Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA NY.

M DENGAN
KASUS LAPARATOMI + ILEUSTOMI E.C CA DI RUANG ICU

Diajukan untuk memenuhi Tugas Stase Keperawatan Gawat Darurat Profesi Ners
STIKes ‘Aiysiyah dengan dosen pengampu:
Santy Sanusi, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun oleh:

LESTARI NUR HIDAYAH, S.Kep

NIM. 402019020

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
2020
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAH PASIEN
Nama Pasien Ny. Mn
Tgl. Lahir 25 Mei 1976
Jenis Kelamin Laki-laki √ Perempuan
Pendidikan SD √ SMP
SMA/SMK Diploma
Sarjana Lainnya……………….
Pekerjaan Buruh pabrik
No. RM 692901
Alamat Desa Neglasari, Soreang Bandung
Tgl masuk RS 9 Juli 2019
Tgl Operasi 12 Juli 2019 (laparatomy + iliesutomy)
9 Agustus 2019 TACD
Tgl/jam masuk ICU 10 Agustus 2019, Pkl 00.30 WIB
Tanggal Pengkajian 10 Agustus 2019, Pkl 07.30 WIB
Sumber Data √ Pasien √ Keluarga
Rekam Medik ………………………
Rujukan Ya √ Tidak
Bila (ya) dari RS……………………………………………
Puskesmas …………………………………..
Dokter praktek ………………………………
Diagnosis rujukan ……………………………………………
Penanggung jawab Tn. T
Hubungan dengan pasien Suami
Alamat Desa Neglasari, Soreang Bandung

1
2. Anamnesa
a. Keluhan Utama

Keluhan nyeri √ Ya Tidak


Area/lokasi : abdomen Skala nyeri : 7 (1-10)

Klien merasakan nyeri pada seluruh kuadran abdomen, terutama bila


permukaan abdomen disentuh. Nyeri juga dirasakan bertambah saat merubah
posisi tidur. Pasien lebih nyaman bila posisi tidur terlentang, kaki diganjal
bantal dibawah lutut sehingga kaki agak menekuk, karena posisi kaki lurus
menambah regangan pada abdomen sehingga terasa sangat nyeri. Selain nyeri
karena regangan, pasien juga merasakan nyeri bagian dalam abdomen terasa
panas seperti rasa terbakar, membuat tidak enak pada mulut dan terasa mual.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

1) Kronologis pasien masuk rumah sakit

Pasien memiliki riwayat Ca ilieum sejak 8 bulan yang lalu, sudah dilakukan
radioterapi kemudian kemoterapi, namun kemudian timbul kembali gejala.
Sebulan yang lalu pasien muntah muntah terus, perut kembung, tidak bisa flatus
dan tidak bisa BAB selama 3 hari, kemudian dibawa ke IGD.

2) Kronologis di IGD
Di IGD pasien dilakukan penanganan mengganti cairan dan foto rontgen hasil
rontgen pada saat itu dinyatakan ilieus obstruksi e.c Ca. Pasien dipindahkan
dahulu ke ruang rawat untuk direncanakan pembedahan. 3 hari kemudin dilakukan

2
pembedahan laparatomi dan pemasangan ilieustomi. Pasien sudah dirawat selama
sebulan di ruang perawatan bedah oleh karena penyembuhan post laparatomy
delayed. Luka jahitan tidak menyatu dan tekanan intra abdomen semakin
meningkat sehingga semua jahitan lepas dan luka basah dan berbau. Pasien
mengeluh sesak, nyeri seluruh area abdomen, mual dan tidak nafsu makan.
TTV : kesadaran CM, TD 100/80 mmHg, HR 68 x/mnt, RR 20 x/mnt,
Hasil lab; Hb 8 mg/dl, leukosit 13.000, PCV 37%, Albumin 2,8, trombosit
460.000, GDS 110 mg/dl
Kondisi pasien semakin memburuk. Kemudian dilakukan pemasangan TACD,
luka post laparatomi dibiarkan terbuka kemudian ditutup plastik dan
disambungkan ke drain untuk mengalirkan exudat. Pasca pemasangan TACD
pasien dipindahkan ke ICU.

Luka 1 ; Luka delayed post TACD 20 x 20 cm grad 3, tampak terlihat organ usus,
warna merah 80% warna hitam 20%, exudat aktif warna kuning kecoklatan, bau,
produksi banyak ditampung dalam kantung penampung urine. Permukaan luka
ditutup plastik.

