tentang Pengangkatan Pejabat RSIJCP Periode 1 Mei 2014 s.d. 30 April 2016.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT ...... TENTANG PANDUAN RCA
DAN FMEA RUMAH SAKIT .......
Pertama : Memberlakukan Panduan RCA dan FMEA Rumah Sakit ...... dipergunakan untuk
mendukung kegiatan di rumah sakit sebagaimana terlampir.
Kedua : Setiap Unit Kerja terkait agar menjadikan Panduan RCA dan FMEA ini sebagai
acuan dalam melakukan tugasnya.
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam pembuatan keputusan ini,
akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : ..............1436 H.
.............2015 M.
Direktur Utama
Tembusan :
1. Anggota direksi
2. Manajer / ka unit terkait
BAB I
DEFINISI
1. Root Cause Analysis (RCA)/Analisis Akar Masalah adalah merupakan pendekatan analisis
system yang reaktif, titik awal dimana bila pada titik tersebut diambil suatu tindakan
(pencegahan) maka peluang terjadinya insiden akan berkurang.
2. Failure Mode Effect Analysis (FMEA) adalah pendekatan analysis sistem secara proaktif
untuk mencegah kegagalan sistem. Pendekatan FMEA dapat melihat titik-titik potensi
kegagalan berbagai proses dan kemudiaan mengidentifikasi kegagalan-kegagalan baru
yang ditimbulkan dari penerapan proses baru.
BAB II
RUANG LINGKUP
Panduan ini meliputi pengertian RCA dan FMEA, Kapan dilakukan, Langkah-langkah
pelaksanaan, Faktor-faktor yang berkontribusi, monitoring dan evaluasi serta pelaporan.
BAB III
TATA LAKSANA
Ketua:
Anggota:
1 2
3 4
5 6
WAKTU/KEJADIAN
KEJADIAN
INFORMASI
TAMBAHAN
GOOD PRACTICE
MASALAH
PELAYANAN
Masalah
Mengapa
Mengapa
Mengapa
Mengapa
Mengapa
FORM ANALISIS PERUBAHAN
4. Faktor Kontributor-Staff
Komponen Subkompone
ketersediaan SPO a. Prosedur peninjauan dan
revisi SPO
b. Ketersediaan SPO
c. Kualitas informasi
d. Prosedur investigasi
Ketersediaan dan akurasi hasil tes a. Test tiadk dilakukan
b. Ketidak sesuaian antara
interpretasi hasil test
vactor penunjang dalam falidasi alat a. ketersediaan, penggunaan,
media reliabilitas
b. kalibrasi
Ncang tugas Penyelesaian tugas tepat waktu dan
sesuai SPO
Tahapan FMEA:
1. LANGKAH 1:
Pilih proses yang berisiko tinggi dan bentuk TIM.
Pilih proses yang akan dianalisis. Proses yang dipilih dapat berupa proses klinis dan
berhubungan langsung dengan perawatan kepada pasien atau yang tidak
berorientasi klinis dan tidak berhubungan langsung dengan perawatan pasien.
Pemilihan tim merupakan salah satu proses penting. Anggota tim idealnya sekitar 4-
8 orang agar dapat bekerja secara efisien.
Komposisi anggota tim yang baik:
1. Individu yang mengenali atau menjalankan proses yang akan dinilai
2. Individu yang berperan dalam menerapkan perubahan yang akan terjadi
3. Pemimpin yang mempunyai pengetahuan luas, dihormati dan kredibel.
4. Individu yang mempunyai otoritas untuk membuat keputusan.
5. Beberapa individu/ahli dengan bidang ilmu yang berbeda-beda.
Pilih Proses yang akan dianalisa. Tentukan salah satu proses / sub proses bila
prosesnya kompleks
Judul Proses :
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
Bentuk TIM
Ketua : ------------------------------------------------------------
Anggota:
1 2
3 4
5 6
□ YA □ TIDAK
Apakah maca-macam dan tingkat pengetahuan yang berbeda, sudah diwakili didalam tim
tersebut?
□ YA □ TIDAK
Siapa yang menjadi notulen?
