisa dikalahkan.
Upaya kegiatan preventif yang dimaksud dalam PERMENKES RI No 34
Tahun 2015 meliputi perlindungan khusus massal, penapisan/skrining massal dan
penemuan dini massal serta tindak lanjut dini. Skrining adalah upaya pemeriksaan
atau tes yang sederhana dan mudah yang dilaksanakan pada populasi masyarakat
sehat, yang bertujuan untuk membedakan masyarakat yang sakit atau berisiko
terkena penyakit di antara masyarakat yang sehat. Upaya skrining dikatakan
adekuat bila tes dapat mencakup seluruh atau hampir seluruh populasi sasaran,
untuk itu dibutuhkan kajian jenis pemeriksaan yang mampu laksana pada kondisi
sumber daya terbatas seperti di Indonesia, Sebagai contoh: pemeriksaan sitologi
untuk memeriksa lesi prakanker leher rahim dan mammografi telah dilaksanakan
di negara-negara maju, tetapi di negara berkembang seperti Thailand, Zimbabwe,
Elsavador, Ghana, Malawi dan Peru memakai Inspeksi Visual dengan aplikasi
Asam Asetat (IVA) sebagai cara untuk pemeriksaan lesi prakanker leher rahim,
dan pemeriksaan klinis payudara (SADANIS) juga merupakan pilihan untuk
skrining Kanker Payudara. Penemuan dini (early diagnosis), adalah upaya
pemeriksaan pada masyarakat yang telah merasakan adanya gejala. Oleh karena
itu edukasi untuk meningkatkan kesadaran tentang tanda-tanda awal
kemungkinan kanker di antara petugas kesehatan, kader masyarakat, maupun
masyarakat secara umum merupakan kunci utama keberhasilannya. Penemuan
13
dini dapat dilakukan terutama pada penyakit-penyakit kanker seperti: payudara,
leher rahim, mulut, laring, kolon-rectum, dan kulit. Salah satu bentuk peningkatan
kesadaran masyarakat tentang gejala dan tanda-tanda kanker adalag pemberian
edukasi masyarakat tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI),
pemeriksaan payudara klinis (SADANIS), IVA dan Papsmear. Program atau
kegiatan deteksi dini yang dilakukan pada masyarakat hanya akan berhasil
apabila kegiatannya dihubungkan dengan pengobatan yang adekuat, terjangkau,
aman, dan mampu laksana, serta mencakup 80 % populasi perempuan yang
berisiko.
Untuk itu dibutuhkan perencanaan akan kebutuhan sumber daya dan strategi-
strategi yang paling efektif untuk melaksanakan program ini. Agar dapat
mengurangi jumlah perempuan yang tidak mendapat tindak lanjut penatalaksaan
setelah deteksi dini, diupayakan pengobatan segera dengan menggunakan
pendekatan “kunjungan sekali”, yaitu mengaitkan IVA dengan pengobatan
krioterapi. Krioterapi merupakan metoda rawat jalan untuk menghancurkan
jaringan dengan cara membekukan sel-sel menggunakan gas CO2 atau N2O cair.
Kelebihan krioterapi antara lain sangat efektif untuk mengobati lesi derajat
rendah (CIN I) dan derajat tinggi (CIN II-III), mempunyai tingkat komplikasi
rendah, tidak memerlukan anestesi, tidak membutuhkan listrik, mudah digunakan,
serta tidak mahal. Semua perempuan yang mendapat hasil IVA positif perlu
segera diobati untuk mencegah agar tidak berkembang menjadi Kanker Leher
Rahim. Dalam PERMENKES RI No 29 Tahun 2017 menjelaskan klien atau
pasien yang memiliki hasil IVA positif dilakukan tindak lanjut dengan krioterapi
di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang memiliki fasilitas krioterapi
atau dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan tingkat lanjutan. Sebelum
pelaksanakan krioterapi, dilakukan konseling yang adekuat sesuai dengan
kebutuhan pasien untuk memperoleh persetujuan. Dalam pelaksanaan krioterapi
jika pasien aau keluarga dengan IVA positif menolak pelaksanaan krioterapi,
penolakan diberikan secara tertulis dengan segala akibatnya menjadi tanggung
jawab pasien. Terhadap pasien yang akan dilakukan tindak lanjut krioterapi,
dilakukan pemeriksaan ulang IVA pada saat sebelum dilakukan tindakan
krioterapi
Penanggulangan kanker payudara dan kanker leher rahim dalam bentuk
pelayanan kesehatan perorangan meliputi kegiatan yang bersifat kuratif,
rehabilitatif dan paliatif dengan tidak mengabaikan tindakan promotif dan
preventif perorangan sebagai bagian dari masyarakat. Upaya Kuratif dan
Rehabilitatif (Pencegahan Tersier), Diagnosis Kanker Payudara dan Kanker
Leher Rahim membutuhkan kombinasi antara kajian klinis dan investigasi
diagnostik. Sekali diagnosis ditegakkan harus dapat ditentukan stadiumnya agar
dapat mengevaluasi besaran penyakit dan melakukan terapi yang tepat. Tujuan
dari pengobatan adalah menyembuhkan, memperpanjang harapan hidup, dan
meningkatkan kualitas hidup. Prioritas pengobatan harus ditujukan pada kanker
dengan stadium awal dan yang lebih berpotensial untuk sembuh. Standar
pengobatan kanker meliputi: operasi (surgery), radioterapi, kemoterapi, dan
hormonal yang disesuaikan dengan indikasi patologi.
Pelayanan Paliatif Pelayanan paliatif dilakukan pada pasien kanker sejak
diagnosis ditegakkan dan pengobatan harus terpadu termasuk pendekatan
psikososial, rehabilitasi, dan terkoordinasi dengan pelayanan paliatif untuk
memastikan peningkatan kualitas hidup pasien kanker. Untuk kasus seperti ini
pengobatan yang realistik adalah mengurangi nyeri dengan pelayanan paliatif.
Pelayanan paliatif yang baik dapat meningkatkan kualitas hidup pasien Kanker
Payudara dan Kanker Leher Rahim.