Luka 2 ; Stoma ilieustmy, produksi cairan kuning encer dengan gumpalan warna
hijau, bau menyengat, kulit tepi stoma berwarna kemerahan terkena iritasi, nyeri
(+). Kantung diganti 5 kali sehari.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengaku sering sakit diare sejak 5 tahun terakhir, namun bisa sembuh
kembali hanya dengan obat warung. Kadang – kadang timbul keluhan sembelit
tapi maish bisa diusahakan dengan minum jus sayuran atau minum vegeta. Setiap
mengeluh sembelit, pasien selalu minum vegeta sachet. Tapi lama kelamaan
pasien timbul keluhan muntah muntah dan kembung sehingga akhirnya
dinyatakan Ca Ilieus.
Selama 2 tahun terakhir berat badan turun signifikan hingga 20 kg, saat ini BB 42
kg TB 160 cm dan nafsu makan menurun. Sering timbul keluhan lelah apabila
beraktifitas lama dan kepala sering merasa pusing bahkan kadang2 berdengung.

3
3. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum
Kesadaran √ Sadar Letargi Obtundasi
Stupor Koma DPO
Bila DPO, jenis obat ……………………….. Dosis obat……………………………
Tekanan Darah 90/60 mmHg Frekwensi nadi 98 x/menit
Frekwensi Pernapasan 25 x/menit Suhu 37.9 ºC Saturasi 97 %
Berat Badan 42 kg Tinggi Badan 160 cm BMI …………………..
Resiko Jatuh √ Ya Tidak
Bantuan Bantuan
Status Fungsional penuh sebagian Mandiri

a. Pernapasan
Work of Breathing √ Minimal Sedang Berat
Alat bantu napas √ Tidak Ya, 3 ltr/menit
√ O2 canule Sungkup sdrhn NRM
RM Ventury Mask NIPPV/CPAP
Ventilator ETT Tracheostomi
Bila terpasang ventilator, mode setting CMV IPPV
SIMV SIMV + PS
……………………………………….
TV…….… MV….….…PEEP ….…… I : E ……………FiO2….….….Rate.….………
Jalan napas √ Bersih Sumbatan ……………..
Penyebab sumbatan Lidah jatuh Sputum Darah
EdemaLari Cairan lambung
Cairan buih Benda asing : ……………………….
Bunyi napas √ Vesikuler Ronchi Stridor
Wheezing Pada lobus mana…….…….……….
Bau napas keton Ya √ Tidak

4
Irama & kedalaman Dispneu Kusmaul Cheynestokes
Ortopneu
Kecepatan Eupneu Bradipneu √ Tachipneu
Apneu
Retraksi dada √ Simetris Asimetris Flial chest
Penggunaan otot bantu pernapasan Ya Tidak
Penurunan kotraksi otot pernapasan Ya √ Tidak
Peningkatan diameter anterior posterior Ya √ Tidak
Pernapasan bibir Ya Tidak
Pernapasan cuping hidung Ya √ Tidak
Posisi trachea √ Lurus Bergeser
Bila trachea bergeser, arah mana Kiri Kanan
Jejas/lebam dada Kiri Kanan
Luka terbuka dada dengan sucking wound Ya √ Tidak
Krepitasi Ya √ Tidak

b. Persarafan
FOUR Score E4 M4 B4 R4 =16 GCS Score : E4 M6 V5 =15
Riwayat sincope Ya √ Tidak
Berapa lama
Bila (ya) berapa kali…………………….. sincope…………………….
Diameter pupil √ Simetris Asimetris Ki/ka….…/.….cm
Refleks cahaya Dilatasi Midriasis
Nyeri kepala Ya √ Tidak Skala nyeri ……
Merasa berputar Ya Tidak
Bila (ya) Muntah Limbung Rasa takut jatuh
Tekanan Intra Cranial (ICP)………mmHg Tekanan Perfusi Serebral …..….mmHg
Kejang Ya Tidak
Frekwensi Kejang…………………..kali Berapa lama setiap kejang……..………..

5
Kaku kuduk Ya √ Tidak
Tanda dolls eyes Ya √ Tidak
Paralisis Ya √ Tidak
Bila (ya) dimana Hemiplegi Paraplegi
Kanan Kiri
Atas Bawah
Refleks √ Mengedip

c. Cardiovaskuler
Gambaran jantung Sinus Rithm Bradikardi √ takhikardi
Aritmia, bila (ya) tuliskan gambaran aritmia
…………………
Rentang Tekanan Darah 85/54 mmHg 90/55 mmHg
Rentang Mean Arterial Pressure (MAP) ……./……mmHg ……./……mmHg
Rentang Cardiac Output (CO) ….…..…liter/menit …….…liter/menit
Rentang Stroke Volume ………………...cc ……………….cc
Rentang Frekwensi Nadi 110 x/menit 98 x/menit
Amplitudo nadi Lemah √ Kuat
Amplitudo kiri & kanan √ Sama Tidak sama
Bila amplitude nadi tidak sama, jelaskan ………………………………………………..
Irama nadi Tidak teratur √ Teratur
Akral √ Dingin Hangat
Warna kulit Sianosis √ Pucat Kemerahan
Jaundice
Konjungtiva √ Anemis Kemerahan
Diaporesis Ya Tidak Keringat dingin
CapillaryRefillTime > 2 detik √ ≤ 2 detik
Peningkatan JVP Ya √ Tidak

6
Bunyi Jantung S1 S2 S3/Murmur
Gallop Suara redup/menjauh
Ictus Cordis terlihat pada ICS 5 midklav kiri Ya √ Tidak
Teraba getaran melebihi midklav ICS 5 kiri Ya √ Tidak
Perdarahan Ya √ Tidak
Bila (ya), di area tubuh mana…………… Derajat kehilangan cairan…………....cc
Sindrome kompartemen √ Ya Tidak
Area syndrome kompartemen Abdomen
Penyebab syndrome kompartemen Trombosis Cedera
Pembebatan TTIA

d. Pencernaan
Ascites Tidak √ Ya, Lingkar perut 93 cm
Distensi abdomen Tidak √ Ya Bising usus 6 x/m
Bentuk abdomen √ Simetris Asimetris
Teraba hepatomegaly √ Tidak Ya
Teraba massa √ Tidak Ya, pada kuadran…
Keluhan mual Tidak √ Ya ……………
Muntah √ Tidak Ya Proyektil
Bila (ya), jenis material Makanan Darah Cairan Lambung
Frekwensi muntah Sering Jarang ……….. x/hari
Riwayat diare √ Tidak Ya
Frekwensi BAB √ Sering Jarang 4 - 5 x/stomabag
Konsistensi √ Cair Lunak Darah
Tonjolan hernia √ Tidak Ya Nyeri, Skala……
Bila (ya) dimana Inguinalis Scrotalis ……………….
Konstipasi √ Tidak Ya …………….hari
Sulit Flatus Tidak √ Ya …………….hari
Distensi Suprapubik √ Tidak Ya Nyeri, Skala……

7
Pola makan melalui √ Oral √ Parenteral NGT

e. Perkemihan
Pola berkemih Normal √ Melalui kateter urine
Terapi diuretic Tidak Ya, jenis obat………..dosis…………
Jumlah urine 1.000 cc/24 jam
Warna urine Kuning
Konsistensi urine encer Bau khas.
Pengeluaran feces per stoma 800 cc
Intake cairan 24 jam terakhir 3.400 cc
Infus 2.000 cc
Makan/minum TKTP Cair 1200 cc/24 jam 2000 KCal
Cairan oplos obat 200 cc
Balancing 24 jam terakhir +1500 cc
Penggunaan kateter urine lama (> 5 hari) Ya √ Tidak
Bila (ya) sudah berapa lama menggunakan kateter urine ………………………………..
Ganti kateter setiap 5 hari nomor kateter 18
Jenis bahan kateter √ Nelaton Silikon …………………
Retensi Urine √ Tidak Ya
Bila (ya) sejak kapan tidak keluar urine ……………………………………………….
Hidroneprosis √ Tidak Ya Kanan Kiri
Edema Anasarka √ Ekstre atas √ Ekstre bawah
Turgor kulit √ Baik Jelek
Irigasi kandung kemih √ Tidak Ya, hari ke….… warna…………

f. Muskuloskeletal
Kekuatan Otot ( 0 – 5) Atrofi Otot (+ / -)

8
Kontraktur sendi (+ / -)

Rentang gerak ekstremitas atas > 45º √ <45º


Rentang gerak ekstermitas bawah √ > 45º <45º
Farktur √ Tidak Ya
Jenis fraktur Terbuka Tertutup
Area fraktur Cranium Humerus Radius/ulna
Femoralis Patela Vertebra
Panggul ………………….................................
Terpasang alat Skin traksi Skeletal traksi ……………kg
Gips/bidai …………… ………………
Keluhan nyeri sendi √ Tidak Ya, area sendi……………………

g. Integumen
Luka √ Ya Tidak
Jenis luka /lesi Luka bakar Dekubitus Luka tusuk
Vulnus Gangren Abses
Kanker Delayed post laparatomi
Area luka/lesi decubitus/gangrene/vulnus/kanker, dll abdomen
Luas / diameter 20 x 20 cm Derajat III Bau : ya / tidak
Warna Merah80 % Kuning…....% Hitam 80 %
Eksudat (+) / (-), warna kuning encer Jumlah eksudat : banyak/sedang /sedikit

9
h. Kebutuhan Edukasi
Hambatan edukasi Ya √ Tidak
Faktor hambatan Kesadaran Pendengaran Penglihatan
Kognitif Status mental Bahasa
Budaya ……………………………………

i. Kondisi Psikis Dan Spiritualitas


Status Mental Menerima Menolak/marah √ Cemas/gelisah
Depresi HDR Menarik diri
Apatis …………………..…………………
Kebutuhan pendampingan √ Sesuai kebutuhan Setiap waktu
Ritual ibadah √ Bantuan Bantuan sebagian Mandiri
penuh
Jenis ibadah dibantu Thaharah Shalat Baca Al Quran
Do’a/dzikir Tausyiyah lisan ……………..
Libatkan rohaniawan √ Ya Tidak
Libatkan keluarga √ Ya Tidak

SKRINNING GIZI (berdasarkan Malnutrition Screening Tool / MST )

(Lingkari skor sesuai dengan jawaban, Total skor adalah jumlah skor yang
dilingkari)

No Parameter Skor
Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak diinginkan
1.
dalam 6 bulan terakhir ?
a. Tidak penurunan berat badan 0

10
b. Tidak yakin / tidak tahu / terasa baju lebih longgar 2

c. Jika ya, berapa penurunan berat badan tersebut


1-5 kg 1
6-10 kg 2
11-15 kg 3
> 15 kg 4
Tidak yakin penurunannya 2
2. Apakah asupan makan berkurang karena berkurangnya nafsu makan ?

a. Tidak 0

b. Ya 1

Total skor 5

3.
4. BB/TB = 42 kg/160 cm BMI 16,4
5. Pasien dengan diagnosa khusus :  Tidak  Ya
6.  DM  Ginjal  Hati  Jantung  Paru  Stroke
 Kanker

7.  Penurunan  Imunitas  Geriatri  Lain-lain………………….

Jumlah kebutuhan kalori pasien berdasarkan Harris Benedic

Rumus: 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB – 4,7 x U)

: 655 +(9,6 x 42) + (1,8x 150 – 4,7 x 44)

= 1,139 kkal

SKORING PASIEN ICU

Aspek penilaian Metode Indikator Skor Interpretasi


15 – 14: Compos
Dokument level of GCS a. Eye : 4 15
Mentis
conciousness Score b. Motorik : 6
13 – 12: Apatis
c. Verbal : 5
11 – 10: Delirium

11
9 – 7: Somnolen
6 – 5: Stupor
4 – 3: Conatus
a. Respon mata
FOUR a. Kelopak mata 16 1. 0 – 7 :
Respon motorik
Score terbuka dan Resiko
Respon batang otak
mengikuti arah tinggi
Respon pernapasan
atau berkedip oleh kematian
perintah: 4 (71%)
b. Tanda jempol, 2. 8 – 14 :
kepalan tangan Resiko
atau tanda Sedang
perdamaian: 4 (20%)
c. Terdapat refleks 3. 15 - 16 :
pupil dan kornea: 4 Resiko
d. Pola nafas reguler, Rendah
tidak terintubasi:4 (0,8%)

a. Temperature APACHE a. 36,0 – 38,4 oC 4/ predicted death 1. 0 – 4 = 4%


b. Mean Aterial pressure II b. 70-109 mmHg rate 5,1% death race
c. Heart rate c. 70 – 109 mmHg 2. 5 – 9 = 8%
d. Respiratory rate d. 25 – 34 bpm death race
e. Oxygenation e. PaO2 >70 & FiO2 3. 10 – 14 = 15%
f. Serum bicarb <0,5 death race
g. Aterial ph f. 22 – 31,9 mEq/L 4. 15 – 19 = 25%
h. Serum sodium g. 7,33-7,49 death race
i. Serum potassium h. 130-149mEq/L 5. 20 – 24 = 40%
j. Serum creatinin i. 3,5 – 5,4 mEq/L death rate
k. Acute renal failure j. 55 – 129 mol/L 6. 25 – 29 = 55%
l. Hematocrit k. No death rate
m. Wbc l. 30,0 – 45,9% 7. 30 – 34 = 75%
n. GCS m. 16,0 – 19,9 x 109/L date rate

12
o. Age n. 15 8. Over 34 =
p. History of severe organ o. <45 years 85% death rate
insufficiency or p. Yes
immunocompromised q. Yes, Elective
q. Post operative

13
4. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium

JENIS NILAI TANGGAL


PEMERIKSAAN RUJUKAN 9/7/19 10/8/19 KET

Hb 13-18 8 10* *post


Eritrosit 4.7-6.1 2.65 3,2 transfusi
Hematokrit 45-55 23.7 32 PRC 1 labu

Leukosit 4.500-10.000 13.000 16.000


Trombosit 150.000-450.000 250.000 460.000
Natrium 135-145 132 130
Kalium 3.5-5.0 4 4.0
Kalsium 8.8-10.4 9 8
Ureum 8-20 18 69
Creatinin 0.6-1.2 1.0 1.09
Albumin 2,8 1,7

Pemeriksaan diagnostic

HARI / JENIS
KESAN KET
TANGGAL PEMERIKSAAN
10/07/2019 Foto rontgen Ilieus
10/07/2019 BNO Ileus paralitic dengan
pneumoperitontis

Pengobatan

No Nama obat Dosis Jalur


1 Ceftriakson 3 x1 gr IV
2 Metronidazol 3 x 500 mg Drip IV
3 Metilprednisolon 3 x 1 gr IV

14
4 Aminoleban 1 x 1.000 cc/hari Infus

B. ANALISA DATA

N DATA MASALAH
O

1. DS: Nyeri kronis b.d agen


Pasien mengeluh nyeri area abdomen cedera fisiologis
DO:
- Post laparatomy
- Luka jahitan tidak menyatu
- Tekanan intrabdomen 
- Skala nyeri 7
- sesak
Hasil tanda – tanda vital:
- Kesadaran CM
- TD : 90/60mmHg
- HR : 98x/menit
- RR : 25x/menit
- S: 37,9 oC
- Sat : 97%
Hasil foto rontgen:
- Ilieus obstruksi e.c CA
Hasil lab; Hb 8 mg/dl, leukosit 13.000, PCV
37%, Albumin 2,8, trombosit 460.000, GDS
110 mg/dl

2. Ds: Resiko syok sepsi


Do:
- Terpasang urine kateter
- Pasien riwayat pengobatan kemoterapi

15
- Pasien riwayat kanker
- Luka jahitan tidak menyatu
- Luka delayed post TACD 20 x 20 cm
grad 3
- Tampak telihat organ usus warna mera
80%, warna hitam 20%
- Permukaan luka ditutup plastik
- QSOFA score 2
- Albumin 1,7
- Hb 8 mg/dl
- L 16.000
- Trombosit 460.000
- Transfusi PRC 1 labu

3. DS: Disfungsi motilitas


Pasien mengatakan tidak nafsu makan gastrointestinal b.d
DO: pembedahan
- BB : 42kg
- TB : 160 cm
- BMI : 16,4 kurang
- BU : 6x/ menit
- Albumin : 1,7
- Hb : 10 mg/dl
- Tekanan intraabdomen 
- BAB 4 – 5 x/ stomabag (cair)
- Sulit flatus

4. DS: Gangguan intregitas


DO: kulit/jaringan
Luka 1 :

16
- Luka jahitan tidak menyatu
- Luka delayed post TACD 20 x 20 cm
grad 3
- Tampak telihat organ usus warna mera
80%, warna hitam 20%
- Permukaan luka ditutup plastik
Luka 2:
- Stoma ilieustomy

17
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan

1. Nyeri Kronis Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen nyeri: 1. Manajemen nyeri merupakan suatu
D.0078 keperawatan 2-3 minggu x a. Identifikasi skala nyeri hal yang amat penting untuk
Kategori: Psikologis 24 jam nyeri berkurang b. Identifikasi faktor yang memperberat mengevaluasi kefektifan dari
Subkategori: Nyeri dengan kriteria hasi: dan memperingan nyeri intervensi yang diberikan.
dan Kenyamanan 1. Skala nyeri berkurang c. Identifikasi nyeri pada kualitas hidup
2. Status kenyaman d. Pemberian teknik nonfarmakologis
meningkat aromaterapi 2. Mengatur posisi semi fowler dapat
2. Pengaturan posisi mengurasi sesak, sesak yang terjadi
a. Atur posisi semi fowler pada saat nyeri diakibatkan oleh
vasokonstriksi pembuluh darah.
3. Agen – agen yang ada pada analgetik
secara sistematik menghasilkan
3. Kolaborasi pemberian analgetik relaksasi umum dan menurunkan

18
inflamasi.

19
D. PEMBAHASAN
Pembahasan kasus ini merupakan bagian dari penelaahan asuhan keperawatan
dengan tujuan khusus penulis yang berupaya dalam menerapkan asuhan
keperawatan. Selain itu, penulis akan menguraikan mengenai kesenjangan antara
teori atau hasul penelitian dengan hasil temuan berikut ini akan dibahas mengenai
proses keparwatan yang telah dilakuan.
1. Tahap Pengkajian
Langkah pertama dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan
diangnosa laparatomi + ilieustomi e.c CA yaitu pengkajian. Pada tahap
pengkajian, penulis menemukan data subjektif yang menyebabkan Ny. M
dilakukan tindakan laparatomi + ilieustomi. Ditemukan data riwayat
dahulu pasien yang mengaku sering sakit diare sejak 5 tahun terakhir,
namun bisa sembuh kembali hanya dengan obat warung. Kadang – kadang
timbul keluhan sembelit tapi masih bisa diusahakan dengan minum jus
sayuran atau minum vegeta. Setiap mengeluh sembelit, pasien selalu
minum vegeta sachet. Tapi lama kelamaan pasien timbul keluhan muntah
muntah dan kembung sehingga akhirnya dinyatakan Ca Ilieus.
Ilieus paralitik adalah obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom
mengalami paralysis dan peristaltic usus terhenti sehingga tidak mampu
mendorong isi sepanjang usus [ CITATION Man11 \l 1057 ] . Etiologi dari
ilieus paralitik biasanya terjadi akibat pascabedah abdomen, tetapi ada
faktor presdisposisi lain yang mendukung peningkatan resiko terjadinya
ilieus misalnya sepsis, obat – obatan, gangguan elektrolit dan metabolik,
infark miokard, pneumonia, trauma, bilier dan ginjal kolik, cedera kepala
dan bedah saraf, hematoma retroperitoneal. Adapun ilieus obstruksi
disebut juga ileus mekanis adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna
tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya sumbatan atau
hambatan mekanik yang disebablan kelainan dalam lumen usus, dinding
usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada segmen
usus yang menyebabkan nekrosis segmen usus. Pasien dinyatakan kanker,

20
biasanya yang terjadi berupa kanker kolon dan relatif terhubung dengan
rektal. Kanker kolon rektal 95% berbentuk adenokarsinoma (muncul dari
lapisan epitel usus), awalnya berupa polip usus yang berubah menjadi sel
kaker ganas yang menyusup dan merusak jaringan normal dan meluas ke
struktur jaringan sekitarnya (White, 2012).
Penyebab dari kanker ini sendiri belum diketahui pasti, penyebab yang
paling umum terjadi karena penyakit spordik, yang artinya penyakit yang
tidak berhubungan dengan inherited gene (Daniels & Nicoll, 2012). Faktor
penyebab terjadinya kanker adalah gaya hidup, riwayat penyakit polip atau
penyakit kanker dalam keluarga dan riwayat penyakit inflamasi usus.
Tanda dan gejala yang terjadi diantaranya adalah adanya darah dalam
kotoran, kelelahan karena nutrisi yang di serap kurang, berat badan
menurun dan nyeri pada bagian abdomen. Penatalaksanaannya bisa berupa
pembedahan, kemoterapi radioterapi [ CITATION Bil13 \l 1057 ]. Komplikasi
yang terjadi pada pembedahan biasanya menimbulkan perdarahan, infeksi,
hernia, prolaps, iritasi dan iritasi kulit [ CITATION Asi10 \l 1057 ]. Dari hasil
pengkajian anamesis masuk rumah sakit, di dapatkan data objektif yaitu
pasien mengluh nyeri pada seluruh kuadran abdomen, nyeri dirasakan
terasa panas seperti rasa terbakar yang diakibatkan ketika cairan, gas dan
udara berkumpul saat terjadi obstruksi akan meningkatkan peristaltik yang
akan mendorong paksa sumbatan, mengakibatkan distensi pada daerah
abdomen dan merangsang noseceptor nyeri. Kemudian pada saat di UGD
pasien direncanakan akan dilakukan pembedahan, salah satu
penatalaksanaan pembedahan pada pasien kanker kolon adalah
pembedahan laparatomi dan pemasangan kolostomi (pembuatan stoma)
[ CITATION Gra07 \l 1057 ]. Laparatomi merupakan jenis operasi bedah
mayor yang dilakukan di daerah abdomen. Pembedahan dilakukan dengan
penyayatan pada lapisan – lapisan dinding abdomen yang mengalami
masalah seperti perdarahan, perforasi, kanker dan obstruksi.
Pasien dirawat di ruang bedah selama 1 bulan karena luka jahitan tidak
menyatu, tekanan intraabdomen meningkat, jahitan lepas dan luka basah

