Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH MENDESKRIPSIKAN TEORI DAN TOKOH PENJAMINAN MUTU

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Mutu Terpadu

Dosen Pengampu :

Dr. K.a. Rahman,

M.Pd.I.

Dr. Robin Pratama, S.Pd., M.Pd

Agus Lestari, M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 2 :

Taruna Christofer S (A1D521030)

Rara Lauchia (A1D521032)

Rts Rista Maharani (A1D521034)

Ely Nurjannah (A1D521043)

Septia Windari (A1D521056)

KELAS : R-002

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapakan atas karunia yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berjudul

“Mendiskripsikan Teori dan Tokoh Penjaminan Mutu“ dengan tepat waktu. Makalah ini

kami buat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Manajemen Mutu Terpadu, selain

itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan dan memberikan pengetahuan kepada

mahasiswa mengenai Mendiskripsikan Teori dan Tokoh Penjaminan Mutu. Kami

mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan

makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan tepat pada waktunya, ucapan terimakasih

ini kami berikan kepada :

1. Dr. K.a. Rahman, M.Pd.I , Dr. Robin Pratama, S.Pd., M.Pd, dan Agus

Lestari, M.Pd. sebagai dosen pengampu.

2. Para penulis / penerbit buku dan jurnal maupun situs – situs internet yang

memperkenankan mengalihkan hak cipta karyanya kepada kami untuk dipelajari.

3. Teman – teman yang ikut serta membantu menyelesaikan tugas kelompok

pembuatan makalah ini.

Kami selaku penyusun makalah ini, sepenuhnya menyadari bahwa makalah ini belum

sempurna, sehingga kami berharap bantuan dari pembaca untuk memberikan kritik dan saran

yang membangun demi kesempurnaan makalah ini sesuai dengan harapan anda. Akhir kata

kami ucapkan terimakasih. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami selaku penyusun

maupun pembaca sekalian.

Jambi, Februari 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.........................................................................................................................3

2.1 Mendeskripsikan Teori................................................................................................3

2.1.1 Teori Edward Deming..........................................................................................3

2.1.2 Teori Juran............................................................................................................4

2.1.3 Teori Crosby.........................................................................................................6

2.2 Konsep Penjaminan Mutu............................................................................................8

2.2.1 Manajemen Mutu.................................................................................................8

2.2.2 Pentingnya Manajemen Mutu dalam Organisasi................................................10

2.3 Tokoh-tokoh Mutu.....................................................................................................10

2.3.1 Pemikiran W. Edwards Deming.........................................................................11

2.3.2 Pemikiran Joseph Juran......................................................................................16

2.3.3 Philip B. Crosby.................................................................................................18

ii
2.3.4 Dr. Kaoru Ishikawa............................................................................................23

2.3.5 Dr. Armand V. Feigenbaum...............................................................................25

BAB III.....................................................................................................................................26

PENUTUP................................................................................................................................26

3.1 Kesimpulan................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................27

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bagi setiap institusi, mutu adalah agenda utama dan meningkatkan mutu

merupakan tugas yang paling penting. Walaupun demikian, ada sebagian orang yang

menganggap mutu sebagai sebuah konsep yang penuh dengan teka-teki. Mutu

dianggap sebagai suatu hal yang membingungkan dan sulit untuk diukur. Mutu dalam

pandangan seseorang terkadang bertentangan dengan mutu dalam pandangan orang

lain, sehingga tidak aneh jika terdapat beberapa pakar yang tidak memiliki

kesimpulan yang sama tentang bagaimana cara menciptakan institusi yang baik.

Saat ini, salah satu tantangan penting yang dihadapi semua institusi adalah

bagaimana mengelola sebuah mutu. Terutama dalam dunia persaingan global dan

industry massal. Dalam dunia industry bisnis mutu adalah nilai jual yang menjadi

prioritas utama. Mutu menjadi satu-satunya faktor pembeda yang dibutuhkan oleh

konsumen. Mutu tidak hanya ada dalam institusi-institusi bisnis, tapi juga menjadi

kebutuhan institusi pendidikan. Hal ini ditujukan agar institusi pendidikan mampu

bertahan dalam dunia persaingan yang sangat kompetitif, serta mampu mendidik

akademisi-akdemisi dengan reputasi yang sangat positif.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara mendeskripsikan teori ?

2. Apa konsep dasar dari penjaminan mutu ?

3. Siapa saja tokoh-tokoh yang membahas tentang mutu ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui cara mendeskripsikan teori

2. Untuk mengetahui konsep dasar dari penjaminan mutu

3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang membahas tentang mutu

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Mendeskripsikan Teori
2.1.1 Teori Edward Deming

W. Edwards Deming merupakan seorang ahli statistik dan konsultan

manajemen Amerika yang memiliki pengaruh besar dalam pengembangan manajemen

mutu. Salah satu konsep kunci yang dikemukakannya adalah PDCA (Plan-Do-Check-

Act), yang juga dikenal sebagai siklus Deming atau siklus PDSA (Plan-Do-Study-

Act). Konsep ini merupakan suatu pendekatan siklus yang digunakan untuk

pengendalian dan perbaikan berkelanjutan dalam proses manajemen. Edward Deming

menyatakan bahwa implementasi konsep mutu dalam sebuah organisasi memerlukan

perubahan dalam filosofi yang ada di sekitar manajemen. Deming mengusulkan

empat belas butir pemikiran yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan mutu dan

produktivitas suatu organisasi juga dalam bidang pendidikan.

A. Konsep PDCA (Plan-Do-Check-Act):

1. Plan (Perencanaan): Tahap ini melibatkan perencanaan yang matang

sebelum melakukan tindakan. Langkah-langkah dalam tahap ini meliputi

penentuan tujuan, identifikasi masalah, analisis situasi, penentuan metode,

dan penyusunan rencana tindakan.

