Anda di halaman 1dari 15

Kebijakan

Nasional Diabetes
Mellitus
KELOMPOK 4
A N N I D A FAT H I YA I M E L D A P U T R I
D E A A LV I O N I TA P E RT I W I P U R N AWAT I
D W I P U J I PA N G E S T I S YA H R I L D W I N O V I A N T O
MELINDA ALIFIANTI
Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh gaya hidup yang tidak baik dan juga disebabkan
oleh faktor keturunan. Sering kali, diabetes disebabkan oleh pola hidup tidak sehat dan faktor keturunan.
Apabila seseorang memiliki anggota keluarga dengan riwayat diabetes, maka peluang menderita diabetes baik
tipe 1 dan tipe 2 pun tinggi. Diabetes juga dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat mempengaruhi
kualitas hidup dan dapat menyebabkan kematian.
Penderita Diabetes Melitus atau sering disebut DM di Indonesia setiap tahunnya meningkat. Terdapat 425 juta
penderita diabetes diseluruh dunia. Indonesia sendiri menempati jumlah keenam tertinggi dengan penduduk
penderita diabetes dengan 10,3 juta penderita pada tahun 2017. Pada data tesebut, bisa diketahui bahwa angka
penderita diabetes di Indonesia tergolong tinggi. Salah satu strategi pemerintah dalam meningkatkan
pembangunan kesehatan adalah pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat dalam bidang kesehatan.
Posbindu merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor
risiko PTM. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No.72 Tahun 2012 Pasal 2 yaitu pengelolaan kesehatan
diselenggarakan melalui pengelolaan administrasi kesehatan, informasi kesehatan, sumber daya kesehatan,
upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, peran serta pemberdayaan masyarakat, dan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang kesehatan.

LATAR BELAKANG
Konsep Dasar Penyakit Diabetes Mellitus
Definisi

Diabetes Mellitus Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai

kelainan dentic akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,

ginjal, saraf dan pembuluh darah. Diabetes mellitus klinis adalah sindroma gangguan denticu dengan

hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya

efektifitas biologis dari insulin atau keduanya (M. Clevo Rendy dan Margareth Th, 2019).
Etiologi Diabetes Mellitus
a. Diabetes mellitus tergantung insulin (DM tipe I)

Faktor genetic

Faktor imunologi

Faktor lingkungan

b. Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (DM tipe II)

Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, denti dentic diperkirakan memegang peranan dalam
proses terjadinya resistensi insulin. Resistensi ini ditingkatkan oleh kegemukan, tidak beraktivitas, penyakit,
obat-obatan dan pertambahan usia. Pada kegemukan, insulin mengalami penurunan kemampuan untuk
mempengaruhi absorpsi dan denticu glukosa oleh hati, otot angka, dan jaringan dentic. DM tipe II yang baru
didiagnosis sudah mengalami komplikasi.
Manifestasi Klinis
Diabetes Mellitus Seseorang dapat dikatakan menderita diabetes mellitus apabila menderita dua dari
tiga gejala yaitu:

1. Keluhan TRIAS: banyak minum, banyak kencing, dan penurunan berat badan.

2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl.

3. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl Keluhan yang sering terjadi pada
penderita diabetes mellitus adalah dentic, polidipsi, polifagia, berat badan menurun, lemah, kesemutan
gatal, visus menurun, bisul/luka, keputihan (M. Clevo Rendy dan Margareth Th, 2019).
Klasifikasi Diabetes Mellitus
1. Klasifikasi klinis
 Diabetes Mellitus
o Tipe tergantung insulin (DMTI), tipe I

◦ Tipe tidak tergantung insulin (DMTTI), tipe II


- DMTTI yang tidak mengalami obesitas
- DMTTI dengan obesitas
 Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)
 Diabetes Kehamilan (GDM)
Patofisiologi Diabetes
DM tipe I

Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan dentic menghasilkan insulin karena hancurnya sel-sel beta
dentic telah dihancurkan dengan proses autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa
yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam
hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan).

