DI KAMAR OPERASI
I. DEFINISI PERIOPERATIF
Adalah istlah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang
berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Kata “perioperatif” adalah suatu istilah
yang mencangkup tiga fase pembedahan yaitu preoperatif, intraoperatif dan postoperatif.
II. PREOPERATIF
Fase preoperatif dimulai sejak pasien diserahterimakan di kamar terima pasien dan
berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan.
Pada fase ini hal-hal yang perlu dilakukan meliputi:
1) Identifikasi pasien sesuai dengan gelang pasien
2) Serah terima pasien dan lembar transfer pasien dari ruangan ke kamar operasi
3) Handover pasien : Identitas pasien, jenis dan rencana tindakan serta perhatian khusus
4) Memeriksa kelengkapan rekam medis dan status, meliputi:
● Informed concent bedah dan anestesi
● Site mark pasien
● Catatan perkembangan pasien terintegrasi
● Assesmen pra bedah
● Pemeriksaan laboratorium, rontgen, EKG, USG, CT-Scan, dll
5) Memeriksa kembali persiapan pasien, meliputi:
● Puasa (minimal 7-8 jam) bertujuan untuk menghindari aspirasi dan kontaminasi feses
saat pembedahan
● Pencukuran area operasi: dilakukan jika diperlukan saja dan dilakukan sedekat
mungkin dengan waktu operasi (di dalam kamar operasi)
● Pengosongan kandung kencing
● Memeriksa gigi palsu, kontak lensa, perhiasan, cat kuku, peniti, penjepit rambut, lipstik
dll
● Persediaan darah dan sampel
6) Menilai keadaan umum dan TTV (Tekanan darah, nadi, Suhu, Pernapasan, skala nyeri,
Tinggi badan, Berat badan)
7) Riwayat: Alergi obat, operasi sebelumnya
8) Pendidikan kesehatan yang telah diberikan
9) Mendorong pasien kekamar tindakan sesuai jenis pembedahan
10) Memindahkan pasien ke meja operasi
2. Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas Berhubungan dengan:
● Ancaman terhadap kematian
● Kekhawatiran mengalami kegagalan
● Kurang terpapar informasi
Subyektif obyektif
Gejala Mayor:
● Merasa bingung ● Tampak gelisah
● Merasa khawatir dengan akibat ● Tampak tegang
dari tindakan operasi ● Sulit tidur/istirahat
● Sulit berkonsentrasi
1) verbalisasi kebingunan 1 2 3 4 5
2) kawatir akibat kondisi
yang dihadapi 1 2 3 4 5
3) perilaku gelisah 1 2 3 4 5
4) perilaku tegang 1 2 3 4 5
5) palpitasi 1 2 3 4 5
6) diaforesis 1 2 3 4 5
7) Respirasi 1 2 3 4 5
8) Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
9) Tekanan darah 1 2 3 4 5
10) Kontak mata 1 2 3 4 5
2) Risiko cedera
Faktor risiko: ketidakamanan transportasi
Luaran utama: Tingkat cidera
Kriteria hasil Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
meningkat menurun
1) Kejadian cidera 1 2 3 4 5
2) Luka/ lecet 1 2 3 4 5
3) Ketegangan otot 1 2 3 4 5
4) Fraktur 1 2 3 4 5
1) Frekuensi napas 1 2 3 4 5
2) Tekanan darah 1 2 3 4 5
3) Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
3. Intervensi
1) Ansietas
a. Persiapan pembedahan
Observasi
● Identifikasi kondisi umum pasien (kesadaran, hemodinamik, jenis operasi, jenis