2. Do (Pelaksanaan): Tahap ini adalah pelaksanaan dari rencana yang telah

disusun. Langkah-langkah yang telah direncanakan diterapkan sesuai dengan

rencana yang telah ditetapkan.

3
3. Check (Pemeriksaan): Tahap ini melibatkan evaluasi hasil dari tindakan

yang dilakukan. Dilakukan pengumpulan data dan informasi yang relevan

untuk mengevaluasi apakah hasil yang diperoleh sesuai dengan yang

diharapkan.

4. Act (Tindakan): Tahap ini adalah langkah untuk melakukan perbaikan

berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan. Jika hasil tidak sesuai

dengan yang diharapkan, dilakukan identifikasi penyebab masalah dan

perbaikan proses agar hasilnya lebih baik.

2.1.2 Teori Juran

Juran lahir di Rumania pada tahun 1900. Setelah lulus dari The

University of Minnesota pada tahun 1924, Juran bergabung dalam departemen

inspeksi di Bell Telephone’s Hawthome Works. Juran sangat berkontribusi

dalam perkembangan revolusi mutu. Pemikirannya mengenai manajemen

mutu banyak dikembangkan sejak dirinya pindah ke Jepang pada tahun 1954.

Juran membantu Jepang dalam merekonstruksi sistem perindustrian di sana

agar mampu bersaing dengan pasar dunia dengan konsep mutu yang

ditetapkannya. Dua konsep utama dari teori Juran adalah Penentuan Mutu dan

Trilogi Juran.

A. Konsep Penentuan Mutu:

Penentuan Mutu adalah konsep yang dikemukakan oleh Juran untuk

menggambarkan proses menetapkan standar kualitas yang diinginkan untuk

produk atau layanan. Konsep ini berfokus pada memahami kebutuhan dan

harapan pelanggan serta mengatur produk atau layanan untuk memenuhi atau

melampaui standar tersebut. Terdapat tiga tahap dalam konsep penentuan

mutu:

4
1) Menetapkan Standar: Identifikasi kebutuhan pelanggan dan tetapkan

standar kualitas yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.

2) Mencapai Standar: Melakukan perencanaan dan pelaksanaan agar produk

atau layanan dapat mencapai standar kualitas yang telah ditetapkan.

3) Memelihara Standar: Mengimplementasikan kontrol dan pemeliharaan

untuk memastikan bahwa standar kualitas dipertahankan secara konsisten.

B. Trilogi Juran:

Trilogi Juran adalah pendekatan yang diusulkan oleh Juran untuk

manajemen mutu yang efektif. Ini terdiri dari tiga komponen utama yang saling

terkait:

1) Perencanaan Kualitas: Tahap perencanaan yang melibatkan identifikasi

kebutuhan pelanggan, penentuan standar kualitas, dan pengembangan

proses yang diperlukan untuk mencapai standar tersebut.

2) Pengendalian Kualitas: Tahap pelaksanaan dimana proses-proses yang

telah direncanakan diawasi dan dikontrol untuk memastikan bahwa

produk atau layanan memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan.

3) Peningkatan Kualitas: Tahap perbaikan berkelanjutan yang bertujuan

untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses serta memperbaiki

kualitas produk atau layanan. Ini melibatkan pengidentifikasian penyebab

masalah, pelaksanaan perbaikan, dan pemeliharaan perubahan yang

sukses.

Trilogi Juran menggambarkan pendekatan yang holistik terhadap manajemen

mutu yang mencakup aspek perencanaan, pengendalian, dan perbaikan. Dengan

menerapkan konsep-konsep ini, organisasi dapat mencapai kualitas yang lebih tinggi,

memenuhi kebutuhan pelanggan, dan mencapai keunggulan kompetitif.

5
2.1.3 Teori Crosby

Philip B. Crosby adalah seorang ahli manajemen kualitas yang dikenal karena

kontribusinya dalam mengembangkan konsep-konsep penting dalam manajemen

mutu. Dua konsep utama dari teori Crosby adalah "Zero Defects" dan filosofi kualitas

menurut Crosby.

A. Konsep "Zero Defects": Konsep "Zero Defects" adalah salah satu prinsip

utama dalam teori Crosby yang menekankan pentingnya mencapai kualitas

yang sempurna dalam semua aspek operasional. Ide dasarnya adalah bahwa

setiap produk atau layanan harus diproduksi atau disediakan dengan kualitas

yang tidak memiliki cacat atau kesalahan. Beberapa poin penting terkait konsep

"Zero Defects" adalah:

1) Menghindari Kesalahan: Setiap orang dalam organisasi bertanggung

jawab untuk mencegah kesalahan dan memastikan bahwa setiap

pekerjaan dilakukan dengan benar dari awal hingga akhir.

2) Pencegahan Daripada Inspeksi: Lebih baik mencegah terjadinya cacat

daripada mendeteksinya melalui inspeksi. Ini berarti fokus pada

perbaikan proses dan sistem untuk mencegah kesalahan sejak awal.

3) Komitmen Terhadap Kualitas: Organisasi harus memiliki komitmen

yang kuat untuk mencapai kualitas yang tinggi dalam semua aspek

operasional, dan semua karyawan harus mendukung tujuan ini.

4) Peningkatan Berkelanjutan: Upaya untuk mencapai "Zero Defects"

harus menjadi upaya yang berkelanjutan, dengan terus-menerus

mengevaluasi dan memperbaiki proses untuk mencapai tingkat kualitas

yang lebih tinggi.

6
B. Filosofi Kualitas Menurut Crosby:

Filosofi kualitas menurut Crosby didasarkan pada keyakinan bahwa kualitas

bukanlah masalah kebetulan, melainkan hasil dari perencanaan, kerja keras, dan

komitmen untuk melakukan yang terbaik. Beberapa aspek penting dari filosofi

kualitas menurut Crosby meliputi:

1) Kualitas adalah Kepatuhan: Crosby mengajarkan bahwa kualitas bukanlah

suatu pilihan, melainkan suatu keharusan. Setiap orang dalam organisasi

harus berkomitmen untuk memenuhi standar kualitas yang ditetapkan.

2) Pencegahan Lebih Baik Daripada Perbaikan: Lebih baik mencegah

kesalahan daripada mencoba memperbaikinya setelah terjadi. Ini berarti

bahwa organisasi harus fokus pada mencegah kesalahan sejak awal,

daripada menghabiskan waktu dan sumber daya untuk memperbaiki

kesalahan setelahnya.

3) Manajemen Tidak Dapat Melepaskan Tanggung Jawab: Manajemen

bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang mendukung

kualitas, memberikan pelatihan yang diperlukan, dan memastikan bahwa

semua orang dalam organisasi memahami pentingnya kualitas.

4) Kualitas adalah Investasi, Bukan Biaya: Crosby berpendapat bahwa

menghasilkan produk atau layanan berkualitas tinggi pada akhirnya akan

menghasilkan manfaat jangka panjang, seperti kepuasan pelanggan yang lebih

besar, reputasi yang lebih baik, dan biaya yang lebih rendah karena

kurangnya cacat.

7
Konsep "Zero Defects" dan filosofi kualitas menurut Crosby memberikan kerangka

kerja yang kuat untuk mencapai kualitas yang tinggi dalam semua aspek operasional

organisasi. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini, organisasi dapat

meningkatkan kinerja mereka dan mencapai keunggulan kompetitif.

2.2 Konsep Penjaminan Mutu


2.2.1 Manajemen Mutu

Manajemen mutu adalah suatu pendekatan strategis dalam mengelola kualitas

produk, layanan, dan proses organisasi secara keseluruhan. Ini melibatkan

pengembangan, implementasi, dan pemeliharaan sistem yang memastikan bahwa

produk atau layanan yang dihasilkan sesuai dengan standar yang ditentukan dan

memenuhi harapan pelanggan. Manajemen mutu berfokus pada upaya berkelanjutan

untuk meningkatkan kualitas, efisiensi, dan kepuasan pelanggan (Goetsch & Davis,

2020).

Selain itu, manajemen mutu juga melibatkan perencanaan, pengukuran,

analisis, dan perbaikan berkelanjutan. Ini melibatkan identifikasi indikator kinerja

mutu yang relevan, pengumpulan data, analisis statistik, dan pengambilan tindakan

untuk meningkatkan kualitas produk atau layanan diidentifikasi, dievaluasi, dan

dikendalikan (Harrington, 2019).Penerapan manajemen mutu yang efektif melibatkan

seluruh organisasi, dari level manajemen hingga karyawan operasional. Keterlibatan

dan komitmen semua pihak dalam organisasi sangat penting untuk mencapai

kesuksesan dalam mengimplementasikan manajemen mutu. Pengenalan tentang

manajemen mutu merupakan langkah awal yang penting untuk memahami pentingnya

konsep ini dalam konteks organisasi. Dengan pemahaman yang baik tentang

manajemen mutu, organisasi dapat melaksanakan dan mengimplementasikan langkah-

langkah yang tepat untuk meningkatkan kualitas produk, layanan, dan proses mereka.

8
Menurut Edward Sallis, mutu dalam percakapan sehari-hari sebagian besar

dipahami sebagai sesuatu yang absolut dan relatif. Dalam definisi yang absolut,

sesuatu yang bermutu merupakan bagian standar yang sangat tinggi yang tidak dapat

diungguli. Sedangkan mutu yang relatif dipandang sebagai suatu yang melekat pada

sebuah produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggannya. Mutu yang absolut dapat

dilihat dari produk-produk yang dibuat dengan sempurna dan dengan biaya yang

mahal serta dapat dinilai dengan kepuasan pemiliknya. Mutu dalam pandangan ini

digunakan untuk menyampaikan keunggulan status dan posisi serta kepemilikan

barang yang memiliki mutu, akan membuat pemiliknya berbeda dengan orang lain

yang tidak mampu memilikinya.

Jika dikaitkan dengan konteks pendidikan, maka konsep mutu sedemikian

adalah elit, karena hanya sedikit institusi yang dapat memberikan pengalaman

pendidikan dengan mutu tinggi kepada peserta didik. Sebagian besar peserta didik

tidak bisa menjangkaunya, dan sebagian besar institusi tidak berangan-angan untuk

memenuhinya. Mutu dapat juga digunakan sebagai konsep yang relatif. Definisi

relatif tersebut, memandang mutu bukan sebagai atribut atau layanan, tetapi sesuatu

yang dianggap berasal dari produk atau layanan tersebut. Mutu dapat dikatakan ada,

apabila sebuah layanan memenuhi spesifikasi yang ada. Mutu merupakan sebuah cara

yang menentukan apakah produk terakhir sesuai dengan stndar atau belum. Produk

atau layanan yang memiliki mutu, dalam konsep relatif ini tidak harus mahal dan

eksklusif, tapi ia harus asli, wajar dan familiar.

9
2.2.2 Pentingnya Manajemen Mutu dalam Organisasi

Manajemen mutu merupakan aspek yang sangat penting dalam keberhasilan

dan kelangsungan hidup sebuah organisasi. Manajemen mutu membantu organisasi

untuk fokus pada kualitas sebagai prioritas utama. Dengan menerapkan sistem dan

praktik yang terstruktur, organisasi dapat memastikan bahwa produk atau layanan

yang dihasilkan sesuai dengan standar yang ditetapkan dan memenuhi harapan

pelanggan (Goetsch & Davis, 2019).

Manajemen mutu juga melibatkan pendekatan berkelanjutan untuk perbaikan

dan inovasi. Organisasi yang mengadopsi manajemen mutu secara efektif tidak hanya

berfokus pada pencapaian satu kali, tetapi juga pada perbaikan berkelanjutan (Utama

& Rostiani, 2021). Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, manajemen mutu

menjadi sebuah keharusan untuk mencapai keunggulan kompetitif, mempertahankan

pelanggan, dan memastikan kelangsungan hidup organisasi dalam jangka panjang

(Pratama & Mukhtar, 2021)..

2.3 Tokoh-tokoh Mutu


Lima penulis penting tentang mutu adalah W. Edwards Deming, Joseph Juran,

Philip B. Crosby, Dr. Kaoru Ishikawa, dan Dr. Armand V. Feigenbaum. Kelimanya

berkonsentrasi pada mutu dalam industry produksi, meskipun demikian ide-ide

mereka juga dapat diterapkan dalam industri jasa. Memang tidak satu pun dari mereka

yang memberikan pertimbangan tentang isu-isu mutu dalam pendidikan. Namun,

kontribusi mereka terhadap gerakan mutu begitu besar dan memang harus diakui

bahwa eksplorasi mutu akan mengalami kesulitan tanpa merujuk pada pemikiran

mereka.

10
Pada saat mendiskusikan ide-ide W. Edwards Deming, Joseph Juran, Philip B.

Crosby, Dr. Kaoru Ishikawa, dan Dr. Armand V. Feigenbaum, perlu disadari bahwa

pendekatan mereka memiliki keterbatasan dan kekurangan, khususnya seperti yang

dikembangkan dalam konteks industri. Walaupun demikian, mereka betul-betul

memberikan pencerahan dan petunjuk yang jelas. Ada banyak hal yang dapat

dipelajari dari mereka dan tentu saja dapat diterapkan dalam pendidikan. Seperti yang

kelak akan kita ketahui, ada banyak hal yang saling melengkapi antara metode, baik

dalam pemikiran maupun dalam kesimpulan umum mereka.

2.3.1 Pemikiran W. Edwards Deming

Deming mengatakan bahwa, mutu atau kualitas merupakan suatu tingkat yang

dapat diprediksi dari keseragaman dan ketergantungan pada biaya yang rendah dan

sesuai dengan pasar. Deming melihat bahwa masalah mutu terletak pada masalah

manajemen. Masalah utama dalam dunia industri adalah kegagalan manajemen senior

dalam menyusun perencanaan ke depan. Biasanya, perencanaan tersebut bukan

merupakan serangkaian langkah untuk menerapkan mutu, tapi lebih merupakan

desakan serius terhadap manajemen tentang apa yang harus dan tidak boleh dilakukan

agar organisasi berhasil dengan baik.

Adapun Siklus Deming (Deming Cycle) yang dikembangkan untuk

menghubungkan antara produksi suatu produk dengan kebutuhan pelanggan, dan

memfokuskan sumber daya semua departemen (riset, desain, produksi, pemasaran)

dalam suatu usaha kerja sama untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Tahap-tahap

dalam siklus ini terdiri dari:

11
1. Mengadakan riset konsumen dan menggunakannya dalam perencanaan produk (Plan).

2. Menghasilkan produk (do)

3. Memeriksa produk apakah telah dihasilkan sesuai dengan rencana (Check).

4. Memasarkan produk tersebut (act).

5. Menganalisis bagaimana produk tersebut diterima di pa-sar dalam hal kualitas, biaya,

dan criteria lainnya (analyze).

Selain itu, Deming menyatakan bahwa implementasi konsep mutu dalam sebuah

organisasi memerlukan perubahan dalam filosofi yang ada di sekitar manajemen. Deming

mengusulkan empat belas butir pemikiran yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan

mutu dan produktivitas suatu organisasi juga dalam bidang pendidikan. Keempat belas

butir pemikiran tersebut adalah:

1. Ciptakan Tujuan yang Mantap Demi Perbaikan Produk dan Jasa

Sekolah memerlukan adanya tujuan akhir yang mampu mengarahkan siswa

menghadapi masa depan secara mantap. Jangan membuat siswa sekedar memiliki

nilai bagus tetapi juga harus mampu membuat siswa memiliki kemauan belajar

seumur hidup.

2. Adopsi Filosofi Baru

Siswa berhak mendapatkan pembelajaran yang berkualitas. Dengan kata lain,

mereka tidak lagi sebagai siswa yang pasif dan rela diperlakukan seburuk apapun

tanpa dapat berkomentar.

3. Hentikan Ketergantungan pada Inspeksi Masal

Dalam bidang pendidikan, evaluasi yang dilakukan jangan hanya pada saat

ulangan umum ataupun ujian akhir, tetapi dilakukan setiap saat selama proses belajar

mengajar berlangsung.

12
4. Akhiri Kebiasaan Melakukan Hubungan Bisnis Hanya Berdasarkan Biaya

Dalam bidang pendidikan pernyataan di atas terutama dikaitkan dengan biaya

pendidikan yang ada hubungannya dengan perbandingan jumlah guru dan murid pada

satu ruangan atau kelas. Kelas besar memang akan membuat sekolah tersebut

melakukan penghematan biaya, tetapi mutu yang dihasilkan tidak terjamin dan bukan

tidak mungkin terjadi peningkatan biaya di bagian lain pada sistem tersebut.

5. Perbaiki Sistem Produksi dan Jasa Secara Konstan dan Terus Menerus

Dalam bidang pendidikan seorang guru harus berpikir secara strategik agar

siswa dapat menjalani proses belajar mengajar secara baik, sehingga memperoleh

nilai yang baik pula. Guru jangan hanya berpikir bagaimana siswa mendapatkan nilai

yang baik.

6. Lembagakan Metode Pelatihan yang Modern di Tempat Kerja

Hal ini perlu dilakukan agar terdapat kesamaan dasar pengetahuan bagi semua

anggota staf dalam suatu lembaga pendidikan. Setelah itu barulah guru dan

administrator mengembangkan keahlian sesuai yang diperlukan bagi peningkatan

profesionalitas.

7. Lembagakan Kepemimpinan

Kepemimpinan (leadership) berbeda dengan pemimpin (leader).

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau

kelompok dengan maksud mencapai suatu tujuan yang dinginkan bersama. Sedangkan

pemimpin adalah seseorang atau sekelompok orang seperti kepala, komandan, ketua

dan sebagainya.

13
Dari beberapa definisi dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan itu adalah

suatu proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam situasi tertentu

untuk mencapai tujuan bersama. Artinya terjadi proses interaksi antara pemimpin,

yang dipimpin, dan situasi.

8. Hilangkan Rasa Takut

Perlu disadari bahwa rasa takut menghambat siswa untuk mampu mengajukan

pertanyaan, melaporkan masalah, atau menyatakan ide padahal itu semua perlu

dilakukan untuk menghasilkan kinerja yang maksimum. Oleh karena itu para pelaku

pendidikan hendaknya jangan menerapkan sistem imbalan dan hukuman kepada siswa

karena akan menghambat berkembangnya motivasi internal dari siswa masing-

masing.

9. Pecahkan Hambatan di antara Area Staf

Hambatan antardepartemen fungsional berakibat menurunkan produktivitas.

Hambatan ini dapat diatasi dengan mengembangkan kerjasama kelompok. Oleh

karena itu para anggota staf harus bekerjasama dan memprioritaskan diri pada

peningkatan kualitas.

10. Hilangkan Slogan, Nasihat, dan Target untuk Tenaga Kerja

Perbaikan secara berkesinambungan sebagai sasaran umum harus

menggantikan simbol-simbol kerja.

11. Hilangkan Kuota Numerik

Kuota cenderung mendorong orang untuk memfokuskan pada jumlah sering

kali dengan mengorbankan mutu. Terlalu banyak menggunakan slogan dan terlalu

berpatokan pada target dapat menimbulkan salah arah untuk pengembangan sistem

yang baik. Tidak jarang patokan terget akan lebih terfokus pada guru dan siswa

daripada sistem secara keseluruhan.


14
12. Hilangkan Hambatan Terhadap Kebanggaan Diri atas Keberhasilan Kerja

Kebanggaan diri atas hasil kerja yang dicapai perlu dimiliki oleh guru dan

siswa.

Adanya kebanggaan dalam diri membuat guru dan siswa bertanggungjawab atas tugas

dan kewajiban yang disandangnya sehingga mereka dapat menjaga mutu.

13. Lembagakan Program Pendidikan dan Pelatihan yang Kokoh

Hal ini berlaku bagi para pelaku pendidikan karena memiliki dampak

langsung terhadap kualitas belajar siswa.

14. Lakukan Tindakan Nyata atau Contoh Nyata

Manajer harus menjadilead manager yangakan berusaha mengkomunikasikan

pandangannya selalu berusaha mengembangkan kerjasama, meluangkan waktu dan

tenaga untuk ontro sehingga dengan adanya contoh nyata, pekerja menyadari cara

untuk melakukan pekerjaan yang berkualitas.

Adapun sebab-sebab kegagalan mutu menurut Deming, yaitu:

 Sebab-sebab umum adalah sebab-sebab yang diakibatkan oleh kegagalan contro.

Masalah contro ini merupakan masalah internal proses institusi. Masalah-masalah

tersebut hanya bisa diatasi jika ontro, proses dan prosedur institusi tersebut dirubah.

 Sebab-sebab khusus yaitu sebab-sebab eksternal.Sering diakibatkan oleh prosedur dan

aturan yang tidak diikuti , ditaati, meskipun kegagalan tersebut mungkin juga

diakibatkan oleh kegagalan komunikasi atau kesalah-pahaman. Kegagalan tersebut

bisa juga disebabkan oleh anggota individu staf yang tidak memiliki skill,

pengetahuan dan sifat yang dibutuhkan untuk menjadi seorang guru atau manajer

pendidikan. Sebab- sebab khusus masalah mutu bisa mencakup kurangnya

pengetahuan dan keterampilan anggota, kurangnya motivasi, kegagalan komunikasi,

atau masalah yang berkaitan dengan perlengkapan-perlengkapan.


15
2.3.2 Pemikiran Joseph Juran

Menurut Juran, mutu atau kualitas adalah kesesuaian untuk penggunaan

(fitness for use), ini berarti bahwa suatu produk atau jasa hendaklah sesuai dengan apa

yang diperlukan atau diharapkan oleh pengguna. Adapun lima dimensi kualitas

menurut Juran, yaitu :

A. Rancangan (design), sebagai spesifikasi produk.

B. Kesesuaian (conformance), yakni kesesuaian antara maksud desain dengan

penyampaian produk actual.

C. Ketersediaan (availability), mencakup aspek kedapatdipercayaan, serta

ketahanan, dan produk itu tersedia bagi konsumen untuk digunakan

D. Keamanan (safety), aman dan tidak membahayakan konsumen

E. Guna praktis (field use), kegunaan praktis yang dapat dimanfaatkan pada

penggunaannya oleh konsumen.

Dengan keberhasilannya menciptakan kesesuaian dengan tujuan dan manfaat.

Ide ini menunjukkan bahwa produk atau jasa yang sudah dihasilkan mungkin sudah

memenuhi spesifikasinya, namun belum tentu sesuai dengan tujuannya. Spesifikasi

mungkin salah atau tidak sesuai dengan apa yang diinginkan pelanggan. Juran

menyatakan bahwa 85% masalah-masalah mutu dalam sebuah organisasi adalah hasil

dari desain proses yang kurang baik. Sehingga, penerapan ontro yang benar akan

menghasilkan mutu yang benar. Dengan demikian, menurut Juran, 85% masalah

merupakan tanggungjawab manajemen, karena mereka memiliki 85% control

terhadap siste organisasi.

16
Untuk membantu manajer dalam merencanakan mutu, Juran telah

mengembangkan sebuah pendekatan disebut Manajemen Mutu Strategis (Strategic

Quality Management). SQM adalah sebuah proses tiga bagian yang didasarkan pada

staf pada tingkat berbeda yang memberi kontribusi unik terhadap peningkatan mutu.

Pertama, manajemen senior memiliki pandangan strategis tentang organisasi. Kedua,

manajer menengah memiliki pandangan operasional tentang mutu, dan ketiga, para

karyawan meiliki tanggungjawab terhadap control mutu. Adapun 10 langkah

perbaikan kualitas menurut Joseph Juran, diantaranya:

1. Membentuk kesadaran terhadap kebutuhan akan perbaikan dan peluang untuk

melakukan perbaikan.

2. Menetapkan tujuan perbaikan.

3. Mengorganisasikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

4. Menyediakan pelatihan.

5. Melaksanakan proyek-proyek yang ditujukan untuk pemecahan masalah.

6. Melaporkan perkembangan.

7. Memberikan penghargaan.

8. Mengkomunikasi hasil-hasil.

9. Menyimpan dan mempertahankan hasil yang dicapai.

10. Memelihara momentum dengan melakukan perbaikan dalam system regular

perusahaan.

17
2.3.3 Philip B. Crosby

Menurut Philip B. Crosby sesuatu dikatakan bermutu atau berkualitas apabila

sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Ada dua ide yang sangat menarik dan kuat

dalam mutu, yaiu: pertama, adalah ide bahwa mutu ituCuma-Cuma atau gratis

(Quality is Free), dankedua, adalah ide bahwa kesalahan, kegagalan, pemborosan dan

penundaan waktu serta semua hal yang tidak berumutu lainnya bisa dihilangkan jika

institusi memiliki kemauan untuk itu.

Tanpa cacat adalah kontribusi pemikiran Crosby yang utama dan kontroversial

tentang mutu. Ide ini adalah komitmen untuk selalu sukses dan menghilangkan

kegagalan yang melibatkan penempatan contro pada sebuah wilayah yang

memastikan bahwa segala sesuatunya selalu dikerjakan dengan metode yang tepat

sejak pertama kali dengan selamanya.

Dalam dunia pendidikan, metode tanpa cacat menginginkan agar seluruh

pelajar dan murid dapat memperoleh kesuksesan dan mengembangkan potensi

mereka. Tugas peningkatan mutu dalam pendidikan adalah membangun contro dan

struktur yang menjamin terwujudnya metode tersebut. Memang ada banyak pihak

yang menentang metode tanpa cacat, terutama sekali ujian control yang

memustahilkan tujuan metode tersebut, dan disamping itu, muncul pandangan bahwa

standar-standar metode tanpa cacat hanya bisa diperoleh setelah melalui tingkat

kegagalan yang tinggi. Adapun langkah-langkah program yang dilakukan oleh

Crosby, yaitu:

18
A. Komitmen Manajemen (Management Commitmen)

Hal ini adalah hal yang krusial menuju sukses dan merupakan poin

yang disepakati oleh semua para ahli mutu. Inisiatif mutu harus diarahkan dan

dipimpin oleh manajemen senior. Crosby menandaskan bahwa komitmen ini

harus dikomunikasikan dalam sebuah statemen kebijakan mutu yang harus

singkat, jelas dan dapat dicapai.

B. Tim Peningkatan Mutu (Quality Improvement Team)

Membangun tim peningkatan mutu (Quality Improvement Team) di

atas dasar komiten sangat dibutuhkan, karena setiap fungsi dalam organisasi

menjadi ontrolcr potensial bagi kerusakan dan kegagalan mutu, maka setiap

bagian organisasi harus berpartisipasi dalam upaya peningkatan mutu. Tim

peningkatan mutu memiliki tugas mengatur dan mengarahkan program yang

akan diimplementasikan melalui organisasi dengan tanggungjawab tim dalam

setiap departemen yang harus diterima dan didukung oleh manajemen senior.

Tugas penting dari tim peningkatan mutu adalah untuk menentukan bagaimana

menspesifikasikan kegagalan dan peningkatan mutu.

C. Pengukuran Mutu (Quality Measurement)

Hal ini dibutuhkan untuk mengukur ketidak-sesuaian yang saat ini

atau yang akan muncul, dengan cara evaluasi dan perbaikan. Bentuk-bentuk

pengukuran ini berbeda antara organisasi produksi dan organisasi layanan, dan

bentuk-bentuk tersebut bergantung pada data inspeksi, laporan pemeriksaan,

data ontrolc dan data umpan-balik dari pelanggan.

19
D. Mengukur Biaya Mutu (The Cost of Quality)

Biaya mutu terdiri dari biaya kesalahan, biaya kerja ulang, biaya

pembongkaran, biaya inspeksi, dan biaya pemeriksaan. Mengidentifikasi biaya

mutu dan memberikan perhatian yang lebih terhadapnya adalah hal yang

penting untuk dilakukan.

E. Membangun Kesadaran Mutu (Quality Awareness)

Yaitu langkah untuk menumbuhkan kesadaran setiap orang dalam

organisasi tentang biaya mutu dan keharusan untuk mengiplementasikan

program yang dicanangkan tim peningkatan mutu. Hal ini memerlukan

pertemuan atau rapat yang teratur antara pihak manajemen dan karyawan

untuk mendiskusikan masalah-masalah spesifik dan bertujuan mengatasinya.

Kesadaran mutu harus menjadi kunci dasar dan dihubungkan dengan urutan

peristiwa yang konstan.

F. Kegiatan Perbaikan (Corrective Actions)

Para pengawas harus bekerjasama dengan para staf untuk memperbaiki

mutu yang rendah. Metodologi yang sistematis diperlukan untuk mengatasi

masalah. Crosby menganjurkan pembentukan tim tugas dengan agenda

kegiatan yang disusun dengan hati-hati yang didiskusikan secara serius dalam

serangkaian pertemuan teratur.

G. Perencanaan Tanpa Cacat (Zero Defects Planning)

Crosby berpendapat bahwa program tanpa cacat harus diperkenalkan

dan dipimpin oleh tim peningkatan mutu yang juga bertanggungjawab

terhadap implementasinya. Seluruh staf harus menandatangani kontrak formal

untuk mewujudkan tanpa cacat dalam tugas dan kerja mereka.

20
H. Pelatihan Pengawas (Supervisor Training)

Pelatihan ini adalah penting bagi para manajer agar mereka

memahami peranan mereka dalam proses peningkatan mutu dan pelatihan ini

bisa dilakukan melalui program pelatihan formal. Pelatihan ini juga penting

bagi para staf yang melaksanakan peranan manajemen menengah.

I. Menyelenggarakan Hari Tanpa Cacat (Zero Defects day)

Ini adalah kegiatan sehari penuh yang memperkenalkan ide tanpa

cacat. Pada dasrnya, ini adalah sebuah pesta untuk meyoroti dan merayakan

penerapan metode tanpa cacat dan untuk menekankan komitmen manajemen

terhadap metode tersebut.

J. Penyusunan Tujuan (Goal Setting)

Begitu kontrak kerja untuk melaksanakan tanpa cacat telah dibuat dan

ide-ide tersebut telah diluncurkan dalam hari tanpa cacat, maka adalah sangat

penting untuk merencanakan aksi yang lengkap. Tujuan yang hendak dituju

oleh tim harus spesifik dan terukur.

K. Penghapusan Sebab Kesalahan (Error-Cause Removal)

Langkah ini harus dimaksudkan agar para staf dapat

mengkounikasikan kepada manajemen tentang situasi-situasi tertentu yang

mempersulit implementasi metode tanpa cacat. Hal ini dapat diraih dengan

mendesain sebuah bentuk standar yang sesuai dengan garis manajemen.

Semua bentuk tersebut harus menerima jawaban dalam periode waktu

tertentu. Penting untuk memberikan apresiasi kepada mereka yang

berpartisipasi dalam latihan-latihan peningkatan mutu.

21
L. Pengakuan (Recognition)

Menurutnya, orang-orang tidak bekerja untuk uang, akrena pada saat

gaji mereka sudah stabil, ada sebuah hal yang lebih penting bagi mereka. Hal

tersebut adalah penghargaan terhadap prestasi dan kontribusi mereka yang

berupa hadiah atau sertifikat. Crosby berpendapat bahwa penghargaan tersebut

harus dihubungkan dengan rancangan tujuan.

M. Mendirikan Dewan-Dewan Mutu (Quality Councils)

Langkah ini adalah sebuah struktur institusional yang juga dianjurkan

oleh Juran. Mengikut sertakan para tenaga professional mutu untuk

menentukan bagaimana masalah dapat ditangani dengan tepat dan baik adalah

salah satu langkah penting. Petugas inspeksi dan control mutu memerlukan

pendekatan yang konsisten dan professional terhadap pekerjaan mereka.

Bagian dari peran dewan mutu adalah mengawasi efektivitas program dan

menjamin bahwa proses peningkatan tersebut terus berlanjut.

N. Lakukan Lagi (Do It Over Again)

Program mutu adalah proses yang tidak pernah berakhir. Ketika

tujuan program telah tercapai, maka program tersebut harus dimulai lagi.

22
2.3.4 Dr. Kaoru Ishikawa

Menurut Ishikawa mutu adalah dua tingkatan definisi, yaitu terlibat dalam

kontrol kualitas untuk memproduksi produk-produk dengan kualitas yang dapat

memenuhi persyaratan konsumen. Poin penting definisi mutu menurut Ishikawa

adalah bahwa :

A. Kualitas setara dengan kepuasan konsumen,

B. Kualitas harus didefinisikan secara komprehensif,

C. Kebutuhan konsumen dan persyaratan berubah terus menerus, oleh karena itu

definisi mutu juga selalu berubah, dan

D. Harga suatu produk atau jasa merupakan bagian penting dari kualitas.

TQM merupakan singkatan dari Total Quality Management yang

merupakan kepuasan pengguna dan perbaikan layanan yang berkesinambungan.

Dalam bahasa Indonesia, TQM dapat juga disebut sebagai Pengelolaan Mutu Total

atau PMT. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, fokus dari PMT adalah

klien, konsumen, pembeli.Beberapa komponen utama yang menyusun PMT,

seperti yang dipaparkan oleh Wallach 2011 adalah:

1. Variabel kualitas yang lebih baik;

2. Memberikan tanggapan yang cepat;

3. Fleksibilitas dalam menghadapi pengguna;

4. Biaya yang minim untuk peningkatan kualitas dan kerja lainnya.

23
Dr. Kauro Ishikawa merupakan pencetus dari teori Lingkaran Kualitas

(Quality Circle) dan Diagram Sebab-Akibat atau juga dikenal dengan Diagram Tulang

Ikan (Fishbone Diagram) atau Diagram Ishikawa yang bertujuan untuk memberikan

solusi dari suatu permasalahan.

Menggunakan diagram ini, letakkan permasalahan pada bagian tulang utama

yang mengarah ke kepala ikan. Lalu letakkan masalah-masalah potensial pada tulang-

tulang kecil yang menjadi bagian dari tulang utama. Kategori umum untuk masalah

potensial tersebut adalah material, mesin, pengukuran, orang, metoda. Adapun

langkah dalam pencapaian mutu menurut Ishikawa, diantaranya:

1. Tentukan target dan tujuan;

2. Tentukan metoda pencapaian;

3. Lakukan sosialisasi melalui pelatihan;

4. Terapkan pekerjaan;

5. Lakukan pemeriksaan dari implementasi yang berjalan;

6. Lakukan hal-hal yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

24
2.3.5 Dr. Armand V. Feigenbaum

Menurut Feigenbaum mutu adalah produk komposit total dan layanan

karakteristik pemasaran, teknik manufaktur, dan pemeliharaan di mana produk dan

jasa yang digunakan akan memenuhi harapan pelanggan. Pelanggan adalah bagian

utama dalam pengembangan produk, sebuah produk akan memiliki tingkat mutu

kualitas yang baik apabila pelanggan memiliki kepuasan dari produk yang mereka

gunakan. Poin penting Feigenbaum ini adalah bahwa :

A. kualitas harus didefinisikan dalam hal kepuasan pelanggan,

B. kualitas adalah multidimensi dan harus didefinisikan secara komprehensif, dan

C. karena terjadi perubahan kebutuhan dan harapan pelanggan, maka mutu adalah

dinamis.

Dalam pengawalan kualiti, terdapat empat langkah utama yang perlu ditempuh,

diantaranya:

1. Menetapkan piawaian kualiti,

2. Menilai perlaksanaan dan prestasi berdasarkan piawaian tersebut,

3. Bertindak apabila prestasi lebih baik daripada piawaian,

4. Membuat perancangan untuk membaiki piawaian

25
BAB III

PENUTUP
C.1Kesimpulan
Manajemen mutu adalah suatu pendekatan strategis dalam mengelola kualitas

produk, layanan, dan proses organisasi secara keseluruhan. Penerapan manajemen mutu

yang efektif melibatkan seluruh organisasi, dari level manajemen hingga karyawan

operasional. Manajemen mutu membantu organisasi untuk fokus pada kualitas

sebagai prioritas utama. Dengan menerapkan sistem dan praktik yang terstruktur,

organisasi dapat memastikan bahwa produk atau layanan yang dihasilkan sesuai

dengan standar yang ditetapkan. Berikut adalah beberapa pendeskripsian teori mutu

yaitu:

1. Salah satu konsep kunci yang dikemukan oleh Edward Deming adalah PDCA

(Plan-Do-Check-Act), yang juga dikenal sebagai siklus Deming atau siklus

PDSA (Plan-Do-Study-Act).

2. Dua konsep utama dari teori Juran adalah Penentuan Mutu dan Trilogi Juran.

3. Dua konsep utama dari teori Crosby adalah "Zero Defects" dan filosofi kualitas

menurut Crosby.

4. Lima penulis/tokoh penting tentang mutu adalah W. Edwards Deming, Joseph

Juran, Philip B. Crosby, Dr. Kaoru Ishikawa, dan Dr. Armand V. Feigenbaum.

Kelimanya berkonsentrasi pada mutu dalam industry produksi, meskipun

demikian ide-ide mereka juga dapat diterapkan dalam industri jasa.

26
DAFTAR PUSTAKA

Aghivirwiati, G. A., SH, M., Poniah Juliawati, A., Thorman Lumbanraja, S. E., PS, C.,

Nanang Qosim, S. E., ... & Liow, F. E. R. (2022). Manajemen Kualitas.

Cendikia Mulia Mandiri.

Alimin. (2021). Manajemen Mutu Pendidikan. Jurnal Ilmu Pendidikan.

Edward Sallis. (2011). Total Quality Education (TQE). Manajemen Mutu Terpadu

Pendidikan, Peranan Strategis Pendidikan di Era Globalisasi Modern.

Yogyakarta. IRCiSoD.

Goetsch & Davis. (2020). Manajemen Mutu. Sumatera Barat: Media Literasi Indonesia.

Harrington. (2019). Manajemen Mutu. Sumatera Barat: Media Literasi Indonesia.

Harsoyo, R. (2021). Model Pengembangan Mutu Pendidikan (Tinjauan Konsep Mutu Kaoru

Ishikawa). Southeast Asian Journal of Islamic Education Management, 2(1),

95-112.

Iflaha, N. (2023). KONSEP MUTU MENURUT EDWARD DEMING, JOSEPH JURAN

DAN PHILIPH B. CROSBY DALAM PERSPEKTIF

PENDIDIKAN. SIRAJUDDIN: Jurnal Penelitian dan Kajian Pendidikan

Islam, 3(1), 1-16.

Pratama & Mukhtar. (2021). Manajemen Mutu. Sumatera Barat: Media Literasi Indonesia.

Widiansyah, A., Sitasi, C., & Widiansyah, A. (2019). Penjaminan mutu: penerapan,

pemenuhan, dan pengendalian standar mutu serta implementasinya dalam

dunia pendidikan. Cakrawala-Jurnal Humaniora, 19(2), 189-194.

27

Anda mungkin juga menyukai