Jika konsenterasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa
yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosaria). Ketika glukosa yang
berlebihan diekskresikan dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis dentic. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan,
klien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (dentic) dan rasa haus (denticu).
P

Y
DM tipe II
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu: resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi
dalam denticu glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan
reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat
peningkatan insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi
akibat sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal
atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan
kebutuhan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.
Komplikasi Diabetes
Akut Kompikasi menahun diabetes
- Hipoglikemia dan hiperglikemia.
mellitus
- Penyakit makrovaskuler: mengenai pembuluh Neuropati dentic.
darah besar, penyakit jantung dentic
Retinopati dentic.
(cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).

- Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh Nefropati dentic.


darah kecil, retinopati, nefropati.
Proteinuria.
- Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada
ekstremitas), saraf otonom berpengaruh pada Kelainan dentic.
gastrointestinal, kardiovaskuler.
Ulkus/dentic.
Penatalaksanaan Diabetes
Mellitus
Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM yaitu:

1. Diet

2. Latihan

3. Penyuluhan

4. Obat

5. Cangkok dentic
Kebijakan & Strategi
Kebijakan
Untuk tercapainya tujuan dari pengendalian DM, perlunya ditetapkan kebijakan teknis sbb:
- Peningkatan upaya promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
- Partisipasi dan pemberdayaan masyarakat melalui penyelenggaraan Posbindu PTM
- Peningkatan peran multidisiplin dan lintas sektoral melalui mekanisme kemitraan dan jejaring kerja
- Penguatan peran pemerintah khususnya pemerintah daerah sesuai dengan kearifan lokal/karakteristik setempat dalam
semangat otonomi daerah.

- Pendekatan berjenjang dari masyarakat hingga ke pelayanan kesehatan tersier dengan rujuk balik
(Continuum of Care ) dengan pendekatan berdasar siklus kehidupan.

- Dukungan ketersediaan infrastruktur pelayanan kesehatan yang memadai dengan kendali mutu dengan tenaga kesehatan
yang profesional pada setiap tatanan.
Strategi
- Pengendalian DM berdasarkan fakta (evidence-based) dan skala prioritas.

- Melaksanakan sosialisasi dan advokasi pada pemerintah, pihak legislatif, dan stake holder serta pemerintah daerah.

- Melaukan pembinaan dan monitoring serta evaluasi program pengendalian DM.

- Intensifikasi upaya pencegahan dan penanggulangan faktor risiko, surveilans epidemiologi, penemuan dan tatalaksana
kasus serta KIE DM.

- Meningkatkan kemitraan melalui jejaring kerja baik nasional, regional maupun internasional.

- Memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta hasil-hasil penelitian atau kajian yang mendukung dalam upaya
peningkatan program pengendalian DM.

- Pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan berbagai kelompok masyarakat di desa/kelurahan seperti posyandu,
poslansia, dll.

- Meningkatkan peran dan fungsi sesuai kewenangan daerah serta memanfaatkan sumber daya pusat melalui sistem
penganggaran (dana dekonsentrasi dan perbantuan) (Depkes RI, 2008).
Peraturan Pendukung Kebijakan
1. Permenkes No 5 tahun 2017 tentang RAN Multisektor P2PTM

2. INPRES No 1 tahun 2017 tentnag GERMAS

3. Permenkes 71/2015 tentang penanggulangan PTM

4. Peraturan Menteri Kesehatana Republik Indonesia No. 52 tahun 2016 tentang standar tariff pelayanan
kesehatan dalam penyelenggaraan program jaminan kesehatan

5. PERMENDAGRI 18/2016, PERMENKES 43/2016 starndar pelayanan minimal

6. Pemeriksaan/skrinning kesehatan sesuai standar usia 15-59 tahun

7. Pemeriksaan/skrinning kesehatan sesuai standar usia 60 tahun ke atas

8. Pelayanan kesehatan hipertensi sesuai standar

9. Pelayanan kesehatan Diabetes Melitus sesuai standar


TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai