Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

MANAJEMEN RISIKO RCA & LAPORAN INSIDEN

Di susun oleh:
Kelompok 1
Adi Surya Wijaya 20200910170001
Annida Fathiya 20200910170003
Bayu Aji Wicaksono 20200910170007
Dea Alvionita 20200910170041
Dika Rosita 20200910170010
Dwi Puji Pangesti 20200910170069
Fitriyani 20200910170095
Hendro Handayano 20200910170047
Irvan Kurniawan 20200910170023
Kristina 20200910170075
Lala Marsela 20200910170027
Melinda Alifianti 20200910170050
Najwa Wikaya 20200910170080
Nursaadah 20200910170032
Ratu nisya 20200910170003
Sabila Ainingrum 20200910170085
Suci Aulia 20200910170035
Yulina Destiani 20200910170039

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah Manajemen Risiko Rca & Laporan Insiden ini tepat pada
waktunya. Adapun makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah .
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan
dari berbagai pihak dan sumber. Karena itu kami sangat menghargai bantuan dari
semua pihak yang telah memberi kami bantuan dukungan juga semangat, buku-buku
dan beberapa sumber lainnya sehingga tugas ini bias terwujud. Oleh karena itu,
melalui media ini kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami
miliki. Maka itu kami dari pihak penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik
yang dapat memotivasi saya agar dapat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1
......................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 2
1.3 Tujuan.......................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI...................................................................................... 3
........................................................................................................................
2.1 Pengertian RCA (Root Cause Analysis................................................... 3
2.2 Metode Identifikasi RCA........................................................................ 3
2.3 Prinsip Umum RCA................................................................................ 4
2.4 Jenis-jenis Masalah Dasar....................................................................... 5
2.5 Langkah-Langkah RCA.......................................................................... 6
2.6 Contoh Kasus..........................................................................................
..................................................................................................................
14
BAB III PENUTUP....................................................................................................
21
3.1 Kesimpulan...................................................................................................
.............................................................................................................................
21
3.2 Saran..............................................................................................................
.............................................................................................................................
21.........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keselamatan pasien atau Patient safety merupakan hal yang marak
dibicarakan dan harus diterapakan dalam dunia kesehatan. Pertemuan tahunan
Joint Comission Internasional tahun 2005 telah menekankan pentingnya
pelayanan kesehatan yang aman. Kesalahan yang terjadi pada upaya pelayanan
kesehatan adalah kesalahan dalam mendiagnosis, kesalahan dalam menggunakan
alat bantu penegakan diagnosis, kesalahan dalam melakukan follow up,
pengobatan yang salah atau kejadian yang tidak diharapkan setelah pemberian
pengobatan.
Permasalahan-permasalahan diatas dapat terjadi karena penggunaan
teknologi yang tidak diimbangi kompetensi penggunanya, bertambahnya pemberi
pelayanan kesehatan tanpa mengindahkan komunikasi antar individu serta
tingginya angka kesakitan serta kecelakaan, perlunya pengambilan keputusan
yang cepat dan tepat yang menyebabkan stressor tersendiri serta kelelahan yang
dialami oleh para staff medis karena keterbatasan jumlah staff yang tersedia.
Salah satu budaya patient safety adalah mengkomunikasikan kesalahan,
melaporkan kesalahan dengan tetap berpegang pada keselamatan pasien dan
belajar dari kesalahan dan mendesain ulang sistem keselamatan pasien yang lebih
baik.
Untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi, dicetuskan suatu ide
sistem analisis yang proaktif sebagai strategi pencegahan error. Root cause
merupakan alasan yang paling mendasar terjadinya kejadian yang tidak
diharapkan. Apabila permasalahan utama tidak dapat diidentifikasi, maka
kendala-kendala kecil akan makin bermunculan dan masalah tidak akan berakhir.
Oleh karena itu, mengidentifikasi dan mengeliminasi akar suatu permasalahan
merupakan hal yang sangat penting. Root cause analysis merupakan suatu proses
mengidentifikasi penyebab-penyebab utama suatu permasalahan dengan
menggunakan pendekatan yang terstruktur dengan teknik yang telah didesain
untuk berfokus pada identifikasi dan penyelesaian masalah.

1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dari penulisan
makalah ini adalah:
1. Apa defenisi dari Root Cause Analysis?
2. Bagaimana metode identifikasi akar penyebab?
3. Bagaimana prinsip – prinsip umum Root Cause Analysis ?
4. Apa jenis – jenis masalah dasar ?
5. Bagaimana langkah – langkah Root Cause Analysis ?
6. Bagaimana Contoh Kasus RCA?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui defenisi dari Root Cause Analysis.
2. Mengetahui metode identifikasi akar penyebab.
3. Mengetahui prinsip – prinsip umum Root Cause Analysis.
4. Mengetahui jenis – jenis masalah dasar.
5. Mengetahui langkah – langkah Root Cause Analysis
6. Mengetahui Contoh Kasus RCA dan Penyelesaiannya

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian RCA (Root Cause Analysis)