15
Diagram Alur untuk Pencegahan Kanker Payudara
Algoritma rujukan deteksi dini kanker payudara

17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker merupakan suatu kondisi sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme
normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak
terkendali. Kanker payudara merupakan pertumbuhan dan perkembangan sel yang
abnormal yang terjadi pada jaringan payudara.
Upaya pengendalian penyakit kanker yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 430/MENKES/SK/IV/2007 adalah kegiatan
kesehatan masyarakat yang dirancang untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan
kematian akibat penyakit kanker dan meningkatkan kualitas hidup dari penderita melalui
upaya-upaya yang sistematis dan sesuai dengan kondisi setempat berdasarkan data
(evidence-based) dengan cara pencegahan, deteksi dini, pengobatan dan perawatan
paliatid dengan menggunakan sumber daya yang tersedia.

B. Saran
Dalam upaya promotif dan preventif untuk pasien kanker payudara dan kanker leher
rahim seharusnya dapat meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi dampak sosial,
budaya, serta ekonomi akibat penyakit kanker payudara dan kanker leher rahim pada
individu, keluarga dan masyarakat. Memberikan kepastian hukum dalam pelayanan
kesehatan masyarakat. Menjamin keberlanjutan probram melalui perolehan data dan
informasi status dan derajat kesehatan masyarakat. Memperluas cakupan penapisan
massal. Meningkatkan mutu profesionalisme pejabat kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen kesehatan RI. 2018. Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara &
Kanker Leher. Jakarta. Pedoman-Teknis-Pengendalian-Kanker-Payudara-
Kanker-Leher-Rahim.pdf
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2015.
Penanggulangan Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim. 20 April 2015.
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 706. Jakarta
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2017. Perubahan
Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2015 tentang
Penanggulangan Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim. 16 Mei 2017.
Berita Negara Republik Indonedis Tahun 2017 Nomor 1001. Jakarta

19

Anda mungkin juga menyukai