anestesi, penyakit penyerta, pengetahuan tentang tindakan operasi, kesiapan
psikologis)
● Monitor tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, BB, EKG, nyeri
Terapeutik
● Periksa kelengkapan pemeriksaan penunjang
● Pastikan pasien puasa minimal 6 jam sebelum pembedahan
● Pastikan kelengkapan dokumen preoperatif
● Transfer pasien dari ruang pre medikasi ke kamar operasi
Edukasi:
● Jelaskan tentang prosedur, waktu dan lamanya operasi
● Jelaskan pemberian obat pre medikasi
● Latih teknik batuk efektif
● Latih teknik megurangi nyeri post operasi ( distraksi, imaginasi terbimbing,
biofeedback. Terapi musik. Relaksasi otot progresif, dll)
Kolaborasi
● Kolaborasi pemberian obat pre medikasi dan profilaksis seblemu pembedahan
2) Risiko cedera
Pencegahan jatuh
Observasi
● Identifikasi faktor risiko jatuh (usia> 65 tahun, penurunan tingkat kesadaran,
gangguan penglihatan)
● Monitor kemampuan berpindah pasien
Terapeutik
● Orientasikan ruangan pada pasien
● Pastikan roda tempat tidur pasien dalam kondisi terkunci
● Pasang handrail tempat tidur
● Atur tempat tidur mekanis pada posisi terendah
● Tempatkan pasien yang berisiko tinggi jatuh dekat dengan pengawasan perawat
● Pindahkan pasien dari brankart ke meja operasi dengan hati-hati, jika pasien tidak
bisa pindah secara mandiri gunakan patslide untuk memindahkan pasien
III. INTRAOPERATIF
Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk kamar bedah dan berakhir saat pasien
dipindahkan ke ruang pemulihan atau ruang perawatan intensif. Hal – hal yang harus
dilakukan pada fase intraoperatif yaitu:
1) Melaksanakan orientasi
● Memberi penjelasan mengenai tenaga, situasi dan peralatan yang ada di kamar
operasi
● Memberikan dukungan mental
2) Menyiapkan Dokumen yang harus diselesaikan perawat dalam fase intra operatif
meliputi:
● Form SSC (Surgical Safety Checklist)
● Laporan Operasi
● Form Monitoring intra anastesi
● Form medik tranfusi darah/produk darah
● Form monitoring tranfusi
● Form pemeriksaan PA/Kultur/Laborat
● Hand Over dalam F6 dan F9 (Lembar Edukasi)
● Asuhan Keperawatan Perioperatif
● Monitoring Anastesi Lokal
● Form berita acara amputan
● Form edukasi
3) Melaksanakan Surgical Safety Checklist (SSC) baik Sign in, Time out, Sign out.
4) Mempersiapkan pasien (mencukur rambut, mencuci area operasi
5) Mengatur posisi sesuai jenis pembedahan
6) Melakukan handling instrumen
7) Membersikan pasien
8) Memindahkan pasien dari kamar operasi ke ruang pulih sadar
2. Diagnosa Keperawatan
1) Risiko infeksi area pembedahan (Nanda, 2018)
Faktor risiko: alkoholisme, obesitas, merokok
Populasi berisiko:
● Suhu dingin di kamar operasi
● Jumlah personil berlebihan selama prosedur bedah
● Peningkatan pajanan lingkungan terhadap patogen
● Nilai status kesehatan fisik menurut American Society of Anesthesiologist
(ASA) tidak optimal yaitu ≥2
Kondisi terkait:
● Durasi pembedahan
● Profilaksis antibiotik tidak adekuat
● Profilaksis antibiotik tidak efektif
● Infeksi pada area pembedahan lain
● Prosedur invasif
● Tipe anestesi
● Tipe prosedur bedah
● Penggunaan implan/ protese
2) Nyeri akut
Berhubungan dengan: agen pencedera fisik (prosedur operasi)
Kondisi terkait: pembedahan
Subyektif obyektif
Gejala Mayor:
● Tampak meringis
● Mengeluh nyeri ● Bersikap protektif
(waspada/menghindari nyeri)
● Gelisah
● Frekuensi nadi meningkat
● Sulit tidur
1) Keluhan nyeri 1 2 3 4 5
2) Meringis 1 2 3 4 5
3) Protektif 1 2 3 4 5
4) Gelisah 1 2 3 4 5
5) diaforesis 1
1) Tekanan darah 1 2 3 4 5
2) Nadi 1 2 3 4 5
3) Pola napas 1 2 3 4 5
4 5
6) Melapotkan nyeri 1 2 3 4 5
terkontrol 1 2 3 4 5
7) Kemampuan 1 2 3 4 5
mengenali onset nyeri 1 2 3 4 5
8) Mengenali penyebab
nyeri
9) Kemampuan
menggunakan teknik
non farmakologis
1) Keluhan nyeri 1 2 3 4 5
2) Penggunaan analgesik 1 2 3 4 5
1) Mengidentifikasi faktor 1 2 3 4 5
risiko
2) Menghindari faktor 1 2 3 4 5
risiko
1) Tersedak 1 2 3 4 5
2) Suara napas tambahan 1 2 3 4 5
3) Pernapasan cuping 1 2 3 4 5
hidung
4) Penggunaan otot bantu 1 2 3 4 5
5) Batuk 1 2 3 4 5
6) Dispnea 1 2 3 4 5
7) Akumulasi sputum 1 2 3 4 5
4) Risiko perdarahan
Faktor risiko: tindakan pembedahan
Kondisi terait: tindakan pembedahan
Luaran utama: tingkat perdarahan
Kriteria hasil Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
meningkat menurun
1) Perdarahan intra 1 2 3 4 5
operasi
1) Tekanan darah 1 2 3 4 5
2) Denyut nadi apikal 1 2 3 4 5
3) Suhu tubuh 1 2 3 4 5
1) Pucat 1 2 3 4 5
2) Akral dingin 1 2 3 4 5
3) Sinkop 1 2 3 4 5
4) Distensi vena 1 2 3 4 5
jungularis
1) Tekanan darah 1 2 3 4 5
sistolik 1 2 33 4 5
2) Tekanan darah 1 2 3 4 5
diastolik 4 5
3) Mean arteri presure
(MAP)
4) Pengisian kapiler
1) Kekuatan nadi 1 2 3 4 5
2) Output urine 1 2 3 4 5
3) Saturasi oksigen 1 2 3 4 5
5) Risiko syok
Faktor risiko: kekurangan volume cairan, sepsis
Kondisi klinis terkait: perdarahan, sepsis
Luaran utama: tingkat syok
Kriteria hasil Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
meningkat menurun
5) Pucat 1 2 3 4 5
6) Akral dingin 1 2 3 4 5
7) Konfusi 1 2 3 4 5
8) Letargi 1 2 3 4 5
1) Tekanan darah 1 2 3 4 5
sistolik
2) Tekanan darah 1 2 3 4 5
diastolik
3) Mean arteri presure 1 2 3 4 5
(MAP)
4) Pengisian kapiler 1 2 3 4 5
5) Tekanan nadi 1 2 3 4 5
6) Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
7) Frekuensi napas 1 2 3 4 5
1) Kekuatan nadi 1 2 3 4 5
2) Output urine 1 2 3 4 5
3) Saturasi oksigen 1 2 3 4 5
4) Tingkat kesadaran 1 2 3 4 5
6) Risiko hipovolemia
Faktor risiko: kehilangan cairan secara aktif
Kondisi klinis terkait: perdarahan
Luaran utama: status cairan
Kriteria hasil Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
memburuk membaik
1) Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
2) Tekanan darah 1 2 3 4 5
3) Tekanan nadi 1 2 3 4 5
4) Membran mukosa 1 2 3 4 5
5) Distensi vena 1 2 3 4 5
jungularis (JVP)
6) Kadar HB 1 2 3 4 5
7) Kadar HT 1 2 3 4 5
8) Suhu tubuh 2 3 4 5
1) Kekuatan nadi 1 2 3 4 5
2) Output urine 1 2 3 4 5
3) Turgor kulit 1 2 3 4 5