Analisa akar masalah (Root Cause Analysis / RCA) adalah sebuah alat
kerja yang sangat berguna untuk mencari akar masalah dari suatu insiden yang
telah terjadi. Sedangkan untuk menganalisa masalah yang belum terjadi, yaitu
menggunakan alat yang disebut FMEA. Menemukan akar masalah merupakan
kata kunci. Sebab, tanpa mengetahui akar masalahnya, suatu insiden tidak dapat
ditanggulangi dengan tepat, yang berakibat pada berulangnya kejadian insiden
tersebut dikemudian hari. Root Cause Analysis (RCA) merupakan pendekatan
terstruktur untuk mengidentifikasi faktor-faktor berpengaruh pada satu atau lebih
kejadian-kejadian yang lalu agar dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja
(Corcoran 2004). Selain itu, pemanfaatan RCA dalam analisis perbaikan kinerja
menurut Latino dan Kenneth (2006) dapat memudahkan pelacakan terhadap
faktor yang mempengaruhi kinerja. Root Cause(s) adalah bagian dari beberapa
faktor (kejadian, kondisi, faktor organisasional) yang memberikan kontribusi,
atau menimbulkan kemungkinan penyebab dan diikuti oleh akibat yang tidak
diharapkan. Analisis Akar Masalah (RCA) adalah teknik populer dan sering
digunakan yang membantu orang menjawab pertanyaan mengapa masalah terjadi
di tempat pertama. Analisis akar masalah berusaha untuk mengidentifikasi

2.2. Metode Identifikasi RCA


Terdapat berbagai metode evaluasi terstruktur untuk mengidentifikasi
akar penyebab (root cause) suatu kejadiaan yang tidak diharapkan (undesired
outcome). Jing (2008) menjelaskan lima metode yang populer untuk
mengidentifikasi akar penyebab (root cause) suatu kejadiaan yang tidak
diharapkan (undesired outcome) dari yang 4 sederhana sampai dengan komplek
yaitu :

3
1) Is/Is not comparative analysis
Is/Is not comparative analysis Is/Is not comparative analysis merupakan
metoda komparatif yang digunakan untuk permasalahan sederhana, dapat
memberikan gambaran detil apa yang terjadi dan telah sering digunakan
untuk menginvestigasi akar masalah
2) 5 Why methods
5 Why methods merupakan alat analisis sederhana yang memungkinkan
untuk menginvestigasi suatu masalah secara mendalam.
3) Fishbone diagram
Fishbon diagram Fishbon diagram merupakan alat analisis yang populer, yag
sangat baik untuk menginvestigasi penyebab dalam jumlah besar. Kelemahan
utamanya adalah hubungan antar penyebab tidak langsung terlihat, dan
interaksi antar komponen tidak dapat teridentifikasi.
4) Cause and effect matrix
Cause and effect matrix Cause and effect matrix merupakan matrik sebab
akibat yang dituliskan dalam bentuk tabel dan memberikan bobot pada setiap
faktor penyebab masalah.
5) Root Cause Tree.
Root Cause Tree Root Cause Tree merupakan alat analisis sebab – akibat
yang paling sesuai untuk permasalahan yang kompleks. Manfaat utama dari
alat analisis tersebut yaitu memungkinkan untuk mengidentifikasi hubungan
diantara penyebab masalah.

2.3. Prinsip Umum RCA


Tujuan utama dari RCA adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mengakibatkan sifat, besarnya, lokasi, dan waktu dari hasil berbahaya
(konsekuensi) dari satu atau lebih peristiwa masa lalu dalam rangka untuk
mengidentifikasi apa perilaku, tindakan, kelambanan, atau kondisi perlu diubah 5
untuk mencegah terulangnya hasil berbahaya serupa dan untuk mengidentifikasi
pelajaran yang bisa dipelajari untuk mempromosikan pencapaian konsekuensi
yang lebih baik. "Sukses" didefinisikan sebagai pencegahan hampir pasti
kekambuhan.

4
a) Agar efektif, RCA harus dilakukan secara sistematis, biasanya sebagai bagian
dari penyelidikan, dengan kesimpulan dan akar penyebab yang diidentifikasi
didukung oleh bukti yang terdokumentasi. Biasanya upaya tim diperlukan.
b) Mungkin ada lebih dari satu akar penyebab suatu peristiwa atau masalah,
bagian yang sulit adalah menunjukkan kegigihan dan mempertahankan upaya
yang diperlukan untuk menentukan mereka.
c) Tujuan mengidentifikasi semua solusi untuk masalah adalah untuk mencegah
kekambuhan pada biaya terendah dengan cara yang paling sederhana. Jika
ada alternatif yang sama-sama efektif, maka pendekatan biaya sederhana atau
terendah disukai.
d) Akar penyebab diidentifikasi tergantung pada cara di mana masalah atau
peristiwa didefinisikan. Pernyataan masalah yang efektif dan deskripsi acara
(sebagai kegagalan, misalnya) sangat membantu, atau bahkan diperlukan.
e) Agar efektif, analisis harus membentuk urutan kejadian atau waktu untuk
memahami hubungan antara iuran (kausal) faktor, akar penyebab (s) dan
masalah pasti atau acara untuk mencegah di masa depan.
f) Analisis akar penyebab dapat membantu untuk mengubah budaya reaktif
(yang bereaksi terhadap masalah) menjadi budaya ke depan yang
memecahkan masalah sebelum terjadi atau meningkat. Lebih penting lagi,
mengurangi frekuensi masalah yang terjadi dari waktu ke waktu dalam
lingkungan di mana proses RCA digunakan.
g) RCA merupakan ancaman bagi banyak budaya dan lingkungan. Ancaman
terhadap budaya sering bertemu dengan resistensi. Mungkin ada bentuk lain
dari dukungan manajemen yang dibutuhkan untuk mencapai efektivitas RCA
6 dan kesuksesan. Misalnya, "non-hukuman" terhadap kebijakan
pengidentifikasi masalah mungkin diperlukan.

2.4. Jenis-jenis Masalah Dasar


Biasanya akan menemukan tiga jenis dasar masalah:
1. Masalah fisik - Tangible, item materi gagal dalam beberapa cara (misalnya,
rem mobil berhenti bekerja).
2. Masalah Manusia - Orang-orang melakukan sesuatu yang salah, atau tidak
melakukan sesuatu yang diperlukan. Manusia biasanya menyebabkan

5
menyebabkan penyebab fisik (misalnya, tidak ada satu diisi minyak rem, yang
menyebabkan rem gagal).
3. Masalah Organisasi - Sebuah sistem, proses, atau kebijakan yang digunakan
orang untuk membuat keputusan atau melakukan pekerjaan mereka rusak
(misalnya, tidak ada satu orang yang bertanggung jawab atas pemeliharaan
kendaraan, dan semua orang menganggap orang lain telah mengisi minyak
rem).
Analisis Akar Masalah melihat ketiga jenis penyebab. Ini melibatkan
menyelidiki pola efek negatif, menemukan kelemahan yang tersembunyi dalam
sistem, dan menemukan tindakan-tindakan tertentu yang memberikan kontribusi
untuk masalah ini. Hal ini sering berarti bahwa RCA mengungkapkan lebih dari
satu akar masalah.
Kita dapat menerapkan Analisis Akar Masalah untuk hampir semua
situasi. Menentukan seberapa jauh untuk pergi dalam penyelidikan Anda
membutuhkan penilaian yang baik dan akal sehat. Secara teori, Anda bisa terus
melacak akar kembali ke Zaman Batu, tetapi upaya tidak akan melayani tujuan
yang berguna. Hati-hati untuk memahami ketika telah menemukan penyebab
yang signifikan yang dapat diubah pada kenyataannya.