Sub Proses Sub Proses Sub Proses Sub Proses Sub Proses Sub Proses
A. _____ A. _____ A. _____ A. _____ A. _____ A. _____
B. _____ B. _____ B. _____ B. _____ B. _____ B. _____
C. _____ C. _____ C. _____ C. _____ C. _____ C. _____
D. _____ D. _____ D. _____ D. _____ D. _____ D. _____
E. _____ E. _____ E. _____ E. _____ E. _____ E. _____
Jelaskan Sub proses kegiatan yang dipilih dan kemungkian kegagalan pada setiap sub
proses
Identifikasi failure modes mengharuskan semua anggota tim untuk berpikir jauh
kedepan atau “outside the box”, harus dipikirkan proses keseluruhan system dan
hubungan subproses yang satu dengan yang lainnya.
Tujuan menyusun prioritas adalah untuk mengidentifikasi failure modes yang paling
membutuhkan analisis lanjutan agar dapat dilakukan perbaikan proses untuk
mengurangi risiko cedera. Dengan kata lain, memprioritaskan membantu
mengidentifikasi risiko yang melebihi batas yang dapat diterima
Keparahan berkaitan dengan keseriusan dampak cidera jika suatu failure modes
terjadi. Untuk meningkatkan tingkat keparahan yang harus diperhatikan
bukanlah failure modenya melainkan dampak apabila failure mode terjadi.
g. Menentukan Probabilitas
Contoh failure mode yang jarang terjaadi misalnya pemberian obat dari
produsen obat yang isinya berbeda dengan apa yang tertulis pada labelnya.
Sementara failure mode.
yang sering terjadi misalnya adalah tulisan yang tidak terbaca pada resep.
Dibawah ini adalah tabel skala probabilitas kejadian yang digunakan di RSIJCP
Level Deskripsi
5 Tidak mungkin terdeteksi
4 Kemungkinan kecil terdeteksi
3 Mungkin terdeteksi
2 Sangat mungkin terdeteksi
1 Selalu terdeteksi
RPN (Risk Priority Number) merupakan cara untuk menghitung critically atau tingkat
bahaya dan disebut juga sebagi critically index, yang berdasarkan tingkat keparahan, tingkat
kejadian dan nilai kemudahan dideteksi.
Strategi mengurangi risiko harus menekankan pada perbaikan system dari pada
perbaikan individu. Terdapat 3 tingkat merancang dan merancang ulang
keselamatan (focus pada tiap elemen yang mempengaruhi critically index) yaitu:
Tingkat pertama: merancang atau merancang ulang untuk mengurangi tingkat
probalitas kejadian( mencegah kegagalan untuk terjadi).
Tingkat kedua: merancang atau merancang ulang untuk mencegah kegagalan
sampai pada pasien (meninkatkan tingkat kemudahan deteksi).
Tingkat ketiga: melindungi pasien apabila kegagalan terjadi (mengurangi tingkat
keparahan dari dampak kegagalan).
Agar proses rancang ulang efektif untuk mengurangi risiko/bahaya, maka cara untuk
melakukan rancang ulang adalah dengan:
Mengurangi keragaman/variasi
Meskipun RS tidak dapat mengurangi variasi pada penerima pelayanan (pasien),
namun ada beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu dengan menetapkan
kriteria calon pasien untuk prosedur pilihan. Dan dengan mengembangkan
persiapan sebelum perawatan untuk pasien dengan perawatan risiko tinggi,
mengelola komorbiditas dan mencocokan tingkat perawatan dengan status risiko
pasien (ICU vs perawatan biasa).
Standarisasi proses
Misalnya dengan penerapan PPK Clinical pathway, standarisasi proses
komunikasi antar tenaga kesehatan, dll.
Menyederhanakan proses
Misalnya dengan mengurangi langkah-langkah atau peralatan yang ada.
Mengoptimalkan cadangan/back up
Mengembangkan system back up akan mengurangi probabilitas kejadian. Contoh
back up misalnya, pengecekan ganda dalam pemberian obat, ferifikasi nama
pasien dalam kantung darah sebelum transfuse yang dilakukan oleh dua orang
perawat, dll.
Menggunakan teknologi
Misalnya presepan elektronik untuk mengurangi tulisan tidak terbaca, dll.
Membangun mekanisme pelindungan kegagalan proses terus menerus yang
untuk mendeteksi kegagalan.
Dokumentasi/ pencatatan
Pendidikan yang komprehensif