4) Pengisian vena 1 2 3 4 5
1) Penurunan produksi 1 2 3 4 5
air mata
2) Kelopak mata tidak 1 2 3 4 5
sepenuhnya menutup
3) Kemerahan pada 1 2 3 4 5
selaput mata
4) Air mata berlebihan 1 2 3 4 5
5) Mata nyeri 1 2 3 4 5
6) Sensitif terhadap 1 2 3 4 5
cahaya
9) Risiko jatuh
Faktor risiko: efek agen farmakologi (sedasi, anestesi umum)
Luaran Utama: Tingkat jatuh
Kriteria hasil Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
meningkat menurun
7) Kejadian cidera 1 2 3 4 5
8) Luka/ lecet 1 2 3 4 5
9) Ketegangan otot 1 2 3 4 5
10) Fraktur 1 2 3 4 5
1) Respirasi 1 2 3 4 5
2) Frekuensi nadi 1 2 33 4 5
3) Tekanan darah 1 2 3 4 5
4 5
1) menggigil 1 2 3 4 5
2) kulit merah 1 2 3 4 5
3) kejang 1 2 3 4 5
4) akrosianosis 1 2 3 4 5
5) pucat 1 2 3 4 5
6) takikardi 1 2 3 4 5
7) takipnea 1 2 3 4 5
8) dasar kuku sianosis 1 2 3 4 5
9) hipoksia 1 2 3 4 5
1) suhu tubuh 1 2 3 4 5
2) suhu kulit 1 2 3 4 5
3) pengisian kapiler 1 2 3 4 5
4) Tekanan darah 1 2 3 4 5
3. Intervensi
1) Risiko infeksi area pembedahan (Nanda, 2018)
NIC:
● Memberikan selimut atau blanket penghangat pada pasien selama prosedur operasi
● Membatasi jumlah personil di dalam kamar operasi
● Tidak keluar masuk kamar operasi jika tidak diperlukan
● Membatasi lalu lintas petugas di area pembedahan
● Menjaga suhu dan kelembaban udara kamar operasi secara periodik (suhu ideal
kamar operasi yaitu 22oC-27oC dan kelembaban 40%-60%)
● Memberikan antibiotik profilaksis <60 menit sebelum operasi
● Mencuci area operasi menggunakan sabun antiseptik sebelum dilakukan
pembedahan
● Melakukan handling instrumen sesuai SPO
● Melakukan penanganan implant yang akan dipasang terhapat pasien sesuai SPO
2) Nyeri akut
Intervensi:Pemberian analgesik
Observasi
● Identifikasi karakteristik nyeri (pencetus, kualitas, lokasi, intensitasn frekuensi,
durasi)
● Identifkasi riwayat alergi obat
● Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (narkotik, non-narkotik atau NSAID)
disesuaikan dengan tingkat keparahan nyeri
● Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik
● Monitor efektifitas analgesik
Kolaborasi
● Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik sesuai indikasi
4) Risiko perdarahan
Intervensi: Perawatan area insisi
Intervensi: Pencegahan perdarahan
Observasi
● Monitor tanda dan gejala perdarahan
● Monitor hematokrit sebelum dan sesudah kehilangan darah
● Monitor tanda-tanda vital
Terapeutik
● Hentikan tindakan manipulatif jika terjadi perdarahan (insisi, menggosok dengan
kasa pada area yang perdarahan) sampai perdarahan teratasi
● Lakukan suctioning perdarahan untuk mengeksplorasi sumber perdarahan
(suctioning hanya pada darah yang menggenang bukan tepat pada pembuluh darah
yang terbuka)
● Lakukan handling instrumen perawatan perdarahan dengan benar
● Tekan titik perdarahan menggunakan kasa kering
● Rawat perdarahan menggunakan coating koagulan dan atau ikat/ jahit pembuluh
darah yang terbuka menggunakan benang pembuluh darah jika pembuluh darah
besar.