2.5. Langkah-Langkah RCA


Prinsip RCA adalah mencari apa yang terjadi, mengapa hal tersebut
terjadi, dan apa yang bisa dilakukan untuk mencegah pengulangan kejadian
tersebut. Apapun hasil RCA, manajemen puncak di rumah sakit harus mendukung
hasilnya, memperhatikan rekomendasinya dengan teliti, dan membuat langkah
perubahan. Berikut adalah langkah-langkah RCA seperti yang disarankan oleh
komite keselamatan pasien rumah sakit di Indonesia.
1. Identifikasi / klasifikasi insiden
Masalah yang akan dibahas harus didefinisikan dengan baik.
Pembatasan masalah dapat dilakukan untuk membuat fokus lebih cermat.
Pembatasan masalah bisa dimulai dari definisi impact atau harm yang terjadi,
kerangka waktu kejadian, dan unit-unit kerja yang terlibat. Dampak yang
terjadi meliputi dampak medis dan non medis. Dampak medis pada pasien
biasanya sudah terlihat dengan jelas dari berkas rekam medis. Dampak non
medis dapat terjadi pada pasien dan pada rumah sakit. Pada pihak manapun
6
yang terjadi, dampak non medis biasanya berputar pada masalah medikolegal,
kerugian ekonomis, dan dampak sosial lain.
Salah satu alat yang dapat dipakai untuk melakukan klasifikasi dan
prioritas masalah adalah membuat peringkat masalah berdasarkan
Konsekuensi (Consequence) dan Likelihood. Consequence adalah seberapa
berat dampak dari masalah itu. Sedangkan Likelihood adalah seberapa sering
masalah itu terjadi. Consequence dan Likelihood diperingkat menggunakan
angka dari 1 sampai 5. Makin tinggi angka berarti makin berat atau makin
sering. Setelah angka nilai Consequence (C) dan Likelihood (L) didapat,
kedua angka tersebut dilakukan perkalian. Angka hasil perkalian itulah yang
menentukan peringkatnya. Makin tinggi angkanya, makin tinggi
peringkatnya. Kita dapat menggolongkan peringkat menjadi empat golongan,
yaitu ekstrim (15 – 25), besar (8 – 12), sedang (4 – 6), kecil (1 – 3).
Penjelasan tentang Consequence dan Likelihood dapat dilihat disini.
Organisasi dapat membuat kebijakan bahwa hanya masalah yang mempunyai
peringkat ekstrim (15 – 25) saja yang dilakukan prosedur RCA.
Contoh: 8 Perawat tertusuk jarum. Konsekuensi dari insiden ini adalah 4,
karena dampak dari tertusuk jarum adalah berat (dapat tertular penyakit HIV,
Hepatitis B, C, dll). Likelihood dari insiden ini adalah 5, karena insiden ini
terjadi setiap bulan. Sehingga, peringkat risikonya adalah: 4 X 5 = 20
(ekstrim). Peringkat insiden ini memenuhi kriteria untuk dilakukan prosedur
RCA.
Catatan: untuk kejadian yang berdampak berat (konsekuensinya 4
atau 5, tetapi sangat jarang terjadi, peringkat resikonya disamakan dengan
ekstrim dan dilakukan prosedur RCA.
2. Membentuk TIM RCA
Membentuk tim RCA merupakan langkah berikutnya yang penting.
Tanpa tim yang representatif, hasil aktifitas RCA tidak akan valid.
Rekomendasi yang dihasilkannya pun tidak tepat. Oleh karena itu, perlu
perhatian khusus untuk menentukan siapa saja yang dipilih untuk menjadi
anggota tim.
Sebagai pedoman, anggota tim haruslah orang-orang yang kompeten
dalam bidang yang akan dibahas. Kemudian, mereka juga harus dalam posisi
netral, bukan orang yang ada sangkut-pautnya langsung dengan masalah yang
7
akan dibahas. Jika diperlukan, dapat ditunjuk seorang ahli dari luar organisasi
untuk menambah bobot dari tim ini. Jumlah anggota tim jangan terlalu
banyak. Ukuran yang normal adalah antara 5 sampai 8 orang.
Root cause analysis sebaiknya dilakukan oleh tim yang telah dilatih
RCA, matang, menguasai berbagai aspek pelayanan di rumah sakit,
multidisipliner, gigih, tidak mudah menyerah, teliti, dan jujur. Tim ideal yang
disarankan terdiri dari ahli analisis, peneliti atau ahli eksternal, kepala bidang
atau salah satu direktur, dokter spesialis atau konsultan, supervisor klinis
keperawatan, dan seorang yang menguasai unit kerja yang terlibat dengan
baik.
Contoh: 9 Pada kasus tertusuk jarum di atas, anggota tim RCA adalah:
manajer keperawatan, manajer mutu, koordinator pengendalian infeksi,
manajer penunjang medis, koordinator K3.
3. Investigasi/ Pengumpulan Data
Pada investigasi, dilakukan kajian terhadap laporan kasus. Kajian
terhadap laporan kasus dimulai dengan ringkasan kronologis kasus yang
terjadi, pencatatan staf yang terlibat, dan beberapa wawancara. Cahyono
(2008) menambahkan bahwa dalam pengumpulan informasi kasus ini
hendaknya dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi yang
cermat, hati-hati, dan valid. Cermat berarti tidak meninggalkan detail. Prinsip
kehati-hatian dilakukan untuk menjaga objektivitas dan agar tidak
menyinggung perasaan staf. Valid berarti data yang dikumpulkan relevan
sesuai dengan keperluan.
4. Penyajian Data
Penyajian data dipergunakan sebagai alat memetakan kronologi
kejadian. Ada empat metode yang biasa dipakai dalam memetakan kronologi
insiden, yaitu 1) kronologi narasi; 2) timeline; 3) tabular timeline; dan 4) time
person grid.
Kronologi narasi biasa dilakukan untuk mengawali pembahasan
kasus atau justru ditampilkan pada laporan akhir. Kronologi narasi cukup
nyaman dibaca namun tidak praktis untuk analisis karena kurang terstruktur.
Gunakan kronologi narasi hanya pada kasus yang tidak kompleks.

8
Timeline lebih mudah dibaca karena menyajikan urutan kejadian
secara sekuensial. Analisis lebih mudah dilakukan karena dapat dicari dari
deretan kejadian berbasis waktu.
Tabular timeline lebih lengkap daripada timeline karena telah selain
menyajikan urutan kejadian, juga dilengkapi dengan good practice dan
masalah pelayanan pada tiap kejadian yang dicatat. Tabular timeline cocok
pada kejadian yang berlangsung lama dan melibatkan berbagai orang dan unit
kerja.
Time person grid digunakan pada kejadian dengan waktu pendek
namun melibatkan beberapa staf atau profesi. Kolom paling kiri memuat
daftar staf, sementara baris paling atas mencatat perjalanan waktu.
Keberadaan staf dituliskan pada tiap kolom di bawah waktu dari awal sampai
akhir.
Pada kasus tertusuk jarum seperti di atas, kita cukup menggunakan
narrative chronology, karena insiden tersebut merupakan peristiwa tunggal
dan prosesnya tidak kompleks.

5. Identifikasi Masalah
Prinsip utama dalam identifikasi masalah adalah menentukan
penyimpangan dari standar pelayanan yang sudah ada. Satu sentinel event
bisa terdiri dari beberapa masalah pelayanan. Secara umum, ada dua macam
masalah pelayanan, yaitu error of omission (tidak melakukan sesuatu yang
seharusnya dilakukan), dan error of comission (melakukan sesuatu yang tidak
seharusnya dilakukan). Cara paling mudah dalam mengidentifikasi masalah
adalah dengan brainstorming dan dengan focused group discussion.

6. Analisis Informasi

9
Bagian ini adalah bagian yang paling sulit. Komite keselamatan
pasien rumah sakit menawarkan enam cara analisis, namun kita akan
membatasi dalam dua cara saja, yaitu 5 why dan fishbone diagram. Dengan
metode 5 why, peneliti akan lebih mudah mencari penyebab sampai
mendalam, sementara fishbone diagram memudahkan peneliti mencari
berbagai macam penyebab yang berkontribusi pada sentinel event.
Metode 5 why dilakukan dengan cara memperdalam pertanyaan yang
diawali dengan “mengapa” sebanyak lima kali.
Contoh paling mudah adalah pada kasus pasien jatuh:
“Mengapa pasien cedera?” — Karena jatuh.
“Mengapa pasien jatuh?” — Karena pelindung sisi tempat tidur tidak
dipasang.
“Mengapa pelindung sisi tempat tidur tidak dipasang?” — Karena perawat
yunior tidak tahu bahwa pelindung sisi tempat tidur harus dipasang.
“Mengapa perawat yunior ini tidak tahu?” — Karena tidak dilatih.
“Mengapa tidak dilatih?” — Karena rumah sakit belum mempunyai program
pelatihan bagi perawat baru.
Berbeda dengan metode 5 why yang dapat menganalisis masalah
sampai dalam, metode fishbone diagram menawarkan faktor kontribusi yang
semakin banyak. Tuliskan permasalahan pada kepala ikan, dan pada tulang
belakangnya, gambarlah duri-duri yang mewakili faktor kontribusi. Mulailah
dengan empat kelompok dasar, yaitu pasien, proses, staf pendukung, dan staf
utama (Nelson dkk, 2007). Hati-hati mempergunakan fishbone diagram.
Bukan karena bahaya tertusuk duri, namun karena faktor kontribusi yang
dihasilkannya bisa sangat banyak sehingga menyulitkan analisis akar
masalah. Fishbone diagram sering juga disebut sebagai diagram Ishikawa.

Pertanyaan Triase RCA:


a. Apakah masalah yang berkaitan dengan pengkajian merupakan faktor
dalam situasi ini? Jika iya, lihat faktor manusia, pertanyaan faktor
komunikasi.
b. Apakah masalah yang berkaitan dengan pelatihan staf dan kompetensi staf
merupakan faktor dalam kejadian ini? Jika iya, lihat faktor manusia,
pertanyaan pelatihan
10
c. Apakah peralatan terlibat dalam kejadian ini? Jika iya, lihat pertanyaan
peralatan lingkungan dan faktor manusia, pertanyaan pelatihan
d. Apakah kekurangan informasi atau salah interpretasi merupakan faktor dalam
kejadian ini? Jika iya, lihat faktor manusia, pertanyaan faktor komunikasi.
e. Apakah komunikasi merupakan faktor dalam kejadian ini? Jika iya, lihat
faktor manusia, pertanyaan faktor komunikasi.
f. Apakah prosedur/ kebijakan/aturan yang memadai- dan kekurangannya –
merupakan faktor dalam kejadian ini? Jika iya, lihat pertanyaan faktor
prosedur kebijakan/aturan
g. Apakah kegagalan penghalang yang dirancang untuk melindungi pasien, staf,
peralatan, atau lingkungan merupakan faktor dalam kejadian ini? Jika iya, liat
penghalang dan tanggapan terhadap hal itu
h. Apakah personal dan masalah personal merupakan faktor dalam kejadian in?
Jika iya, lihat faktor manusia, pertanyaan pelatihan, komunikasi dan
kelelahan/penjadwalan Terus datang kembali ke pertanyaan ini hingga anda
puas bahwa anda telah menjawab semua pertanyaan anda Pada kasus tertusuk
jarum seperti di atas, contoh diagram fishbone adalah seperti dibawah ini:

Hasil dari analisa ini adalah didapatkannya faktor yang berperan terhadap
insiden tersebut. Untuk setiap faktor yang berperan, dilakukan prosedur
pertanyaan “5 Why” sampai tidak ada jawaban lagi yang dapat dikemukakan.
Jawaban terakhir itulah yang biasanya merupakan akar masalah.