21
dan berbau, tampak terlihat organ usus, warna merah 80% hitam 20%
eksudat kecoklatan bau, dimana ini merupakan suatu komplikasi dari
pembedahan karena sayatan yang dilakukan pada pembedahan laparatomi
menimbulkan luka yang berukuran besar sehingga membutuhkan waktu
penyembuhan yang cukup lama, komplikasi yang terjadi pada pasien bisa
disebabkan karena tidak memlakukan mobilisasi sesegera mungkin
dimana ini berfungsi untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan
insiden terjadinya komplikasi pasca pembedahan [ CITATION NAN10 \l
1057 ]. Tidak hanya itu asupan nutri yang adekuatpun dapat mempercepat
penyembuhan luka, pada pasien bedah baik buruknya status gizi akan
berdampak pada kompliksi. Pemenuhan nutrisi berpengaruh terhadap
metabolisme pasca operasi tergantung dari berat ringannya operasi,
pentingnya nutrisi yang baik pada pasien dengan luka post operasi
merupakan pondasi untuk proses penyembuhan luka dengan cepat
[CITATION ARS11 \l 1057 ] . Pada fase penyembuhan luka pasien mengalami
delayed dimana terdapat 3 fase, fase yang pertama yaitu fase inflamasi
dimana terjadi 3 – 4 hari dua tahap fase ini adalah hemostatic dan
fagositosis, yang kedua fase poliferasi terjadi 3 atau 4 hari dan berahir di
hari ke 21 fibroblas secara cepat mensintetis kolagen dan subtansi dasar
lapisan tipis dari sel epitel terbentuk melintas lukasi dan aliran darah
didalamnya, jaringan baru ini disebut granulasi, dan fase teakhir yaitu fase
maturasi fase akhir dari penyembuhan, dimulai di hari ke 21 dan dapat
berlanjut sampai luka sembuh secara sempurna (Torre, 2006). Riwayat
dahulu pasien bisa dijadikan sebagai tolak ukut pasien mempunyai status
gizi yang buruk, dimana pasien pernah mengalami penurunan berat badan
yang signifikan hingga 20kg dan penurunan nafsu makan. Adapun dengan
waktu lama rawat pasien dapat mempengaruhi motivasi pasien untuk
makan, cita rasa makanan yang kurang enak serta diet rumah sakit akan
berdampak buruk pada status gizi dan kesembuhan pasien [ CITATION Soe08
\l 1057 ].
Hasil lab pasien pada tanggal 9 Agustus 2019 diperoleh hasil : Hb: 8

22
mg/dl, L 13.000u/L, Albumin 2,8 g/dL, Trombosit 460.000 u/L. Tanggal
10 Agustus 2019 Hb 10mg/dl, E 3,2, hematokrit 32, Lekosit 16.000 u/L,
Albumin 1,7 g/dL. Pada data tersebut menunjukkan bahwasannya Hb
rendah yang terjadi pada psien dikarenakan efek dari kemotepi yang
sebelumnya dilakukan oleh pasien, efek kemoterai sendiri menyebabkan
anemia yang merupakan temuan 30% - 90% penyebab anemia pada pasien
kanker antara lain karena gangguan metabolik dan nutrisi[ CITATION
Kur12 \l 1057 ]. Leukosit merupakan sel darah putih yang berperan penting
dalam membantu melawan infeksi atau penyakit lainnya. Jumlah leukosit
yang mneingkat disebabkan oleh adanya infeksi tetapi juga menandakan
adanya penyakit tertentu seperti kanker. Seperti kondisi pasien dimana
pasien memiliki riwayat kanker selain itupun dicurigai terjadi infeksi
sebagai dari komplikasi penyembuhan luka, infeksi merupakan suatu
reaksi yang timbul jika luka tidak segera ditangani. Luka infeksi adalah
luka dengan replikasi mikroorganisme, infeksi pada luka ditandai dengan
bengkak pada area lokal, kemerahan panas, nyeri dan demam (suhu tubuh
lebih dari 38 oc), bau yang tidak sedap atau keluarnya cairan purulen,
berubahnya warna cairan yang mengidentifikasi adanya infeksi [ CITATION
JMW16 \l 1057 ]. Sedangkan kadar albumin rendah yang terjadi pada pasein
atau bisa disebut hipoalbumin disebabkan oleh peradangan yang ada dalam
tubuh, peradangan yang terjadi akibat dri pasca tindakan operasi atau
akibat sepsis. Selain peradangan kurangnya asupan protein, kalori,
vitamin, gangguan penyerapan nutrisipun dapat mengakibatkan
hipoalbumin [ CITATION drT08 \l 1057 ].
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah melakukan pengkajian dan mendapatkan data – data, kemudia penulis
mengkelompokkan data, menganalisis dan merumuskan diagnosa keperawatan
pada Ny. M pada pengambilan diagnosa keperawatan penulis merumuskan data
berdasarkan prioritas. Berdasarkan hasil pengkajian penulis mengambil 3
diagnosa keperawatan sesuai kondisi pasien.
Diagnosa yang nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik yaitu