● Rawat perdarahan dengan cara ditekan bukan di gosok
Kolaborasi:
● Koleborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu
● Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
● Kolaborasi pemberian cairan resusitasi, jika perlu
NIC: Pengurangan perdarahan: luka
● Gunakan tekanan manual pada area perdarahan atau area yang berpotensi
perdarahan
● Gunakan instrumen (klem hemostatik) untuk menjepit pembuluh darah yang besar
● Elevasi area perdarahan
● Lakukan irigasi dengan cairan es jika diperlukan
● Monitor karakter dari bekuan darah
● Monitor nadi di bagian distal area perdarahan
5) Risiko syok
Intervensi: Pemantauan cairan
observasi
● Monitor frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas, tekanan darah
● Monitor waktu pengisian kapiler
● Monitor elastisitas dan turgor kulit
● Monitor jumlah dan warna urin
● Monitor intake dan output pasien selama pembedahan
● Identifikasi tanda-tanda hipovolemia ( nadi meningkat, teraba lemah, tekanan darah
menurun, turgor menurun, membran mukosa kering, volume urin turun, warna urin
pekat, haus, lemah, penurunan kesadaran)
● Dokumentasikan hasil pemantauan
● Hentikan prosedur pembedahan jika pasien mengalami tanda-tanda syok, lanjutkan
jika hemodinamik pasien sudah membaik
6) Risiko hipovolemia
Intervensi: Manajemen hipovolemia
Observasi
● Periksa tanda-tanda hipovolemia (nadi meningkat, teraba lemah, tekanan darah
menurun, turgor menurun, membran mukosa kering, volume urin turun, warna urin
pekat, haus, lemah, penurunan kesadaran)
Terapeutik
● Hitung kebutuhan cairan
● Berikan posisi modified trendelenburg
● Pertahankan kepatenan IV line
Kolaborasi
● Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (NaCl 0,9%, RL)
● Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (Dextrose 2,5%, NaCl 0,4%)
● Kolaborasi pemberian cairan IV koloid (albumin, Plasmanat)
9) Risiko jatuh
Pencegahan jatuh
Observasi
● Identifikasi faktor risiko jatuh (usia> 65 tahun, penurunan tingkat kesadaran,
gangguan penglihatan)
● Monitor kemampuan berpindah pasien
● Monitor posisi pasien selama prosedur operasi
Terapeutik
● Pastikan roda meja operasi pasien dalam kondisi terkunci
● Atur tempat tidur mekanis pada posisi yang sesuai
● Lakukan fiksasi pada pasien sesuai kebutuhan
● Pindahkan pasien dari meja operasi ke brankart dengan hati-hati, jika pasien tidak
bisa pindah secara mandiri gunakan patslide untuk memindahkan pasien
● Koordinasikan pemindahan dan pengaturan posisi sesuai dengan tingkat anestesi
atau tingkat kesadaran pasien
● Tentukan jumlah petugas yang sesuai untuk memindahkkan pasien
2. Diagnosa Keperawatan
1) Risiko aspirasi
Faktor risiko:
● Penurunan reflek muntah dan atau batuk
● Pembedahan leher, mulut, wajah
NOC: pemulihan pembedahan: segera setelah operasi
Kriteria hasil Deviasi Deviasi Deviasi Deviasi Tidak ada
berat dari cukup sedang ringan deviasi
norma besar dari
normal
1) Mual 1 2 3 4 5
2) Muntah 1 2 3 4 5
2) Risiko jatuh
Faktor risiko: kondisi paska operasi
Luaran utama: Tingkat jatuh
Kriteria hasil Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
meningkat menurun
1) Dispnea 1 2 3 4 5
2) Penggunaan otot 1 2 3 4 5
bantu napas
3) Pemanjangan fase 1 2 3 4 5
ekspirasi
4) Pernapasan cuping 1 2 3 4 5
hidung
1) Frekuensi napas 1 2 3 4 5
2) Kedalaman napas 1 2 3 4 5
4) Nyeri akut
Berhubungan dengan: agen pencedera fisik (prosedur operasi)
Kondisi terkait: pembedahan
Subyektif obyektif
Gejala Mayor:
● Mengeluh nyeri ● Tampak meringis
● Bersikap protektif
(waspada/menghindari nyeri)
● Gelisah
● Frekuensi nadi meningkat
● Sulit tidur
3) Keluhan nyeri 1 2 3 4 5
4) Meringis 1 2 3 4 5
5) Protektif 1 2 3 4 5
6) Gelisah 1
7) diaforesis 1 2 3 4 5
1) Tekanan darah 1 2 3 4 5
2) Nadi 1 2 3 4 5
3) Pola napas 1 2 3 4 5
4 5
8) Melapotkan nyeri 1 2 3 4 5
terkontrol 1 2 3 4 5
9) Kemampuan 1 2 3 4 5
mengenali onset nyeri 1 2 3 4 5
10) Mengenali
penyebab nyeri
11) Kemampuan
menggunakan teknik
non farmakologis
3) Keluhan nyeri 1 2 3 4 5
4) Penggunaan analgesik 1 2 3 4 5
3. Intervensi
1) Risiko aspirasi
Intervensi: Perawatan paska anestesi
Observasi
● Monitor fungsi respirasi (kepatenan jalan napas, frekuensi napas, saturasi oksigen)