11
Pada kasus tertusuk jarum di atas, akar masalahnya adalah:
a. Belum dilakukan tinjauan keselamatan pada alat (faktor peralatan).
b. Belum ada prosedur yang aman (faktor kebijakan / prosedur).
c. Barrier yang ada tidak dirancang untuk melindungi staf (faktor
penghalang).
Sebagai bagian akhir dari analisa ini, kita mencoba membuat
pernyataan sebab akibat, untuk menguji apakah akar masalah yang kita
dapatkan berhubungan sebab akibat dengan insiden yang terjadi. Juga untuk
menguji, apakah jika akar masalah tersebut di atasi, insiden dapat dihindari.
Contoh pernyataan sebab akibat:
Karena belum dilakukan tinjauan keselamatan pada syringe AGD, maka
belum ada mekanisme yang menjamin keselamatan selama memakai alat
tersebut, yang menyebabkan mekanisme yang ada gagal mencegah terjadinya
insiden tertusuk jarum.
Belum ada prosedur yang aman menyebabkan jarum syringe AGD ditutup
lagi setelah digunakan dan dibawa keluar ruangan, yang mengakibatkan
meningkatnya peluang terjadinya insiden tertusuk jarum. Penghalang yang
ada tidak dirancang untuk melindungi staf yang menyebabkan terjadinya
insiden staf perawat tertusuk jarum.
7. Susun Rekomendasi
Menyusun rekomendasi merupakan hal yang paling penting dari
aktifitas RCA ini. Karena tanpa rekomendasi, masalah tidak dapat
diselesaikan dan terus membebani organisasi. Ibarat berobat ke dokter, pasien
tidak cukup diberi tahu tentang diagnosanya, tapi jauh lebih penting adalah
diberi pengobatan yang tepat.
Menyusun rekomendasi memerlukan pengetahuan dan pemahaman
yang memadai tentang masalah yang sedang dihadapi. Disinilah arti penting
dari anggota tim. Anggota tim RCA harus memiliki kompetensi dan kapasitas
yang memadai untuk melakukan hal itu. Referensi yang dikumpulkan pada
tahap mengumpulkan data di atas dapat dipakai untuk membantu proses ini.
Ada satu alat yang sangat berguna untuk menyusun penyelesaian masalah ini.
Alat itu disebut analisa penghalang (barrier analysis).
Contoh:
12
Aktifitas berenang: Memakai pelampung (alat) jauh lebih efektif
dalam mencegah insiden tenggelam dibandingkan berenang dengan prosedur
yang benar (kebijakan/ prosedur). Ilustrasi di atas memberikan penjelasan
kepada kita, bahwa jika kita ingin mencari solusi atas suatu masalah,
utamakan solusinya adalah berupa alat / disain. Jika alat tidak ada, barulah
cari solusi lain. Sekarang kita kembali ke analisa penghalang. Dengan
berpedoman pada ilustrasi di atas, maka analisa penghalang untuk kasus
tertusuk jarum tersebut adalah:
Analisa Penghalang Tertusuk Jarum:

Saat dibawa, tutup


Perawat Setelah tindakan, jarum terlepas, perawat
mengambil jarum ditutup secara refleks berusaha
sampel darah dan dibawa menangkap dan
pasien untuk ADG keluar ruangan tertusuk jarum suntik

Aktifitas: Mengambil sample AGD


Bahaya Penghalang Tingkat Tindakan Tingkat Implikasi Penanggung
yg ada Keberhasilan perbaikan keberhasilan Biaya Jawab
Tertusuk Jarum Rendah Mengganti Tinggi Rendah Manajer
Jarum ditutup dengan jarum Keperawatan
setelah yang dapat
digunakan menutup dan
melindungi
jarum setelah
digunakan
Jarum tidak Rendah Rendah Manajer
ditutup Keperawatan
setelah
digunakan,
langsung
dibuka
menggunaka
n klem dan
dibuang di
sharp
container
ditempat
kerja

13
Berdasarkan analisa penghalang di atas, kita dapat membuat rekomendasi
penyelesaian masalah. Rekomendasi penyelesaian masalah yang baik harus juga
mencantumkan ukuran keberhasilan, penanggung jawab, dan batas waktu
penyelesaian. Tujuan dari itu adalah agar rekomendasi yang kita berikan dapat diukur
keberhasilan pelaksanaannya, jelas siapa penanggung jawabnya, serta ada batas waktu
yang jelas kapan rekomendasi itu harus terlaksana.
8.Membuat Laporan RCA
Laporan RCA berisi rincian seluruh kegiatan pelaksanaan RCA mulai dari
awal sampai rekomendasi yang diberikan. Laporan ini kemudian disampaikan
kepada pemimpin organisasi untuk disetujui. Proses persetujuan ini sangat
penting. Karena tanpa persetujuan pemimpin, rekomendasi tak dapat dieksekusi
dan dilaksanakan.

2.6. Contoh Kasus


1. Klasifikasi Insiden
Pada tanggal 01 November 2020, perawat jaga utama di Rumah Sakit
Khusus Jiwa X melaporkan ada pasien yang jatuh didepan kamar mandi yang
merupakan pasien yang dirawat di ruang Gatot Kaca.
Kronologis
a. Pasien dirawat di ruang Gatot Kaca Tanggal 30 November 2020 pukul
22.15 WIB, dengan kondisi: Bloking, Kurang Perawatan Diri, obsesi
pulang, makan/minum menolak, interaksi sosial kurang, dilakukan fixasi
longgar, obesitas. TD: 110/70 mmHg S: 36.2 RR: 20x/mnt N: 88
x/mnt.
b. Tanggal 01 November 2020, jam 08.00 WIB dengan kondisi: fiksasi
dilepas, bloking, tidak mau makan, kurang perawatan diri, ganti pakaian
dibimbing, ngompol, hipoaktif, menyendiri, interaksi sosial kurang, pasien
puasa mulai jam 20,00 WIB untuk pemeriksaan laboratorium darah rutin,
cholesterol total, HDL, LDL, TG, GDS, ureum, creat, SGOT/SGPT.
c. Tgl 01 November 2020, jam 08.30 WIB dengan kondisi: bloking,
perawatan diri kurang, pasif, perilaku non kooperatif, setelah pemeriksaan
darah pasien mau makan 3 sdm, minum 1 gelas, mau ikut kegiatan TAK.
d. Jam 08.45 WIB dr SPKJ visite, pasien sedang jalan kekamar mandi,
kemudian pasien terjatuh, pasien dalam kondisi pingsan dan pucat.
14
TD : 190/110 S: 37,6 N: 144 x/mnt RR: 18x/mnt

2. Membentuk Tim RCA


Membentuk tium RCA dapat mel;iputi manager keperawatan, manager mutu,
manager layanan kebersihan rumah sakiy (jika dikaenakan jatuh lantai licin)
manager support (jika tejatuh dikarenakan tidak ada nya penyanggah/ pegangan
diruangan pada pasien geriatric), kepala ruanagn (jika pasien intoleransi
aktivitas), koordinatir K3.

3. Pengumpulan Data dan Informasi


1) Dokumentasi
a) Laporan Insiden
b) Rekam Medik Pasien
c) Jadwal Dinas Ruang Gatot Kaca
2) Interview
a) Kepala Ruang Gatot Kaca
b) Perawat Jaga Saat insiden
c) Cleaning servis
d) Dokter DPJP
e) Dokter SpKJ
3) Observasi
a) Lokasi tempat kejadian

15
4. Kronologi Kejadian (Tabullar Time)
WAKTU/ Tgl 30-11-20 Tgl 30-11-20 Tgl 01-11-20 Tgl 01-11-20 Tgl 01-11-20 Tgl 01-11-20
KEJADIAN Jam 22.00 Jam 22.15 WIB Jam 08.00 WIB Jam 08.00 WIB Jam 08.30 Jam 08.45
KEJADIAN Tn RAN Tn RAN Tn RAN Tn RAN Tn. RAN Dr. SpKJ Visit
MRS dengan Di pindah dari 1. Masih dirawat Di Masih dirawat Di Masih dirawat
Diagnosa medis ruang IGD KE R. Ruang GK R. GK Di R. GK
Obs. Psikosis GK ditempatkan ditempatkan fixasi ditempatkan
diruang isolasi dilepas, dilakukan fixasi dilepas,
fixasi dilepas pemeriksaan
2. Pasien bloking, Laboratorium
ngompol, ganti
pakaian
dibimbing
INFORMASI Keadaan pasien: Tn RAN Keadaan pasien: Keadaan pasien: Keadaan pasien:  Blocking Pasien jalan ke kamar mandi
TAMBAHAN Bicara sendiri, Di R. GK  Bicara kurang  Mondar-mandir  Mondar-mandir  Pasif Pasien terjatuh
impulsive, emosi Dilakukan fixasi terarah  Obsesi Pulang  Obsesi Pulang  Sikap non Pingsan saat kejadian
labil, sikap non Hasil  Bicara sendiri  Gelisah  Gelisah kooperatif Pucat
kooperatif pemeriksaan lab  WBC 20.8 ribu T  Sikap non  Bicara sendiri  Makan 3 TD 190/110 mmHg S:376˚ C N:144x/mnt
belum diambil 37.5 C kooperatif  Bingung sdm
dan petugas  Mondar-mandir  Bicara sendiri  Minum 1
laborat blm  Tidak mau makan  Bingung gelas
laporan
 Menyendiri  Face tegang
 Hipoaktif
 Gelisah
GOOD Sampel Advis dr: Instruksi balance Dilakukan penganan di tempat kejadian:
PRACTICE laboratorium  Cek EKG cairan Atur Head up 15˚
sudah diambil di  Foto Thorax Observasi TTV O2 3 LPM
IGD  Cek ulang Infus RL 20 TPM
laborat: lengkap Pasang bed side monitor
Menghubungi keluarga

16
Dirujuk
MASALAH Penulisan status 1. Critical value 1. Tensi tidak VS belum diukur Nadi, Suhu dan Pasien ikut Pasien terjatuh dan dirujuk KE RSST
PELAYANAN pasien tidak pemeriksan diukur Belum Dapat respirasi tidak kegiatan TAK
lengkap jam laborat belum 2. Dr umum tidak terahpy untuk diukur
kedatangan tidak dilaporkan visite keluhan fisik
ditulis 2. Tidak
dilakukan
TTV Ulang

17
5. Identifikasi Masalah

CROUD MANAGEMEN PROBLEM


NO CMP TOOLS
1 Penulisan status pasien tidak lengkap 5 Why
jam kedatangan tidak ditulis
2 Dokumentasi tidak lengkap 5 Why
3 Hasil pemeriksaan laboratorium tidak 5 Why
dilaporkan
4 Tidak dilakukan pemeriksaan TTV Fish bone
5 Dr Umum penanggung jawab tidak 5 Why
visit
6 Belum dilakukan tindak lanjut temuan 5 Why
klinis
7 Pasien gelisah dengan keluhan fisik 5 Why
dilakukan TAK tidak dilakukan
asesmen risiko jatuh

6. Analisis Informasi
CMP 1 Penulisan status pasien tidak lengkap jam kedatangan tidak ditulis
dengan 5 Why
1. Petugas lupa menulis
2. Tidak ada kolom tangal dan jam kedatangan dilembar pemeriksaan status
pasien
3. Belum dilakukan evaluasi form RM secara berkala
4. Panitia RM Belum bekerja secara maksimal

R: Mengusulkan ke direktur untuk melakukan evaluasi form RM

CMP 2 Dokumentasi pasien tidak lengkap


1. Tidak ada hasil pemeriksaan TTV
2. Tidak dilakukan pemeriksaan TTV
3. Alat tidak bisa mengukur pasien dengan obesitas
4. Alat yang dimodifikasi disimpan dialmari dalam keadaan terkunci
5. Kunci dibawa 1 orang

