NO. DOKUMEN
TANGGAL TERBIT
NO. REVISI
HALAMAN
Ditetapkan,
Kepala UPT Puskesmas Perawatan Ngletih
Dr. Endy
NIP
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perbedaan antara RCA dengan FMEA, yaitu RCA merupakan pendekatan analisis
sistem yang reaktif sementara FMEA merupakan pendekatan proaktif unutk mencegah
kegagalan sisitem.
Persamaan RCA dengan FMEA, Yaitu:
Harus ada komitmen pimpinan.
Bertujuan mengurangi kemungkinan cidera yang akan terjadi
Mencakup identifikasi kondisi – kondisi yang menimbulkan cidera.
Merupakan aktifitas sebuah tim yang memerlukan dukungan SDM, Waktu,
Material dna penunjang lainnya.
RCA dan FMEA saling berhubungan, bagian pendekatan yang satu dapat
digunakan pada bagian pendekatan yang lainnya. FMEA dapat digunakan untuk
membantu mengevaluasi perubahan strategi hasil analisa dan RCA. Pendekatan
FMEA dapat melihat titik – titik potensial kegagalan berbagai proses dan kemudian
mengidentifikasi kegagalan – kegagalan baru yang ditimbulkan dari penerapan proses
baru . RCA dapat digunakan untuk mengidentifikasi proses – proses mana saja yang
membutuhkan FMEA dan kemudian menentukan akar permasalahan secara spesifik.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka Tim PMKP UPT Puskesmas
Perawatan Ngletihmenyusun panduan RCA (Root Cause Analysis) dan FMEA (Failure
Mode Effect and analysis).
B. TUJUAN
I. Tujuan Umum
Buku panduan ini sebagai dasar bagi tim PMKP untuk meningkatkan mutu
layanan Puskesmas melalui kegiatan redesain proses pelayanan untuk
menganalisis modus kegagalan dan dampaknya
II. Tujuan Khusus
a. Pedoman dalam melaksanakan langkah – langkah melakukan RCA dan
FMEA
b. Panduan dalam menentukan proses – proses pelayanan yang
mempunyai risiko tinggi terjadi error.
c. Panduan dalam perbaikan sistem (re-desain proses) terhadap proses –
proses pelayanan yang mempunyai risiko tinggi terjadi error
BAB II
ROOT CAUSE ANALYSIS (RCA)
A. PENGERTIAN
Root cause (akar masalah), akar atau isu Fundamental adalah titik awal
dimana bila pada titik tersebut diambil suatu tindakan (pencegahan) maka peluang
terjadinya insiden akan berkurang. RCA ditetapkan pada kejadian resiko tinggi,
berdampak luas yaitu semua KTD dan Sentinel. Apabial terjadi insiden lain Seperti
KTC, KNC dan KPC cukup dilakukan investigasi sederhana. Setiap proses
pegelolaan insiden harus dapat menetapkan tingkatan investigasi dan tindakan
diperlukan.
UPT Puskesmas Perawatan Ngletihmemastikan bahwa seluruh staf yang
terkait mampu melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan
mengapa masalah terjadi untuk kemudian menyusun rencana tindak lanjutnya.
RCA dilakukan oleh tim RCA, sementara Komite Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien bertnggung jawab untuk:
Mengingatkan untuk dilaksanakannya RCA
Mengatur penyelenggaraan suatu investigasi.
Mengelola tim RCA
Pelaporan secara organisatoris dan memonitor tindak lanjut upaya
pengurangan resiko
Koordinasi program RCA
Evaluasi program RCA
Ketua:
Anggota : 1. 4.
2. 5.
3. 6.
Apakah semua area yang terkait sudah terwakil? YA TIDAK
Apakah macam – macam dan tingkat pengetahuan yang berbeda, sesudah
diwakili dalam tim tersebut? YA TIDAK
Siapa yang menjadi notulen?
Tanggal dimulai Tanggal dilengkapi
A. PENGERTIAN
Definisi dari FMEA (Failue Mode and Effect Analysis) adalah :
1) Metode perbaikan kinerja dengan mengidentifikasi dan mencegah potensi
kegagalan sebelum terjadi.
2) Proses proaktif dimana kesalahan dapat dicegah dan diprediksi.
3) Mengantisipasi kesalahan dan meminimalkan dampak buruk.
Suatu alat mutu untuk mengkaji suatu prosedur secara rinci, dan mengenali
model-model adanya kegagalan/kesalahan pada suatu prosedur, melakukan
penilaian terhadap tiap model kesalahan/kegagalan, dengan mencari penyebab
terjadinya, mengenali akibat dari kegagalan/kesalahan, dan mencari solusi dengan
melakukan perubahan disain/prosedur.
Langkah 2
o Membuat flow chart (diagram alur) yang rinci yaitu menentukan titik awal dan
akhir dari proses,dan menganalisa flow chart .
o Langkah ini dapat dilakukan melalui workshop dengan tim FMEA atau melihat
dokumentasi flow chart bila sudah ada.
o Jelaskan proses setiap kegiatan sesuai kebijakan dan prosedur yang berlaku
o Jelaskan subproses kegiatan yang dipilih dan kemungkinan kegagalan pada
setiap subproses
Langkah 3
o Mengidentifikasi kemungkinan kegagalan proses dan efek yang ditimbulkan ke
pasien.
o Contoh Kegagalan dan Efeknya
Proses Failure mode Cause failure Effect failure S O D
(langkah)
Menerima apoteker gagal Tidak dilakukan Pasien
resep mendeteksi skrining mendapatkan
kesalahan identitas obat yang, waktu
identitas pasien pasien, tunggu
(salah nama pasien lama
pasien, tertukar Resep langsung
resep di letakkan Proses lain tidak
pasien) dikotak,tidak berjalan
ada tatap
muka,tidak
ada komunikasi
Tidak ada
petugas
jaga yang di
loket
penerimaan.
Langkah 4
o Menetapkan kemungkinan tingkat keparahan dari efek tersebut ke pasien
dengan metode workshop.
o Penetapan ini berdasarkan hasil dari kesepakatan tim FMEA pada workshop
tingkat keparahan.
o Untuk setiap efek tim harus memperkirakan:
Besarnya kemungkinan terjadinya kegagalan
Tingkat keparahan
Kesulitan mendeteksi adanya kegagalan
o Selanjutnya menghitung Risk Priority Number (RPN) dengan tujuan untuk
menentukan prioritas tindakan.
RPN = severity x occurance X detectability
SEVERITY RATING SCALE
Langkah 5
o Membuat RCA (Root Cause Analysis) dengan Fish bone (Lihat Bab II)
Langkah 6
o Rancang Ulang Proses
o Dilakukan dengan cara:
Mengurangi keragaman
Standarisasi proses
Menyederhakan proses
Mengoptimalkan back up untuk mengurangi kemungkinan kegagalan
Menggunakan teknologi otomatis
Membangun mekanisme perlindungan kegagalan
Melakukan dokumentasi / pencatatan
Langkah 7
o Melakukan uji coba desain baru sebelum menerapkan sepenuhnya
o Mengevaluasi efek dari sub proses yang baru dalam proses yang lebih besar
o Uji coba dengan PDCA
Langkah 8
o Mengimplementasi proses baru dan memberikan pelatihan ulang, memastikan
seluruh staf mendapat pelatihan yang dibutuhkan terkait proses baru.
o Memonitoring dengan cara melakukan penghitungan RPN untuk mengetahui
ada penurun tingkat keparahan, keseringan muncul dan deteksi.