● Monitor fungsi kardiovaskuler (frekuensi nadi, tekanan darah,EKG)
● Monitro fungsi neurovaskuler (pulsasi, motorik, sensorik)
● Monitor tingkat kesadaran
● Monitor suhu tubuh
● Monitor status cairan
● Monitor nyeri
● Monitor mual dan muntah
● Monitor keluaran dan pengosongan urin
● Monitor drainage dan perdarahan
Terapeutik
● Sesuaikan tinggi tempat tidur pasien. Sesuai kebutuhan
● Hangatkan tubuh pasien (beri selimut penghangat elektrik, selimut kain) untuk
mencegah hipotermi/ menggigil
● Berikan stimulasi verbal/ taktil, jika perlu
● Berikan dukungan emosional kepada pasien dan keluarga
● Berikan oksigen
● Miringkan kepala pasien ketika muntah
Edukasi
● Latih napas dalam dan batuk efektif
Kolaborasi
● Kolaborasi pemberian antiemetik
● Kolaborasi pemberian meperidine untuk mencegah menggigil paska anestesi
2) Risiko jatuh
Pencegahan jatuh
Observasi
● Identifikasi faktor risiko jatuh (usia> 65 tahun, penurunan tingkat kesadaran,
gangguan penglihatan)
● Monitor kemampuan berpindah pasien
Terapeutik
● Orientasikan ruangan pada pasien
● Pastikan roda tempat tidur pasien dalam kondisi terkunci
● Pasang handrail tempat tidur
● Atur tempat tidur mekanis pada posisi terendah
● Tempatkan pasien yang berisiko tinggi jatuh dekat dengan pengawasan perawat
● Pindahkan pasien dari brankart ke meja operasi dengan hati-hati, jika pasien tidak
bisa pindah secara mandiri gunakan patslide untuk memindahkan pasien
`
3) Ketidakefektifan pola nafas
NIC: Manajemen jalan napas
● Kaji bunyi napas, frekuensi napas, kedalaman, produksi sputum sesuai dengan
indikator dari penggunaan alat penunjang yang efektif.
● Monitor saturasi O2 dengan oksimeter
● Monitor hasil gas darah
● Monitor kadar elektrolit
● Monitor status mental (tingkat kesadaran)
● Tingkatkan frekuensi pemantauan pada saat pasien tampak somnolen.
● Observasi terhadap sianosis terutama membrane mukosa mulut.
● Auskultasi bunyi napas, tandai area penurunan atau hilangnya ventilasi dan
adanya bunyi napas tambahan.
● Monitor status pernapasan dan oksigenasi, sesuai dengan kebutuhan.
● Berikan terapi O2
4) Nyeri akut
Intervensi: Pemberian analgesik
Observasi
● Identifikasi karakteristik nyeri (pencetus, kualitas, lokasi, intensitasn frekuensi,
durasi)
● Identifkasi riwayat alergi obat
● Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (narkotik, non-narkotik atau NSAID)
disesuaikan dengan tingkat keparahan nyeri
● Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik
● Monitor efektifitas analgesik
Kolaborasi
● Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik sesuai indikasi
Intervensi: Manajemen nyeri
Observasi
● Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik dan onset,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, an faktor-faktor presipitasi
● Identifikasi skala nyeri
● Identifikasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan
● Edukasi klien teknik nafas dalam
● Kolaborasi pemberian terapi analgesic
● Monitor keefektifan pemberian terapi farmakologi
● Monitor keefektifan terapi komplementer yang sudah diberikan
● Monitor efek samping pemberian analgesik
Terapeutik
● Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (napas dalam, terapi musik,
imajinasi terbimbing, distraksi, dll)
● Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri (suhu, pencahayaan, kebisingan)
● Fasilitasi istirahat dan tidur pasien
● Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
● Jelaskan strategi meredakan nyeri
● Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
● Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
● Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
● Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
V. DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Prof.Dr.Budi A., dkk. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan, Definisi dan Klasifikasi
2018-2020. Jakarta: EGC.
Nurjannah, Intansari, dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC), edisi keenam.
Elsevier.
Nurjannah, Intansari, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC), edisi kelima.
Elsevier.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Diagnosis
Keperawatan, edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.