23
pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan [ CITATION Tim17 \l
1057 ], yang ditandai dengan data yang diperoleh pada pasien yang mengatakan
nyeri pada area abdomen, terdapat luka post laparatomy, takanan intraabdomen
meningkat, RD 90/60mmHg, N 98x/menit, RR 25x/menit dan suhu 37,9 oC, hasil
rontgen ilieus obstruksi e.c CA. Diagnosa yang kedua adalah gangguan integritas
kulit yaitu kerusakan kulit (dermis dan epidermis) atau jaringan mebran mukosa,
kornea, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsula sendi dan ligamen [ CITATION Tim17
\l 1057 ], yang ditandai dengan data pasien luka jahitan tidak menyatu, luka
delayed post TACD 20 x 20 cm grad 3, tampak terlihat organ usus, warna merah
80% warna hitam 20%, exudat aktif warna kuning kecoklatan, bau, produksi
banyak ditampung dalam kantung penampung urine. Permukaan luka ditutup
plastik, dan diagnosa yang terakhir adalah disfungsi mortilitas gastrointestinal
berhubungan dengan pembedahan yaitu peningkatan, penurunan, tidak efektif atau
kurangnya aktivitas peristaltik gastrointestinal [ CITATION Tim17 \l 1057 ] , data yang
ditemukan pada pasien adalah pasien mengatakan tidak nafsu makan, BMI 15,4
(kurang), BU 6x/menit, distensi abdomen, BAB 4 -5x/stomabag, dan sulit flatus.
3. Intervensi Keperawata
Pada tahap perencanaan keperawatan, penulis menentukan nursing outcome
pada masalah nyeri akut yaitu agra skala nyeri berkurang dan status kenyaman
pasien meningkat dengan intervensi manajemen nyeri dengan identifikasi skala
nyeri, identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, identifikasi
nyeri pada kualitas hidup, pemberian teknik nonfarmakologis aromaterapi, atur
posisi semi fowler dan kolaborasi pemberian analgetik.

24
DAFTAR PUSTAKA

Asih, NGY, & Effendy. (2010). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Billiau. (2013). Colorectal Cancer What is Colorectal Cancer.
Grace, P. A., R, n., & Borley. (2007). At a Glance Ilmu Bedah edisi ke 3. Jakarta:
Erlangga.
J.M, W., L.S, T., Barnett, & K.L, S. (2016). Fundamentals of Nursing: Theory,
Concept, and Application (Third Edition: Volume1). Philadhelpia: F.A
Davis.
Kurtin. (2012). Myeloid Toxicity of Cancer Treatment. J Adv Pr Oncol.
Mansjoer, A. d. (2011). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Kilid 1. Jakarta:
Media Aesculapis.
NA, N. (2010). Faktor - faktor yang Berhubungan dengan Lama Hari Rawat
pada Pasien Pasca Operasi Laparatomi di Rumah Sakit Umum Daerah
Labuang Baji Makassar. Makassar: UNHAS.
PPNI, T. p. (2017). Standar diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Soegianto. (2008). Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Retrieved from
www.fk.uwks.ac.id/elib/arsip/departemen/ilmu%20gizi/ADVOKASI.
Suherman. (2011). Nutrition and Wound Healing. J Wound Care.
Willi, d. T. (2008). Hipoalbuminemia. Retrieved from Alodokter.

25
26

Anda mungkin juga menyukai