18
R: Meletakkan peralatan medis ditempat yang mudah diakses semua petugas

CMP 3 Hasil pemeriksaan laboratorium tidak dilaporkan


1. Tidak tahu bahwa nilai laborat tertentu harus lapor dokter
2. Belum ada protap tentang laporan hasil laboratorium
3. Tidak ada kebijakan tentang critical value

R: Membuat critical value hasil pemeriksaan laborat, sosialisasi protap

CMP 4
R: Analisis beban kerja
1. Tinjau ulang SOP/ sosialisasi: Penerimaan Pasien Baru, observasi pasien di
R.GK
2. Menyimpan alat di tempat yang mudah di akses

CMP 5
1. Membuat uraian tugas dari bangsal, sosialisasi

CMP 6
1. Membuat protap penanganan pasien gangguam jiwa dengan keluhan fisik

CMP 7
1. Tinjau ulang TAK, Sosialisasi

19
7. Susun Rekomendasi
RECOMENDASI DAN RENCANA TINDAK LANJUT

NO Akar Masalah Tindakan Tingkat Penanggung Waktu Sumber Bukti penyelesaian paraf
Rekomendasi Jawab Daya
1 Panitia RM Belum Mengusulkan ke direktur Direktur Ketua 10 Hari Menyediakan Format RM Baru dan
bekerja secara untuk melakukan evaluasi panitia RM cetakan form form assessment
maksimal form RM termasuk RM resiko jatuh sudah
assessment RI diimnplementasikan
2 Kunci peralatan Meletakkan peralatan Kepala ruang Kepala 3 Hari Troli/tempat Peralatan medis
medis dibawa 1 medis ditempat yang GK ruang GK peralatan mudah diakses
orang mudah diakses semua medis petugas
petugas
3 Tidak ada Membuat critical value Direktur Ka Instalasi 10 Hari Sudah ada critical value hasil
kebijakan tentang hasil pemeriksaan laborat, laboratorium critical value pemeriksaan
critical value hasil laboratorium sudah
sosialisasi critical value
pemeriksaan disosialisasikan
hasil pemeriksaan laboratorium
laboratorium
4 Dilakukan Memberikan kegiatan yang Ka ruang GK Ka ruang 10 Hari Jadwal Pasien R GK
kegiatan Teraphi lebih tepat misalnya terapy GK kegiatan di dilakukan teraphy
Aktifitas kepada individu Ruang GK individu bukan TAK
kelompok pada
pasien R. GK

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Root cause analysis merupakan suatu proses mengidentifikasi penyebab-
penyebab utama suatu permasalahan dengan menggunakan pendekatan yang
terstruktur dengan teknik yang telah didesain untuk berfokus pada identifikasi dan
penyelesaian masalah. Tujuan utama dari RCA adalah untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang mengakibatkan sifat, besarnya, lokasi, dan waktu dari hasil
berbahaya (konsekuensi) dari satu atau lebih peristiwa masa lalu dalam rangka
untuk mengidentifikasi apa perilaku, tindakan, kelambanan, atau kondisi.
Menemukan akan masalah merupakan kata kunci. Sebab, tanpa mengetahui
akar masalahnya, suatu insiden tidak dapat ditanggulangi dengan tepat, yang
berakibat pada berulangnya kejadian isiden di kemudian hari. Untuk
menyelesaikan permasalahan yang terjadi, dibuat suatu ide sistem analisis yang
proaktif sebagai strategi pencegahan error, dan mengidentifikasi juga
menganalisis akar suatu permasalahan merupakan hal yang sangat penting.
Langkah-langkah RCA diantaranya yaitu, identifikasi/klasifikasi insiden,
membentuk TIM RCA, investigasi/pengumpulan data, penyajian data, identifikasi
masalah, analisis informasi, susun rekomendasi, membuat laporan RCA.

3.2 Saran
Dalam makalah ini penulis memiliki harapan agar pembaca memberikan
kritik dan saran yang membangun. Karena penulis sadar dalam penulisan makalah
ini terdapat begitu banyak kekurangan. Selain itu, penulis berharap makalah ini
dapat bermanfaat serta diharapkan tenaga medis khususnya perawat dapat
memanfaatkan dan mengaplikasikan Root Cause Analysis (RCA) dalam tindakan
medis khususnya keperawatan untuk meningkatkan kinerja dan keselamatan
pasien.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ars205.weblog.esaunggul.ac.id. Tujuh Langkah RCA Arjaty.pptx. (Diakses pada


tanggal 1 Desember 2020).

Daud W. Arjaty. Tujuh Langkah Route Cause Analysis.

Prinsip-prinsip Metode Analisis Akar Masalah. Post on Februari 2002 Wikipedia


(http://marno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/PRINSIP-PRINSIP-METODE-
ANALISIS-AKAR-MASALAH.docx).

Rooney , J.J, dan L.N.V. Heuvel. 2004. Root Cause Analysis for Beginners. Quality
Prodress Discussion Board.
(https://webspace.utexas.edu/mae548/www/.../qp0704rooney.pdf.).

Senge, P.M. 1994. The Fifth Dicipline : The Art and Practice of The Learning
Organization. Doubleday. United States of America.

Anda mungkin juga menyukai